Anda di halaman 1dari 14

I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebagai teori atau konsep, civil society sebenarnya sudah lama dikenal sejak
masa Aristoteles pada zaman Yunani Kuno, Cicero, pada zaman Roma Kuno, pada
abad pertengahan, masa pencerahan dan masa modern. Dengan istilah yang
berbeda-beda, civil society mengalami evolusi pengertian yang berubah dari masa
ke masa. Di zaman pencerahan dan modern, isttilah tersebut dibahas oleh para
filsuf dan tokoh-tokoh ilmu-ilmu sosial seperti Locke, Hobbes, Ferguson,
Rousseau, Hegel, Tocquiville, Gramsci, Hebermas.Dahrendorf, Gellner dan di
Indonesia dibahas oleh Arief Budiman, M.Amien Rais, Fransz, Magnis Suseso,
Ryaas Rasyid, AS. Hikam, Mansour Fakih.
Mewujudkan masyarakat madani adalah membangun kota budaya bukan
sekedar merevitalisasikan adab dan tradisi masyarakat local, tetapi lebih dari itu
adalah membangun masyarakat yang berbudaya agamis sesuai keyakinan indifidu,
masyarakat berbudaya yang saling cinta dan kasih yang menghargai nilai-nilai
kemanusiaan.
Peradaban adalah istilah Indonesia sebagai terjemahan dari civilization. Asal
katanya adalah a-dlb yang artinya adalah kehalusan?(refinement), pembawaan
yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun, tata-susila, kemanusiaan atau
kesasteraan. Ungkapan lisan dan tulisan tentang masyarakat madani semakin
marak akhir-akhir ini seiring dengan bergulirnya proses reformasi di Indonesia.
Proses ini ditandai dengan munculnya tuntutan kaum reformis untuk mengganti
Orde Baru yang berusaha mempertahankan tatanan masyarakat yang status quo
menjadi tatanan masyarakat yang madani. Untuk mewujudkan masyarakat madani
tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Namun, memerlukan proses
panjang dan waktu serta menuntut komitmen masing-masing warga bangsa ini
untuk mereformasi diri secara total dan konsisten dalam suatu perjuangan yang
gigih.

B. Profil Buku

Judul Buku : Islam,Masyarakat Madani dan demokrasi


Penerbit : Muhammadiyah Universiy Press Universitas Muhammadiyah

Surakarta
Editor :Sudarno Shobron dan Mutohharun Jinan
Jumlah Halaman : 256
Tahun Terbit : 1999

C. Permasalahan
1. Makna dan Hakikat Masyarakat Madani
2. Ciri Masyarakat Madani
3. Masyarakat Madani Bukan Civil Society
4. Islam dan Masyarakat Madani

II

RINGKASAN
1. Makana dan Hakikat Masyarakat Madani
Masyarakat madani, konsep ini merupakan penerjemahan istilah dari konsep
civil society yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim
dalam ceramahnya pada simposium Nasional dalam rangka forum ilmiah pada
acara festival istiqlal, 26 September 1995 di Jakarta. Konsep yang diajukan
oleh Anwar Ibrahim ini hendak menunjukkan bahwa masyarakat yang ideal
adalah kelompok masyarakat yang memiliki peradaban maju. Lebih jelas
Anwar Ibrahim menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat
madani adalah sistem sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip moral
yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan kestabilan
masyarakat.Secara terminologis masyarakat madani menurut An-Naquib AlAttas adalah mujtama madani atau masyarakat kota. Secara etimologi
mempunyai dua arti, Pertama, masyarakat kota karena madani berasal dari
kata bahasa arab madinah yang berarti kota, dan kedua masyarakat
berperadaban karena madani berasal dari kata arab tamaddun atau madinah
yang berarti peradaban, dengan demikian masyrakat madani mengacu pada
masyarakat yang beradab. Istilah masyarakat madani selain mengacu pada
konsep civil society juga berdasarkan pada konsep negara madinah yang
dibangun Nabi Muhammad saw pada tahun 622M.Makna Civil Society
Masyarakat sipil adalah terjemahan dari civil society.Konsep civil society
lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan masyarakat. Cicero adalah
orang Barat yang pertama kali menggunakan kata societies civilis dalam
filsafat politiknya. Konsep civil society pertama kali dipahami sebagai negara
(state). Secara historis, istilah civil society berakar dari pemikir Montesque, JJ.
Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga orang ini mulai menata suatu
bangunan masyarakat sipil yang mampu mencairkan otoritarian kekuasaan
monarchi-absolut dan ortodoksi gereja (Larry Diamond, 2003: 278).
Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil society
merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari gerakan
Renaisans; gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan. Sehingga
civil society mempunyai moral-transendental yang rapuh karena
meninggalkan Tuhan.Sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buaian
dan asuhan petunjuk Tuhan. Dari alasan ini Maarif mendefinisikan masyarakat
madani sebagai sebuah masyarakat yang terbuka, egalitar, dan toleran atas
landasan nilai-nilai etik-moral transendental yang bersumber dari wahyu Allah
(A. Syafii Maarif, 2004: 84).
2. Ciri Masyarakat Madani

Istilah masyarakat madani dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah civil
society pertama kali dikemukan oleh Cicero dalam filsafat politiknya dengan
istilah societies civilis yang identik dengan negara. Dalam perkembangannya
istilah civil society dipahami sebagai organisasi-organisasi masyarakat yang
terutama bercirikan kesukarelaan dan kemandirian yang tinggi berhadapan
dengan negara serta keterikatan dengan nilai-nilai atau norma hukum yang
dipatuhi..
Bangsa Indonesia berusaha untuk mencari bentuk masyarakat madani
yang pada dasarnya adalah masyarakat sipil yang demokrasi dan
agamis/religius. Dalam kaitannya pembentukan masyarakat madani di
Indonesia, maka warga negara Indonesia perlu dikembangkan untuk menjadi
warga negara yang cerdas, demokratis, dan religius dengan bercirikan imtak,
kritis argumentatif, dan kreatif, berfikir dan berperasaan secara jernih sesuai
dengan aturan, menerima semangat Bhineka Tunggal Ika, berorganisasi
secara sadar dan bertanggung jawab, memilih calon pemimpin secara jujuradil, menyikapi mass media secara kritis dan objektif, berani tampil dan
kemasyarakatan secara profesionalis,berani dan mampu menjadi saksi,
memiliki pengertian kesejagatan, mampu dan mau silih asah-asih-asuh antara
sejawat, memahami daerah Indonesia saat ini, mengenal cita-cita Indonesia di
masa mendatang dan sebagainya.
Karakteristik masyarakat madani adalah sebagai berikut :
1.

Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat memiliki
akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, mereka berhak melakukan
kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat,
berkumpul, serta mempublikasikan informasikan kepada publik.

2.

Demokratisasi, yaitu proses untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi


sehingga muwujudkan masyarakat yang demokratis. Untuk menumbuhkan
demokratisasi dibutuhkan kesiapan anggota masyarakat berupa kesadaran
pribadi, kesetaraan, dan kemandirian serta kemampuan untuk berperilaku
demokratis kepada orang lain dan menerima perlakuan demokratis dari orang

lain. Demokratisasi dapat terwujud melalui penegakkan pilar-pilar demokrasi


yang meliputi :
1)
2)
3)
4)
5)

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)


Pers yang bebas
Supremasi hokum
Perguruan Tinggi
Partai politik

3.

Toleransi, yaitu kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan


politik dan sikap sosial yang berbeda dalam masyarakat, sikap saling
menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh
orang/kelompok lain.

4. Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan mayarakat yang


majemuk disertai dengan sikap tulus, bahwa kemajemukan sebagai nilai
positif dan merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
5.

Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian yang


proporsiaonal antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu
terhadap lingkungannya.

6. Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih dari


rekayasa, intimidasi, ataupun intervensi penguasa/pihak lain, sehingga
masyarakat

memiliki

kedewasaan

dan

kemandirian

berpolitik

yang

bertanggungjawab.
7.

Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya


keadilan. Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang
memiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.
Adapun yang masih menjadi kendala dalam mewujudkan masyarakat madani
di Indonesia diantaranya :

1. Kualitas SDM yang belum memadai karena pendidikan yang belum merata
2. Masih rendahnya pendidikan politik masyarakat
3. Kondisi ekonomi nasional yang belum stabil pasca krisis moneter
4. Tingginya angkatan kerja yang belum terserap karena lapangan kerja yang
terbatas
5. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak dalam jumlah yang besar
6. Kondisi sosial politik yang belum pulih pasca reformasi

Oleh karena itu dalam menghadapi perkembangan dan perubahan jaman,


pemberdayaan civil society perlu ditekankan, antara lain melalui peranannya
sebagai berikut :
1.

Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan pendapatan


dan pendidikan

2. Sebagai advokasi bagi masyarakt yang teraniaya, tidak berdaya membela


hak-hak dan kepentingan mereka (masyarakat yang terkena pengangguran,
kelompok buruh yang digaji atau di PHK secara sepihak dan lain-lain)
3. Sebagai kontrol terhadap negara
4.

Menjadi kelompok kepentingan (interest group) atau kelompok penekan


(pressure group)

5.

Masyarakat madani pada dasarnya merupakan suatu ruang yang terletak


antara negara di satu pihak dan masyarakat di pihak lain. Dalam ruang
lingkup tersebut terdapat sosialisasi warga masyarakat yang bersifat sukarela
dan terbangun dari sebuah jaringan hubungan di antara assosiasi tersebut,
misalnya berupa perjanjian, koperasi, kalangan bisnis, Rukun Warga, Rukun
Tetangga, dan bentuk organisasi-organsasi lainnya.

3. Masyarakat Madani Bukan Civil Society


Masyarakat Madani dan Civil Society memang memiliki kesamaan namun
tidak identik.Setidaknya dapat dilihat dari 2 segi yaitu historis dan
cangkupan maknanya.
Segi Historis :
Secara historis ,rousseau bapak demokrasi yang menulis buku
The Soceal Contract (1762) berpendapat,asal mula negara berpangkal
dari sebuah kontrak atau perjanjian yang dengan itu orang orang
bersepakat untuk beralih dari kehidupan alamiah yang primitif .Kontak
sosial versi rousseau menurut Dr.Dhiya addin adalah semata mata fiksi
karena tidak memiliki pijakan masa lalu dan tanpa argumentasi dan bukti
historis yang jelas.Sedangkan kontrak sosial menurut pandangan para
ulama atau versi isalam didasarkan pada masa lalu sejarahnya yang
pasti,yakni pengalaman umat islam sendiri sepanjang masa keemasannya (
Fathi Osaman,1990:68).
Kontrak sosial antara lain disinggung oleh imam ibnu Hazm dalam
Al-Muhalla,Iman itu ditegakkan untuk menegakkan sholat bersama
masyarakat ,mengadministrasikan zakat,menjalankan hukum hukum dan

memerangi ,musuh.Semua itu barpangkal pada perjanjian atau kontrak


yang tidak mengikat orang orang yang belum baligh dan belum berakal.
Adapaun mengenai hubungan antara masyrakat madani dan
masyarakat Madina,masih kontroversial di kalangan pemikir dan penulis
Muslim.Fahmi Huwaidi misalnya,Membedakan antara
keduanya.Sedangkan sebuah buku terbitan Gema Insani Press dengan
judul Masyarakat Madani ,berisi deskripsi dan analisis historis tentang
masyarakat Madinah pada zaman Rasullulah.
Berbeda dengan dua pandangan yang kontardiktif tersebut,Fathi
Usman (1990:10) dalam Negara dalam sunnah Rasulullah tidak mau
menggunakan istilah masyarakat atau negara madani terhadap negara
Islam yang pertama kali didirikan Rasulullah tersebut,walaupun sering
dinamakan demikian karena berada di Kota Madinah.nama negara
madainah menurutnya sering menimbulakan salah pengertian di mana
negara madinah disamakan dengan city state (negara kota) seperti Athena
dan Sparta di jaman purba sebagai alternatifnya ia menggunakan istilah
Negara Hijrah
Negara Hijrah menurutnya adalah terbuka bagi setiap orang dan
setiap kelompok .Negara tersebut tidak menutup diri seperti negara negara
agama lainnya sepanjang sejarah.Negara Hijrah juga bearti negara ideologi
yang ditegaskan di atas konsep dan akidah lain yang mana pun melainkan
hanya melawan permusuhan yang datang dari penganut pemikiran dan
akidah lain itu saja
Secara normatif penegasan tentang bolehnya hubungan antara
orang Islam dan orang Kafir yang tidak memusuhi islam,disenutkan dalam
surat Q.S al Muhtahanah (60) :8-9.Dalam piagam madinah ditegaskan
,warga non muslim berhak untuk mendapatkan pertolongan dan
tuntunan,bebas dalam memilih agama dan menjalankannya,dan diberi
jaminan keamanan kecuali yang berbuat dzalim dan salah.
Cakupan Makna :
Ditinjau dari segi cakupan Maknanya seperti pernah dikumukakan
Didin Hafifudin dalam Hearing Calon Presiden di ITB (22-23 April
1999),Masyarakat madani lebih luas maknanya dari civil society.Civil
Society hanya berorientasi pada paradigma politik sedangkan masyarakat
madani mencakup paradigma politik,kemanusiaan dan agama
Karena masyarakat madani mancakup paradigma kemanusiaan dan
agama maka ia tidak dapat disamakan dengan civil society yang dalam
tulisan Handani disebutkan merupakan produk sejarah masyrakat barat
moddern dan terahir dari filsafat pencerahan
Sebagaimana dimaklumi peradaban barat di samping membawa
kemajuan yang luar biasa secara fisikal juga mewariskan dampak negatif
berupa dekadensi moral,keretakan keluarga,kegelisahan jiwa,gangguan

mental dan saraf serta tingginya angkan kriminalitas dan ketakutan (Yusuf
Qardhawi,1996:35-82) yang dapat dijadikan bukti bahwa barat telah gagal
memahami nilai kemanusiaan dan agama.
Mustafa as-Shibai (1992:22-25) menegaskan orang orang barat
mulai merasakan kegagalan peradaban mereka dalam dua segi yaitu
spiritual dan moral.Bahkan peradaban barat telah melenyapan
kemanusiaan dengan jalan mematikan jiwa dan menghidupkan nafsu
dengan materialismenya.
Berbeda dengan peradaban barat menurut as-Shibai peradaban
islam memiliki karakteristik yang unik dan telah dibuktikan
kehandalannya dalam sejarah yaitu pertama berpijak pada asas wahdaniah
yang mutlak dalam akidah.Kedua mempunyai kecendrungan dalam tujuan
kemanusiaan,cakrawala,dan risalah kosmopolitan.Ketiga berpegang pada
ilmu dalam pangkalnya yang paling lurus dan bersandar pada akidah
dalam prinsipnya yang paling jernih.Kelima ,Memiliki
Toleransikeagamaan yang mengagumkan yang tidak pernah di kenal oleh
peradaban lain yang juga berpijak pada agama.
Berangkat dari uraian tersebut dalam paradigma politik msyrakat
madani dapat dipelajari antar lain daro civil society yang berkembang di
barat yang berinti pada kesadaran,peran,tanggung jawab,partisipasi,dan
kontrol masyarakat terhadap jalannya kekuasaan supaya tidak sewenang
wenang dan menindas.Akan tetapi dalam aspek kemanusiaan dan agama
masyrakat madani dapat digali dari Madinah atau Negara Hijrah yang
telah dicontohkan oleh nabi bahkan dapat digali dari sejarah kekhalifahan
bani umayah dan bani abbasiyah pada masa kemajuannya .
4. Islam dan Masyarakat Madani
Menurut ajaran Islam,umatdiwajibkan mematuhi ketentuan
ketentuan Allah,Rasul-Nya dan para pemegang kekuasaan (Q.S Ali Imran :
59),namun mereka juaga mewajibkan untuk melaukan kontrol
sosial,termasuk terhadap penguasa,disamping itu mereka memiliki hak
untuk mengekspresikan pendapatnya dan melakuakan aktivitas dalam
kehidupan masyarakat dan negara.Kewajiban dan Hak ini menjadikan
warga memiliki peran mandiri di luar kekuasaan negara dalam hal kontrol
sosial tersebut yang sejak masa Dinasti Umawiyah antara lain
dilembagakan dalam bentuk wilayah al-hisabah(fungsi kontrol sosial dari
warga) dipahami tidak hanya kekuasaan eksekutif tetapi juga kekuasaan
otoritas dalam pemahaman ajaran Islam yang dalam ini para ulama.
Di masa awal kenabian tampak peran kelompok kelompok
masyarakat yang memiliki kemandirian yang cukup besar dalam
pengambilan keputusan,sebagaimana tercermin dalam konstitusi

Madinah.Namun seiring dengan semakin banyaknya wahyu yang turun


sistem negara Madinah nabi berkembang mejadi sistem Teokrasi.Dalam
sistem yang demikian itu tidak ada masyarakat Madani karena negara,yang
dalam hal ini dimanifestasikan dalam figur Nabi,Memiliki kekuasaan yang
amat besar ,baik kekuasaan eksekutif,legislatif,maupun yudikatif.Segala
sesuatu pada dasarnya dikembalikan keapada Nabi,dan ketaatan umat
kepada Nabi pun Bersifat Mutlak,sehingga tidak ada kemandirian lembaga
masyarakat berhadapan dengan negara.Meskipun demikian ,berbeda
dengan umumnya penguasa dengan kekuasaan besar yang cenderung
despotik,Nabi justru meletakkan nilai nilai dan norma norma keadilan
persamaan ,persaudaraan,dan kemajemukan yang menjadi dasar dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara,disamping mendukung
kketerlibatan asyarakat (sahanat) dalam pengambilan keputusan sevcara
musyawarah.
Sampai apada abad ke-19 di dunia Isalam belum muncul organisasi
orgaisasi sosial maupun organisasi organisasi profesi yang kini menjadi
basisi utama masyrakat madani.namun dewasa kini organisadi organisasi
masyarakat tersebut sudah terbentuk di sebagian besar negara
muslim,sejalan dengan kemajuan di bidang ekonomi,politikdan pendidikan
modern.Banyak Intelektual dan aktivitas muslim di berbagai negara
muslim membwaa ide ide demokrasi dan terlibat dalm proses demokrasi.
Dianatara pemahaman tentang masyarakat madani yang dikaitkan
dengan islam yang menurut saya kurang tepat yaitu :

Masyarakat madani diidentikan dengan masyarakat


Madinah pada masa Nabi
Masyarakat Madani disamakan dengan peran nabi sebagai
kepala negara
Masyarakat madani diidentitkkan dengan kelas menengah
Muslim kota
Masyarakat madani bearti masyrakat yang beradab,karena
madani terkait dengan maddaniyah sama dengan civil yang
berasal dari civility

Umat Islam sebagai kelompok mayoritas di Indonesia


memiliki peranan yang strategis dalam mewujudkan masyarakat
madani yang kuat.Ormas-Ormas keagamaan dapat Melakukan
ekspansi aktivitas tidak hanya dibidang sosial,keagamaan,tetapi
juga dalam hal peningkatan ekonomi dan advokasi masyarakat
yang lemah.Sementara itu sebagai suatu negara yang mayoritas
penduduknya beragama islam ,Indonesia tidak mungkin

melaksanakan sistem demokrasii sepenuhnya ala barat.Oleh


karena itu,upaya penyesuaian sistem demokrasi sesuai dengan
filosofi dan budaya indonesia tidak dielakkan.
Namun upaya upaya penyesuaian ini seharusnya tidak
dimaksuddkan untuk pentingan politik penguasa ,melainkan untuk
mendekatkan konsep demokrasi ini dengan filosofi dan budaya
Indonesia yang tak dapat dipisahkan sepenuhnya dlam ajaran
islam.tentu saja ajaran islam yang dipahami sebagai rahmat bagi
seluruh umat manusia tanpa diskriminasi.Demikian pula adalah
logis jika dilakukan penyesuaian konsep masyrajat madanai sesuai
dengan kondisi di Indonesia.namun hal ini seharusnya tidak lepas
dari konsep orisinilnya sebagai wujud kemandirian masyarakat
berhadapan dengan Negara

III
Analisis

Dalam Islam negaralah yang bertanggung jawab terhadap urusan masyarakat.


Negara dalam perspektif Islam bukanlah sekedar alat untuk menjamin dan
menjaga kemaslahatan individu saja sebagaimana halnya liberalisme-kapitalisme
akan tetapi merupakan suatu institusi yang mengurusi kebutuhan individu,
organisasi (jamaah), dan masyarakat sebagai satu kesatuan, baik urusan dalam
maupun luar negerinya, sesuai dengan peraturan tertentu yang membatasi hak dan
kewajiban masing-masing. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Bernard Lewis,
bahwa sejak zaman Nabi Muhammad, umat Islam merupakan entitas politik dan
agama sekaligus, dengan Muhammad sebagai kepala Negara. Jadi, secara historis
pun antara konsep civil society dengan masyarakat madani tidak memiliki
hubungan sama sekali. Masyarakat Madani bermula dari perjuangan Nabi
Muhammad SAW menghadapi kondisi jahiliyyah masyarakat Arab Quraisy di
Mekkah. Beliau (sang Nabi) memperjuangkan kedaulatan, agar seluruh kelompok
di kota Madinah terbebaskan (terjamin hak-haknya) serta ummatnya (Muslim)
leluasa menjalankan syariat agama di bawah suatu perlindungan hukum yang
disepakati bersama. Dari pembahasan di atas, kita dapat menarik kesimpulan
bahwa masyarakat madani dan civil society memiliki beberapa perbedaan.
Meskipun demikian, keduanya juga memiliki persamaan yang sangat banyak.
Berikut perbedaan dari keduanya:
Masyarakat madani berasal dari kebudayaan Arab-Islam sedangkan civil society
berasal dari masyarakat barat terutama Eropa-Non islam.
Civil society merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah
dari gerakan Renaisans; gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan.
Sehingga civil society mempunyai moral-transendental yang rapuh karena
meninggalkan Tuhan. Sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buaian dan
asuhan petunjuk Tuhan dan sebagai sebuah masyarakat yang terbuka, egalitar, dan
toleran.
Pertumbuhan dan perkembangan masyarakat madani tidak terlepas dari kondisi
sosio-kultural, politik dan ekonomi yang berkembang pada saat itu. Sementara di
Indonesia, apakah sama dengan kondisi di Eropa Barat? dan apakah kemudian
wacana itu dapat berkembang subur di Indonesia? Serta apakah di Indonesia
sudah cukup memiliki piranti bagi terwujudnya masyarakat madani?. Persoalan
tersebut merupakan gerbang dari usaha menganalisa kemungkinan masyarakat
madani di Indonesia. Masyarakat madani jika dipahami secara sepintas
merupakan format kehidupan alternatif yang mengedepankan semangat demokrasi
dan menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia. Hal ini diberlakukan ketika
negara sebagai penguasa dan pemerintah tidak bisa menegakkan demokrasi dan
hak-hak asasi manusia dalam menjalankan roda kepemerintahannya. Disinilah
kemudian, konsep masyarakat madani menjadi alternatif pemecahan, dengan
pemberdayaan dan penguatan daya kontrol masyarakat terhadap kebijakan-

kebijakan pemerintah yang pada akhirnya nanti terwujud kekuatan masyarakat


sipil yang mampu merealisasikan dan menegakkan konsep hidup yang demokratis
dan menghargai hak-hak asasi manusia. Sosok masyarakat madani bagaikan
barang antik yang memiliki daya tarik yang amat mempesona. Kehadirannya yang
mampu menyamarkan wacana politik kontemporer dan meniupkan arah baru
pemikiran politik, bukan dikarenakan kondisi barangnya yang sama sekali baru,
melainkan disebabkan tersedianya momentum kondusif bagi pengembangan
masyarakat yang lebih baik. Kemungkinan berkembangnya masyarakat madani di
Indonesia diawali dengan kasus-kasus pelanggaran HAM dan pengekangan
kebebasan berpendapat, berserikat, dan kebebasan untuk mengemukakan pendapat
di muka umum kemudian dilanjutkan dengan munculnya berbagai lembagalembaga non pemerintah yang mempunyai kekuatan dan bagian dari social
control. Sejak zaman Orde Lama dengan rezim Demokrasi Terpimpinnya
Soekarno, sudah terjadi manipulasi peran serta masyarakat untuk kepentingan
politis dan terhegemoni sebagai alat legitimasi politik. Hal ini pada akhirnya
mengakibatkan kegiatan dan usaha yang dilakukan oleh anggota masyarakat
dicurigai sebagai kontra-revolusi. Fenomena tersebut merupakan salah satu
indikasi bahwa di Indonesia pada masa Soekarno pun mengalami kecenderungan
untuk membatasi gerak dan kebebasan publik dalam mengeluarkan pendapat.
Sampai pada masa Orde Baru pun pengekangan demokrasi dan penindasan hak
asasi manusia tersebut kian terbuka seakan menjadi tontonan gratis yang bisa
dinikmati oleh siapapun bahkan untuk segala usia. Hal ini dapat dilihat dari
berbagai contoh kasus yang pada masa orde baru berkembang. Misalnya kasus
pemberedelan lembaga pers, seperti AJI, DETIK dan TEMPO. Fenomena ini
merupakan sebuah fragmentasi kehidupan yang mengekang kebebasan warga
negara dalam menyalurkan aspirasinya di muka umum, apalagi ini dilakukan pada
lembaga pers yang nota bene memiliki fungsi sebagai bagian dari social control
dalam menganalisa dan mensosialisasikan berbagai kebijakan yang betul-betul
merugikan masyarakat. Selain itu, banyak terjadi pengambilan hak tanah rakyat
oleh penguasa dengan alasan pembangunan, juga merupakan bagian dari
penyelewengan dan penindasan hak asasi manusia, karena hak atas tanah yang
secara sah memang dimiliki oleh rakyat, dipaksa dan diambil alih oleh penguasa
hanya karena alasan pembangunan yang sebenarnya bersifat semu. Di sisi lain,
pada era orde baru banyak terjadi tindakan-tindakan anarkhisme yang dilakukan
oleh masyarakat sendiri. Hal ini salah satu indikasi bahwa di Indonesia pada saat
itu tidak dan belum menyadari pentingnya toleransi dan semangat pluralisme.
Secara esensial Indonesia memang membutuhkan pemberdayaan dan penguatan
masyarakat secara komprehensif agar memiliki wawasan dan kesadaran
demokrasi yang baik serta mampu menjunjung tinggi nilai-nilai Hak Asasi
Manusia. Untuk itu, maka diperlukan pengembangan masyarakat madani dengan
menerapkan strategi pemberdayaannya sekaligus agar proses pembinaan dan
pemberdayaan itu mencapai hasilnya secara optimal. Menurut Dawam ada tiga (3)

strategi yang salah satunya dapat digunakan sebagai strategi dalam


memberdayakan masyarakat madani di Indonesia. 1. Strategi yang lebih
mementingkan integrasi nasional dan politik. Strategi ini berpandangan bahwa
system demokrasi tidak mungkin berlagsung dalam masyarakat yang belum
memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang kuat. Bagi penganut paham ini
pelaksanaan demokrasi liberal hanya akan menimbulkan konflik, dan karena itu
menjadi sumber instabilitas politik sebagai landasan pembangunan, karena
pembangunan lebih-lebih yang terbuka terhadap perekonomian global
membutuhkan resiko politik yang minim. Dengan demikian persatuan dan
kesatuan bangsa lebih diutamakan dari demokrasi. 2. Strategi yang lebih
mengutamakan reformasi system politik demokrasi. Strategi ini berpandangan
bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah menunggu rampungnya tahap
pembangunan ekonomi. Sejak awal dan secara bersama-sama diperlukan proses
demokratisasi yang pada esensinya adalah memperkuat partisipasi politik. Jika
kerangka kelembagaan ini diciptakan, makam akan dengan sendirinya timbul
masyarakat madani yang mampu mengontrol terhadap negara. 3. Strategi yang
memilih membangun masyarakat madani sebagai basis yang kuat ke arah
demokratisasi. Strategi ini muncul akibat kekecewaan terhadap realisasi dari
stretegi pertama dan kedua. Dengan begitu strategi ini lebih mengutamakan
pendidikan dan penyadaran politik, terutama pada golongan menengah yang
makin luas. Ketiga model strategi pemberdayaan masyarakat madani tersebut
dipertegas oleh Hikam bahwa di era transisi ini harus dipikirkan prioritas-prioritas
pemberdayaan dengan cara memahami target-target grup yang paling strategis
serta penciptaan pendekatan-pendekatan yang tepat di dalam proses tersebut.
Untuk keperluan itu, maka keterlibatan kaum cendekiawan, LSM, ormas sosial
dan keagamaan dan mahasiswa adalah mutlak adanya, karena merekalah yang
memiliki kemampuan dan sekaligus aktor pemberdayaan tersebut.

IV
Komentar

Menurut saya mengenai buku Islam,Masyarakat Madani,Dan Demokrasi ini


merupakan buku yang enak untuk di baca karena di dalamnya terdapat penjelasan
penjelasan mengenai konsep konsep masyarakat madani dan civil society dengan
jelas sehingga memudahkan pembacanya,dan di buku ini juga terdapat banyak
pokok bahasan mulai dari Masyarakat Madani Dalam perdebatan Konsep sampai
dengan Islam dan Masyarakat Madani.
Tanggapan
Kekurangan dalam buku ini menurut saya yaitu banyaknya penggunaan kata kata
yang akan sulit dipahami oleh orang orang umum,

Anda mungkin juga menyukai