DISUSUN OLEH :
WIDYA
12312020
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Widya
12312020
____________________________
Dr. Alfian Bahar
Dosen Pembimbing ITB
____________________________
Gerry Rolando Hutabarat, S. Si
Processing Seismic of Geophysical
Exploration PT. Medco E&P
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya haturkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan kerja praktik di PT Medco E&P Indonesia serta
dapat menyusun laporan kerja praktik ini dengan lancar.
Kerja Praktik dan penyusunan laporan ini dilaksanakan sebagai salah satu syarat
kelulusan mata kuliah Kerja Praktik yang wajib dilakukan oleh setiap mahasiswa Teknik
Geofisika Institut Teknologi Bandung yang mengambil mata kuliah tersebut. Selama
pelaksanaan Kerja Praktik dan penyusunan laporan, penulis tidak lepas dari berbagai
hambatan namun bisa penulis lalui berkat bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan
ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ayah, Ibu, Daisy dan Danni yang selalu memberi dukungan dan doa.
2. Dr. Susanti Alawiyah selaku ketua Program Studi Teknik Geofisika ITB.
3. Dr. Alfian Bahar selaku dosen wali, serta seluruh dosen Teknik Geofisika ITB
yang telah memberikan pengetahuan dan motivasi untuk terus belajar.
4. PT Medco E&P Indonesia yang memberikan kesempatan dan fasilitas kepada
saya.
5. Mas Gerry Rolando Hutabarat sebagai mentor yang telah membimbing dan
banyak membantu dengan sabar dalam pelaksanaan Kerja Praktik dan
penyusunan laporan.
6. Joan Caroline Lumban Tobing selaku manager dari Geoscience Technology PT
Medco E&P Indonesia dan seluruh tim Geoscience Technology.
7. Seluruh pimpinan, staff, karyawan dan satpam Exploration Department lantai 33
The Energy Building.
8. Pak Rully selaku HR yang telah membantu saya dalam proses administrasi.
9. Teman teman kerja praktik dan seluruh pihak yang telah membantu Kerja
Praktik saya ini di PT Medco E&P Indonesia.
ii
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran sangat saya harapkan untuk kesempurnaan laporan ini. Mohon maaf atas
segala kekurangan, semoga laporan Kerja Praktik ini bermanfaat bagi pembaca dan saya.
Penyusun
Widya
12312020
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 2
III. 1. Latar Belakang ..................................................................................................... 2
III. 2. Tujuan .................................................................................................................. 3
III. 3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan .......................................................................... 4
III. 4. Metode Pelaksanaan ............................................................................................ 4
III. 5. Sistematika Penulisan .......................................................................................... 4
BAB II TEORI DASAR ..................................................................................................... 6
II. 1. Konsep Gelombang Seismik .................................................................................. 6
II. 2. Sumber Gelombang Seismik .................................................................................. 7
II. 3. Penjalaran Gelombang Seismik ............................................................................. 8
II. 4. Hukum Fisika Gelombang Seismik ........................................................................ 9
II. 5 Migrasi .................................................................................................................. 11
II. 6. Metode Migrasi Kirchoff ..................................................................................... 12
II. 7. Migrasi Berdasarkan Domain / Kawasan ............................................................. 14
BAB III PENGOLAHAN DATA SEISMIK ................................................................... 17
III. 1. Sekilas Mengenai ProMAX 2D ......................................................................... 17
III. 2. Processing Work Flow....................................................................................... 19
III. 3. Pengolahan Data Seismik dengan ProMAX 2D ................................................ 20
III. 3. 1. Reformat ..................................................................................................... 20
III. 3. 2. Geometry .................................................................................................... 21
III. 3. 3. Labelling..................................................................................................... 24
III. 3. 4. Refraction Static Data ................................................................................ 25
III. 3. 5. Editing ........................................................................................................ 27
III. 3. 6. True Amplitude Recovery .......................................................................... 31
iv
BAB I
PENDAHULUAN
III. 1.
Latar Belakang
Era globalisasi tidak hanya ditandai oleh dominasi teknologi informasi
dan ekonomi yang berbasis pengetahuan, tetapi juga SDM yang dituntut mampu
mengembangkan diri secara proaktif, dan menjadi manusia pembelajar dan bekerja
keras. SDM yang mampu bersaing di era globalisasi adalah yang mempunyai etos
kerja tinggi. Hal ini bertujuan agar pengembangan dan pembangunan negara dapat
dilakukan secara berkesinambungan dan diaplikasikan dalam berbagai bidang.
Pembangunan di Indonesia yang berlangsung begitu pesat di segala
bidang mengharuskan terlahirnya SDM yang berkompeten dan berkualitas,
sehingga kekayaan sumber daya alam (SDA) termasuk komoditas migas dapat
dikelola dengan baik. Minyak bumi dan gas merupakan sumber daya alam yang
saat ini menjadi tulang punggung bagi ketersediaan energi di dunia, karena
sebagian besar aktivitas dan kebutuhan manusia membutuhkan energi tersebut.
Untuk alasan inilah eksplorasi minyak bumi dan gas menjadi suatu
kegiatan yang sangat penting untuk menunjang ketersediaan energi bagi
kesejahteraan umat manusia, namun usaha eksplorasi migas merupakan hal yang
kompleks. Selain harus didukung oleh teknologi dan peralatan/instrumen yang
canggih, kegiatan ini melibatkan berbagai disiplin ilmu yang saling mendukung
dan berkaitan. Salah satu ilmu yang turut ambil bagian di dalamnya adalah ilmu di
bidang teknik geofisika sebagai bidang yang berperan penting dalam hal eksplorasi.
Selain dalam bidang keilmuan, mahasiswa pun harus memiliki
kemampuan komunikasi dan bersosialisasi dengan baik agar ketika sudah bekerja
dapat beradaptasi menghadapi berbagai tipe kepribadian dari seseorang. Budaya
dan gaya hidup dari setiap perusahaan juga perlu dimengerti agar mahasiswa dapat
terbiasa dengan lingkungan kerja yang ada di industri.
Untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam industri minyak
dan gas, berdasarkan kenyataan di lapangan dan mampu mengolah data lapangan
khususnya berupa data seismik, serta melatih softskill dalam berkomunikasi dan
bekerja sama merupakan tujuan utama dilaksanakannya kerja praktik ini.
Sebagai salah satu perusahaan migas yang bergerak dibidang eksplorasi
hingga produksi, PT Medco E&P Indonesia memiliki keterkaitan yang erat dengan
program studi Teknik Geofisika ITB. PT Medco E&P Indonesia pun merupakan
perusahaan swasta Indonesia yang sudah sangat maju dan bahkan memiliki
lapangan di luar negeri. Ini membuktikan bahwa PT. Medco E&P Indonesia
memiliki banyak pengalaman yang dapat diberikan kepada mahasiswa dalam
menjalankan program kerja praktik ini.
III. 2.
Tujuan
Tujuan kegiatan kerja praktik antara lain :
Membina hubungan baik antara perguruan tinggi dan dunia kerja khususnya
antara Program Studi Teknik Geofisika ITB dengan PT Medco E&P
Indonesia.
III. 3.
III. 4.
Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan Kerja Praktik ini, mulai dari tahap awal pengolahan data raw
Studi literature
III. 5.
Sistematika Penulisan
Laporan ini disusun dengan sistem pembagian bab dengan pertimbangan
keterkaitan materi yang didapat selama kegiatan kerja praktik di PT. Medco E&P
Indonesia :
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB II
TEORI DASAR
Gelombang seismik disebut juga gelombang elastik karena osilasi partikelpartikel medium terjadi akibat interaksi antara gaya gangguan (gradien stress) melawan
gaya-gaya elastik. Dari interaksi ini muncul gelombang longitudinal, gelombang
transversal dan kombinasi diantara keduanya. Apabila medium hanya memunculkan
gelombang longitudinal saja (misalnya di dalam fluida), maka dalam kondisi ini
gelombang seismik sering dianggap sabagai gelombang akustik. Dalam eksplorasi
minyak dan gas bumi, seismik refleksi lebih lazim digunakan daripada seismik refraksi.
Hal tersebut disebabkan karena seismik refleksi mempunyai kelebihan dapat
memberikan informasi yang lebih lengkap dan baik mengenai keadaan struktur bawah
permukaan. Penyelidikan seismik dilakukan dengan cara membuat getaran dari suatu
sumber getar. Getaran tersebut akan merambat ke segala arah di bawah permukaan
sebagai gelombang getar. Gelombang yang datang mengenai lapisan-lapisan batuan akan
mengalami pemantulan, pembiasan, dan penyerapan. Respon batuan terhadap gelombang
yang datang akan berbeda-beda tergantung sifat fisik batuan yang meliputi densitas,
porositas, umur batuan, kepadatan, dan kedalaman batuan. Gelombang yang dipantulkan
akan ditangkap oleh geophone di permukaan dan diteruskan ke instrumen untuk direkam.
Hasil rekaman akan mendapatkan penampang seismik.
material padat saja dan mempunyai kecepatan gelombang yan lebih kecil
dibandingkan gelombang primer.
Keterangan :
Pembiasan cahaya pada bidang antarmuka antara dua medium dengan indeks bias
berbeda, dengan n2 > n1. Karena kecepatan cahaya lebih rendah di medium kedua
(v2 < v1), sudut bias 2 lebih kecil dari sudut datang 1; dengan kata lain, berkas
di medium berindeks lebih tinggi lebih dekat ke garis normal.
2. Prinsip Huygens
Prinsip Huygens menyatakan bahwa setiap titik-titik pengganggu yang berada
di depan muka gelombang utama akan menjadi sumber bagi terbentuknya deretan
gelombang yang baru. Jumlah energi total deretan gelombang baru tersebut sama
dengan energi utama. Gambar di bawah ini menunjukkan prinsip Huygens.
3. Prinsip Fermat
Prinsip Fermat menyatakan bahwa jika sebuah gelombang merambat dari
satu titik ke titik yang lain, maka gelombang tersebut akan memilih jejak yang
tercepat. Kata tercepat diboldkan untuk memberikan penekanan bahwa jejak yang
akan dilalui oleh sebuah gelombang adalah jejak yang secara waktu tercepat bukan
yang terpendek secara jarak. Tidak selamanya yang terpendek itu tercepat. Dengan
demikian, jika gelombang melewati sebuah medium yang memiliki variasi kecepatan
gelombang seismik, maka gelombang tersebut akan cenderung melalui zona-zona
kecepatan tinggi dan menghindari zona-zona kecepatan rendah. Untuk lebih jelasnya
perhatikan gambar di bawah ini.
10
II. 5 Migrasi
Secara terminologi, migrasi dalam tahapan pengolahan data seismik didefinisikan
sebagai suatu tahapan yang bertujuan untuk mengembalikan reflektor miring ke posisi
sebenarnya serta menghilangkan efek difraksi akibat sesar, kubar garam, pembajian, dan
kompleksitas struktur geologi lainnya, dengan demikian akan meningkatkan resolusi
spasial pencitraan subsurface. Migrasi dapat diklarifikasikan berdasarkan kawasan, yaitu
migrasi pada kawasan waktu (Time Migration) dan migrasi pada kawasan kedalaman /
ruang (Depth Migration).
Migrasi bertujuan untuk membuat penampang seismik mirip dengan kondisi
geologi yang sebenarnya berdasarkan reflektifitas lapisan bumi. Refliktifitas suatu
bidang yang semula tidak menyambung dan selaras satu sama lain serta dipenuhi oleh
efek difraksi bowtie, setelah dimigrasi menjadi lebih jelas dan teratur. Perbedaan
amplitudo yang terlihat antara lapisan yang di atas dengan lapisan yang di bawahnya,
akibat perubahan kontras densitas batuan di bidang batas antar lapisan, setelah dimigrasi
juga menunjukkan reflektifitas yang lebih baik. Dengan kata lain, kontinuitas amplitudo
refleksi pada fasies seismik yang ditunjukkan pada migrated section semakin optimal.
11
(a)
(b)
Gambar 2.5. Penampang Seismik (a) sebelum migrasi; (b) setelah migrasi. (Marisa, 2008).
Gambar 2.6. Metode migrasi Kirchhoff a) pola penjumlahan difraksi; b) setelah migrasi (Pujiono, 2009).
12
Menurut prinsip Kirchoff, amplitudo pada posisi refleksi yang sebenarnya akan
dijumlahkan
secara koheren
sepanjang
kurva difraksi
(Gambar 12).
Jika
aperture
tidak
cukup lebar
maka akan
terdapat
amplitude
yang tidak termigrasi. Untuk keberhasilan proses imaging ini aperture haruslah cukup
13
lebar untuk mencakup garis sinar refleksi dari setiap target. Aperture setidaknya harus
dua kali lebih lebar dari jarak perpindahan lateral antara titik perekaman dengan titik
refleksi atau bisa juga merupakan jarak daripada far offset nya.
14
Berdasarkan tahapan dalam pengolahan data seismik, baik dalam kawasan waktu
maupun kedalaman, migrasi juga dapat dikategorikan menjadi 2 jenis yaitu Post Stack
Migration dan Pre Stack Migration.
III. 1.
III. 2.
15
Gambar diatas merupakan strategi untuk memilih jenis migrasi yang dapat kita
lakukan pada pengolahan data. Saat data seismic memiliki variasi kecepatan lateral
rendah dan strukturnya tidak terlalu kompleks, sebaiknya kita memakai Post Stack Time
Migration, sementara jika strukturnya kompleks sebaiknya memakai Pre Stack Time
Migration. Sementara itu, jika kecepatan lateralnya bervariasi tinggi, saat strukturnya
tidak terlalu kompleks, kita sebaiknya memakai Post Stack Depth Migration dan saat
strukturnya kompleks kita sebaiknya memakai Pre Stack Depth Migration.
16
BAB III
PENGOLAHAN DATA SEISMIK
III. 1.
Software ini merupakan produk dari Landmark yang secara fungsional bisa mengolah
data seismic baik secara 2D maupun 3D, baik data land maupun data marine.
Penggunaan software ini memiliki beberapa hal yang perlu diketahui jika
belum pernah menggunakannya sebelumnya. Dalam menjalankan ProMAX, kita
membutuhkan mouse dengan tiga tombol (three button mouse). Untuk mouse yang
digunakan oleh tangan kanan, penamaannya adalah MB1, MB2, dan MB3, berurutan
dari tombol paling kiri ke arah kanan (lihat gambar dibawah).
Sementara untuk mousepad jika anda menggunakan laptop / notepad, hanya
ada 2 tombol, taitu MB1 dan MB3, tidak ada tombol tengah (MB2). Untuk
melakukan pengerjaan seperti MB2 pada mouse dengan tiga tombol, anda bisa
menekan MB1 dan MB3 bersamaan, hal ini akan dianggap oleh software ProMAX
sebagai MB2.
17
Proses pengolahan dalam ProMAX memiliki tiga level struktur ruang kerja
dan bersifat overlap, yaitu :
a. Area : Ruang kerja yang mendefinisikan lokasi atau daerah penelitian
b. Line : Ruang kerja yang mendefinisikan lintasan survei seismik daerah yang
diolah berdasarkan kelompok flow.
c. Flow : Ruang kerja yang terdiri dari subflow untuk mendefinisikan
algoritma proses pengolahan yang ditunjang dengan pemilihan parameterparameter pengolahan secara tepat
Untuk pertama kali, User harus mendefinisikan Area yang akan diolah,
dengan mengetikkan nama (umumnya nama daerah survei seismik yang
bersangkutan). Jika sudah memiliki sebuah Area, User perlu mendefinisikan Line
dengan mengetikkan nama Line nya (umumnya nama dari lintasan survei seismik
yang bersangkutan).
Selanjutnya dalam Directory Line, User harus dapat mendefinisikan
tahapan tahapan pengolahan data dengan mengetikkan nama dari kelompok Flow
yang diinginkan oleh user yang kemudian dalam Directory Flow inilah user dapat
memilih dan menentukan proses proses yang akan digunakan berdasarkan subflow
yang telah disediakan oleh software ProMAX. Sampai pada tahap ini, user telah siap
melakukan pengolahan data.
18
III. 2.
Reformat
Geometry &
Labelling
Refraction Static
Correction
1st Velocity
Analysis
2nd Velocity
Analysis
Post Stack
Enhancement
1st Noise
Removal
2nd Noise
Removal
Residual
Velocity
Analysis
SEGY Output
19
Editing
Deconvolution
Surface Consistent
Amplitudo
Binning
III. 3.
III. 3. 1. Reformat
20
III. 3. 2. Geometry
lapangan
yang
dibutuhkan
selama
processing,
melakukan
binning data, dan terakhir finalizing database. Flow ini sangat penting dan harus
dilakukan secara teliti, karena jika terjadi kesalahan pada flow ini, maka kita tidak
21
bisa melakukan tahap selanjutnya (terjadi data error). Untuk melakukan hal-hal
diatas, cukup memakai 1 subflow yaitu 2D Land Geometry Spreadsheet (karena
pengambilan data berupa 2D dan pada daerah darat (land).
22
Pertama, kita masukkan data dari receivers, setelah itu masukkan data dari
source, kemudian pattern nya. Setelah itu, klik bin untuk melakukan kalkulasi
binning secara otomatis (lihat gambar diatas). Setelah selesai pada tahap finalize
database, maka data yang kita masukkan sudah terekam oleh software, namun
23
belum dimasukkan kedalam data awal (rawdata) kita, sehingga perlu dilakukan
tahap Labelling.
III. 3. 3. Labelling
Langkah labelling
geometri pada langkah sebelumnya dengan raw data record, sehingga menjadi 1
dataset. Subflow yang digunakan ada 3, yaitu DDI, Inline Geom Header Load,
dan DDO (gambar kiri). Keluaran pada flow ini adalah 01_labelling. Berikut ini
contoh trace sebelum dan sesudah labeling.
24
25
Langkah ini berfungsi untuk mengkoreksi elevasi dari setiap geofon dan
mengkoreksi lapisan lapuk yang terdapat di bawah permukaan tanah, sehingga
nantinya, trace yang kita miliki sudah berada dalam 1 datum yang sejajar.
Refraction static data dilakukan dengan cara pick break pertama yang muncul di
setiap trace (first break picking). Caranya, pertama-tama sebuah gate dibuat di
daerah first break setiap trace, namun cukup pick gate 1 kali di FFID yang sudah
full trace dan terlihat dengan jelas first breaknya, lalu cek setiap FFID, apakah
gate tersebut masih mencakup first break di tiap FFID / tidak. Biasanya akan
masih mencakupi, sehingga pembuatan gate tidak perlu diulang. Namun jika
ternyata ada yang tidak tercakup, gate bisa dibuat ulang di FFID yang tidak
tercakup first breaknya tersebut, kemudian cek kembali setiap FFID nya. Berikut
ini adalah contoh first break picking yang disimpan dengan nama fb_gate.
26
III. 3. 5. Editing
Langkah ini digunakan untuk melihat apakah ada trace yang mengandung
banyak noise dan bisa mengganggu hasil akhir processing kita. Trace yang
dilihat adalah yang memiliki wiggle dengan amplitudo hampir konstan. Pertama,
subflow yang diaktifkan hanya subflow DDI dan Trace Display. Jika sudah
selesai, subflow Trace Kill / Reverse bisa diaktifkan. Pada dataset ini, saya
menemukan 2 trace yang perlu di kill , seperti gambar dibawah ini.
27
Setelah mengecek setiap trace, subflow Trace Kill / Reverse diaktifkan, dengan
parameter sebagai berikut.
28
Informasi FFID dan geofon mana yang perlu di kill dimasukkan di kolom
ini dengan format seperti diatas. Hasil setelah dilakukan trace kill pada FFID tadi
adalah sebagai berikut.
29
Selain melakukan trace kill, kita juga bisa melakukan picking gate untuk
nantinya dilakukan dekonvolusi. Picking gate ini dilakukan saat memeriksa trace
yang rusak (sebelum subflow Trace Kill / Reverse diaktifkan). Caranya, mulamula cari data full trace yang cukup jelas untuk di pick, dalam data ini, saya
memakai FFID nomor 40. Letak decon gate ini dibawah firstbreak gate kita,
namun gate nya harus bersinggungan. Karena itulah, langkah selanjutnya adalah
masukkan fb_gate ke trace tersebut, kemudian pick gate baru, dan beri nama
decon_gate. Kemudian pick layer pertama ini bersinggungan dengan fb_gate, dan
pada layer kedua, ikuti polanya dan pick bagian bawah gate. Berikut ini contoh
dari picking decon_gate.
Jika kita zoom, akan terlihat ada yang bersinggungan, yaitu fb_gate dan
decon_gate (ditunjukkan tanda panah).
30
31
32
TAR diaktifkan
Pada langkah ini, kita melakukan initial velocity analysis dengan picking
nilai kecepatan hanya pada 1 data, yang kemudian data lainnya akan secara
33
otomatis mengikuti 1 data yang kita pick kecepatannya itu. Caranya adalah
dengan menggunakan subflow diatas. Setelah di execute, maka akan muncul
tampilan seperti berikut.
34
III. 3. 8. Deconvolution
35
Pada langkah ini, akan dilakukan noise removal pertama, yang bertujuan
untuk menghilangkan noise khususnya ground roll yang terdapat pada rekaman
seismik. Dalam flow ini digunakan beberapa subflow yang bisa dilihat di gambar
diatas. Untuk subflow Noisy Trace Editing, parameternya sebagai berikut :
36
digunakan pada noise removal pertama ini adalah 0 - 6, nilai ini didapatkan dari
parameter test yang dilakukan, dan nilai ini dianggap paling optimal.
Setelah itu, kita perlu membatasi daerah mana yang akan dihapus dan
dianggap sebagai noise (groundroll), dan daerah mana yang tidak dihapus. Untuk
melakukan ini, perlu dibuat sebuah gate, yaitu GR_gate. Bagian di dalam gate ini
adalah bagian yang akan dihapus. Sebagaimana kita tahu, groundroll biasanya
berada pada frekuensi yang rendah. Berikut ini contoh picking untuk GR_gate.
37
38
Kita juga dapat menampilkan volume dari kecepatan yang telah kita pick
dengan subflow diatas. Subflow ini berfungsi untuk mengkontrol daerah picking
velocity analysis yang kita lakukan. Berikut contoh dari tampilan Volume Viewer.
39
40
41
Setelah itu, kita buat hasil stack nya dengan mengaktifkan subflow Apply
Residual Statics dengan parameter seperti dibawah ini.
Hampir sama dengan analisa kecepatan pertama, pada langkah ini kita
pick kecepatan mana yang paling tepat agar menghasilkan reflektor yang lurus.
Subflow yang digunakan hampir sama, namun di analisa kecepatan kedua ini,
subflow Apply Residual Statics diaktifkan dan parameternya dimasukkan sesuai
42
43
Hampir sama dengan residual static yang pertama, pada langkah ini kita
menentukan horizon yang tepat untuk membuat kemelurusan dan kontinuitas dari
reflektor. Subflow yang digunakan hampir sama, namun di analisa kecepatan
kedua ini, subflow Apply Residual Statics diaktifkan dan parameternya
dimasukkan sesuai dengan parameter pada langkah residual static pertama.
Caranya pun hampir sama dengan residual static yang pertama, namun
perbedaannya, horizon yang kita pick tidak hanya lurus, namun mengikuti bentuk
44
reflektor. Horizon yang saya pilih adalah sebagai berikut (ditunjukkan tanda
panah kuning).
45
adalah sebagai berikut. Nilai standar deviasi yang digunakan kali ini adalah 0-5,
yang didapat dari parameter test yang telah dilakukan.
46
47
karena dirasa
48
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk data kita saat ini, Pre Stack
Time Migration dianggap yang paling optimal karena terlihat struktur cukup
kompleks namun variasi kecepatannya rendah (kecepatan tidak terlalu
bervariasi). Subflow yang digunakan adalah sebagai berikut.
49
Nilai First dan Last CDP dapat kita cek pada properties dari dataset kita,
sementara untuk frekuensi maksimum dan migration aperture nya, dilakukan
parameter test. Setelah melakukan parameter tesr, nilai diatas dirasa paling
optimal untuk data kita sekarang.
50
Hasil dari analisa kecepatan ini ternyata tidak terlalu optimal jika
dikaitkan dengan keadaan geologi yang memungkinkan, sehingga akhirnya data
pada langkah ini tidak digunakan (tetap memakai dataset 14_pstm atau dataset
hasil PSTM awal).
51
gambar dibawah. Bentuk poligon dapat kita ubah-ubah, namun disini menurut
saya yang paling optimal adalah polygon2 yang berbentuk seperti gambar
dibawah. Setelah selesai, yang diaktifkan adalah subflow seperti gambar diatas,
sebelah kanan.
52
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab sebelumnya, telah dibahas mengenai langkah pengolahan data yang saya
lakukan pada data seismik 1304-87. Berikut ini adalah old section atau data sebelum
diolah.
Pada bab ini, akan dijabarkan satu per satu efek dari langkah pengolahan data
yang saya lakukan, baik dilihat dari data stack nya maupun data gathers nya.
53
IV. 1.
Pada data gathers diatas, kita bisa lihat Trace Header nya. Sebelum
menggunakan flow geometri dan labelling, ada beberapa informasi yang tidak diketahui
(bertuliskan null), sementara setelah flow geometri dan labelling digunakan, informasi
tersebut sudah terisi. Kita juga dapat melihat titik penembakan sinyal dari lambang
bendera ssetelah penggunaan flow geometri dan labelling.
54
IV. 2.
Pada data stack diatas, kita bisa lihat perbedaan sebelum dan sesudah koreksi
refraksi statik dilakukan. Sebelumnya, reflektor kurang terlihat dan tidak kontinu.
Setelah dilakukan koreksi refraksi statik, sinyal (refelektor) lebih terlihat dan kontinu.
IV. 3.
Editing
Pada flow ini, ada 2 data trace yang dihilangkan / dihapus (di kill), yaitu trace
pada FFID 147, geofon 84, dan trace pada FFID 323, geofon 62. Pada tahapan ini, trace
yang menghasilkan noise dengan amplitudo yang hampir konstan setiap waktunya akan
dihilangkan. Berikut ini adalah contoh hasil dari trace kill pada data trace yang
mengandung noise tersebut (FFID 147).
55
Dapat kita lihat di bagian yang diberi lingkaran kuning, trace yang buruk dapat
dihapus / dihilangkan pada flow ini.
IV. 4.
TAR diaktifkan
56
Sebelum TAR diaktifkan, sinyal terlihat kurang kontinu, dan setelah TAR
diaktifkan, sinyal terlihat lebih jelas dan kontinu khususnya di daerah objektif kita.
IV. 5.
Deconvolution
Dilihat dari data gathers diatas, groundroll dapat dihapus cukup baik dan resolusi
sinyal pun meningkat. Begitu pula jika dilihat dari data stack nya (gambar dibawah).
Meskipun pada flow ini digunakan decon_gate untuk mereduksi noise, namun utamanya,
fungsi dekonvolusi adalah meningkatkan resolusi sinyal.
57
IV. 6.
Velocity Analysis
58
Setelah dilakukan 2 kali analisa kecepatan pada brute stack, didapatkan hasil
seperti diatas. Sinyal lebih jelas dan kontinu, struktur dari lapisan di bawah permukaan
pun lebih terlihat.
IV. 7.
Gambar diatas merupakan hasil stack sebelum dilakukan residual statik dan
setelah dilakukan residual statik. Terlihat perbedaan di beberapa bagian; setelah
dilakukan koreksi statik, data menjadi lebih smooth, umumnya reflektor lebih jelas.
Namun, ada pula beberapa bagian yang tereduksi (awalnya cukup jelas menjadi lebih
tidak jelas). Jika hal ini terjadi, fokuskan pada daerah objektif kita. Jika daerah objektif
kita menunjukkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya, maka kita bisa pakai hasil dari
koreksi / pengolahannya. Sementara jika bagian reflektor / daerah objektif terlalu
tereduksi, sebaiknya hasil pengolahan tersebut tidak dipakai.
59
IV. 8.
Noise Removal
Noise Removal dilakukan 2 kali, dan berikut ini adalah perbandingan antara
sebelum dilakukan noise removal (brutestack) dengan data setelah dilakukan noise
removal yang kedua. Noise dapat dihilangkan walau tidak 100%, dan reflektor pun
terlihat lebih jelas.
60
IV. 9.
Before
(Residual Static)
After
(SCAM)
Pada tahapan SCAM ini, amplitudo dari reflektor yang lemah diharapkan dapat
diperkuat sehingga reflektor-reflektor, terutama di daerah objektif kita, akan terlihat
lebih jelas dan kontinu. Caranya adalah dengan menyeimbangkan amplitudo-amplitudo
yang lemah dengan amplitudo reflektor yang kuat yang ada disekitarnya. Kata kunci
pada langkah ini adalah balance (seimbang). Dapat kita lihat pada data sebelum dan
sesudah SCAM dilakukan, reflektor yang amplitudonya lemah diperkuat dan
diseimbangkan, sehingga sreflektor yang kuat sedikit lebih melemah namun tetap terlihat
jelas.
61
IV. 10.
Pada tahap migrasi, struktur permukaan bawah tanah terlhat lebih jelas; reflektorreflektor terlihat lebih jelas dan kontinu. Bagian antiklin akan terlihat lebih kecil (lebih
sempit) dari sebelumnya, sementara bagian sinklin akan terlihat lebih lebar dari
sebelumnya. Tingkat noise juga sedikit berkurang pada tahap migrasi ini.
62
IV. 11.
Pada tahap ini, dilakukan F-K Analysis pada data stack terakhir yaitu data hasil
PSTM. Tujuannya untuk mereduksi noise yang masih tersisa, baik itu random noise
ataupun groundroll yang masih tersisa, walaupun noise tidak bisa hilang 100%. Hasil
akhirnya akan membuat reflektor-reflektor lebih jelas dan kontinu, seperti pada gambar
diatas. Dengan demikian, hasil akhir dari pengolahan data akan lebih baik dari
sebelumnya, dengan meningkatnya S/N ratio dari data tersebut.
63
IV. 12.
Pada data diatas, terlihat bahwa hasil pengolahan data yang telah saya lakukan
menampilkan reflektor yang lebih jelas dan kontinu dibanding rawdata record atau
previous datanya, dan memiliki S/N ratio yang lebih tinggi dari data sebelumnya.
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil pengolahan data seismik 2D-Land dengan software ProMAX 2D, Line
1304-87, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Input parameter dalam kategori land merupakan kunci awal benar tidaknya kita
dalam melakukan pengolahan data seismic
Proses editing dilakukan untuk mereduksi sebagian trace yang rusak (noise)
sehingga akan menghasilkan penampang seismik yang lebih baik, terlihat dari
S/N yang lebih tinggi.
Koreksi residual statik mampu menghilangkan deviasi statik pada data seismik
yang timbul akibat proses NMO dan koreksi statik lapangan (field statics).
Selain itu, ada beberapa saran yang dapat saya berikan, diantaranya :
Dalam melakukan First Break Picking maupun Velocity Picking harus benar
benar teliti untuk mendapatkan hasil yang optimal
Jika hasil pengolahan data tidak menunjukkan hasil yang optimal atau bahkan
hasilnya lebih buruk (reflektor menjadi tidak jelas, terlihat bentuk struktur yang
aneh dan tidak memungkinkan secara geologis) sebaiknya data tersebut tidak
dipakai
65
DAFTAR PUSTAKA
Yilmaz, Oz., 2001, Seismic Data Analysis Volume I (Processing, Inversion, and
Interpretaion of Seismic Data), SEG, Tulsa-UK.
Adhiansyah, Efrandi. 2012. Laporan Kerja Praktek Processing Seismik 2D Line Alpha
Lapangan SapphireMenggunakan SeisSpace. Program Studi Geofisika, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Jusri, Tomi. 2004, Panduan Pengolahan Data Seismik Menggunakan ProMax Program
Studi Geofisika, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Sismanto, Prof. 1996, Modul I : Akuisisi Data Seismik, Laboratorium Geofisika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sispanto, Prof. 1996, Modul 2 : Pengolahan Data Seismik, Laboratorium Geofisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Munadi, Suprajitno, Prof. DR. 2002, Pengolahan Data Seismik, Jurusan Fisika,
Universitas Indonesia, Jakarta.
Sagita Putra, Andy., 2009, Laporan Kerja Praktek Pengolahan Data Seismik, Jurusan
Fisika, Universitas Indonesia, Jakarta.
66