LEMBAR PENGESAHAN. .i
KATA PENGANTAR.ii
DAFTAR ISI1
PENDAHULUAN...................................................................................................3
ANATOMI dan FISIOLOGI JANTUNG................................................................6
A. Anatomi Jantung...........................................................................................6
a.
b.
c.
Katup-katup jantung..................................................................................9
d.
B. Fisiologi jantung.........................................................................................12
a.
b.
Siklus jantung..........................................................................................12
c.
Bunyi jantung..........................................................................................14
d.
Frekuensi jantung....................................................................................14
e.
f.
Curah Jantung..........................................................................................16
g.
RAA Sistem.... 17
EPIDEMIOLOGI...................................................................................................18
ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI..........................................................................18
A. Etiologi.................................................................................19
B. Klasifikasi...................................................................................................20
PATOFISIOLOGI..................................................................................................22
MANIFESTASI KLINIS....................................................................26
DIAGNOSA...........................................................................................................28
A. Kriteria diagnosis gagal jantung.................................................................28
B. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................29
KOMPLIKASI.......................................................................................................31
PENATALAKSANAAN........................................................................................33
A. Non Medikamentosa...................................................................................33
B. Medikamentosa.......................................................................34
PROGNOSIS DAN UPAYA PENCEGAHAN......................................................38
KESIMPULAN......................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................42
BAB I
PENDAHULUAN
Gagal jantung atau Heart failure adalah Sindrom klinis yang terjadi pada
pasien karena didapatkan suatu kelainan struktur atau fungsi jantung, sehingga
menimbulkan gejala klinis (dispnea, kelelahan, edema & lainnya) yang
mengakibatkan pasien sering rawat inap, kualitas hidup yang buruk, dan harapan
hidup pendek.(2) Keadaan ini dapat timbul dengan atau tanpa penyakit jantung.
Gangguan fungsi jantung dapat berupa gangguan fungsi diastolik atau sistolik,
gangguan irama jantung, atau ketidaksesuaian preload dan afterload. Keadaan ini
dapat menyebabkan kematian pada pasien.(1)
Gagal jantung dan respon kompensatoriknya mengakibatkan kelainan pada
tiga penentu utama dari fungsi miokardium, yaitu beban awal (preload),
kontraktilitas, dan beban akhir (afterload):(2)
a. Beban awal (preload)
Beban awal adalah derajat peregangan serabut miokardium pada akhir
pengisian ventrikel atau diastolik. Meningkatnya beban awal sampai titik tertentu
memperbanyak tumpang tindih antara filamen-filamen aktin dan miosin ,
sehingga kekuatan kontraksi dan curah jantung meningkat. Hubungan ini
dinyatakan dengan Hukum Starling, yaitu peregangan serabut-serabut miokardium
selama diastole akan meningkatkan kekuatan kontraksi pada sistole.
Beban awal dapat meningkat dengan bertambahnya volume diastolik
ventrikel, misalnya karena retensi cairan, sedangkan penurunan beban awal dapat
terjadi pada diuresis. Secara fisiologis, peningkatan volume akan meningkatkan
tekanan pada akhir diastole untuk menghasilkan perbaikan pada fungsi ventrikel
dan curah jantung, namun pada ventrikel yang gagal, penambahan volume
ventrikel tidak selalu disertai perbaikan fungsi ventrikel. Peningkatan tekanan
yang berlebihan dapat mengakibatkan bendungan paru atau sistemik, edema
akibat transudasi cairan, dan mengurangi peningkatan lebih lanjut dari volume
dan tekanan. Perubahan dalam volume intrakardial dan perubahan akhir pada
menunjukkan
perubahan-perubahan
dalam
kekuatan
serangan
infark
jantung
akut
akibat
kemajuan
pengobatan
dan
BAB II
ANATOMI dan FISIOLOGI JANTUNG
A.
Untuk
mejamin
kelangsungan
sirkulasi,
jantung
b.
atrium merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya
tekanan yang ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya ventrikel mempunyai
dinding otot yang tebal terutama ventrikel kiri yang mempunyai lapisan
tiga kali lebih tebal dari ventrikel kanan. Kedua atrium dipisahkan oleh
sekat antar atrium (septum interatriorum), sementara kedua ventrikel
dipisahkan oleh sekat antar ventrikel (septum inter-ventrikulorum). Atrium
dan ventrikel pada masing-masing sisi jantung berhubungan satu sama lain
melalui suatu penghubung yang disebut orifisium atrioventrikuler.
Orifisium ini dapat terbuka atau tertutup oleh suatu katup atrioventrikuler
(katup AV). Katup AV sebelah kiri disebut katup bikuspid (katup mitral)
sedangkan katup AV sebelah kanan disebut katup trikuspid.
c.
Katup-katup jantung
1) Katup trikuspid
2) Katup pulmonal
menutup
bila
ventrikel
kanan
relaksasi,
sehingga
3) Katup bikuspid
4) Katup aorta
Katup aorta terdiri dari tiga daun katup yang terdapat pada
pangkal aorta. Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri
berkontraksi sehingga darah akan mengalir ke seluruh tubuh.
Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi,
sehingga mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.
d.
Sinoatrial
Atrioventrikular
RA, LA, RV, LV
Pace maker (pusat picu jantung)
10
11
a.
b.
Siklus jantung
Siklus jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (sistole) dan
12
13
c.
Bunyi jantung
Bunyi jantung secara tradisional digambarkan sebagai lup-dup dan
dapat didengar melalui stetoskop. Lup mengacu pada saat katup A-V
menutup dan dup mengacu pada saat katup semilunar menutup. Bunyi
ketiga atau keempat disebabkan vibrasi yang terjadi pada dinding jantung
saat darah mengalir dengan cepat ke dalam ventrikel, dan dapat didengar
jika bunyi jantung diperkuat melalui mikrofon.
Murmur adalah kelainan bunyi jantung atau bunyi jantung tidak
wajar yang berkaitan dengan turbulensi aliran darah. Bunyi ini muncul
karena defek pada katup seperti penyempitan (stenosis) yang menghambat
aliran darah ke depan, atau katup yang tidak sesuai yang memungkinkan
aliran balik darah.
d.
Frekuensi jantung
Frekuensi jantung normal berkisar antara 60 sampai 100 denyut per
14
meningkatkan frekuensi pengeluaran impuls dari nodus SA, mengurangi waktu hantaran melalui nodus A-V dan
sistem
Purkinje,
dan
meningkatkan
eksitabilitas
keseluruhan jantung.
Pusat refleks kardioinhibitor juga terdapat dalam medulla
oblongata.
Efek impuls dari neuron ini adalah untuk mengurangi
frekuensi jantung. Impuls ini menjalar melalui serabut
parasimpatis dalam saraf vagus. Ujung serabut saraf
mensekresi
asetilkolin,
yang
mengurangi
frekuensi
refleks
peningkatan
frekuensi
jantung
untuk
saraf pusat.
Fungsi jantung normal bergantung pada keseimbangan
elektrolit seperti kalsium, kalium, dan natrium yang
mempengaruhi frekuensi jantung jika kadarnya meningkat
atau berkurang.
15
f.
Curah Jantung
Curah jantung adalah volume darah yang dikeluarkan oleh kedua
ventrikel per menit. Curah jantung terkadang disebut volume jantung
per menit. Volumenya kurang lebih 5 L per menit pada laki-laki
berukuran rata-rata dan kurang 20 % pada perempuan. Perhitungan
curah jantung yaitu curah jantung = frekuensi jantung x isi sekuncup.
g.
glomerulus.
Pelepasan renin dari apparatus jukstaglomerulus.
Interaksi renin dan angiotensinogen dalam
menghasilkan angiotensinI.
Konversi angotensin I menjadi angiotensin II.
Rangsangan sekresi aldosteron dari kelenjar adrenal.
Retensi natrium dan air pada tubulus distal dan duktus kolektifus.
Angiotensin II juga menghasilkan efek vasokonstriksi yang
darah
untuk
16
BAB III
EPIDEMIOLOGI
Gagal jantung adalah sindroma yang umum muncul dengan tingkat
kejadian dan sebaran yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hampir 5 juta
orang di AS mengalami gagal jantung, dan hampir 500.000 kasus baru yang
muncul tiap tahun.(2) Penyakit ini berkaitan dengan usia, 75% kasus mengenai
orang dengan usia lebih dari 65 tahun. Tingkat kejadian gagal jantung meningkat
1% pada usia dibawah 60 tahun dan hampir 10% pada usia diatas 80 tahun.(1)
Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan
merupakan penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung.
Diperkirakan hampir lima persen dari pasien yang dirawat di rumah sakit, 4,7%
wanita dan 5,1% laki-laki. Insiden gagal jantung dalam setahun diperkirakan 2,3
3,7 perseribu penderita pertahun. Kejadian gagal jantung akan semakin meningkat
di masa depan karena semakin bertambahnya usia harapan hidup dan
17
BAB IV
ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI
A.
Etiologi (1)
Penyebab gagal jantung digolongkan menurut apakah gagal jantung tersebut
menimbulkan gagal yang dominan sisi kiri atau dominan sisi kanan. Dominan sisi
kiri: penyakit jantung iskemik, penyakit jantung hipertensif, penyakit katup aorta,
penyakit katup mitral, miokarditis, kardiomiopati, amiloidosis jantung, keadaan
curah tinggi (tirotoksikosis, anemia, fistula arteriovenosa). Dominan sisi kanan:
gagal jantung kiri, penyakit paru kronis, stenosis katup pulmonal, penyakit katup
trikuspid, penyakit jantung kongenital (VSD, PDA), hipertensi pulmonal, emboli
pulmonal masif.(1)
1. Gangguan mekanis
a. Peningkatan beban tekanan
18
Klasifikasi (2)
a. Gagal jantung sistolik dan diastolik
Gagal jantung sistolik adalah ketidakmampuan kontraksi jantung
memompa sehingga curah jantung menurun dan menyebabkan kelemahan
fisik, kemampuan aktivitas fisik menurun, dan gejala hipoperfusi lainnya.
Sedangkan gagal jantung diastolik adalah gangguan relaksasi dan
gangguan pengisian ventrikel dengan fraksi ejeksi lebih dari 50%. Kedua
jenis ini tumpang tindih dan tidak dapat dibedakan dari pemeriksaan
jasmani, foto thoraks, atau EKG dan hanya dapat dibedakan dengan
doppler-ekokardiografi.(2)
19
20
BAB V
PATOFISIOLOGI
Pompa yang tidak adekuat dari jantung merupakan dasar terjadinya gagal
jantung(4). Pompa yang lemah tidak dapat memenuhi keperluan terus-menerus dari
tubuh akan oksigen dan zat nutrisi. Sebagai reaksi dari hal tersebut , awalnya
dinding jantung merentang untuk menahan lebih banyak darah karena hal ini,
maka otot jantung menebal untuk memompa lebih kuat. Sementara itu ginjal
menyebabkan tubuh menahan cairan dan sodium. Ini menambah jumlah darah
yang beredar melalui jantung dan pembuluh darah. Hal ini menyebabkan
kenaikkan yang progresif pada tekanan pengisian sistemik rata-rata dimana
tekanan atrium kanan meningkat sampai akhirnya jantung mengalami peregangan
yang berlebihan atau menjadi sangat edema sehingga tidak mampu memompa
darah yang sedang sekalipun. Tubuh kemudian mencoba untuk berkompensasi
dengan melepaskan hormon yang membuat jantung bekerja lebih keras. Dengan
berlalunya waktu, mekanisme pengganti ini gagal dan gejala-gejala gagal jantung
21
mulai timbul. Seperti gelang karet yang direntang berlebihan, maka kemampuan
jantung untuk merentang dan mengerut kembali akan berkurang. Otot jantung
menjadi terentang secara berlebihan dan tidak dapat memompa darah secara
efisien.
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung mencakup
keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir, atau menurunkan
kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal
meliputi regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel, sedangkan stenosis aorta
dan hipertensi sistemik akan meningkatkan beban akhir. Kontraktilitas
miokardium dapat menurun karena infark miokardium dan kardiomiopati. Selain
dari ketiga mekanisme fisiologis tersebut, ada faktor-faktor fisiologis lain yang
dapat juga mengakibatkan jantung gagal bekerja sebagai pompa, seperti stenosis
katup atrioventrikularis dapat mengganggu pengisian ventrikel, perikarditis
konstriktif dan tamponade jantung dapat mengganggu pengisian ventrikel dan
ejeksi ventrikel, sehingga menyebabkan gagal jantung. Diperkirakan bahwa
abnormalitas penghantaran kalsium di dalam sarkomer atau dalam sintesisnya
atau fungsi dari protein kontraktil merupakan penyebab gangguan kontraktilitas
miokardium yang dapat mengakibatkan gagal jantung.
Sebagai respon terhadap gagal jantung, ada 3 mekanisme primer terjadi
yaitu(3): meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, meningkatnya beban awal
akibat aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron, dan hipertrofi ventrikel.
Ketiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan
curah jantung. Mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah
jantung pada awal perjalanan gagal jantung. Namun, dengan berlanjutnya gagal
jantung kompensasi menjadi kurang efektif. Sekresi neurohormonal sebagai
respon terhadap gagal jantung antara lain (2) :
1. Norepinephrine
menyebabkan
vasokontriksi,
meningkatkan
denyut
22
4.
5.
6.
7.
pada miosit
8. Interleukin-1 dan interleukin-6 bersifat toksis terhadap miosit.
Gangguan kontraktilitas miokardium ventrikel kiri yang menurun pada
gagal jantung akan mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel, sehingga
volume residu ventrikel menjadi meningkat akibat berkurangnya stroke volume
yang diejeksikan oleh ventrikel kiri tersebut. Dengan meningkatnya EDV (End
Diastolic Volume), maka terjadi pula peningkatan LVEDP (Left Ventricle End
Diastolic Pressure), yang mana derajat peningkatannya bergantung pada
kelenturan ventrikel. Oleh karena selama diastole atrium dan
ventrikel
23
24
dan air serta meningkatkan sekresi kalium. Angiotensin II juga memiliki efek pada
miosit serta berperan pada disfungsi endotel pada gagal jantung.(6,7)
Vasopressin merupakan hormon antidiuretik yang meningkat kadarnya
pada gagal jantung kronik yang berat. Kadar yang tinggi juga didapatkan pada
pemberian diuretik yang akan menyebabkan hiponatremia.(8)
Endotelin disekresikan oleh sel endotel pembuluh darah dan merupakan
peptide vasokonstriktor yang poten menyebabkan efek vasokonstriksi pada
pembuluh darah ginjal, yang bertanggung jawab atas retensi natrium. Konsentrasi
endotelin-1 plasma akan semakin meningkat sesuai dengan derajat gagal jantung.
Selain itu juga berhubungan dengan tekanan pulmonary artery capillary wedge
pressure, perlu perawatan dan kematian. Telah dikembangkan endotelin-1
antagonis sebagai obat kardioprotektor yang bekerja menghambat terjadinya
remodelling vaskular dan miokardial akibat endotelin.(6,8)
Disfungsi diastolik merupakan akibat gangguan relaksasi miokard, dengan
kekakuan dinding ventrikel dan berkurangnya compliance ventrikel kiri
menyebabkan gangguan pada pengisian ventrikel saat diastolik. Penyebab
tersering adalah penyakit jantung koroner, hipertensi dengan hipertrofi ventrikel
kiri dan kardiomiopati hipertrofik, selain penyebab lain seperti infiltrasi pada
penyakit jantung amiloid. Walaupun masih kontroversial, dikatakan 30 40 %
penderita gagal jantung memiliki kontraksi ventrikel yang masih normal. Pada
penderita gagal jantung sering ditemukan disfungsi sistolik dan diastolic yang
timbul bersamaan meski dapat timbul sendiri.(6)
BAB VI
MANIFESTASI KLINIS
paru-paru.
Meningkatnya
tahanan
aliran
udara
juga
25
distensi vena.
Distensi atrium atau vena pulmonalis dapat menyebabkan kompresi
esophagus dan disfagia atau kesulitan menelan.
26
BAB VII
DIAGNOSIS
(3)
27
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Kriteria mayor dan minor : Penurunan berat badan 4,5 kg dalam 5 hari
pengobatan.
Diagnosis gagal jantung ditegakkan dengan dua kriteria mayor atau satu kriteria
mayor dan 2 kriteria minor.
B.
Pemeriksaan Penunjang
biasanya
ditunjukkan
dengan
adanya
peningkatan
cardiothoracic ratio / CTR (lebih besar dari 0,5) pada tampilan posterior
anterior. Pada pemeriksaan ini tidak dapat menentukan gagal jantung pada
disfungsi sistolik karena ukuran biasa terlihat normal. Selain itu, pada
pemeriksaan foto toraks didapatkan adanya kongesti vena paru-paru,
berkembang menjadi edema interstitial atau alveolar pada gagal jantung
yang lebih berat, redistribusi vaskular pada lobus atas paru-paru, dan
kardiomegali. Pada gagal jantung akut sering tidak terdapat kardiomegali.
3. Pemeriksaan laboratorium
28
normal
atau
menurun
sekunder
terhadap
terapi
diuretik.
Hiperkalemia dapat terjadi pada tahap lanjut dari gagal jantung karena
gangguan ginjal. Kadar nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin dapat
meningkat sekunder terhadap perubahan laju filtrasi glomerulus. Urin
menjadi lebih pekat dengan berat jenis yang tinggi dan kadar natriumnya
berkurang. Kelainan pada fungsi hati dapat mengakibatkan pemanjangan
masa protrombin yang ringan. Dapat pula terjadi peningkatan bilirubin dan
enzim-enzim hati, aspartat aminotransferase (AST) dan fosfatase alkali
serum, terutama pada gagal jantung yang akut. Kadar kalium dan natrium
merupakan prediktor mortalitas.
Pada saat ini terdapat metoda baru yang mempu menentukan gagal
jantung yaitu pemeriksaan laboratorium BNP ( Brain Natriuretic Peptide)
dan NT-pro BNP (N Terminal protein BNP. Kegunaan pemeriksaan BNP
adalah untuk skrining penyakit jantung, stratifikasi pasien dengan gagal
jantung, deteksi left ventricular systolic dan atau diastolic dysfunction
serta untuk membedakan dengan dispnea. Berbagai studi menunjukkan
konsentrasi BPN lebih akurat mendignosis gagal jantung.
4. Ekokardiografi
Pemeriksaan ini direkomendasikan untuk semua pasien gagal
jantung. Tes ini membantu menetapkan ukuran ventrikel kiri, massa, dan
fungsi. Doppler echocardiography dua dimensi dapat digunakan untuk
menentukan penampilan
29
7. Kardiologi nuklir.
BAB VIII
KOMPLIKASI
Komplikasi gagal jantung meliputi: (4)
1. Cachexia jantung
Jika pasien gagal jantung dengan kelebihan berat badan, kondisi mereka
cenderung lebih parah. Indikator penting dari kondisi memburuk adalah
terjadinya cachexia jantung, yang ditandai dengan berat badan yang cepat
menurun (kehilangan sedikitnya 7,5% dari berat normal dalam waktu 6
bulan).
2. Gangguan fungsi ginjal
Gagal jantung melemahkan kemampuan jantung untuk memompa darah,
hal ini dapat mempengaruhi bagian lain dari tubuh termasuk ginjal.
Penurunan fungsi ginjal umumnya terjadi pada pasien dengan gagal
jantung, baik sebagai komplikasi gagal jantung dan sebagai komplikasi
berbagai penyakit lainnya yang berhubungan dengan gagal jantung (seperti
diabetes). Studi menunjukkan bahwa pada pasien dengan gagal jantung
dan gangguan fungsi ginjal meningkatkan risiko komplikasi jantung
termasuk rawat inap dan kematian.
3. Aritmia
Fibrilasi atrium adalah mengalahkan cepat bergetar di ruang atas
jantung. Ini adalah penyebab utama stroke dan sangat berbahaya pada
terganggu.
4. Depresi
Studi menunjukkan bahwa depresi mungkin memiliki efek biologis yang
merugikan pada sistem kekebalan tubuh dan saraf, pembekuan darah,
tekanan darah, pembuluh darah, dan irama jantung. Orang yang depresi
30
mungkin gagal untuk mengikuti petunjuk medis dan tidak dapat menjaga
diri mereka sendiri.
5. Angina dan serangan jantung
Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama gagal
jantung,
pasien dengan gagal jantung memiliki risiko lanjutan untuk angina dan
serangan jantung.
6. Kongesti paru
7. Cardiac arrest
8. Sudden death.
31
BAB IX
PENATALAKSANAAN
Tindakan dan pengobatan pada gagal jantung secara umum ditujukan pada
lima aspek yaitu mengurangi beban kerja, memperkuat kontraktilitas miokard,
mengurangi kelebihan cairan dan garam, melakukan tindakan terhadap penyebab,
faktor pencetus dan penyakit yang mendasari.(4) Dasar pengobatan dekompensasi
kordis dapat dibagi menjadi :
a.
Sering tampak
gejala gejala jantung jauh berkurang hanya dengan istirahat saja. Diet
umumnya berupa makanan lunak dengan rendah garam. Jumlah kalori
sesuai dengan kebutuhan. Penderita dengan gizi kurang diberi makanan
tinggi kalori dan tinggi protein. Cairan diberikan sebanyak 80 100
ml/kgbb/hari dengan maksimal 1500 ml/hari. Program penatalaksanaan
non medikamentosa ini dapat berupa:
Edukasi mengenai gagal jantung, penyebab, bagaimana upaya
alkohol
Monitor berat badan, berhati-hati dengan kenaikan berat badan
tiba-tiba
Mengurangi berat badan pada pasien obesitas
Berhenti merokok
Perlu perhatian khusus jika akan melakukan perjalanan jauh
dengan pesawat, ketinggian, udara panas dan humiditas
32
b.
Medikamentosa
Tujuan utama pengobatan gagal jantung adalah mengurangi gejala
akibat bendungan sirkulasi, memperbaiki kapasitas kerja dan kualitas
hidup serta memperpanjang harapan hidup. Untuk itu, pendekatan awal
adalah
memperbaiki
berbagai
gangguan
yang
mampu
untuk
33
34
ventrikel.
Pemberiannya
akan
memperbaiki
hemodinamik
dan
35
Operatif (4)
Penatalaksanaan dari dekompensasi kordis pada dasarnya diberikan
hanya untuk menunggu saat terbaik untuk melakukan tindakan bedah pada
penderita yang potentially curable. Pemakaian alat dan tindakan bedah
antara lain :
biventricular
Implantable cardioverter defibrillators (ICD)
Heart transplantation, ventricular assist devices, artificial heart
Ultrafiltrasi, hemodialisis.
36
BAB X
PROGNOSIS DAN UPAYA PENCEGAHAN
Prognosis
Prognosis gagal jantung yang tidak mendapat terapi tidak diketahui.
Sedangkan prognosis pada penderita gagal jantung yang mendapat terapi yaitu: (2)
Kelas NYHA I
Kelas NYHA II
Kelas NYHA III
Kelas NYHA IV
Penyebab primer
Keadaan paru
kelainan jantung dan organ sistem lain terutama penyakit metabolik. Pasien
dengan gagal jantung akut memiliki prognosis yang sangat buruk.
37
Pencegahan (1)
Pencegahan gagal jantung, harus selalu menjadi hal yang diutamakan, terutama
pada kelompok dengan risiko tinggi.
ulangan
Pengobatan hipertensi yang agresif
Koreksi kelainan kongenital serta penyakit katup jantung
Memerlukan pembahasan khusus
Bila sudah ada disfungsi miokard, upayakan eliminasi penyebab yang
mendasari.
BAB XI
KESIMPULAN
Gagal jantung adalah sindroma yang umum muncul dengan tingkat
kejadian dan sebaran yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hampir 500.000
kasus baru yang muncul tiap tahun. Penyakit ini berkaitan dengan usia, 75% kasus
mengenai orang dengan usia lebih dari 65 tahun. Tingkat kejadian gagal jantung
38
meningkat 1% pada usia dibawah 60 tahun dan hampir 10% pada usia diatas 80
tahun.
Congestive heart failure adalah ketidakmampuan jantung untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan pada saat istirahat atau kerja ringan. Klasifikasi
gagal jantung dapat dibedakan menjadi gagal jantung sistolik dan diastolik, gagal
jantung high output dan low output, gagal jantung kanan dan kiri, serta gagal
jantung akut dan kronik.
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaankeadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir, atau menurunkan
kontraktilitas miokardium. Sebagai respon terhadap gagal jantung, ada 3
mekanisme primer terjadi yaitu: meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis,
meningkatnya beban awal akibat aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron, dan
hipertrofi ventrikel. Ketiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk
mempertahankan curah jantung. Mekanisme ini mungkin memadai untuk
mempertahankan curah jantung pada awal perjalanan gagal jantung. Namun,
dengan berlanjutnya gagal jantung kompensasi menjadi kurang efektif.
Gambaran klinis gagal jantung secara umum yaitu dispnea, orthopnea, asma
kardial, paroksismal nokturnal dispnoe, batuk non produktif, hemoptisis, dan
disfagia. Gagal jantung pada sisi kanan jantung menimbulkan tanda dan gejala
bendungan vena sistemik. Gagal jantung ke depan pada ventrikel kiri
menimbulkan tanda-tanda berkurangnya perfusi ke organ-organ, karena darah
dialihkan dari organ-organ non vital demi mempertahankan perfusi ke jantung dan
otak, maka manifestasi paling dini dari gagal jantung kiri adalah berkurangnya
perfusi organ-organ seperti kulit dan otot rangka.
Diagnosis gagal jantung ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala dan
penilaian klinis, didukung oleh pemeriksaan penunjang seperti EKG, foto toraks,
biomarker, dan ekokardiografi Doppler. Kriteria diagnosis gagal jantung yang
dipakai adalah menurut Framingham Heart Study.
Tindakan dan pengobatan pada gagal jantung secara umum ditujukan pada
lima aspek yaitu mengurangi beban kerja, memperkuat kontraktilitas miokard,
39
DAFTAR PUSTAKA
40
41