Jadwal kuliah
Minggu
Materi
II
III
IV
Substansi
Anatomi & fisiologi kulit
Berbagai faktor yg mempengaruhi proses
biofarmasetik obat pada pemberian
secara transdermal
Evaluasi biofarmasetik sediaan
transdermal
Anatomi &
Fisiologi Kulit
Kulit
Merupakan organ
terbesar dr tubuh dgn
luas area total 2m2 pd
manusia dewasa
Memiliki byk fungsi
terutama sbg sawar
untuk :
melindungi tubuh dr bhn
eksternal yg berbahaya
mencegah penguapan air
keluar tubuh (150-250 ml
tiap hari per cm2)
Stratum korneum:
Bagian terluar kulit, tebal 10-20 um
terdiri atas keratin, korneosit yg dilapisi dgn
daerah lamellar lipid
shg tahanan difusi meningkat
Rute Trans-epidermal,
Intra-seluler: (molekul)
Rute umum, dmana bahan obat melintasi lipid antara korneosit
dt
h
M : adl kumulatif massa dr
permean yg melintasi membrane
tiap satuan luas pd waktu t
C0 : konsentrasi permean pd
mudah diukur/ditentukan,
1. Koefisien partisi
Partisi minyak-air merupakan karakteristik yg krusial dlm
kemampuan penembusan kulit, maka penetran harus memilki
kelarutan dalam:
lipid : factor penting untuk absorbs per-kutan
air: agar dpt mcapai mikrosirkulasi pd dermal, krn lapisan epidermis
dibawah S.korneum bersifat aqueous,
peningkatan selanjutnya :
mencapai nilai batas -> lok Kp akan turun disebut Hubungan Parabolik
2. Kelarutan/titik leleh
Koefisien partisi minyak air (Ko/w) dpt didefenisikan sbb:
Ko/w = Sminyak/Sair
Koefisien partisi adl rasio dr kelarutan:
harga Ko/w = 2 jg dpt ditunjukkan oleh molekul yg sgt tdk larut dlm
minyak maupun air
Bhn obat tsb hanya memiliki daya dorong yg kecil dlm melintasi kulit &
berpenetrasi sgt lambat.
3. Dimensi molekuler
Ukuran dan bentuk molekul merupakan faktor yg
menentukan fluks dr bhn obat melintasi membrane kulit
Utk penyederhanaan, Berat molekul diuse sbg perkiraan dr
volume molekul dgn asumsi btk molekul adl sferis
Molekul kecil melintasi membrane lebih cepat dr pd molekul
besar.
Bahan obat (molekul organic kecil) yg dpt menjadi kandidat
penghantaran transdermal terletak pd range yg sempit, yaitu
100 500 dalton. (pengaruh BM tsb tdk signifikan
dibandingkan sifat koefisien partisi)
Pd molekul besar, (ex Peptida & protein) pengaruh BM thd
fluks sgt besar
4. Ionisasi
S. korneum adl sawar thd penghantaran transdermal terutama dsbbkan adanya
membrane bilayer lipid, shg molekul terionisasi merupakan penetran yg buruk pd
penghantaran transdermal.
Berdasarkan hipotesis partisi pH, asam dan basa lemah akan terdisosiasi tgt pd pH
formulasi:
Hanya bahan obat yg tdk terionisasi yg dpt melintasi membrane (prinsip ini tdk dpt
diterapkan sec ketat pd penghantaran transdermal krn rumitnya struktur kulit)
Bahan obat terionisasi melintasi membrane kulit mll rute trans-appendageal (sedikit)
Bahan obat tdk terionisasi melintasi membrane mll rute interseluler,
Note:
pH PBS adl 7,4 & pKa losartan adl 6 maka losartan banyak dlm bentuk terion,
shg mll rute tras-appendegael, utk itu diperlukan enhancer utk merusak lapisan
S.korneum shg dpt mll rute trans-apendageal & interseluler
Utk mjd bentuk molekul : pH harus 2 level dibawah harga pka jd sekitar pH 4
if nilai pH = nilai pKa, maka bahan obat 50% btk ion & 50% btk molekul:
Basa
ionisasi
unionisasi
% ionisasi:
= 100/1 + antilog (pka pH)
% unionisasi:
= 100 (% ionisasi)
pH = pka + log
unionisasi
% ionisasi:
ionisasi
Membran kulit
membrane kulit alami :
dapat berasal dr hewan ( tikus, kelinci, marmot, babi) &
manusia
pd mamalia ada bbrp variabel sgt bervariasi: ketebalan
s.korneum, jml kelenjar keringat & folikel rambut (Barry, 1983)
membrane kulit sintetik, ada 3 jenis:
membrane polimer berpori: selulosa asetat, selofan,
poliamida
membrane polimer tidak berpori: dimetil siloksan, asam
tereftalat-etilengliko, etil selulosa
membrane lipida tidak berpori: asam kaprilat, sefalin &
kolesterol (Williams, 2003)
Membran buatan
Dapat dibuat dgn merendam kertas Whatman
no.1 dlm larutan Spangler (campuran 20%
m.zaitun, 15% m.kelapa, 15% asam oleat, 15%
vaselin album, 10% as palmitat, 10% paraffin
cair, 5% skualen, 5% kolesterol & 5% as. stearat
Preparasi membran
*
*
Donor
Membran kulit segar tikus
Akseptor berisi 25 ml PBS pH 7,4
Vijayan dkk, 2010, Development and Physiochemical, InVitro Evaluation of Antihypertensive Transdermal
Patches,
1. Pengujian ketebalan
2. Pengujian variasi bobot
3. Pengujian kelembaban
4. Pengujian daya moisture uptake
5. Pengujian ketahanan terhadap
pelipatan (folding endurance)
1. Pengujian ketebalan
Pengujian ketebalan patch dilakukan pada
3 titik yang berbeda menggunakan alat
mikrometer (Parivesh dkk., 2010).
Patch yang paling tipis adalah formula
patch yang terbaik
3. Pengujian kelembaban
Patch ditimbang satu-persatu dan dimasukkan dalam
desikator yang berisi silika pada suhu kamar selama
24 jam.
Patch ditimbang secara periodik sampai didapatkan
bobot konstan.
Persen kelembaban dihitung menggunakan rumus
berikut: (Patel dkk., 2009)
% kelembaban = (bobot awal bobot akhir) x 100 %
bobot akhir