Anda di halaman 1dari 11

Fakta#1: Latar Belakang Penerapan

Dengan terbitnya Undang-undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 (UUK No.


13 / 2003) yang mewajibkan semua perusahaan memberikan beberapa imbalan
mulai dari imbalan istirahat panjang sampai dengan imbalan Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK). Penerapan UUK tersebut diatur kebih lanjut dalam Peraturan
Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Perbedaan antara PP dan PKB
bisa dilihat dari Pihak yang terlibat, kompleksitas, kedetailan dan jenis industri
entitas.
Salah satu pasal dalam UUK tersebut mengatur tentang Imbalan Pasca Kerja, yakni
imbalan yang harus diberikan perusahaan kepada karyawan ketika karyawan sudah
berhenti bekerja dengan beberapa alasan diantaranya, karyawan terlibat tindak
pidana, karena karyawan melakukan kesalahan berat, karena karyawan memasuki
usia pensiun, karena karyawan meninggal dunia, karena karyawan sakit
berkepanjangan, karena karyawan mengundurkan diri, karena perusahaan pailit,
karena perusahaan mengalami kerugian dan alasan lainnya yang termasuk imbalan
yang dibayarkan ketika karyawan sudah tidak aktif lagi bekerja. Sehingga
Perusahaan harus melakukan Pencadangan (accrued) biaya yang akan dikeluarkan
kelak, namun tidak semua alasan tersebut harus dilakukan pencadangan sesuai
PSAK 24, diantaranya,
1.Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Pensiun
2.Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Sakit Berkepanjangan / Cacat
3.Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Meninggal Dunia
4.Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Mengundurkan diri (secara baik-baik)
On Going Concern menjadi alasan tidak semua penyebab harus dicadangkan.
Fakta#2: Alasan Perusahaan menerapkan PSAK 24
1.Accrual basis, perusahaan harus mempersiapkan (mencadangkan/ mengakui)
liabilitas (utang) untuk imbalan yang akan jatuh tempo nanti.
2.Tidak ada kewajiban yang tersembunyi, apabila di laporan keuangan perusahaan
tidak ada account imbalan kerja, maka secara tidak langsung perusahaan
sebenarnya menyembunyikankewajiban untuk imbalan pasca kerja.
3.Arus kas di perusahaan, Perusahaan lebih baik mengurangi laba yang diperoleh
setiap periode berjalan, dibandingkan mengeluarkannya secara langsung ketika
terdapat keryawan yang purna tugas.
Fakta#3: Perkembangan PSAK 24
PSAK 24 (Revisi 1994) hanya mengatur tentang akuntansi biaya manfaat pensiun.
Bukan mengatur tentang dana pensiun seperti yang terdapat pada PSAK 18:
Akuntansi Dana Pensiun.
10 tahun berselang, DSAK mengeluarkan PSAK 24 (Revisi 2004) yang mempunyai
cakupan lebih luas, tidak hanya mengenai manfaat pensiun, akan tetapi mengatur
semua imbalan kerja yang berlaku di Perusahaan.

PSAK 24 (Revisi 2010) adalah PSAK 24 versi terbaru (sampai saat ini berlaku)yang
berlaku efektif tanggal 1 Januari 2012, dimana PSAK ini adalah adopsi dari
International Accounting Standar Nomor 19 (IAS 19) Revisi tahun 2009.
IAS 19 terbaru telah dirilis pada tahun 2011 dan berlaku efektif setelah tanggal 1
Januari 2013, untuk menyesuaikannya, DSAK telah merilis pula PSAK 24 (Revisi
2013) dan akan berlaku setelah 1 Januari 2015.
Fakta#4: Ruang Lingkup dan Jenis-jenis Imbalan Kerja berdasarkan PSAK-24
PSAK 24 (Revisi 2010) mengatur ruang lingkup dan jenis-jenis imbalan kerja yang
harus diungkapkan. Berdasarkan ketentuan atau peraturan, Imbalan Kerja yang
harus diungkapkan adalah
Imbalan yang diatur dalam program atau perjanjian formal, misalkan PP atau PKB.
Imbalan yang diatur dalam peraturan perundangan atau industri dan perusahaan
diwajibkan untuk memenuhi ketentuan di peraturan tersebut, misalkan UndangUndang Ketenagakerjaan, Undang-undang jaminan sosial dan lainnya.
Imbalan yang tidak diatur secara formal di perusahaan, tetapi bersifat konstruktif
(atau bersifat menjadi kebiasaan dan keharusan). Misalkan bonus apabila
perusahaan laba.
Jika dilihat dari jenis imbalan kerja yang termasuk kedalam definisi imbalan kerja di
PSAK-24 adalah
Imbalan Kerja Jangka Pendek, Imbalan Kerja yang jatuh tempo kurang dari 12
bulan. Misalkan Gaji, iurang jaminan sosial, cuti tahunan, cuti sakit, bagi laba dan
bonus, dan imbalan yang tidak berbentuk uang.
Imbalan Pasca Kerja, imbalan kerja yang diterima pekerja setelah pekerja sudah
tidak aktif lagi bekerja. Misalkan Imbalan Pensiun, Imbalan asuransi jiwa pasca
kerja, imbalan kesehatan pasca kerja.
Imbalan Kerja Jangka Panjang, Imbalan Kerja yang jatuh tempo kurang dari 12
bulan. Misalkan Cuti besar/cuti panjang, penghargaan masa kerja (jubilee) berupa
sejumlah uang atau berupa pin/cincin terbuat dari emas dan lain-lain.
Imbalan Pemutusan Kontrak Kerja (PKK), imbalan kerja yang diberika karena
perusahaan berkomitmen untuk:
Memberhentikan seorang atau lebih pekerja sebelum mencapai usia pensiun
normal, atau
Menawarkan pesangon PHK untuk pekerja yang menerima penawaran
pengunduran diri secara sukarela (golden shake hand).
Fakta#5: Keterkaitan Aktuaris dan Auditor dengan PSAK 24
Terdapat faktor ketidakpastian (uncertainty factor) dalam perhitungan PSAK 24 yang
disebabkan oleh:
Apakah semua karyawan di satu perusahaan akan tetap bekerja sampai dengan
usia pensiun?

Dalam rentang usia seorang pekerja, pasti ada kemungkinan-kemungkinan


meninggal dunia, sakit berkepanjangan atau cacat. Berapakah besarnya peluang
dari kemungkinan-kemungkinan tersebut?
Dalam dunia kerja sudah menjadi hal yang lumrah pekerja mengundurkan diri,
untuk menghitung kemungkinan beban imbalan pasca kerja dari mengundurkan diri
. Berapa besar kemungkinan pekerja mengundurkan diri?
Berapakah gaji seorang pekerja ketika memasuki usia pensiun?
Dan faktor-faktor lainnya yang tidak pasti.
PSAK 24 telah mengatur tata cara perhitungan beban imbalan kerja yang terdapat
unsur ketidakpastian tersebut dengan menggunakan ilmu Aktuaria. Aktuaria adalah
suatu ilmu pengetahuan yang merupakan kombinasi dari ilmu statistik, matematika
dan ekonomi yang digunakan untuk memperkirakan suatu nilai dengan data dan
asumsi yang telah ditentukan.
Meskipun dalam PSAK 24 tidak disebutkan keharusan menggunakan jasa konsultan
aktuaria untuk menentukan beban imbalan kerja, alasan professionalisme,
independensi dan efisiensi menjadi dasar perusahaan menggunakan jasa aktuaris.
Dalam penyusunan laporan keuangan audited perusahaan, auditor melakukan cek
validasi laporan aktuaris atas perhitungan PSAK 24, apakah sesuai dengan PSAK 24
yang dikeluarkan oleh DSAK-IAI atau belum

PSAK tentang imbalan kerja

Nama : Antonnius kristian


Kelas : 4EB13
NPM : 20211993
PSAK 24 Tentang Imbalan Kerja
Secara umum PSAK 24 adalah mengatur pernyataan akuntansi tentang imbalan
kerja di perusahaan.
Latar belakang Penerapan PSAK 24 tentang Imbalan Kerja adalah: Undang-Undang
Ketenagakerjaan (UUK) Nomor 13 Tahun 2003 mengatur secara umum mengenai
tatacara pemberian imbalan-imbalan di perusahaan, mulai dari imbalan istirahat
panjang sampai dengan imbalan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Imbalan-imbalan di UUK tersebut dapat diatur lebih lanjut di Peraturan Perusaaan
(PP) atau di Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara Perusahaan dan Serikat Pekerja
dan tentu saja merujuk kepada ketentuan di UUK.
Dengan berlakunya UUK ini mengakibatkan perusahaan akan dibebani dengan
jumlah pembayaran pesangon yang tinggi terutama untuk perusahaan yang
memiliki jumlah karyawan ribuan orang. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi
kemungkinan terganggunya cash flow perusahaan akibat dari ketentuan dalam UU

No. 13 tahun 2003 tersebut, maka PSAK No. 24 mengharuskan perusahaan untuk
membukukan pencadangan atas kewajiban pembayaran pesangon/imbalan kerja
dalam laporan keuangannya. Pernyataan ini mengharuskan pemberi kerja (entitas)
untuk mengakui:
Liabilitas, jika pekerja telah memberikan jasanya dan berhak memperoleh imbalah
kerja yang akan dibayarkan di masa depan; dan
Beban, jika entitas menikmati manfaat ekonomis yang dihasilkan dari jasa yang
diberikan oleh pekerja yang berhak memperoleh imbalan kerja.
Imbalan Kerja
Imbalan kerja (employee benefits) adalah seluruh bentuk imbalan yang diberikan
suatu entitas dalam pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja atau untuk
pemutusan kontrak kerja.
Jika dilihat dari jenis imbalan kerja yang termasuk kedalam definisi imbalan kerja di
PSAK-24 adalah sebagai berikut:
Imbalan Kerja Jangka Pendek: Yaitu imbalan kerja yang jatuh temponya kurang dari
12 bulan. Contoh dari Imbalan Kerja Jangka Pendek ini adalah; Gaji, iuran Jaminan
Sosial, cuti tahunan, cuti sakit, bagi laba dan bonus (jika terutang dalam waktu 12
bulan pada periode akhir pelaporan), dan imbalan yang tidak berbentuk uang
(imbalan kesehatan, rumah, mobil, barang dan jasa yang diberikan secara cumacuma atau memalui subsidi).
Imbalan Pasca Kerja: Yaitu imbalan kerja yang diterima pekerja setelah pekerja
sudah tidak aktif lagi bekerja. Contoh dari Imbalan Pasca Kerja ini adalah : Imbalan
Pensiun, Imbalan asuransi jiwa pasca kerja, imbalan kesehatan pasca kerja. Jika
dikaitkan dengan penjelasan diawal tulisan ini, imbalan pasca kerja yang tercantum
di perundangan ketenagakerjaan adalah; Imbalan Pensiun, Meninggal Dunia,
Disability/cacat/medical unfit dan mengundurkan diri.
Imbalan Kerja Jangka Panjang: Yaitu imbalan kerja yang jatuh temponya lebih dari
12 bulan. Contoh dari Imbalan Jangka Panjang ini adalah: Cuti besar/cuti panjang,
penghargaan masa kerja (jubilee) berupa sejumlah uang atau berupa pin/cincin
terbuat dari emas dan lain-lain.
Imbalan Pemutusan Kontrak Kerja (PKK): Yaitu imbalan kerja yang diberikan karena
perusahan berkomitmen untuk: (1) Memberhentikan seorang atau lebih pekerja
sebelum mencapai usia pensiun normal, atau (2) Menawarkan pesangon PHK untuk
pekerja yang menerima penawaran pengunduran diri secara sukarela (golden shake
hand). Imbalan ini dimasukan kedalam pernyataan PSAK-24, jika dan hanya jika
perusahaan sudah memiliki rencana secara jelas dan detail untuk melakukan PKK
dan kecil kemungkinan untuk membatalkannya.
Salah satu ketentuan di UUK adalah mengenai imbalan pasca kerja, yaitu imbalan
yang harus diberikan perusahaan kepada karyawan ketika karyawan sudah berhenti
bekerja (pasca kerja=setelah kerja).
Imbalan-imbalan Pasca Kerja tersebut secara akuntansi harus di cadangkan dari
saat ini, karena imbalan-imbalan pasca kerja tersebut termasuk ke dalam salah satu
konsep akutansi yaitu accrual basis. Ada 4 (empat) imbalan pasca kerja yang
dihitung untuk di cadangkan dalam PSAK-24, yaitu:
Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Pensiun;

Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Sakit Berkepanjangan/Cacat;


Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Meninggal Dunia;
Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Mengundurkan Diri.
Keempat imbalan kerja di atas harus dihitung oleh perusahaan, karena ke-empat
imbalan kerja tersebut termasuk dalam prinsip akutansi imbalan kerja yaitu on
going concern (berkelanjutan). Alasan kenapa perusahaan harus menerapkan PSAK24 adalah:
Adanya prinsip akutansi accrual basis. Penerapan PSAK-24 pada perusahaan adalah
sesuai prinsip akutansi accrual basis, yaitu perusahaan harus mempersiapkan
(mencadangkan/mengakui) utang (liability), untuk imbalan yang akan jatuh tempo
nanti.
Tidak ada kewajiban yang tersembunyi. Artinya jika didalam laporan keuangan
tidak ada account untuk imbalan pasca kerja (melalui PSAK 24), maka secara tidak
langsung perusahaan sebenarnya menyembunyikan kewajiban untuk imbalan
pasca kerja.
Berkaitan dengan arus kas, jika ada karyawan yang keluar karena pensiun dan
perusahaan memberikan manfaat pesangon pensiun kepada karyawan tersebut,
maka pada periode berjalan perusahaan harus mengeluarkan sejumlah uang yang
mengurangi laba perusahaan. Jika dari awal perusahaan sudah mencadangkan
imbalan pensiun ini (imbalan pasca kerja), maka imbalan pensiun yang dibayarkan
tersebut tidak akan secara langsung mengurangi laba, akan tetapi akan
mengurangi pencadangan/accrual/kewajiban atas imbalan pasca kerja yang telah di
catatkan perusahaan di laporan keuangan.
PSAK 24 Imbalan Kerja Revisi 2013
PSAK 24 Imbalan kerja Revisi 2013 akan efektif berlaku pada 1 Januari 2015.
Terdapat tiga perubahan besar dalam PSAK tersebut yaitu:
Cara perhitungan beban imbalan kerja dengan menggunakan bunga neto
Pengakuan laba rugi akturial sebagai penghasilan komprehensif lain
Tambahan pengaturan mengenai pengungkapan
Perbedaan Laporan Keuangan PSAK dengan IFRS
Pengungkapan dan Penyajian Laporan Keuangan ( IAS 1; PSAK 1 REV 1998)
No.Perbedaan IFRSPSAK1Komponen Laporan Keuangan yang LengkapKomponen
laporan keuangan lengkap terdiri atas:

Laporan posisi keuangan (neraca)

Laporan laba rugi komprehensif

Laporan perubahan ekuitas

Catatan atas laporan keuangan

Laporan posisi keuangan komparatif awal periode dan penyajian


retrospektif terhadap penerapan kebijakan akuntansiKomponen laporan keuangan
lengkap terdiri atas:

Neraca

Laporan laba rugi

Laporan perubahan ekuitas


Laporan arus kas

Catatan atas laporan keuangan2Pengungkapan dalam Laporan Posisi


Keuamgan (Neraca)Berdasarkan ilustrasi IFRS:
Aset:
Aset Tidak Lancar
Aset Lancar
Ekuitas:
Ekuitas yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk
Hak non-pengendali

Liabilitis:
Liabilitis jangka panjang
Liabilitis jangka pendek
Berdasar PSAK:
Aset:
Aset Lancar
Aset tidak Lancar
Liabilitis:
Liabilitis jangka pendek
Liabilitis Jangka panjang
Ekuitas:
Hak non-pengendali
Ekuitas yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk
3Istilah Minority InterestIstilah minority interest (hak minoritas) diganti menjadi non
controlling interet (hak non pengendali) dan disajikan dalam Laporan perubahan
ekuitas.Menggunakan istilah hak minoritas4Pos luar biasa (extraordinary item)Tidak
mengenal istilah pos luar biasa (extraordinary item)Masih memakai istilah pos luar
biasa ( extraordinary item)5Penyajian liabilitas jangka panjang yang akan dibiayai
kembaliLiabilitas jangka panjang disajikan sebagai disajikan sebagai liabilitas jangka
pendek jika akan jatuh tempo dalam 12 bulan meskipun perjanjian pembiayaan
kembali sudah selesai setelah periode pelaporan dan sebelum penerbitan laporan
keuanganTetap disajikan sebagai liabitas jangka panjang
Persamaan PSAK dan IFRS
Item luar biasa: Tidak menggunakan istilah tetapi membutuhkan pengungkapan
yang terpisah untuk menjelaskan kinerja dari suatu entitas.

Laporan Perubahan Ekuitas: Pernyataan yang menunjukkan transaksi modal


pemilik, pendapatan dan pengeluaran. Penyajian tersebut berupa penyajian primer.
Laporan Arus Kas.
Definisi kas dan setara kas: Kas dan setara kas dengan jatuh tempo jangka
pendek.
Perubahan kebijakan akuntansi: Penyajian kembali yang komparatif dan laba
ditahan sebelum tahun pembukuan.
Koreksi kesalahan: Penyajian yang komperatif
Perkiraan perubahan akuntansi: Dilaporkan sebagai laporan pendapatan pada arus
periode.
Laporan keuangan konsolidasi
Tujuan khusus entitas,Dimana substansi konsolidasi menunjukkan hubungan
pengendalian.
Tujuan standar:Agar laporan keuangan dapat di perbandingkan baik dengan
laporan keuangan perusahaan periode sebelumnya maupun dengan laporan
keuangan perusahaan lain.
Penerapan Dapat diterapkan di perusahaan laba dan non laba, namun butuh
penyesuaian untuk perusahaan non laba.

Prinsip Dasar Pencatatan Accrual Basis dan Going Concern


Dasar pencatatan akuntansi yang digunakan adalah accrual basis, maka baik untuk
pendapatan maupun beban akan dilaporkan dalam laporan laba rugi dalam periode
dimana pendapatan dan beban tersebut terjadi, tanpa memperhatikan arus uang
kas masuk ataupun arus uang kas keluar.
Bilamana laporan keuangan disusun atas suatu dasar kelangsungan hidup (going
concern), maka dianggap bahwa entitas akan melanjutkan operasinya untuk masa
mendatang. Dengankata lain, diasumsikan bahwa entitas tidak bertujuan untuk
dilikuidasikan atau secara materialmembatasi skala operasinya, di masa
mendatang, yang mana menurut IAS1 yaitu paling tidaksuatu periode dua belas
bulan dari akhir suatu periode akuntansi. Bagaimanapun juga, bilamana ada
keraguan yang signifikan dimasukkan pada kemampuan entitas untuk dilanjutkan
sebagai suatu kelangsungan hidup dan dengan demikian suatu asumsi yang
semacam ini tidak layak, maka laporan keuangan perlu disusun aras suatu dasar
yang berbeda dan jika demikian, maka asumsi dasar yang digunakan harus
diungkapkan.
Asumsi kelangsungan hidup juga dijelaskan didalam lAS 1 yang mengharuskan
manajemen melakukan suatu penilaian mengenai kemampuan suatu entitas untuk
diteruskan atau dilanjutkan sebagai suatu kelangsungan hidup, ketika menyusun
laporan keuangan.

Daftar Pustaka
http://keuanganlsm.com/perbedaan-cash-basis-dan-accrual-basis/
http://shintaardilawati.blogspot.com/2014/06/perbandingan-antara-ifrs-danpsak.html
https://staff.blog.ui.ac.id/martani/2014/11/06/psak-24-imbalan-kerja-revisi-2013/
http://keuanganlsm.com/psak-24-mengenai-imbalan-kerja/
https://vahmy76.wordpress.com/2012/11/26/persamaanperbedaan-ifrs-dan-psak/
Apa sih cakupan dari PSAK 24?
Secara umum PSAK 24 adalah mengatur pernyataan akuntansi tentang imbalan
kerja di perusahaan.
Latar belakang Penerapan PSAK 24 tentang Imbalan Kerja adalah: Undang-Undang
Ketenagakerjaan (UUK) Nomor 13 Tahun 2003 mengatur secara umum mengenai
tatacara pemberian imbalan-imbalan di perusahaan, mulai dari imbalan istirahat
panjang sampai dengan imbalan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Imbalan-imbalan di UUK tersebut dapat diatur lebih lanjut di Peraturan Perusaaan
(PP) atau di Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara Perusahaan dan Serikat Pekerja
dan tentu saja merujuk kepada ketentuan di UUK.

Dengan berlakunya UUK ini mengakibatkan perusahaan akan dibebani dengan


jumlah pembayaran pesangon yang tinggi terutama untuk perusahaan yang
memiliki jumlah karyawan ribuan orang. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi
kemungkinan terganggunya cash flow perusahaan akibat dari ketentuan dalam UU
No. 13 tahun 2003 tersebut, maka PSAK No. 24 mengharuskan perusahaan untuk
membukukan pencadangan atas kewajiban pembayaran pesangon/imbalan kerja
dalam laporan keuangannya. Pernyataan ini mengharuskan pemberi kerja (entitas)
untuk mengakui:
Liabilitas, jika pekerja telah memberikan jasanya dan berhak memperoleh imbalah
kerja yang akan dibayarkan di masa depan; dan
Beban, jika entitas menikmati manfaat ekonomis yang dihasilkan dari jasa yang
diberikan oleh pekerja yang berhak memperoleh imbalan kerja.

Apa yang dimaksud Imbalan Kerja?


Imbalan kerja (employee benefits) adalah seluruh bentuk imbalan yang diberikan
suatu entitas dalam pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja atau untuk
pemutusan kontrak kerja.
Jika dilihat dari jenis imbalan kerja yang termasuk kedalam definisi imbalan kerja di
PSAK-24 adalah sebagai berikut:
1.Imbalan Kerja Jangka Pendek: Yaitu imbalan kerja yang jatuh temponya kurang
dari 12 bulan. Contoh dari Imbalan Kerja Jangka Pendek ini adalah; Gaji, iuran
Jaminan Sosial, cuti tahunan, cuti sakit, bagi laba dan bonus (jika terutang dalam
waktu 12 bulan pada periode akhir pelaporan), dan imbalan yang tidak berbentuk
uang (imbalan kesehatan, rumah, mobil, barang dan jasa yang diberikan secara
cuma-cuma atau memalui subsidi).
2.Imbalan Pasca Kerja: Yaitu imbalan kerja yang diterima pekerja setelah pekerja
sudah tidak aktif lagi bekerja. Contoh dari Imbalan Pasca Kerja ini adalah : Imbalan
Pensiun, Imbalan asuransi jiwa pasca kerja, imbalan kesehatan pasca kerja. Jika
dikaitkan dengan penjelasan diawal tulisan ini, imbalan pasca kerja yang tercantum
di perundangan ketenagakerjaan adalah; Imbalan Pensiun, Meninggal Dunia,
Disability/cacat/medical unfit dan mengundurkan diri.
3.Imbalan Kerja Jangka Panjang: Yaitu imbalan kerja yang jatuh temponya lebih dari
12 bulan. Contoh dari Imbalan Jangka Panjang ini adalah: Cuti besar/cuti panjang,
penghargaan masa kerja (jubilee) berupa sejumlah uang atau berupa pin/cincin
terbuat dari emas dan lain-lain.
4.Imbalan Pemutusan Kontrak Kerja (PKK): Yaitu imbalan kerja yang diberikan
karena perusahan berkomitmen untuk: (1) Memberhentikan seorang atau lebih
pekerja sebelum mencapai usia pensiun normal, atau (2) Menawarkan pesangon
PHK untuk pekerja yang menerima penawaran pengunduran diri secara sukarela
(golden shake hand). Imbalan ini dimasukan kedalam pernyataan PSAK-24, jika dan
hanya jika perusahaan sudah memiliki rencana secara jelas dan detail untuk
melakukan PKK dan kecil kemungkinan untuk membatalkannya.

Salah satu ketentuan di UUK adalah mengenai imbalan pasca kerja, yaitu imbalan
yang harus diberikan perusahaan kepada karyawan ketika karyawan sudah berhenti
bekerja (pasca kerja=setelah kerja).
Imbalan-imbalan Pasca Kerja tersebut secara akuntansi harus di cadangkan dari
saat ini, karena imbalan-imbalan pasca kerja tersebut termasuk ke dalam salah satu
konsep akutansi yaitu accrual basis. Ada 4 (empat) imbalan pasca kerja yang
dihitung untuk di cadangkan dalam PSAK-24, yaitu:
1.Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Pensiun;
2.Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Sakit Berkepanjangan/Cacat;
3.Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Meninggal Dunia;
4.Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Mengundurkan Diri.
Keempat imbalan kerja di atas harus dihitung oleh perusahaan, karena ke-empat
imbalan kerja tersebut termasuk dalam prinsip akutansi imbalan kerja yaitu on
going concern (berkelanjutan). Alasan kenapa perusahaan harus menerapkan PSAK24 adalah:
1.Adanya prinsip akutansi accrual basis. Penerapan PSAK-24 pada perusahaan
adalah sesuai prinsip akutansi accrual basis, yaitu perusahaan harus
mempersiapkan (mencadangkan/mengakui) utang (liability), untuk imbalan yang
akan jatuh tempo nanti.
2.Tidak ada kewajiban yang tersembunyi. Artinya jika didalam laporan keuangan
tidak ada account untuk imbalan pasca kerja (melalui PSAK 24), maka secara tidak
langsung perusahaan sebenarnya menyembunyikan kewajiban untuk imbalan
pasca kerja.
3.Berkaitan dengan arus kas, jika ada karyawan yang keluar karena pensiun dan
perusahaan memberikan manfaat pesangon pensiun kepada karyawan tersebut,
maka pada periode berjalan perusahaan harus mengeluarkan sejumlah uang yang
mengurangi laba perusahaan. Jika dari awal perusahaan sudah mencadangkan
imbalan pensiun ini (imbalan pasca kerja), maka imbalan pensiun yang dibayarkan
tersebut tidak akan secara langsung mengurangi laba, akan tetapi akan
mengurangi pencadangan/accrual/kewajiban atas imbalan pasca kerja yang telah di
catatkan perusahaan di laporan keuangan.

Apa Keterkaitan Profesi Auditor (Kantor Akuntan Publik) dengan PSAK 24?
Pihak yang terkait dalam proses perhitungan beban imbalan kerja PSAK 24 adalah
auditor, biasanya eksternal auditor (Kantor Akuntan Publik-KAP). Seperti yang telah
diketahui setiap perusahaan akan menyusun laporan keuangan di akhir tahun buku,
maka pihak KAP akan melakukan audit diperusahaan. Pada proses audit tersebut lah
hasil laporan PSAK 24 yang telah dihitung akan di cek validasi nya. Apakah sudah
sesuai dengan PSAK 24 yang di keluarkan oleh DSAK-IAI atau belum. Kadang kala
mereka juga melakukan cross check terhadap hasil perhitungan dengan meminta
contoh perhitungan.

Oleh karena itu penerapan PSAK 24 dianjurkan kepada perusahaan, Kalau tidak
menerapkan PSAK ini, maka auditor akan memberikan pendapat wajar dengan
pengecualian PSAK 24. Artinya, semua akun di laporan keuangan adalah wajar,
bebas dari salah saji material, kecuali salah satu akun sehubungan dengan PSAK 24,
karena perusahaan tidak mengikuti Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku
di Indonesia. Apa yang dilakukan auditor sudah sesuai dengan Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP).
Selengkapnya PSAK 24 tentang Imbalan Kerja dapat di download di halaman Unduh
kategori Standar dan Peraturan, bisa dilihat disini.
- See more at: http://keuanganlsm.com/psak-24-mengenai-imbalankerja/#sthash.QXf7hjef.dpuf

Anda mungkin juga menyukai