Anda di halaman 1dari 15

PENGEMBANGAN

PERANGKAT PEMBELAJARAN
BERORIENTASI
KEMAMPUAN
BERKOMUNIKASI
ILMIAH
PADA
SISWA SMK
FARMASI
ISFI
BANJARMASIN
MENGGUNAKAN
MODEL
PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA
MATERI SUHU DAN KALOR. (Oleh: M. Rezki Rahman;
Pembimbing: M. Arifuddin Jamal, Andi Ichsan Mahardika;
2015; 80 Halaman)
ABSTRAK
Belum adanya perangkat yang dapat mendukung melatih
kemampuan berkomunikasi ilmiah untuk siswa, mengingat
pentingnya kemampuan berkomunikasi saat ini. Sehingga dibuat
penelitian untuk mengembangkan perangkat pembelajaran
berorientasi kemampuan berkomunikasi ilmiah pada siswa SMK
Farmasi ISFI Banjarmasin menggunakan model pembelajaran
penemuan terbimbing pada materi suhu dan kalor. Adapun tujuan
lebih spesifik dari penelitian ini antara lain mendeskripsikan: (1)
validitas perangkat pembelajaran, (2) kepraktisan perangkat
pembelajaran yang ditinjau dari keterlaksaan RPP, (3) efektifitas
perangkat pembelajaran yang ditinjau dari hasil belajar kognitif
siswa, dan (4) pencapaian kemampuan berkomunikasi ilmiah
siswa. Penelitian ini merupakan model pengembangan yang
mengacu pada model pengembangan Dick and Carey, perangkat
pembelajaran yang dikembangkan berupa Materi ajar, RPP, LKS,
dan THB. Hasil penelitian menunjukan: (1) validitas perangkat
pembelajaran berkategori valid. (2) kepraktisan perangkat
pembelajaran dinilai terlaksana sangat baik. (3) Efektifitas
perangkat pembelajaran dinilai efektif, dan (4) pencapaian
kemampuan berkomunikasi ilmiah dinilai baik. Diperoleh
simpulan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan
berorientasi kemampuan berkomunikasi ilmiah dengan model
penemuan terbimbing layak digunakan dalam pembelajaran.
Kata kunci: Perangkat pembelajaran, penemuan terbimbing,
berkomunikasi ilmiah.
.

DEVELOPMENT OF LEARNING TOOLS ORIENTED


SCIENTIFIC COMMUNICATION FOR STUDENT OF
SMK FARMASI ISFI BANJARMASIN BY USING GUIDED
DISCOVERY LEARNING MODEL ON SUBJECT
THEMPERATURE AND HEAT (By: M. Rezki Rahman;
Advisors: M. Arifuddin Jamal, Andi Ichsan Mahardika;
2015; 80 Pages)
ABSTRACT
Lack of learning tools to able to support train scientific learning
for student, considering the importance of the ability to
communicate at this time. Thus created the research that aim to
develop learning tools oriented scientific communication for
student of SMK FARMASI ISFI Banjarmasin by using guided
discovery learning model on subject temperature and heat. As for
the more specific objectives of this research are to describe: (1)
the validity of learning tools, (2) the practicality of the tools
evaluated from the lesson plan implementation, (3) the
effectiveness the learning tools evaluated from the student
cognitive learning result, and (4) the attainment of student
scientific communication ability. This research is a developing
research referred to the developing model of Dick and Carey. The
developed item are teaching materials, lesson plan, student
worksheet, and learning result test. The research result show that:
(1) the learning tools validity is category as valid. (2) The
learning tools practicality is value as very well implied. (3) the
learning tools effectiveness is effective, and (4) the attainment of
student scientific communication ability is well. The obtained
conclusion is that the developed learning tools using guided
discovery learning model are feasible to be used in the learning
process.
Keyword: Learning tools, guided discovery, scientific
communication.

PENDAHULUAN

Mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran wajib


didalam kejuruan IPA ditingkat sekolah menengah atas.
Depdiknas (Facruddin, 2011) menyebutkan, mata pelajaran fisika
adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains, hakikat
sains adalah ilmu pengetahuan yang obyek pengamatannya
adalah alam dengan segala isinya termasuk bumi, tumbuhan,
hewan

serta

manusia.

Widodo

(2013)

kecenderungan

pembelajaran IPA termasuk fisika saat ini, siswa hanya


mempelajari IPA sebagai produk, menghapalkan konsep, teori
dan hukum, serta berorientasi pada hafalan. Akibatnya sikap,
proses, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran.
Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak
berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teachercentered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan
siswa menghapal informasi faktual. Hal ini menyebabkan siswa
kurang terlatih untuk mengembangkan daya nalarnya dalam
memecahkan permasalahan dan mengaplikasikan konsep-konsep
yang telah dipelajari. Selain itu dalam pembelajaran fisika
keaktifan siswa juga sangat dituntut yang lebih mengacu pada
kemampuan berpikir siswa dalam memecahkan permasalahan
IPA yang menuju pada proses sains.
Irianti (Nor, 2013) mengatakan mempelajari fisika dapat
menumbuhkan sifat disiplin dan tertib, berfikir cermat, cepat dan
tepat sebagaimana yang telah tercermin dalam tujuan pendidikan
nasional, yaitu mempersiapkan siswa agar mampu menghadapi

perubahan keadaan didalam kehidupan melalui latihan bertindak


atas dasar penelitian yang logis dan rasional, kritis, cermat,
kreatif dan efektif serta dapat menggunakan fisika dan pola pikir
fisika kedalam kehidupan sehari hari dalam mempelajari ilmu
pengetahuan. Menurut teori Bruner, salah satu prinsip proses
belajar-mengajar adalah motivasi. Dalam diri setiap siswa
terdapat natural curiosity yaitu suatu sikap ingin tahu alamiah
atau dikatakan motivasi intrinsik.
Berdasarkan hal di atas guru diharapkan memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan
penemuan, yang mana dalam prosesnya nanti siswa juga
diharapkan bisa mengkomunikasikan apa yang telah mereka
pelajari. Temuan Heliyah (2011) menyatakan bahwa penerapan
strategi pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil
untuk menyelesaikan berbagai permasalahan dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi ilmiah. Kemampuan berkomunikasi
ilmiah merupakan kemampuan untuk menyampaikan pesan yang
bersifat ilmiah yang dilakukan antara dua orang atau lebih dengan
cara yang ilmiah pula. Karso, dkk (Hermawan, 2013),
menyatakan

bahwa

indikator

komunikasi

ilmiah

dalam

pembelajaran IPA meliputi lima aspek yaitu ; (1) menyusun dan


menyampaikan

laporan

secara

sistematis

dan

jelas,

(2)

menjelaskan hasil percobaan, (3) mendiskusikan hasil percobaan,


(4)

mengklasifikasikan

data

dan

menyusun

data,

(5)menggambarkan data dalam grafik, tabel, atau diagram.


Berdasarkan hasil wawancara terhadap Qamariah,S.Pd
selaku guru fisika kelas X di SMK Farmasi ISFI Banjarmasin,

bahwa kemampuan berkomunikasi ilmiah siswa yang belum


secara efektif terlatihkan di sekolah tersebut. Hal tersebut
dikarekanan terbiasanya siswa diajarkan dengan menggunakan
model teacher-centered dimana guru yang menjadi pusat
pembelajaran dan siswa dilatih untuk lebih fokus memahami
materi melalui materi ajar serta menjawab soal-soal pada LKS.
Akibatnya siswa kurang terlatih untuk melakukan proses
pembelajaran fisika secara penemuan atau melalui proses
praktikum, dimana siswa dapat mempelajari dan melihat
langsung bagaimana proses pembuktian hukum-hukum fisika.
Sehingga sangat dibutuhkan sebuah rancangan perangkat
pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan
belajar

siswa

terutama

dalam

penguasaan

kemampuan

berkomunikasi terlebih dalam komunikasi ilmiah.


Pada pembelajaran fisika, kemampuan berkomunikasi
ilmiah di nilai cocok untuk diterapkan pada materi suhu dan kalor
dimana siswa akan mencoba melakukan percobaan dan
menyampaikan

hasil

percobaan

berdasarkan

kemampuan

berkomunikasi secara ilmiah Pembelajaran penemuan terbimbing


dikembangkan

berdasarkan

pandangan

kognitif

tentang

pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivis. Menurut prinsip


ini siswa dilatih dan didorong untuk dapat belajar secara mandiri.
Dengan kata lain, belajar secara konstruktivis lebih menekankan
belajar berpusat pada siswa sedangkan peranan guru adalah
membantu siswa menemukan fakta, konsep atau prinsip untuk
diri

mereka

sendiri

bukan

memberikan

mengendalikan seluruh kegiatan kelas.

ceramah

atau

Dengan

memanfaatkan

model

ini,

kemampuan

berkomunikasi ilmiah siswa dapat dilatih dimana siswa diajak


untuk menemukan suatu permalahan, lalu secara kelompok
berdiskusi menemukan jawaban atas permasalahan tersebut
melalu proses kerja ilmiah. Berdasarkan keadaan tersebut maka
diperlukan upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan
belajar dan oleh karena itu peneliti akan mengembangkan
perangkat

pembelajaran

berorientasi

pada

kemampuan

berkomunikasi ilmiah (meliputi RPP, LKS, THB dan buku ajar


siswa,).
METODE
Jenis Penelitian dan Prosedur Pengembangan
Jenis penelitian ini adalah penelitian pendidikan dan

pengembangan yang dikenal dengan istilah Research &


Development (R&D). Dimana langkah-langkah penelitian dan
pengembangan yang dilakukan menggunakan model Dick &
Carey antara lain: identifikasi tujuan pembelajaran, analisis
materi ajar dan karakteristik siswa, pengembangan perangkat
pembelajaran, melaksanakan validasi, melaksanakan simulasi dan
uji coba kelas. Adapun perangkat yang dikembangkan berupa
rencana pelaksanaa pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa
(LKS), tes hasil belajar (THB) dan Buku Ajar.
Subjek dan Waktu Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini


adalah siswa kelas X SMK Farmasi ISFI Banjarmasin tahun

ajaran 2014/2015 sebanyak 35 siswa. Objek penelitian adalah


kelayakan

perangkat

pembelajaran

menggunakan

model

penemuan terbimbing pada pokok bahasan suhu dan kalor.


Dimana hasil kerja dari masing-masing siswa baik berupa LKS
maupun THB digunakan sebagai data dalam penelitian ini.
Penelitian berlangsung dari bulan Februari 2015 sampai dengan
Mei 2015.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini mendeskripsikan kelayakan perangkat yang
dibuat, dimana dibahas berdasarkan kevalidan, kepraktisan, keefektifan,
dan pencapaian kemampuan berkomunikasi ilmiah melalui perangkat.
Hasil Uji Validasi Perangkat
Hasil uji validasi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Tabel 1. Hasil validasi RPP pada setiap pertemuan


Aspek
Penilaia
n
Format

Jumlah
Item Soal

Skor tiap
pertemuan
1
2
3

18

18

Bahasa

16.5

16.5

Isi

23

76

77

Jumlah

33

110.5

111.5

3.35

3.38

Rata-Rata
Validitas
Reabilitas

0.85

18
16.
5
77.
5
112
3.3

Total

Ratarata

54

18.00

49.5

16.50

230.5

76.83

334

111.33

10.12
3.37
9
Valid dengan revisi kecil
0.8
0.85
0.84
2

Kategori

ST

ST

ST

Sangat Tinggi

Tabel 1 memperlihatkan bahwa hasil penilaian validasi


rencana pelaksanaan pembelajaran meliputi aspek penilaian
format RPP, bahasa, dan isi RPP oleh kedua validator dalam
kategori valid dengan revisi kecil dengan rerata 3,37 dengan
kategori sangat baik. Dimana validasi ini merupakan total ratarata ketiga RPP yang diajukan untuk divalidasi kepada validator.
Selain itu, nilai reliabilitas pada validasi RPP rata-rata setiap
pertemuannya adalah 0.84 dengan kategori reliabilitas sangat
tinggi.
Hasil uji validasi lembar kerja siswa (LKS)

Tabel 2. Hasil validasi LKS setiap pertemuan


Aspek
Penilaia

Jumlah

Item Soal
n
Format
9
Bahasa
4
Isi
12
Jumlah
25
Rata-Rata
Validitas
Reabilitas
Kategori

Skor tiap
pertemuan
1
2
3
30.5
13.5
38
82
3.28
0.84
ST

Total

Ratarata

30.5 30.5 91.5


30.50
13.5 13.5 40.5
13.50
38.5
39
115.5
38.50
82.5
83
247.5
82.50
3.3
3.32 9.90
3.30
Valid dengan revisi kecil
0.80 0.76
0.80
ST
T
Sangat Tinggi

Tabel 2. di atas memperlihatkan hasil penilaian validasi


lembar kerja siswa meliputi aspek format lembar kerja siswa,
bahasa, dan isi lembar kerja siswa dalam kategori valid dengan
revisi kecil dengan rerata sangat baik yaitu 3,30. Nilai reliabilitas

pada validasi lembar kerja siswa oleh kedua validator adalah 0,80
dengan kategori reliabilitas sangat tinggi.
Hasil uji validasi tes hasil belajar

Tabel 3. Hasil validasi THB


Aspek

Jumlah

Skor

Item

Validator
1
2

Penilaian

Soal

Konstruksi
Umum
Validasi Butir
Jumlah
Rata-Rata
Validitas
Reabilitas

28

11
19

40
68
3.58

RataRata

28

28

33
36.5
4
61
64.5
12
3.21
3.39
Valid dengan revisi kecil
0.63
Tinggi

Tabel 3. Memperlihatkan bahwa hasil penilaian validasi


THB keseluruhan meliputi aspek konstruksi umums erta validasi
butir dalam kategori valid dengan revisi kecil dengan kategori
sangat baik dengan nilai 3.39. Nilai reliabilitas untuk konstruksi
umum THB dan validasi butir adalah 0,63 dengan kategori
reliabilitas tinggi untuk kedua aspek tersebut.
Hasil uji validasi Buku ajar

Tabel 4. Hasil validasi buku ajar


Aspek
Penilaian
Format
Bahasa
Isi
Penyajian

Jumla

Skor

h Item

Validator
1
2

Soal
11
19
10
22

36
67
32
75

35
64
31
68

RataRata
35.5
65.5
31.5
71.5

S
8
12
9
15

Pengintegrasia
n
Manfaat
Jumlah
Rata-Rata
Validitas
Reabilitas

2
66

6
222
3.36

6
6
2
210
216
48
3.18
3.27
valid dengan revisi kecil
0.73
Tinggi

Dari Tabel 4. di atas diketahui hasil penilaian validasi


buku ajar meliputi aspek format buku ajar, bahasa, isi buku ajar,
penyajian, pengintegrasian, dan manfaat atau kegunaan materi,
mengahasilkan

kategori valid dengan revisi kecil dengan

kategori rerata sangat baik dengan nilai 3,27. Nilai reliabilitas


pada validasi buku ajar sebesar 0,73 kategori reliabilitas tinggi.
Hasil Uji Kepraktisan Perangkat

Tabel 5. Hasil analisis keterlaksanaan RPP

Grafik Keterlaksanaan Fase Pembelajaran


4.00
3.50
3.00
2.50
Hasil Pengamatan 2.00
1.50
1.00
0.50
0.00

Berdasarkan

data

tabel

5.

terlihat

bahwa

pada

keterlaksanaan RPP dari tiga pertemuan terdiri dari pertemuan


pertama, kedua dan ketiga serta rata-rata keseluruhan pertemuan.
Dimana diperoleh hasil rata-rata fase1 hingga fase 5 berturutturut sebesar 3.75, 3.47, 3,42, 3.28 dan 3.67. Terlihat semua fase
berjalan dengan baik atau dengan kata lain bisa dilaksanakan oleh
guru.
Hasil Uji Keefektifan Perangkat

Tabel 6. Presentase hasil belajar melalui pretest dan posttest


Interval Nilai

Kategori

g > 0,7
0,3 g 0,7

Tinggi
Sedang
Rendah

g < 0,3

Jumlah hasil

Persentase

belajar siswa
7
22
6

20.00%
62.86%
17.14%

Tabel 6. memperlihatkan bahwa hasil belajar siswa yang


dihitung menggunakan N-gain melalui pretest dan posttest dari
35 hasil belajar siswa keseluruhan ada 20.00% atau 7 hasil belajar
siswa yang berkategori tinggi atau sangat efektif dimana hasil Ngain lebih dari 0,7 kemudian berkategori sedang 62.86% atau 22
hasil belajar siswa hasil N-gain antara 0,3 sampai 0,7 dan 17.14%
atau 6 hasil belajar siswa yang berkategori rendah hasil N-gain
kurang dari 0,3.
Hasil uji pencapaian kemampuan berkomunikasi ilmiah

Tabel 7. Hasil pencapaian kemampuan berkomunikasi ilmiah


No
1

Kemampuan
berkomunikasi ilmiah
Mengklasifikasikan data
dan menyusun data.

Rata-rata

Kategori

3,35

Sangat Baik

Menggambarkan data
2

dalam grafik, tabel, atau


diagram
Menjelaskan hasil

percobaan
Mendiskusikan hasil

percobaan.
Rata-rata

2.68

Baik

2.74

Baik

2.63

Baik

2.85

Baik

Tabel 7. memperlihatkan bahwa pencapaian kemampuan


berkomunikasi

ilmiah

menggunakan

siswa

perangkat

saat

proses

pembelajaran

pembelajaran

model

penemuan

terbimbing dilihat melalui empat aspek yaitu Mengklasifikasikan


data dan menyusun data, Menggambarkan data dalam grafik, tabel, atau
diagram,

Menjelaskan

hasil

percobaan,

Mendiskusikan

hasil

percobaan. Adapun rerata pencapaian kemampuan berkomunikasi

ilmiah

siswa

pada

ketiga

pertemuan

untuk

aspek

Mengklasifikasikan data dan menyusun data yaitu 3,35 dengan

kategori sangat baik, Menggambarkan data dalam grafik, tabel atau


diagram sebesar 2.68 dengan kategori baik,

Menjelaskan hasil

percobaan sebesar 2.74 dengan kategori baik dan Mendiskusikan


hasil percobaan 2.63 dengan kategori baik.
Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil pengembangan dan uji coba, maka


diperoleh

simpulan

menggunakan

model

bahwa:
penemuan

Perangkat

pembelajaran

terbimbing

berorientasi

kemampuan berkomunikasi ilmiah pada pokok bahasan suhu dan


kalor

yang

dikembangkan

layak

untuk

digunakan

atau

diimplementasikan. Hal ini didukung oleh temuan berikut: (1)


Validitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan menurut
validator adalah valid dengan revisi kecil dan layak digunakan.
(2)

Kepraktisan

perangkat

pembelajaran

berkategorikan

terlaksana sangat baik dari tingkat kesesuaian tahap-tahap


pelaksanaan

pembelajaran

dengan

menggunakan

model

penemuan terbimbing diamati dengan lembar keterlaksanaan


RPP. (3) Efektifitas perangkat pembelajaran berkategori efektif
diihat dari tingkat pencapaian ketuntasan hasil belajar kognitif
siswa yang telah ditetapkan dengan gain score dan diukur dengan
menggunakan tes berupa pre-test maupun post-test, dalam
kategori sedang atau efektif. (4) Pencapaian kemampuan
berkomunikasi ilmiah yang diamati saat proses pembelajaran
dikategorikan baik yang diamati dengan lembar pengamatan.
Saran
Beberapa saran dari hasil penelitian antara lain: (1) Bagi sekolah,
hendaknya model penemuan terbimbing dapat lebih sering diterapkan
agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran disekolah. (2) Bagi

guru,

pelaksanaan

pembelajaran

menggunakan

perangkat

pembelajaran menggunakan model pembelajaran penemuan


terbimbing yang berorientasi kemampuan berkomunikasi ilmiah
dapat dimanfaatkan untuk melatihkan kemampuan siswa untuk
berkomunikasi secara ilmiah. (3) Bagi siswa, perangkat
pembelajaran yang dikembangkan terutama materi ajar yang
dibagikan pada siswa dapat dimanfaatkan untuk belajar dan
menggali potensi diri. (4) Bagi mahasiswa, yang nantinya

melakukan penelitian sejenis berkenaan tentang penemuan


terbimbing

ataupun

kemampuan

berkomunikasi

ilmiah

diharapakan hasil ini dapat dijadikan bahan rujukan untuk


membantu berkembangnya penelitian sejenis ini.
DAFTAR PUSTAKA

Fachruddin, Rifqi & Supriyono. 2015. Studi Komparasi Hasil

Belajar Siswa Kelas X SMA Dengan Model Guided


Discovery Berbasis Kegiatan Laboratorium Riil dan
Kegiatan Laboratorium Virtual Pada Materi Listrik
Dinamis. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, Universitas
Negeri Surabaya. Vol 4 hlm: 42-46.
Heliyah. 2011. Penerapan Strategi Action Learning Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Ilmiah
Pada Materi Pertumbuhan Dan Perkembangan Di
Kelas Viii Smp Negeri 6 Surakarta Tahun 2010/2011.
Jurnal skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Tidak dipublikasikan.
Hermawan, Hendra A, Ahmad F dan Dewanto H. 2013.
Penerapan Model Pembelajaran Stad (Student Teams
Achievement Devision) Dengan Berbantuan Program
Microsoft
Excel
Pokok
Materikalor
Untuk
Meningkatkan
Kemampuan
Komunikasi
Ilmiah
Siswakelas X-5 Sma Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran
2012/2013. Jurnal skripsi, Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Tidak dipublikasikan.
Nor, M., Revi A.N, Zuhdi.2013. Motivasi Belajar Fisika Siswa
Melalui Penerapan Pendekatan Arias Pada Siswa Kelas
VIII SMP Negeri 4 Tambang. Prosiding Semirata
FMIPA Universitas Lampung. vol 1 hlm: 159-165.
Setyosari, P. 2013. Metode Penelitian Pendidikan
Pengembangan. Jakarta: Penerbit Kencana.

&

Widodo, L.W. 2013. Peningkatan Aktivitas Belajar Dan Hasil


Belajar Siswa Dengan Metode Problem Based Learning
Pada Siswa Kelas Viia Mts Negeri Donomulyo Kulon
Progo Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Fisika,
Universitas Ahmad Dahlan. vol 17 hlm: 32-35

Anda mungkin juga menyukai