Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dibahas beberapa aspek yang terkait dalam penelitian ini
yaitu:
A; Gangguan jiwa
1; Pengertian
Gangguan jiwa adalah masalah yang serius, penting dan berbahaya. Karena dapat
menyangkut keselamatan dan kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain, bahkan
hingga ke pemerintahan sekalipun. Di negara berkembang seperti Indonesia
bertambahnya atau semakin tinggi jumlah klien dengan gangguan jiwa karena
berlatarbelakng dari dampak krisis ekonom Pengobatan.
Terapi gangguan pskiatrik membutuhkan pengobatan dalam jangka
waktu lama, efektifitas obat yang optimal yang dicapai dalam jangka waktu
tertentu,
sehingga
dibutuhkan
kepatuhan
dan
ketekunan
pasien
untk
1; Terapi (Psikofarmakologi)
Terapi utama untuk skizofrenia ialah psikofarmakologi. Antipsikotik
yang juga dikenal sebagai neuroleptik, digunakan untuk mengobati gejala
psikosis, misalnya waham dan halusinasi. Antipsikotik bekerja dengan menyekat
reseptor neurotransmiter dopamin. Antipsikotik digunakan secara klinis sejak
tahun 1950-an. Antipsikotik merupakan terapi medis utama untuk skizofrenia dan
juga digunakan dalam episode psikotik mania akut, depresi psikotik dan psikotik
akibat penggunaan obat. Terapi antipsikotik jangka pendek bermanfaat untuk
mengobati gejala psikotik sementara, missalnya gejala yang terlihat pada
beberapa penderita gangguan kepribadian ambang (Hyman, Arana & Rosenbaun,
1995)
Antipsikoti terdapat dua macam yaitu antipsikotik tipikal dan antipsikotik
atipikal. Antipsikotik tipikal mengatasi tanda-tanda positif skizofrenia seperti :
waham, halusinasi, gangguan pikiran dan gejala psikotik lainnya, sedangkan
antipsikotik atipikal mengurangi tanda-tanda negatif seperti tidak memiliki
kemauan dan motivasi, menarik diri dari masyarakat dan anhedonia (Littrell,
1998)
Tabel 2.1.
Terapi Psikofarmakologi
No
Antipsikotik
Nama generic (nama dagang)
Bentuk
Antipsikotik tipikal
Klorpromazin (Therozine)
Perfenazin (Trilafon)
Flufenazin (Prolixin)
Tioridazin (Mellaril)
Mesoridazin (Serentil)
Trifluoperazin (Stelazine)
T, L, INJ
T, L, INJ
T, L, INJ
T, L
T, L, INJ
T, L, INJ
200-1600
16-32
2,5-20
200-600
73- 300
6-50
25-2000
4-64
1-60
40-800
30-400
2-80
Tiotiksen (Navane)
Haloperidol (Haldol)
Loksapin (Loxitane)
Molindon (Moban)
C, L, INJ
T, L, INJ
C, L, INJ
T, L
6-30
2-20
60-100
50-100
6-60
1-100
30-250
15-250
Antipsikotik atifikal
Klozapin (Clozanin)
Risperidon (Risperdol)
Olanzapin (Zyprexa)
Quetiapin (Seraquel)
T
T
T
T
150-500
2-8
5-15
300-600
75-700
1-16
5-20
200-750
samping
antipsikotik
signifikan
dan
dapat
berkisar
dari
dari rumah sakit, sedangkan dikatakan tidak patuh berobat bila penderita
mengalami putus obat pada waktu yng telah ditetapkan.
Menurut Eroker dkk (1984) dan Levananthal dan Cemeron (1987)
kepatuahan pasien program kesehatan dapat ditinjau dari berbagai preseptif
teoritis :
a; Biomedis yang mencakup demografis pasien, keseriusan penyakit dan
kompeklesitas program pengobatan.
b; Teori berlaku yang menggunakan pendekatan behavioristik dalam hal reword,
petunjuk, kontak dan dokumen sosial.
c; Perputaran umpan balik komunikasi dalam mengirim, menerima, memhami
dan menyimpan.
d; Teori keyakinan rasional, yang menimbang manfaat pengobatan dan resiko
penyakit melalui penggunaan logika.
e; Sistem pengaturan diri, proses dilihat sebagai pemecah masalah yang
mengatur perilakunya berdasarkan presepsi atau penyakit, keterampilan,
kognitif, pengalaman masa lalu yang mempengaruhi pengalaman mereka
untuk membuat rencana dan mengatasi penyakit.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penderita dalam
berobat (Depkes, RI, 2001) antara lain :
a; Pengetahuan penderita dalam berobat
Agar pengobatan ini dapat dijalani dengan teratur, maka seseorang
penderita perlu mempunyai pengetahuan yang baik tentang aturan-aturan
minum obat, efek samping yang ringan atau berat dan lama menjalani
pengobatan perlu mempunyai pengetahuan yang cukup dalam menjalankan
program pengobatan.
b; Penyuluhan kesehatan
e; Jarak tempuh
Ada kecenderungan dimasyarakat bahwa dalam pengobatan lebih
digunakan karena jarak yang relatif jauh disamping waktu yang lebih relatif
singkat karena pengobatan dapat dilakuakan disekitar tempat tinggal
timbulnya
kembali
gejala-gejala
yang
sebelumnya
sudah
Penyebab Kekambuhan
Penyebab kekambuhan yaitu tidak teratur minum obat, dosis obat tidak
sesuai, tidak ada dukungan dari keluarga, adanya masalah yang tidak
teratasi (PKMRS, Dr. Soetomo Surabay).
3;