Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dibahas beberapa aspek yang terkait dalam penelitian ini
yaitu:
A; Gangguan jiwa
1; Pengertian
Gangguan jiwa adalah masalah yang serius, penting dan berbahaya. Karena dapat
menyangkut keselamatan dan kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain, bahkan
hingga ke pemerintahan sekalipun. Di negara berkembang seperti Indonesia
bertambahnya atau semakin tinggi jumlah klien dengan gangguan jiwa karena
berlatarbelakng dari dampak krisis ekonom Pengobatan.
Terapi gangguan pskiatrik membutuhkan pengobatan dalam jangka
waktu lama, efektifitas obat yang optimal yang dicapai dalam jangka waktu
tertentu,

sehingga

dibutuhkan

kepatuhan

dan

ketekunan

pasien

untk

menggunakan obat psikotropik tersebut dengan melakukan kontrol berobat


kerumah sakit secara teratur setiap 15 hari. Dimana dosis maintenance
dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (Maslim, 1998).
Hal yang perlu diperhatikan oleh keluarga klien selain efek obat (Kee dan
Hages, 1996) adalah

a; Memberitahu klien untuk tidak mengendarai kendaraan


b; Mengawasi klien agar tidak meminum alkohol
c; Tidak mendadak dalam menghentikan obat
d; Mengawasi klien sewaktu minim obat, karena kebanyakan klien merasa bosan
dan sering obatnya disembunyikan.

1; Terapi (Psikofarmakologi)
Terapi utama untuk skizofrenia ialah psikofarmakologi. Antipsikotik
yang juga dikenal sebagai neuroleptik, digunakan untuk mengobati gejala
psikosis, misalnya waham dan halusinasi. Antipsikotik bekerja dengan menyekat
reseptor neurotransmiter dopamin. Antipsikotik digunakan secara klinis sejak
tahun 1950-an. Antipsikotik merupakan terapi medis utama untuk skizofrenia dan
juga digunakan dalam episode psikotik mania akut, depresi psikotik dan psikotik
akibat penggunaan obat. Terapi antipsikotik jangka pendek bermanfaat untuk
mengobati gejala psikotik sementara, missalnya gejala yang terlihat pada
beberapa penderita gangguan kepribadian ambang (Hyman, Arana & Rosenbaun,
1995)
Antipsikoti terdapat dua macam yaitu antipsikotik tipikal dan antipsikotik
atipikal. Antipsikotik tipikal mengatasi tanda-tanda positif skizofrenia seperti :
waham, halusinasi, gangguan pikiran dan gejala psikotik lainnya, sedangkan
antipsikotik atipikal mengurangi tanda-tanda negatif seperti tidak memiliki
kemauan dan motivasi, menarik diri dari masyarakat dan anhedonia (Littrell,
1998)
Tabel 2.1.
Terapi Psikofarmakologi

No

Antipsikotik
Nama generic (nama dagang)

Bentuk

Dosis harian Rentang dosis


yang ekstrem

Antipsikotik tipikal
Klorpromazin (Therozine)
Perfenazin (Trilafon)
Flufenazin (Prolixin)
Tioridazin (Mellaril)
Mesoridazin (Serentil)
Trifluoperazin (Stelazine)

T, L, INJ
T, L, INJ
T, L, INJ
T, L
T, L, INJ
T, L, INJ

200-1600
16-32
2,5-20
200-600
73- 300
6-50

25-2000
4-64
1-60
40-800
30-400
2-80

Tiotiksen (Navane)
Haloperidol (Haldol)
Loksapin (Loxitane)
Molindon (Moban)

C, L, INJ
T, L, INJ
C, L, INJ
T, L

6-30
2-20
60-100
50-100

6-60
1-100
30-250
15-250

Antipsikotik atifikal
Klozapin (Clozanin)
Risperidon (Risperdol)
Olanzapin (Zyprexa)
Quetiapin (Seraquel)

T
T
T
T

150-500
2-8
5-15
300-600

75-700
1-16
5-20
200-750

*mg/hari untuk dosis oral saja


T, Tablet; C, Kasul; L, Cairan untuk penggunaan oral; INJ, Injeksi untuk IM
Efek

samping

antipsikotik

signifikan

dan

dapat

berkisar

dari

ketidaknyamanan ringan sampai gangguan garakan yang permanen (marder,


2000). Karena banyak efek samping ini menakutkan dan mengesalkan bagi klien,
efek samping tersebut seringkali menjadi alasan utama klien menghentikan atau
mengurangi dosis obat. Efek samping neurologis yang serius meliputi efek
samping ekstrapiramidal (reaksi distonia akut, akatiasi, dan parkinsonisme),
diskinesia Tardif, kejang, dan sindrom maligna neuroleptik. Efek samping
nonneurologis mencakup sedasi, fotosinsensitivitas, dan gejala antikolinergik
seperti mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi urine, dan hipotesi
ortostatik.
B; Kepatuhan
1; Pengertian
Kepatuhan merupakan suatu perilaku seseorang dalam menjalani pengobatan
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh unit pelayanan kesehatan.
(Depkes. RI, 2001). Kepatuhan pada program kesehatan merupakan perilaku
yang tepat diobservasi dan dengan begitu dapat langsung di ukur.

Menurut Sackett (1976) kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien


sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan. Kepatuhan
adalah faktor yang menentukan efektivitas dari pengobatan, kepatuhan yang
buruk akan membuat dampak ganda dalalm arti mengeluarkan banyak dana dan
memperburuk kualitas hidup pasien. Bagi pasien ketidak patuhan berobat
mengakibatkan kegagalan dalam pengobatan dari sudut pandang ekonomi
kesehatan, ketidak patuhan berobat dapat meningkatkan biaya berobat yaitu
dengan mahalnya harga obat pengganti dan lamanya perawatan rumah sakit.
Tidak patuh adalah keinginan seseorang yang telah diberi informasi
untuk tidak mentaati rekomendasi teraupetik. Ketidak patuhan banyak
dipengaruhi oleh keadaan pasien sendiri, keluarga dan temannya. Kepatuhan
muncul dari motivasi dari dalam diri pasien untuk bias sembuh dari penyakitnya
(Jhonson, 2003).
Dalam pengertian psikologi kepatuhan dapat didefenisikan sebagai
bentuk khusus dari kerelaan bila tingkah laku dilaksanakan dalam respon
terhadap perintah lansung. Menurut Milgran (1997) yang dimaksud dengan
ketaatan adalah mekanisme patologis yang menghubungkan tingkah laku
individu dengan tujuan tertentu. Keinginan perilaku tertentu dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain latarbelakang keyakinan atau manfaat perilaku yang
dirasakan, keinginan diakui orang, kontrol perilaku dan motivasi.
Kepatuhan berobat yaitu perilaku atau perbuatan yang dilakukan oleh
pasien dalm menaati jadwal pengobatan yang telah di tetapkan. Kepatuhan dilihat
dari kunjungan melalui kartu berobat penderita dari awal pengobatan sampai
dengan akhir pada saat kunjungan. Patuh dikatakan bila penderita berobat secara
teruatur sesuai batas waktu yang telah ditetapkan dan minum obat sesuai petunjuk

dari rumah sakit, sedangkan dikatakan tidak patuh berobat bila penderita
mengalami putus obat pada waktu yng telah ditetapkan.
Menurut Eroker dkk (1984) dan Levananthal dan Cemeron (1987)
kepatuahan pasien program kesehatan dapat ditinjau dari berbagai preseptif
teoritis :
a; Biomedis yang mencakup demografis pasien, keseriusan penyakit dan
kompeklesitas program pengobatan.
b; Teori berlaku yang menggunakan pendekatan behavioristik dalam hal reword,
petunjuk, kontak dan dokumen sosial.
c; Perputaran umpan balik komunikasi dalam mengirim, menerima, memhami
dan menyimpan.
d; Teori keyakinan rasional, yang menimbang manfaat pengobatan dan resiko
penyakit melalui penggunaan logika.
e; Sistem pengaturan diri, proses dilihat sebagai pemecah masalah yang
mengatur perilakunya berdasarkan presepsi atau penyakit, keterampilan,
kognitif, pengalaman masa lalu yang mempengaruhi pengalaman mereka
untuk membuat rencana dan mengatasi penyakit.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penderita dalam
berobat (Depkes, RI, 2001) antara lain :
a; Pengetahuan penderita dalam berobat
Agar pengobatan ini dapat dijalani dengan teratur, maka seseorang
penderita perlu mempunyai pengetahuan yang baik tentang aturan-aturan
minum obat, efek samping yang ringan atau berat dan lama menjalani
pengobatan perlu mempunyai pengetahuan yang cukup dalam menjalankan
program pengobatan.
b; Penyuluhan kesehatan

Penyuluhan perorangan ini dapat dianggap berhasil apabila penderita


dapat menjelaskan dengan tepat tentang riwayat pengobatan sebelumnya,
penderita datang berobat secara teratur dan meminum obatnya sesuai dengan
jadwal pengobatan, sarta anggota keluarga dapat menjaga dan melindungi
kesehatan.
c; Dukungan keluarga (Support system)
Kepedulian lingkungan keluarga terhadap kesehatan anggota
keluarga, akan berpengaruh terhadap perilaku anggota keluarga yang sakit.
Perilaku dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua
kekuatan dalam diri seseorang. Terjadi perubahan perilaku pada diri
seseorang disebabkan oleh kekuatan menurun. Support system yang berupa
dukungan dan motivasi dari berbagai pihak dapat berubah perilaku seseorang
dalam befikir dan bertindak.
d; Fasilitas pelayanan kesehatan
Fasilitas kesehatan merupakan sarana pelayanan kesehatan yang
tersedia didalam masyrakat yang terkoordinir oleh pemerintah maupun
swasta, baik berupa RS, puskesmas, puskesmas pembantu, dll. yang
ditunjukkan untuk meningkatkan, mempertahankan kesehatan masyarakat.

e; Jarak tempuh
Ada kecenderungan dimasyarakat bahwa dalam pengobatan lebih
digunakan karena jarak yang relatif jauh disamping waktu yang lebih relatif
singkat karena pengobatan dapat dilakuakan disekitar tempat tinggal

dibandingkan jika harus pergi kesarana pelayanan yang membutuhkan sarana


transportasi.
C; Kekambuhan
1; pengertian
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Yosep (2010), kekambuhan adalah
peristiwa

timbulnya

kembali

gejala-gejala

yang

sebelumnya

sudah

memperoleh kemajuan. Pada gangguan jiwa kronis di perkirakan 50% pada


tahun pertama dan 70% pada tahun kedua. Kekambuhan biasanya terjadi
karena adanya kejadian-kejadian buruk sebelum mereka kambuh.
Berbeda halnya dengan Suntannui, et all (1995) kekambuhan menunjukkan
penderita yang telah mengalami penyembuhan atau perbaikan dari gangguan
atau penyakit yang secara bururutan mengalami kembali gejala-gejal
gangguan atau penyakit tersebut.
2;

Penyebab Kekambuhan
Penyebab kekambuhan yaitu tidak teratur minum obat, dosis obat tidak
sesuai, tidak ada dukungan dari keluarga, adanya masalah yang tidak
teratasi (PKMRS, Dr. Soetomo Surabay).

3;

Anda mungkin juga menyukai