Estetika Setinggi Menara
Estetika Setinggi Menara
DAFTAR ISI
Cover....................................................................................................
.................... i
Judul.....................................................................................................
.................... ii
Kata
Pengantar.............................................................................................
............. 1
Daftar
Isi.........................................................................................................
........... 2
BAB I
Pendahuluan........................................................................................
.....................
Latar
Belakang..............................................................................................
.......... 3
Rumusan
Masalah................................................................................................
... 5
BAB II
Pembahasan........................................................................................
......................
Berdirinya Menara Kudus ..
5
Struktur Karya Seni Menara Kudus ..
. 7
Nilai Intrinsik dan Ekstrinsik Karya Seni Menara Kudus
11
BAB III
Kesimpulan.. 14
Daftar
Pustaka................................................................................................
...... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masyarakat
Kudus
sangat
bangga
terhadap
Menara
lebih
dikenal
dengan
nama
Maulana
Malik
Ibrahim.
Beliau
Candi
Kudus
dengan
wujud
Sebuah
masjid
terletak
hampir
B. Rumusan Masalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Al-Aqsa?,
Karena
batu
pertama
bangunan
masjid
tersebut
Masjid Al-Aqsa atau Masjid Menara Kudus yang didirikan pada tahun
1549 M atau 956 H yang terbukti sangat jelas dengan prasasti berbahasa
arab atau batu pertama yang diletakan untuk membuat masjid ini, yang
didatangkan dari baitul maqdis atau palestina. Dengan ditemukanya bukti
adanya candrasengkala yang berada di tiang menara yang berbunyi
gapura
rusak
ewahing
jagad.
Menurut
prof.
DR
RM
Soetjipto
Wirjosoeparto, candrasengkala ini menunjukkan Gapuro (9), Rusak (0), Ewah (6)
Dan Jagad (1) yang dalam bahasa Jawa dibaca dari belakang menjadi 1609, sehingga
disinyalir bahwa menara ini tersebut dibangun pada tahun Jawa 1609 atau 1685 M, berarti
sesudah Masjid Al-Aqsa berdiri pada tahun 1549 M.
Di dalam Inskripsi bersejarah yang terdapat di atas pengimaman
masjid Menara Kudus, tidak sedikitpun disebutkan bahwa Jafar Shadiq
juga membangun sebuah menara sebagai kelengkapan masjid yang
didirikannya. Dan berdasarkan nama masjid Menara Kudus seperti yang
sering
diucapkan
orang-orang
di
wilayah
Kudus
dan
sekitarnya,
bangunan
menara
tersebut
sebagai
tempat
untuk
Juga
tentang
pengetahuan
bahan
yang
dipakai
dalam
berkaitan
dengan
kedudukannya
sebagai
bangunan
memberi
Keseimbangan
yang
ketenangan
simetri
karena
yang
adanya
memberi
keseimbangan.
ketenangan
disebut
dengan simetri
saja,
keseimbangan
tanpa
simetri
disebut
11
12
pengalaman
estetik,
emosi,
pengalaman
keindahan, atau pengalaman seni yang khas milik dirinya. Clive Bell
menamakan kualitas seni yang demikian itu sebagai significant form atau
bentuk yang bermakna. Seperti halnya Menara Kudus yang memiliki
bentuk bermakna.
Dalam setiap karya seni terdapat dua aspek utama, yakni, aspek
intrinsik dan ekstrinsik. Seni yang hanya menawarkan aspek intrinsik
tanpa kepentingan yang bersifat pragmatis hanyalah seni murni, sematamata estetik bukan demi apapun diluar seni itu sendiri, yaitu seni untuk
13
seni. Intrinsik seni dibentuk oleh medium atau material seninya. Jika
ngomongin tentang aspek ekstrinsik berarti ngomongis soal nilai, yakni
gagasan, pikiran, dan perasaan seniman. Dan unsur ekstrinsik dalam seni
(gagasan dan perasaan) hanya dapat ditangkap oleh orang lain melalui
perwujudan intrinsiknya.
Jadi, tak mungkin memisahkan dua aspek intrinsiknya
dan aspek
hidup yang telah mati meminum mata air tersebut akan menjadi hidup
kembali. Atas kekhawatiran akan dikultuskan, ditutuplah mata air tersebut
dengan bangunan menara. Ini yang disebut aspek aspek ekstrinsik
sebuah karya seni. Dari aspek intrinsiknya bisa dijelaskan oleh para
ilmuan yang menyimpulkan bahwa dua sumber mata air itu adalah bagian
dari konstruksi bagunan menara, karena dengan adanya sumur atau
sumber mata air bisa
menara.
Gambar 3. Bagaunan Menara Kudus.
14
agar
nilai-nilai
Islam
dapat
diterima
masyarakat
tanpa
dan
Menara
Kudus
tidak
ada
duanya.
Masyarakat
dahulu
membangun masjid tanpa harus meniru yang sudah ada di Timur Tengah,
menghasilkan suatu ciri khas tersendiri yaitu alkulturasi antara budaya
Jawa-Hindu dan Islam-Timur Tengah.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah membaca semua referensi yang saya kumpulkan seputar banguna Menara
Kudus dan Estetika Seni, saya bisa menyimpulkan bagunan Menara Kudus merupakan salah
satu cerminan untuk masa sekarang bahwa sejak jaman dahulu nenek moyang kita setiap
membuat karya seni menggunakan dua aspek utama, yakni, aspek intrinsik
dan ekstrinsik. Kaya seni yang diwariskan nenek moyang kita tak cuma
memiliki artistic yang indah tetapi juga memiliki sebuah nilai.
Sebenarnya, sejak zaman dahulu, Indonesia telah menarik dunia. Indonesia kaya akan
budaya, tapi kebudayaan itu tidak di manfaatkan secara maksimal seperti dulu.
Kebudayaan itu bersifat dinamis dan fleksibel. Kita bisa memodifikasi budaya luar yang di
16
anggap baik dan menguntungkan dengan memasukan budaya sendiri sebagai kiblatnya. Hal
tersebut bisa menambah ketertarikan mata dunia terhadap kita, sama halnya dengan
kreatifitas mereka yang dulu telah membuat kita yang hidup sekarang terkagum-kagum atas
karya mereka. Penuh arti nilai filosofi yang tinggi dan tidak hanya sekedar karya seni yang
memiliki keindahan.
Simbol candi yang menjadi icon mencolok dari menara ini bukanlah
menunjuk pada kegunaan candi sebagai tempat memuja para dewa
Hindu-budha, namun inisiatif Sunan Kudus membangun menara yang
menyerupai candi adalah sebagai penarik perhatian umat Hindu agar
dengan mudah menerima ajaran Islam yang elastis dan tidak menolak
keseluruhan bentuk budaya terutama arisektur agama Hindu. Inilah
bentuk strategi dakwah Sunan Kudus.
Jika umat Hindu datang ke candi untuk melakukan penyembahan
kepada para dewa maka ketika ajaran Islam mulai diterima, mereka
datang ke menara atau candi untuk melakukan penyembahan kepada
Tuhan Yang Maha Esa di Masjid Al-Aqsa yang terletak di sebelah menara.
Sunan Kudus menggunakan menara tersebut untuk mengumandangkan
adzan dan memberikan pengumuman tentang awal bulan Qamariyah, dan
di bagian atas menara ini, diletakkan bedug dan kentungan yang dipukul
sebagai tanda datangnya waktu-waktu tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
17
18