Anda di halaman 1dari 6

PERMASALAHAN

• Dokter tidak memberikan informasi kepada pasien perihal penyakit dan


penatalaksanaan penyakit yaitu operasi
Pasien datang pada tanggal 4 November 2008, dengan keluhan nyeri dipinggang
dan setelah melihat hasil foto roengent BNO-IVP dokter memutuskan untuk
melakukan operasi pada pasien pada tanggal 6 November 2008. Pasien pun
menjalani rawat inap mulai tanggal 4 November 2008 dan masuk ke Bangsal
Teratai ruang 8.
Sejak masuk ke poli dan bangsal pasien mengaku tidak diberikan informasi yang
cukup mengenai penyakitnya, hanya dikatakan bahwa ia menderita batu ginjal
dan harus dioperasi. Padahal pasien yang was-was dengan keadaannya ingin
diberikan informasi yang selengkap lengkapnya mengenai penyakit dan
penatalaksanaan penyakitnya.
Dalam permasalahan ini dokter melanggar prinsip etik justice, dimana dokter
telah melalaikan kewajibannya untuk memberikan informasi yang sejelas-jelasnya
kepada pasien sehingga hak pasien untuk menerima informasi mengenai
penyakitnya menjadi terabaikan.
• Dokter tidak melakukan kunjungan visite pada pasien padahal pasien
besoknya akan melakukan operasi.
Sejak tanggal 4 sampai tanggal 5 November, baik dokter umum khusus bangsal
teratai dan dokter bedah tidak melakukan kunjungan (visite) terhadap pasien.
Tidak ada pemeriksaan dasar apapun baik itu vital sign maupun pemeriksaan
status lokalis terhadap keadaan pasien. Padahal pasien akan menjalani operasi
pada tanggal 6 November.
Dokter telah melakukan pelanggaran prinsip beneficence dan maleficence, karena
dengan dokter tidak melakukan kunjungan dan pemeriksaan pre-operasi akan
membahayakan pasien saat operasi nanti.
• Perawat dan tenaga medis lainnya tidak memberikan tindakan apapun
kepada pasien padahal pasien mengeluhkan sakit di pinggang.
Pada saat pasien pertama kali masuk bangsal, tidak ada satu paramedis ataupun
tenaga kesehatan lainnya yang memeriksa keadaannya baik itu pemeriksaan fisik,
pemeriksaan tanda vital, atau bahkan pemasangan infus. Seharusnya pasien sudah
diberitahu kalau pasien sudah mulai dipuasakan untuk persiapan operasi, namun
tidak ada seorang pun dari tenaga kesehatan yang memberitahukan kepada pasien.
Disini pun terjadi pelanggaran prinsip beneficence dan nonmaleficence dari
tenaga paramedis dan tenaga medis lainnya yaitu dengan membiarkan pasien
dalam keadaan yang menderita dan kesakitan.

PENYELESAIAN MASALAH
• Dokter seharusnya memberikan penjelasan yang cukup kepada pasien mengenai
penyakit dan penatalaksanaan penyakit serta alternatif tindakan yang dapat
dilakukan. Karena pasien memiliki hak atas informasi mengenai penyakit yang
diderita, informasi mengenai tindakan yang akan dilakukan, dan informasi
mengenai alternatif tindakan.
• Kunjungan rutin dari dokter spesialis ataupun dokter umum yang bertugas
menjaga bangsal.
Ini merupakan kewajiban bagi dokter untuk tetap memberikan pelayanan utama
terhadap pasien. Pengaturan jadwal kunjungan diatur dengan sebaik-baiknya agar
lebih fleksibel antara teman sejawat. Kunjungan rutin ini bertujuan selain
mengetahui kondisi pasien, juga meningkatkan hubungan dan komunikasi antara
pasien dan dokter. Sehingga pasien merasa diperhatikan oleh dokter.
• Adanya pendelegasian bagi dokter spesialis atau dokter umum yang berhalangan
hadir untuk melakukan kunjungan (visite).
Hal ini dimaksudkan agar pasien tetap mendapatkan hak kunjungan dari dokter,
walaupun dokter yang bersangkutan tidak dapat hadir.
• Adanya sangsi atau pengawasan yang ketat bagi dokter yang tidak melakukan
visite.
Sangsi atau pengawasan yang ketat dimaksudkan untuk lebih mendisiplinkan para
dokter yang lalai menjalankan tugasnya, selain itu dengan adanya sanksi
diharapkan para dokter lebih menyadari kewajiban profesinya di rumah sakit,
salah satunya adalah visite pasien bangsal.
• Tenaga paramedis sebaiknya lebih memperbaiki sistem pengaturan kerja mereka.
Pada faktanya tenaga paramedis yang ada di bangsal, masih belum memiliki
pengaturan kerja yang baik. Banyaknya tenaga paramedis tidak menjamin
pelaksanaan pelayanan kesehatan menjadi lebih baik. Pada kasus Ny. S ini,
diketahui jumlah paramedis lebih dari cukup dan masing-masing kamar
mempunyai perawat penanggung jawab sendiri, tapi entah bagaimana Ny. S bisa
luput dari perawatan para tenaga paramedis.
• Semua tenanga kesehatan hendaknya menyadari bahwa yang utama adalah
pelayanan terhadap pasien.
Mungkin hal ini yang masih banyak belum diterapkan dalam kehidupan nyata di
rumah sakit. Padatnya jadwal kerja, banyaknya pasien sering disebut-sebut
sebagai kendala saat tenaga kesahatan menjadi tidak profesional. Untuk itu
diperlukan suatu tatanan peraturan, kebiasaan, yang dapat meningkatkan
kesadaran para tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan
terhadap pasien.

ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH


• Setiap tenaga medis hendaknya mengetahui dan menyadari hak dan
kewajibannya. Kewajiban dokter dan tenaga medis terhadap Pasien yaitu :
o Menurut UUPK No. 29 Tahun 2004
Pasal 51
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran
mempunyai kewajiban :
a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
o Menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 4
Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat
kesehatan yang optimal.
Pasal 5
Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan perseorangan, keluarga, dan
lingkungannya.
BAB VI
SUMBER DAYA KESEHATAN
Bagian Kedua Tenaga Kesehatan
Pasal 53
(1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
(2) Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.
(3) Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pcmbuktian, dapat melakukan
tindakan medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan
keselamatan yang bersangkutan.
(4) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dcngan Peraturan Pemerintah.
Bagian Ketiga
Sarana Kesehatan
Pasal 56
(1) Sarana kesehatan meliputi balai pengobatan, pusat kesehatan
masyarakat, rumah sakit umum, rumah sakit khusus, praktik dokter,praktik
dokter gigi, praktik dokter spesialis, praktik dokter gigi spesialis, praktik
bidan, toko obat, apotek, pedagang besar farmasi, pabrik obat dan bahan
obat, laboratorium, sekolah dan akademi kesehatan, balai pelatihan
kesehatan, dan sarana kesehatan lainnya.
(2) Sarana kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat.
Pasal 57
(1) Sarana kesehatan berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar
atau upaya kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang.
(2) Sarana kesehatan dalam penyelenggaraan kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) tetap memperhatikan fungsi sosial.
(3) Sarana kesehatan dapat juga dipergunakan untuk kepentingan
pendidikan dan pelatihan serta penclitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan.
Pasal 58
(1) Sarana kesehatan tertentu yang diselenggarakan masyarakat harus
berbentuk badan hukum.
(2) Sarana kesehatan tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
o Menurut KODEKI
Kewajiban Dokter terhadap Pasien:
Pasal 10:
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan semua ilmu
dan keterampilannya untuk kepentingan pasen. Dalam hal ini ia tidak
mam-pu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas
persetujuan pasen, ia wajib merujuk pasen kepada dokter yang mempunyai
keahlian dalam penyakit tersebut.
Penjelasan:
Dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut adalah dokter
yang mempunyai kompetensi keahlian di bidang tertentu menurut dokter
yang waktu itu sedang menangani pasen.
Pasal 11 :
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasen agar senantiasa
dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat
dan atau dalam masalah lainnya.
Pasal 12:
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasen itu meninggal dunia.
Penjelasan:
Kewajiban ini sering disebut sebagai kewajiban memegang teguh rahasia
jabatan yang mempunyai aspek hokum dan tidak bersifat mutlak.
Pasal 13:
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia dan
lebih mampu memberikan.

Anda mungkin juga menyukai