Anda di halaman 1dari 23

PRESENTASI KASUS

Skizoafektif Episode Manik

Oleh :

RIZQY AULIA CAHYANTARI 1320221134


Pembimbing :
dr. Titis Diah Budiningwati, SpKJ
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
PERIODE 23 NOVEMBER 24 DESEMBER 2015

STATUS PASIEN
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. S

Jenis kelamin

: Laki-Laki

Tanggal Lahir

: 31-1-1975

Usia

: 40 tahun

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Pendidikan Terakhir

: SI

Status Pernikahan

: Belum Menikah

Pekerjaan

: Pengangguran

Alamat Rumah

: Palmeriam Gg V/37 RT 16/08 JAKTIM

Tanggal masuk RS

: 10 November 2015

II.

RIWAYAT PSIKIATRI
Autoanamnesis

: Hari Jumat, tanggal 4 Desember 2015

Alloanamnesis

: Dengan ayah pasien pada hari kamis


tanggal 3 Desember 2015

A.

Keluhan Utama
Berdasarkan

alloanamnesa,

pasien

marah-marah

disertai

melempar peralatan dapur.


B.

Riwayat Gangguan Sekarang


Dari alloanamnesa, ini merupakan kesepuluh kalinya pasien
masuk ke Paviliun Amino RSPAD. Pasien ke RSPAD diantar oleh
ayahnya. Sudah sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit pasien marah
marah, membanting benda, membuang peralatan dapur ke sungai,
dan berbicara sendiri. Sudah 2 minggu pasien tidak mau minum obat,
pasien ingin obat Serequel dengan dosis 100 mg diturunkan, ayah

kemudian pergi ke rumah sakit untuk memenuhi permintaan pasien,


namun oleh dokter dosis serequel dinaikan menjadi 200 mg. Saat itu
pasien tidak mau minum obat, pasien hanya mau minum obat satu kali
sehari atas bujukan ayahnya, pasien masih dapat mengontrol emosinya.
Namun empat hari ini pasien sulit mengontrol emosi, sulit tidur, selalu
membuka pintu karena menurut pasien agar orang-orang disekitar
dapat masuk kekamarnya. Satu hari sebelum masuk rumah sakit ayah
datang RSPAD meminta perawat untuk menjemput pasien dirumah,
permintaan tidak dapat dipenuhi. Esok harinya, tiba-tiba pasien
mengatakan

ingin

dirawat

Di

RSPAD

dan

ayahnya

segera

mengantarnya.
Dari hasil autoanamnesa, pasien periksa ke pavilion karena
merasa karena ada fiksi ilmiah yang ada di kepalanya. Pasien merasa
temperamen karena menganggap ada yang tidak sependapat dengan
ide fantasi ilmiahnya. Pasien mengaku dirinya adalah perancang utama
senjata yang sekarang diproduksi oleh Rusia. Pasien menganggap
bahwa semua senjata yang ada di Pindad dan Rusia adalah rancangan
buatan miliknya. Harga yang ditaksir berkiran 2 5 Milyar untuk
setiap rancangan senjata milikinya. Pasien yakin bahwa rancangannya
kini sudah ada di Pindad. Pasien mengaku ayah pasien adalah
pensiunan teknik mesin Jerman, dan ibunya adalah tentara yang
memiliki misi rahasia. Ayah pasien Pasien mengaku tidak pernah
mendengar suara-suara aneh disekelilingnya, beberapa hari setelah
dirawat pasien mengaku melihat pesawat jet tempur yang selalu
melintas di kepalanya. Namun alloanamnesa, pasienn meminta sendiri
untuk diperiksa ke pavilion Amino.
C.

Riwayat Gangguan Sebelumnya


1.

Riwayat Gangguan Psikiatri


Berdasarkan alloanamnesa, pasien telah memiliki riwayat
gangguan jiwa sejak 12 tahun yang lalu dengan diagnosa

skizofrenia. Gejala muncul pertama kali pada tahun 1993 ketika


pasien berusia 18 tahun, saat itu pasien sekolah di STM 1 Budi
Utomo, pasien diajak tawuran namun pasien menolaknya.
Kemudian kepala bagian depan pasien dipukul. Sesampainya
dirumah pasien langsung beranjak tidur karena pusing. Beberapa
hari setelah kejadian, pasien mengalami panas tinggi, tidak ada
kejang. Kemudian pasien dirawat di ICU RSPAD, pasien tidak
sadarkan diri selama 2 hari. Ketika sadar, pasien berbicara kacau
dan mengatakan bahwa ia adalah seorang yang hebat, pasien
dirujuk ke bagian kesehatan jiwa RSPAD dan dirawat kurang lebih
2 minggu. Ayah pasien tidak mengetahui apakah pasien pernah
melakukan pemeriksaan CT Scan sebelumnya atau tidak selama
perawatan di RS. Pasien sering keluar-masuk rumah sakit ketika
kambuh apabila tidak mau minum obat. Pada 10 tahun pertama
pasien

masih rajin minum obat

bahkan sampai mampu

menyelesaikan pendidikan S1-nya. Namun sejak pasien bekerja,


mulai timbul kebiasaan pasien untuk tidak teratur minum obat,
yang mengakibatkan pasien menjadi kembali dirawat. Hampir
setiap tahun pasien dirawat di Paviliun Amino dalam kurun waktu
10 tahun terakhir.
2.

Riwayat Medis
Pasien memiliki riwayat trauma kepala, demam berdarah,
tifoid dan hepatitis B. Pasien mengaku pernah dirawat di RSPAD
karena penyakit hati dan mendapatkan transfuse darah. Sampai
sekarang pasien mengaku tidak ada obat hepatitis yang
dikonsumsinya. Riwayat epilepsi, tumor otak disangkal ayah
pasien.

3.

Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Dari hasil alloanamnesa, riwayat penggunaan alkohol dan
obat-obatan disangkal karena pasien adalah anak yang taat
beragama.

III.

RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


A.

Riwayat Prenatal dan Perinatal


Dari hasil alloanamnesa, selama kehamilan, ibu pasien tidak
pernah mengalami masalah kesehatan yang serius, ibu tidak
mengalami muntah yang berlebihan. Ibu tidak mengkonsumi alkohol
maupun obat-obatan secara bebas. Pasien lahir cukup bulan, spontan
dan langsung menangis, tidak ada cacat bawaan. Pasien lahir dengan
bantuan bidan dengan berat badan normal 3,2 kilogram.

B.

Masa Kanak-Kanak (0-3 tahun)


Pasien dirawat oleh keluarganya sendiri dari kecil hingga
dewasa. Menurut ayah, tumbuh kembang pasien normal seperti bayi
seusianya. Pasien diberikan ASI oleh ibunya sampai usia 4 bulan.
Pasien dapat berjalan dan berbicara saat usia 1 tahun. Pasien
mendapatkan imunisasi secara lengkap, pasien tidak pernah mengalami
panas tinggi disertai kejang. Pasien termasuk anak yang aktif.

C.

Masa Pertengahan (3-11 tahun)


Pasien memulai jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar
(SD) menurut ayah pasien adalah seorang yang pendiam. disekolah
pasien adalah siswa yang rajin dan pintar

D.

Masa Kanak Akhir dan Remaja


Setelah SD pasien melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) lalu Sekolah Tingkat Menengah (STM).
Menurut

ayah

pasien

berprestasi

disekolah,

pasien

berani

mengungkapkan pendapat ketika berdiskusi dengan temannya. Dari


autoanamnesa, pasien adalah anak yang paling disayang. Setiap tahun,
selalu dirayakan ulangtahun oleh orangtuanya.

Masa Dewasa
1.

Riwayat Pendidikan
Pada tahun 1981 pasien masuk SD Negeri Jakarta Pusat.
Tahun 1987 pasien masuk SMP Negeri 3, dan tahun 1990 pasien
masuk STM Budi Utomo, saat SMA pernah ikut tawuran,
menurutnya tawuran itu terjadi karena senioritas dan pasien
mengaku memutar haluan agar bisa belajar secara fokus di sekolah.
Pasien mengaku pernah kepalanya dipukul menggunakan mistar
sampai dirawat di ICU RSPAD. Pasien mengaku dirinya adalah
tentara yang diterima di pendidikan TNI AD tahun 1991. Tahun
1994 pasien kuliah di Universitas Assafiah jurusan tekhnik mesin.
Pasien mengaku dirinya menguasai bakat karena nilai-nilai raport
yang sangat bagus dan lulus dengan hasil yang memuaskan. Pasien
menyelesaikan S1 selama sembilan tahun. Pasien mengatakan
bahwa sebelumnya dirinya diterima di IKIP Padang jurusan Teknik
Mesin, namun menolak masuk karena dirinya sudah diterima di
Poltek Siemens disamping itu juga lokasi jauh dari keluarga, pasien
mengaku kalau dirinya jauh dari keluarga, penyakitnya tidak ada
yang bisa mendampingi. Pasien mengaku bila dirinya sakit bipolar
sejak SMA namun ketika ditanya tentang pengertian bipolar pasien
tidak menjawab. Pasien mengaku pernah bersekolah di Jerman di
Poltek Siemens, kemudian diterima di fakultas kedokteran Jepang,
hanya beberapa bulan berada disana. Tahun 1995 melanjutkan
kuliah jurusan teknik mesin di Universitas Islam Assafiyah Jakarta
dan lulus tahun 2003. Pasien juga mengaku pernah diterima di
fakultas kedokteran UI namun tidak mengambil jurusan tersebut
dikarenakan tidak memiliki biaya untuk bersekolah. Saat
dikonfirmasi ke ayah pasien, pasien hanya mendaftar di jurusan
teknik mesin UIA Jakarta.

2.

Riwayat Pekerjaan
Dari alloanamnesa, pasien bekerja di perusahaan Kratakau
selama 4 bulan, namun karena dirasakan tempat kerja yang panas
dan pasien merasa kelelahan, pasien memutuskan untuk keluar.
Pasien bekerja di TMII di bagian front office, bertahan selama 1
tahun. Pasien bekerja di bank, namun sama seperti sebelumnya,
pasien mengundurkan diri dalam kurun waktu yang sebentar.

3.

Riwayat Pernikahan
Dari alloanamnesa, pasien belum menikah, pasien pernah
memiliki hubungan dengan beberapa wanita namun tidak sampai
melanjutkan ke pernikahan karena ditinggal menikah oleh pihak
wanitanya. Pasien kemudian memiliki hubungan dengan wanita
lain. Namun ayah pasien sekarang sudah jarang melihat teman
pasien tersebut.

4.

Riwayat Beragama
Dari alloanamnesa, pasien beragama Islam dan merupakan
penganut yang taat. Pasien rajin solat, mengaji, dan mengikuti
kajian keagamaan di Masjid Istiqlal.

5.

Riwayat Pelanggaran Hukum


Pasien tidak pernah melakukan tindakan pelanggaran
hukum maupun berurusan dengan pihak berwajib.

6.

Riwayat Psikoseksual
Pasien memiliki orientasi seksual yang normal yaitu
heteroseksual.

5.

Aktivitas Sosial
Menurut ayah, sebelum pasien mengalami gangguan jiwa,
pasien adalah seorang pendiam, rajin menabung, teliti, rapih, pintar

namun sedikit keras kepala. Setelah mengalami gangguan jiwa


pasien mudah marah, kasar, penghayal, pemalas dan boros.
6.

Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ke 3 dari 5 bersaudara. Orang tua
pasien mencintai semua anak anaknya dengan sama rata.
Hubungan pasien dengan ibunya baik. Hubungan pasien dengan
saudara saudaranya baik dan pasien dekat dengan semua
saudaranya. Pasien lebih dekat dengan ayahnya. Tidak ada anggota
keluarga yang memiliki riwayat gangguan jiwa sebelumnya.

7.

Persepsi Pasien tentang Diri dan Lingkungannya


Pasien

tidak

menyadari

bahwa

dirinya

mengalami

gangguan jiwa dan berkata bahwa ia disini karena ingin


memberikan fantasi ilmiah yang ada dipikirannya.
8.

Persepsi Keluarga tentang Diri Pasien


Menurut ayahnya, pasien butuh orang lain untuk merawat
pasien dan ia sendiri tidak bisa merawat pasien secara penuh
karena sudah tua. Pasien sering marah dan membanting benda bila
keinginan pasien tidak diturutinya. Pasien sering berbicara
berlebihan kepada saudara dan ayahnya.

9. Situasi Kehidupan Sekarang

Saat ini tinggal bersama ayah dan ibunya

Pasien mendapat perhatian dari keluarganya, terutama ayahnya.

Pasien butuh orang lain untuk membantunya merawat diri.

Genogram

Keterangan :
-

Hitam = pasien

Putih = normal

Pria
Wanita

IV.

STATUS MENTAL
A.

Deskripsi Umum
1.

Penampilan
Pria, 40 tahun, kurus, berkulit sawo matang, perawatan diri
kurang, dan tampak lebih muda dari usianya. Rambut pasien
terawat, pasien mengenakan baju berwarna krem dan celana
pendek.

2.

Perilaku dan Aktivitas Psikomotor


Selama wawancara, pasien dalam posisi duduk dan tampak
gelisah. Ada kontak mata antara pasien dan pewawancara.

3. Sikap terhadap Pemeriksa


Pasien kooperatif terhadap pewawancara dan menjawab
semua pertanyaan yang diajukan pewawancara.

B.

C.

Mood dan Afek


1.

Mood

: eutim

2.

Afek

3.

Keserasian : serasi

: terbatas

Bicara
Pasien berbicara spontan dan seringkali berbicara tanpa
ditanya. Intonasi suara pasien biasa. Pasien berbicara dengan artikulasi
jelas.

D.

Gangguan Persepsi
Saat di wawancara tidak didapatkan gangguan persepsi berupa
halusinasi auditorik, visual, auditorik-visual. Namun ketika ditanya
apa pernah ada terlintas pesawat jet terbang, pasien mengatakan iya,
tapi sekarang sudah tidak lagi.

E.

Pikiran
Isi Pikir
Tidak ditemukan preokupasi pada pasien. Ditemukan kelainan
isi pikir berupa waham kebesaran yaitu ia adalah perancang senjata
yang beberapa hasilnya sudah dikirim ke Pindad. Pasien juga mengaku
adalah kontingen Garuda di PBB, pernah dikirim ke Timor leste
sebagai tim AAU, tim khusus pelindung NKRI, pernah bersekolah di
Jepang bersekolah di sekolah kedokteran untuk sekolah bedah.
Bentuk pikir
Ketika ditanya pernah bersekolah dimana, pasien menceritakan
bersekolah dibermacam-macam tempat. Kemudian menjelaskan
rancangan senjata untuk dikirim ke Pindad. Mengarahkan ke asosiasi
longgar.

F.

Sensorium dan Kognitif


1.

Taraf Kesadaran dan Kesiagaan


Kompos mentis dan kesiagaan baik

2.

Orientasi
Waktu

: baik, pasien tahu kalau waktu siang

Tempat

: baik, pasien tahu kalau sedang dirawat di rumah


sakit

Orang

: baik, pasien mengenali teman teman sebangsalnya,


suster, dan dokter di rumah sakit

3.

Daya Ingat
Jangka Panjang

: Baik, pasien masih ingat kapan ia dirawat


pertama kali di pavilium amino dan ingat
daerah asalnya

Jangka Sedang

Baik,

pasien

ingat

nama

saudara-

saudaranya.
Jangka Pendek

: Baik, pasien dapat mengingat menu makan


siangnya.

Jangka Segera

: Baik, pasien dapat mengingat bahwa


makanan yang sudah dikonsumsi

4.

Konsentrasi dan Perhatian


Kurang.

Pasien

terkadang

tidak

memperhatikan

pewawancara dan terdistraksi oleh hal hal lain di sekitarnya.


5.

Kemampuan Visuospasial
Cukup. Pasien dapat menyebutkan waktu dengan tepat saat
pewawancara meminta pasien untuk membaca jam.

6.

Pikiran abstrak
Cukup, pasien dapat mengerti peribahasa air susu dibalas
dengan air tuba, buah tangan dan berakit-rakit kehulu
berenang-renang ketepian .

7.

Intelegensia dan Kemampuan Informasi


Cukup, pasien mengetahui nama presiden Jokowi adalah
presiden republik Indonesia tahun 2015 dan Gubernur Jakarta
Ahok.

G.

Kemampuan Mengendalikan Impuls


Pasien kooperatif dan tampak dapat mengendalikan diri selama
wawancara.

H.

Daya Nilai dan Tilikan


1.

Daya Nilai Sosial


Baik, pasien bersikap kooperatif terhadap pewawancara, dokter,
perawat, karyawan, dan pasien pasien lainnya di Paviliun Amino.

2.

Penilaian Realita
Terganggu.

3.

Tilikan
Derajat I, pasien mengatakan alasan dia berada di rumah sakit
karena fantasi ilmiahnya.

I.

Taraf Dapat Dipercaya


Kurang dapat dipercaya, karena ada beberapa keterangan yang
pasien utarakan yang tidak sesuai dengan pernyataan ayah pasien.

V.

PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT


Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 3 Desember 2015
A. Status Interna
Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Kompos Mentis

Status Gizi

: Baik

Tekanan Darah

: 130/ 90

Frekuensi Nadi

: 80 x/ menit

Frekuensi Nafas

: 20 x/ menit

Suhu

: Afebris

Mata

: Konjungtiva tidak pucat, sclera tidak


ikterik

THT

: Tidak ada gangguan

Mulut dan Gigi

: Gigi tidak ada kelainan

Thorax

Inspeksi : ginekomasti (+)


Palpasi, perkusi, auskultasi :Jantung paru dalam batas normal
Abdomen

: teraba pembesaran lien pada Schuffner 4

Ekstremitas

: Akral hangat, perfusi perifer baik, tidak ada


edema. Peteki (+) di telapak tangan dan
kaki. Palmar eritem (+).

B. Status Neurologis
Tanda Rangsang Meningeal

: Negatif

Tanda-tanda Efek Ekstrapiramidal

:Negatif

Motorik

: Baik

Sensorik

: Baik

C. Pemeriksaan Penunjang
Hematologi Lengkap
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit

11.6
34
3.9
1520

13 18 g/dL
40 52 %
4.3 6.0 juta/L
4.800-10.800/ L

Trombosit

29000

150.000 400.000/ L

Hitung Jenis :
-

Basofil

0-1%

Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit

1-3%
2-6%

Monosit

2
52
32
7
86
30
35
16.8
2.09
0.94
1.15
44
22
5.4
3.3
2.1
19
0.6
136

32-36 g/dL

reaktif

6 8.5 g/dL

MCV
MCH
MCHC
RDW
Kimia darah
Bilirubin total
Bilirubin Direk
Bilirubin Indirek
SGOT
SGPT
Protein total
Albumin

50-70%
20-40%
2-8%
80-96% fL
27 -32 pg
11.5 14.5 %
<1.5 mg/dL
<0.3 mg/dL
<1.1 mg/dL
<35 U/L
<40 U/L

Globulin

3.5 5.0 g/dL

Ureum

2.5 3.5 g/dL

Kreatinin

20-50 mg/dL

Glukosa darah sewaktu

0.5-1.5 mg/dL
< 140 mg/dL

HbsAg

Non reaktif

VI.

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Tn S, seorang laki-laki berusia 40 tahun datang dengan kemauan
sendiri ke RS. Beberapa hari sebelumnya pasien tidak mau minum
obat secara teratur seperti biasanya. sudah 1 minggu tidak
mengkonsumsi obat secara teratur, disertai dengan pasien membuang
peralatan dapur ke sungai. Pasien juga membagi-bagikan uang yang
dimiliki ke tetangga sekitar.
Dari autoanamnesa
Ketika ditemui untuk wawancara, pasien nampak tenang dan
sedang berbaring di tempat tidurnya di Paviliun Amino. Pasien memakai
kaos krem dengan celana pendek. Pasien bersikap kooperatif terhadap
pewawancara. Pasien menjawab pertanyaan dengan sesuai dan diselingi
dengan ide ide pasien yang banyak dan assosiasi longgar. Saat
wawancara tidak didapatkan halusinasi visual. Pasien memiliki waham
kebesaran dengan meyakini bahwa ia adalah anggota TNI AD,AL, lulusan
kedokteran Jepang, pernah bersekolah di Poltek Siemens, dan pasien
perancang senjata dan pesawat terbang di Sukhoi.
Dari alloanamnesa
ini merupakan kesepuluh kalinya pasien masuk ke Paviliun Amino
RSPAD. Pasien ke RSPAD diantar oleh ayahnya. Sudah sejak 4 hari
sebelum masuk rumah sakit pasien marah marah, membanting benda,
membuang peralatan dapur ke sungai, dan berbicara sendiri.

Status Mental

Pada pemeriksaan status mental didapatkan seorang pria, penampilan lebih


muda dari usianya, berkulit sawo matang, perawatan dan kerapihan diri
kurang, dan memakai koas berwana krem dan celana pendek.
Kesadaran pasien dalam keadaan kompos mentis. Sikap dan
psikomotor pasien saat diwawancara oleh pemeriksa berlangsung
kooperatif dan tenang. Pasien bersikap sopan terhadap pemeriksa dan
menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan pemeriksa. Pembicaraan
spontan, artikulasi jelas, dan intonasi biasa. Mood saat itu eutim dan afek
terbatas.. Isi pikir berupa waham kebesaran. Proses pikir assosiasi longgar.
Orientasi dan daya ingat baik dan konsentrasi pasien kurang. Kemampuan
mengendalikan impuls dan daya nilai pasien baik. RTA pasien terganggu
dengan tilikan derajat I.
VII.

FORMULASI DIAGNOSTIK
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi, gangguan isi
pikir yang bermakna yang menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan
disability dalam kehidupan sosial pasien. Sehingga dapat disimpulkan
pasien mengalami gangguan jiwa.
Aksis I
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pasien tidak pernah
menggunakan zat psikoaktif. Sehingga gangguan mental dan perilaku
akibat penggunaan zat psikoaktif dapat disingkirkan. Pasien memiliki
riwayat trauma kepala, pasien pernah mengalami demam tinggi namun
tidak

kejang.

disingkirkan,

Sehingga
untuk

gangguan

mental

organik

memastikannya

harus

dilakukan

belum

dapat

pemeriksaan

penunjang MRI/CT scan.


Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami gejala
afektif (manik) dan skizofrenik yang sama menonjol dan secara bersamaan
ada dalam episode yang sama. Dari hal tersebut, kriteria diagnostik

menurut PPDGJ III pada ikhtisar penemuan bermakna pasien digolongkan


dalam F25.0 Skizoafektif Episode Manik.
Aksis II
Tidak ada diagnosis gangguan jiwa (Z03.2)
Ditemukan ciri kepribadian anankastik, karena menurut ayah pasien adalah
seorang yang rapi, teliti dan keras kepala yang merupakan salah satu ciri
dari kepribadian anankastik
Aksis III
Kasus ini juga mengalami splenomegali dan hepatitis B kronik karena dari
hasil pemeriksaan Schuffner 4 dan hasil laboratorium menunjukan HbSAg
reaktif.
Aksis IV
Ditemukan masalah psikoedukatif yaitu pasien sebelumnya tidak
meminum obat secara teratur. Terdapat masalah Primary Support Group
(Keluarga) yaitu ayah pasien sudah tidak ingin merawatnya lagi karena
beliau sudah tua, ayah ingin pasien tidak pulang kerumah lagi dan tetap di
Pavilium Amino RSPAD.
Aksis V
Penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala Global
Assement Of Functioning (GAF) menurut PPDGJ III didapatkan GAF
pada satu tahun terakhir adalah 50-41 yaitu adanya gangguan psikotik
berat berupa waham yang cukup menonjol yang menyebabkan
ketidakmampuan melaksanakan pekerjaan dikantor dan dirumahnya
dengan baik. Pasien keluar dari pekerjaanya karena gejala psikotik
tersebut. Dan untuk saat ini didapatkan GAF 60-51 yaitu disabilitas sedang
karena sampai saat ini waham pasien belum hilang. Namun pasien sudah
mampu

berkomunikasi

dengan

mengendalikan emosinya.
VIII.

EVALUASI MULTI AKSIAL

baik,

kooperatif

dan

mampu

Aksis I

: Skizoafektif Tipe Manik (F25.0)

Aksis II

: Tidak ada diagnosis (Z03.2)

Aksis III

: hepatitis B kronik

Aksis IV

: masalah ketidakpatuhan minum obat dan masalah primary


support group (keluarga)

Aksis V

GAF pada satu tahun terakhir adalah 50-41 yaitu adanya gangguan
psikotik berat berupa waham yang cukup menonjol yang menyebabkan
ketidakmampuan melaksanakan pekerjaan dikantor dan dirumahnya
dengan baik. Pasien keluar dari pekerjaanya karena gejala psikotik
tersebut. Dan untuk saat ini didapatkan GAF 60-51 yaitu disabilitasa
sedang karena sampai saat ini waham dan halusinasi pasien belum hilang.
Namun pasien sudah mampu berkomunikasi dengan baik, kooperatif dan
mampu mengendalikan emosinya.
IX.

DAFTAR MASALAH
A.

Organobiologik
Hepatitis B kronik

B.

C.

Psikologis
Mood

: eutim

Afek

: terbatas

Gangguan persepsi

: tidak ada

Proses pikir

: assosiasi longgar

Isi pikir

: waham kebesaran

RTA

: terganggu

Tilikan

: derajat I

Lingkungan dan Sosioekonomi


Masalah primary support group pihak keluarga sudah tidak ingin
merawat pasien lagi karena sudah lelah dan ayah pasien sudah tua.

X.

DIAGNOSIS
Diagnosis kerja

: Skizoafektif Tipe Manik (F.25.0)

Diagnosis banding : Gangguan Mental Organik


Mania dengan gejala psikotik (F30.2)
XI.

PROGNOSIS
Ad Vitam

: dubia ad malam

dikarenakan dari pemeriksaan pasien didapatkan


hepatitis B kronik

Ad Sanationam

: dubia ad malam
Dikarenakan pasien tidak mendapatkan dukungan
yang cukup dari keluarganya. Ayah pasien tidak
ingin merawatnya lagi karena sudah tua.

Ad Fungsionam
XII.

: dubia ad malam

RENCANA TERAPI
A.

B.

Psikofarmaka
Quetiapine (tab IR)

1x 200 mg

Risperidone

2x 2 mg

Valproic acid

2x 250 mg

Psikoterapi
1. Kepada pasien :
Psikoterapi suportif : berempati dan memberikan perhatian
pada pasien, tidak menghakimi pasien, mensuport segala usaha
adaptif pasien, menghormati pasien sebagai manusia seutuhnya dan
peduli pada aktivitas keseharian pasien.
2. Kepada keluarga :
Diperlukan peran serta keluarga dalam penanganan pasien.
Psikoedukasi dapat dilakukan dengan menjelaskan segala hal
tentang penyakit pasien dari penyebab, gejala-gejalanya, faktor-

faktor yang memberatkan, dan cara pencegahannya. Dengan begitu


keluarga bisa menerima

dan mengerti keadaan pasien serta

mendukung proses terapi dan mencegah kekambuhan.


Perlu juga diberikan penjelasan mengenai terapi yang
diberikan pada pasien dengan menerangkan mengenai kegunaan
obat terhadap gejala pasien serta efek samping yang dapat muncul.
Selain itu juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum
obat secara teratur sehingga diharapkan keluarga turut serta untuk
bekerja sama dalam berjalannya program terapi.
XIII. DISKUSI
Berdasarkan PPDGJ-III kriteria diagnosis untuk Skizoafektif
Tipe Manik adalah :
1. Kriteria ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik
yang tunggal maupun untuk gangguan yang berulang dengan
sebagian besar episode skizoafektif tipe manik.
2. Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek
yang tak begitu menonjol dikombinasi dengan irritabilitas atau
kegelisahan yang memuncak.
3. Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih
baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana
ditetapkan untuk skizofrenia, F20.-pedoman diagnostik (a) sampai
dengan (d)).
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):
a) thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau thought
insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh

sesuatu

dari

luar

dirinya

(withdrawal);

dan

thought

broadcasting= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain


atau umum mengetahuinya;
b) delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau delusion of passivitiy =
waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu
kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk
kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus). delusional perception = pengalaman
indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya,
biasanya bersifat mistik atau mukjizat. delusion of influence =
waham dimana dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu
dari luar.
c) Halusinasi Auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara
terus menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal
pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah
satu bagian tubuh.
d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya
perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan
kemampuan

di

atas

manusia

biasa

(misalnya

mampu

mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing


dan dunia lain).
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik (prodromal). Harus ada suatu perubahan yang
konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality)
dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak

berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed


attitude) dan penarikan diri secara sosial.
Untuk gejala episode manik antara lain : afek yang meningkat
harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi
aktivitas yang berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara,
optimistik, harga diri yang membumbung. Terdapat perburukan
fungsi sampai titik dimana ia tidak mampu merawat dirinya dan
gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham kebesaran,
iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar.
Diagnosis banding pertama adalah gangguan mental
organik, yang merupakan gangguan mental yang berkaitan dengan
penyakit/gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnostik
sendiri. Gambaran utama adalah gangguan fungsi kognitif,
gangguan sensorium, dan sindrom dengan manifestasi yang
menonjol dalam bidang. Pada pasien perlu dilakukan pemeriksaan
CT scan untuk memastikan apakah ada patologis di otaknya.
Diagnosis banding yang kedua adalah mania den. gan
gejala psikosis (F30.2) karena didapatkan gejala umum skizofrenia
berupa waham kebesaran dan halusinasi visual, auditorik, visualauditorik dan terdapat gejala episode manik diantaranya mood
hipertim, banyak berbicara, distraktibilitas. Namun bila dilihat dari
onset gejala pada mania dengan gejala psikosis onset berlangsung
selama satu minggu, sedangkan pada pasien ini sudah memiliki
riwayat skizoafektif sebelumnya dan skizofren yang dialami pasien
sudah 12 tahun lalu. Sehingga diagnosa banding mania dengan
gejala psikosis dapat disingkirkan.
Untuk terapi psikofarmaka, pengobatan yang dipilih pada
pasien ini adalah pemberian:
1. Quetiapin 1x 200 mg

Quetiapine adalah obat golongan antipsikosis atipikal. Digunakan


untuk pasien skizofrenia dengan episode manik yang berhubungan
dengan gangguan bipolar.
2. Risperidone 2X 2mg
Risperidone termasuk ke dalam golongan antipsikosis atipikal.
Obat ini mempunyai afinitas yang tinggi terhadap reseptor
serotonin (5HT2) dan aktivitas menengah terhadap reseptor
dopamine (D2), alfa 1 dan alfa 2 adrenergik dan reseptor histamin.
Aktivitas antipsikosis diperkirakan melalui hambatan terhadap
reseptor serotonin dan dopamine. Risperidon diberikan untuk
mengatasi gejala negatif ataupun positif skizofrenia.
3. Valproic acid 2x250 mg
Valproic acid merupakan golongan obat anti mania akut atau
campuran dengan atau tanpa disertai psikosis. Obat ini bekerja
meningkatkan konsentrasi GABA dalam plasma dan SSP dengan
cara meningkatkan sintesis dan pelepasan GABA.
diberikan untuk mengatasi gejala mania.

Depakote

Anda mungkin juga menyukai