VSD
KONSEP TEORI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN VSD
1. Pengkajian
a.
Pengumpulan data
f)
Intoleransi aktivitas
Takikardi
Sianosis
Dispnea
Disritmia
Kelemahan
Ketidakmampuan untuk melakukan perilaku yang sesuai dengan kelompok usia, misal : bahasa,
motorik, personal sosial
4) Resiko infeksi
Dapat dihubungkan dengan :
-
6) Intoleransi aktivitas
Dapat dihubungkan dengan :
-
Kelemahan
Dispnea
Takikardia
2. Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan curah jantung b/d adanya defek struktur jantung
2) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b/d ketidakadekuatan oksigen dan nutrien pada
tingkat jaringan
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kesulitan makan akibat dispnea
4) Resiko infeksi b/d penurunan status kesehatan
5) Perubahan perfusi jaringan perifer b/d berkurangnya aliran darah ke seluruh jaringan
6) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan akibat curah jantung menurun
7) Kurang pengetahuan orang tua b/d informasi yang kurang
3. Perencanaan
a.
Prioritas masalah
Sebelum dilakukan rencana keperawatan, terlebih dahulu dilakukan prioritas masalah
keperawatan berdasarkan berat ringannya masalah :
Kriteria hasil
: -
R/
Nadi yang meningkat dan tekanan darah yang menurun dapat menunjukkan adanya penurunan
curah jantung
Kriteria hasil
: -
Dengan istirahat yang cukup dapat meningkatkan kondisi fisik sehingga diharapkan daya tahan
tubuh lebih baik
Dengan mengetahui tanda-tanda infeksi secara dini, infeksi dapat segera ditangani
Kriteria hasil
: -
Intervensi :
a) Kaji apakah pasien mendapat masukan oral
R/
c) Anjurkan orang tua agar memberikan makanan pada anak dalam posisi tegak/semi fowler
R/
d) Berikan HE pada orang tua pasien tentang pentingnya nutrisi untuk anak
R/
Dengan orang tua mengetahui tentang pentingnya nutrisi diharapkan lebih memperhatikan
masukan oral pada anak.
Kriteria hasil
: -
Intervensi :
a) Kaji adanya sianosis
R/
Mengetahui adanya sianosis atau tidak pada pasien sehingga dapat dilakukan tindakan yang tepat
Kriteria hasil
: -
Intervensi :
a) Monitor pertumbuhan dan perkembangan anak
R/
Untuk mengetahui perbaikan secara signifikan dalam pertumbuahn dan perkembangan anak
Nutrisi yang seimbang baik untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal
c) Dorong orang tua untuk memberikan aktivitas yang positif sesuai dengan usia anak
R/
Aktivitas yang positif misal bercerita, mengenal gambar dll dapat meningkatkan perkembangan
anak
Tujuan
Kriteria hasil
: -
Intervensi :
a) Kaji adanya kelemahan pada pasien
R/
Dengan mengetahui keadaan pasien dapat dinilai seberapa besar kemampuan beraktivitas pasien
Untuk mengetrahui sejauh mana kemampuan otot pasien guna untuk aktivitasnya
Beri motivasi keluarga agar pasien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan secara
bertahap
R/
Kriteria hasil
: -
R/
Agar orang tua mengerti tentang proses penyakit yang terjadi pada anak
Untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman orang tua pasien tentang VSD
4. Implementasi
Implementasi keperawatan disusun sesuai dengan rencana keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan dibuat berdasarkan dari rencana tujuan.
I. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 April 2012 pukul 08.00 WITA, di Ruang Belibis
RSUD Wangaya dengan teknik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan catatan medik
keperawatan.
A. Pengumpulan Data
1. Identitas
a.
Anak
Nama
= HP
Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
= Laki-laki
b. Orang tua
Ayah
Ibu
Nama
JP
AP
Umur
34 tahun
32 tahun
Pendidikan
SMP
SMP
Pekerjaan
Sopir
IRT
Agama
Hindu
Hindu
Alamat
Nama
GP
Jenis
Kelamin Umur
L
P
5 th
HP
1 th
Keadaan sekarang
Sehat
Sakit
Keteranga
n
Mati
Anak
kandung
Anak
kandung
3. Alasan dirawat
a.
Keluhan utama
Orang tua pasien mengatakan anaknya dari dulu memang sering mengalami sesak napas dan
pernah diperiksakan ke Puskesmas kemudian diberikan beberapa obat tetapi orang tua pasien
lupa nama obatnya. Apabila sesaknya kambuh, obat itu diberikan lagi dan sesaknya hilang. Tapi
sewaktu kambuh pukul 04.00 WITA, setelah diberikan obat tersebut sesak nafas anaknya tidak
mau hilang. Akhirnya orang tua memutuskan untuk membawa anaknya ke RS Wangaya. Setelah
dilakukan pemeriksaan di Poli Anak, kemudian pasien dibawa ke Ruang Belibis untuk
mendapatkan perawatan. Di Ruang Belibis pasien mendapatkan terapi IVFD RL sebanyak 20
tetes/menit dan mendapatkan O2. Selama di RS pasien mendapatkan beberapa pemeriksaan untuk
mendapatkan diagnosa pasti di antaranya foto thorak dan ekokardiografi didapatkan diagnosa
bahwa pasien mengalami penyakit jantung kongenital yaitu ventrikel defek.
Terapi tanggal 10 April 2012
-
Lanoxin 1 ml
O2
4. Status Imunisasi
Ibu mengatakan bahwa anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap sesuai umurnya di
puskesmas, namun ibu sudah lupa pada umur berapa masing-masing imunisasi diberikan,
imunisasi yang telah diberikan adalah BCG 1 kali, hepatitis B 2 kali, polio 3 kali, DPT 3 kali dan
campak 1 kali.
5. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Ibu mengatakan sebelumnya anaknya sering sakit terutama sesak nafas dan hanya sekali dibawa
ke puskesmas. Setelah itu tidak pernah lagi diperiksakan ke puskesmas sampai akahirnya dibawa
ke RS Wangaya.
6. Riwayat penyakit keluarga
Orang tua mengatakan bahwa anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit jantung
bawaan ataupun penyakit lainnya.
7. Kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual
a.
Biologis
1) Bernafas
Ibu mengatakan sebelumnya sering mengalami sesak nafas. Pada saat pengkajian ibu
mengatakan anaknya kesulitan dalam bernafas.
2) Makan dan Minum
Makan
tapi porsinya sedikit, hanya beberapa sendok makan, dengan menu nasi lembek dan sedikit lauk.
Saat pengkajian ibu mengatakan anaknya tidak mau makan sama sekali.
Minum
air putih 4-5 gelas sehari (+ 800-1000 cc). Saat pengkajian anaknya hanya minum air putih 3-4
gelas per hari dengan menggunakan sendok (+ 600 800 cc).
3) Eliminasi
Buang Air Besar (BAB)
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit dan saat sakit biasa BAB 1 kali sehari dengan konsistensi
feces lembek, warna kuning dan bau khas feces. Dan pada saat pengkajian ibu mengatakan
anaknya sudah BAB 1 kali dengan konsistensi feces lembek, warna kuning dan bau khas feces.
Buang Air Kecil (BAK)
Ibu mengatakan sebelum sakit biasa BAK 6-7 kali sehari dengan warna kuning dan bau khas
urine. Saat pengkajian ibu mengatakan anaknya dari pagi sudah kencing 2 kali dengan volume +
100 cc tiap kali kencing dengan warna pekat seperti teh.
4) Gerak dan aktivitas
Ibu mengatakan sebelum sakit anaknya kurang banyak gerak dan dalam beraktivitas tidak
selincah teman-temannya karena mudah sekali lelah. Dan pada saat pengkajian ibu pasien
mengatakan anaknya sangat lemah dan hanya bisa berbaring di tempat tidur.
5) Istirahat tidur
Pasien mengatakan bahwa sebelum sakit anaknya biasa tidur pukul 20.00 WITA dan bangun pagi
pukul 06.00 WITA. Pada saat sakit pasien lebih banyak tidur.
6) Pengaturan suhu tubuh
Ibu mengatakan bawah sebelumnya sakit dan pada saat sakit anak tidak mengalami gangguan
dalam pengaturan suhu tubuh.
7) Kebersihan diri dan berpakaian
Ibu mengatakan sebelum sakit biasanya anaknya mandi 2 kali sehari, cuci rambut 1 kali
seminggu, dan sikat gigi 1 kali sehari. Saat pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya sudah
dilap dan sudah mengganti baju.
b. Data psikologi
1) Rasa aman (orang tua)
Ibu mengatakan sangat mengkhawatirkan keadaan anaknya karena baru pertama kali ini masuk
rumah sakit. Orang tua mengatakan belum paham tentang penyakit anaknya, baik penyebab
ataupun pengobatannya dan orang tua bertanya-tanya tentang keadaan anaknya.
2) Rasa nyaman
Orang tua pasien mengatakan anaknya tidak pernah menangis seperti orang kesakitan.
c.
Data sosial
1) Sosial anak
Ibu mengatakan bahwa pasien adalah anak kedua dari 2 bersaudara, sebelum sakit ibu
mengatakan anaknya biasa bemain dengan tetangganya. Tapi saat sakit ibu mengatakan pasien
hanya berinteraksi dengan para pengunjung.
2) Bermain
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya biasa bermain dengan saudara maupun
tetangganya. Tapi saat sakit pasien hanya bisa bercanda ringan di tempat tidur.
3) Prestasi
Ibu mengatakan saat ini belum ada prestasi dari anaknya.
d. Data spiritual
Ibu pasien mengatakan seluruh keluarganya beragama Hindu dan keluarga biasa bersembahyang
setiap hari.
Keadaan umum
1) Kebersihan
cukup bersih
2) Keadaan kulit :
turgor kulit elastis, terdapat sianosis, tidak ada lesi, ikterik (-)
3) Kesadaran
compos mentis
b. Pemeriksaan antopometrik
1) BB sebelum sakit
BB saat pengkajian : 7 kg
c.
2) Tinggi badan :
40 cm (47-73 cm)
3) Lingkar kepala
: 42 cm (46-52 cm)
4) Lingkar dada :
40 cm (43-49 cm)
Gejala kardinal
hu
36,5oC
di
150 x/menit
spirasi
40 x/menit
kanan darah
80/60 mmHg
d. Keadaan fisik
pala
ata
Bentuk simetris, reflek pupil +/+ (isokor), pergerakan mata baik, konjungtiva
dung
Sekret (-), nafas cuping hidung (+), kebersihan cukup, nyeri (-)
inga
Mukosa bibir lembab, lidah bersih, lesi (-), perdarahan gusi (-), sianosis (+),
ulut
her
Pergerakan baik, bendungan vena jugularis (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),
lesi (-)
orak
Bentuk simetris, retraksi otot dada (+), ronchi +/+, bunyi jantung S1 dan S2
domen
Distensi abdomen (-), pembesaran limpa (-), pembesaran hepar (-), turgor kulit
stremitas
ikterik (-)
wah
ikterik (-)
Kekuatan otot :
444 444
444 444
netalia
us
to torak
e.
Pemeriksaan penunjang
:
B. Analisa Data
No.
1
1-
Data Subyektif
2
Ibu mengatakan
Data Obyektif
-
3
TD rendah : 70/50 mmHg
Kesimpulan
-
4
Penurunan
2
anaknya mengalami
sesak napas.
2-
3
Nadi : 150 x/menit (takikardi)
RR = 44 x/menit
Pasien tampak dispnea
Auskultasi jantung
menunjukkan denyut dan
irama jantung teratur.
BB : 7 kg
TB : 40 cm
LK : 42 cm
LD : 40 cm
Pasien tampak lemah
4
curah jantung
perubahan
pertumbuh-an
dan perkembangan
- Resiko infeksi
darah rendah yaitu : 70/50 mmHg, nadi : 150 x/menit (takikardi), RR= 44x/menit, pasien tampak
dispnea. Auskultasi jantung menunjukkan denyut dan irama jantung teratur.
Proses terjadi :
Dikarenakan adanya defek struktur jantung yang abnormal pada ventrikel kiri
dan kanan sehingga aliran darah yang mengandung O2 yang seharusnya dipompa dari ventrikel
kiri ke seluruh tubuh bercampur dengan darah yang kaya CO 2 pada ventrikel kanan sehingga
pasokan darah yang kaya O2 yang seharusnya beredar ke seluruh tubuh berkurang dan
menyebabkan curah jantung menurun.
Akibat jika tidak ditanggulangi :
Apabila jika tidak ditanggulangi akan mengakibatkan gagal jantung
2. P
Resiko infeksi
Ibu mengatakan anaknya tidak mau makan, terjadi penurunan berat badan dari 8
kg menjadi 7 kg
Proses terjadi :
Dispnea membuat pasien menjadi tidak nyaman, gelisah dan kesulitan makan,
karena apabila mengkonsumsi makanan pasien akan semakin sudah dalam bernafas
Ibu mengatakan anaknya lemah, bibir sianosis, pengisian kapiler lebih dari 3
:
S :
Intoleransi aktivitas
Kelemahan akibat curah jantung menurun
Ibu mengatakan anaknya sangat lemah. Pasien hanya berbaring di tempat tidur.
444 444
444 444
Proses terjadi :
Curah jantung menurun mengakibatkan pasokan darah ke seluruh tubuh juga
berkurang sehingga akan berakibat terjadinya kelemahan fisik
Akibat jika tidak ditanggulangi :
Anak tidak dapat melaksanakan aktivitas.
7. P
Orang tua pasien mengatakan belum paham tentang penyakit anaknya. Orang tua
Apabila orang tua pasien tidak mengetahui tentang proses penyakit, orang tua
akan mengalami kecemasan, dan tidak kooperatif.
2. Diagnosa Keperawatan
1.
Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya defek struktur jantung ditandai dengan
ibu mengatakan anaknya mengalami sesak nafas. Pasien mengalami tekanan darah rendah yaitu
70/50 mmHg, nadi 150 x/menit (takikardi), pasien mengalami sianosis dan dispnea.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan makan akibat
dispnea ditandai dengan ibu mengatakan anaknya tidak mau makan, terjadi penurunan ebrat
badan dari 8 kg menjadi 7 kg dan pasien tampak lemah
5.
Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan berkurangnya aliran darah ke seluruh
jaringan tubuh ditandai dengan ibu mengatakan anaknya tampak lemah, bibir sianosis, pengisian
kapiler lebih dari 3 detik dan ekstremitas sianosis.
6.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat curah jantung menurun ditandai
dengan ibu mengatakan anaknya sangat lemah, pasien hanya berbaring di tempat tidur. Pasien
tampak lemah TD 70/50 mmHg. Kekuatan otot
7.
Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan informasi yang kurang ditandai dengan
orang tua pasien mengatakan belum paham tentang penyakit anaknya, orang tua tampak
bertanya-tanya tentang keadaan anaknya.
III. Perencanaan
1. Prioritas Masalah
Prioritas masalah berdasarkan dengan berat ringannya masalah
a.
b. Risiko infeksi
c.
3. Rencana Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN PADA PASIEN HP DENGAN VSD
DI RUANG BELIBIS RSUD WANGAYA
TANGGAL 10-12 APRIL 2012
No
1
Hari/Tgl/
Jam
Dx
Keperawatan
Selasa
10/4/2012
Pukul
09.00
WITA
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Setelah diberikan
asuhan keperawatan 1.
2x24 jam diharapkan
perbaikan curah
jantung tercapai
dengan kriteria
hasil :
1. TTV dalam batas
normal :
N = 80-130 x/menit
TD = 87-105/65-75 mmHg2.
S = 36-37C
RR = 23-35x/ menit
2. Ibu pasien
mengatakan anaknya3.
tidak sesak
3. Pasien tidak
mengalami dispnea
4. Auskultasi jantung
menunjukkan denyut
dan irama jantung 4.
teratur.
Mandiri :
Observasi TTV
Rasion
2. Perubahan curah ja
Observasi perubahan sensori
mengakibatkan tida
pada anak.
perfusi serebral
Berikan istirahat dengan
lingkungan yang tenang
Kolaborasi :
5. Dengan dokter dalam
pemberian oksigenasi via
kandula nasal/masker
5. Meningkatkan sedi
untuk pemenuhan m
untuk melawan efek
hipoksia/iskemia.
No
Hari/Tgl/
Jam
Selasa
10/4/2012
Pukul
09.00
WITA
Dx
Keperawatan
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Rasion
6. EKG merupakan in
terhadap perubahan
elektikal jantung. A
perubahan dapat dip
serial EKG
Setelah diberikan
asuhan keperawatan 1.
selama 2x24 jam
diharapkan infeksi
tidak terjadi dengan
kriteria hasil
2.
1. Suhu tubuh
meningkat
(S = 36-37C)
2. Leukosit meningkat
(SDP > 10.000
3.
3
cell/mm )
3. Orang tua pasien
mengatakan anaknya
tidak panas
4.
Mandiri :
Kaji tanda-tanda infeksi dan 1. Dengan mengetahu
TTV
infeksi secara dini i
segera ditangani
Kolaborasi :
5. Dengan Laboratorium :
Pemeriksaan SDP
Menjaga hyegine o
meminimalkan resik
infeksi pada pasien
menurunkan pemaja
patogen infeksi lain
5. Peningkatan SDP m
adanya infeksi.
4. Implementasi
TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HP DENGAN VSD
DI RUANG BELIBIS RSUD WANGAYA
TANGGAL 10-12 APRIL 2012
N
o
1.
(
S
P
)
Hari/Tgl/Jam
No.
Diag
nosa
Selasa
10 April 2012
10.00 WITA
1,2 -
M
s
T
d
t
t
i
10.20 WITA
10.45 WITA
1,2
-
11.30 WITA
M
s
p
a
s
p
a
1
-
12.45 WITA
1,2
M
a
k
o
t
p
u
13.00 WITA
m
n
r
a
t
t
d
a
o
t
p
a
m
h
m
s
m
t
s
m
u
a
d
m
a
p
u
y
a
k
d
a
Rabu
11 April 2012
2
(
S
P
)
07.00 WITA
1,2
07.30 WITA
08.00 WITA
12.30 WITA
1,2
13.00 WITA
2
-
M
k
k
a
d
d
d
p
a
o
a
k
n
a
M
s
T
d
t
t
i
M
i
i
y
c
1
M
s
T
M
k
k
a
d
t
m
u
p
s
E
M
k
k
a
d
t
m
u
t
n
p
a
M
s
T
M
k
K
a
d
L
o
P
s
5. Evaluasi
EVALUASI KEPERAWATAN PADA PASIEN HP DENGAN VSD
DI RUANG BELIBIS RSUD WANGAYA
TANGGAL 10-11 APRIL 2012
Hari/Tgl/Jam
Rabu
11 /4/2012
Pk 14.00
WITA
Dx
Evaluasi
S1 = Orang tua pasien mengatakan anaknya tidak
sesak.
O = - TTV : S = 36,4oC
N = 128 x/menit
R = 30 x/menit
TD = 88/67 mmHg
- Auskultasi jantung menunjukkan denyut
dan irama jantung teratur
- Setelah diberikan oksigenasi pasien tidak
tampak dispnea
A = Tujuan 1,2,3 dan 4 tercapai. Masalah
2
penurunan
curah
jantung
teratasi
sepenuhnya.
P = Pertahankan kondisi pasien
S = Orang tua pasien mengatakan anaknya tidak
panas
O = S : 36,4oC
Hasil leukosit > 11.000 cell/mm3
A = Tujuan 1 dan 3 tercapai. Tujuan 2 belum
tercapai. Masalah Risiko infeksi teratasi
sebagian
P = Lanjutkan intervensi No. 1, 2 dan 3
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily, L., 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.
Doengoes, M.E., 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Paraf
Tambahkan komentar
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
LAPORAN PENDAHULUAN
1. KONSEP TEORI PENYAKIT
A. DEFINISI
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) atau attentiondeficitandhyperactivitydisorder (ADHD). Kondisi ini juga
disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal
braindysfunctionsyndrome. Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada
masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan
perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut
hingga dewasa. Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya Mengatasi Problem Anak Sehari-hari
mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu
pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau
diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. ADHD adalah
sebuah kondisi yang amat kompleks; gejalanya berbeda-beda.
B. KLASIFIKASI
Ada tiga tipe anak hiperaktif yaitu :
1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian (in-atensi)
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif.
Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan.
Anak dalam tipe ini memiliki cirri-ciri : tidak mampu memusatkan perhatian secara utuh, tidak
mampu mempertahankan konsentrasi, mudah beralih perhatian dari satu hal ke lain hal, sering
melamun dan dapat digambarkan sedang berada diawang-awang, tidak bisa diajak bicara atau
menerima instruksi karena perhatiannya terus berpindah-pindah, pelupa dan kacau.
bicara,
berisik.
Ia juga impulsif: melakukan sesuatu secara tak terkendali, begitu saja bertindak tanpa
pertimbangan, tak bisa menunda respons, tidak sabaran. Tetapi yang mengherankan, sering pada
saat belajar, ia menampakkan tidak perhatian, tetapi ternyata ia bisa mengikuti pelajaran
3. Tipe gabungan (kombinasi)
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anakanak termasuk tipe seperti ini. Anak dalam tipe ini mempunyai ciri-ciri berikut: kurang mampu
memperhatikan aktivitas dan mengikuti permainan atau menjalankan tugas, perhatiannya mudah
terpecah, mudah berubah pendirian, selalu aktif secara berlebihan dan impulsif.
Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang
menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif
(bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan
asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan
perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa
henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.
C. ETIOLOGI
Berikut ini adalah factor-faktor penyebab hiperaktif pada anak :
1. Faktor neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalahmasalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distresfetal, persalinan dengan cara ekstraksi
forcep, toksimiagravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan
normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang
terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif.
Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang
sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak
yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses
konsentrasi
Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak
hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak,
khususnya sisi sebelah kanan
2. Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki potensi untuk
membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah
anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat
hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
3. Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak
hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya
hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar.
4. Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara orang tua dengan
anaknya.
D. PATOFISIOLOGI
Kurang konsentrasi atau gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan konsentrasi,
sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang meyakinkan tentang sesuatu
mekanisme patofisiologi ataupun gangguan biokimiawi. Anak pria yang hiperaktif, yang berusia
antara 6 9 tahun serta yang mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan tanggapan
yang baik terhadap pengobatanpengobatan stimulan, memperlihatkan derajat perangsangan
yang rendah (a low level of arousal) di dalam susunan syaraf pusat mereka, sebelum pengobatan
tersebut
dilaksanakan,
sebagaimana
yang
berhasil
diukur
dengan
mempergunakan
serta
bersifat
impulsif
dan
mereka
cenderung
untuk
bertindak
tanpa
Kesulitan-kesulitan emosional dan tingkah laku lazim ditemukan dan biasanya sekunder
terhadap pengaruh sosial yang negatif dari tingkah laku mereka. Anak-anak ini akan menerima
celaan dan hukuman dari orang tua serta guru dan pengasingan sosial oleh orang-orang yang
sebaya dengan mereka. Secara kronik mereka mengalami kegagalan di dalam tugas-tugas
akademik mereka dan banyak diantara mereka tidak cukup terkoordinasi serta cukup mampu
mengendalikan diri sendiri untuk dapat berhasil di dalam bidang olah raga. Mereka mempunyai
gambaran mengenai diri mereka sendiri yang buruk serta mempunyai rasa harga diri yang rendah
dan kerap kali mengalami depresi. Terdapat angka kejadian tinggi mengenai ketidakmampuan
belajar membaca matematika dan mengeja serta tulis tangan. Prestasi akademik mereka dapat
tertinggal 1 2 tahun dan lebih sedikit daripada yang sesunguhnya diharapkan dari kecerdasan
mereka yang diukur.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis gangguan
kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan memperlihatkan jumlah
gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak pada elektorensefalogram mereka, tanpa
disertai dengan adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi
penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Suatu EEG yang dianalisis oleh komputer
akan dapat membantu di dalam melakukan penilaian tentang ketidakmampuan belajar pada anak
itu.
G. KOMPLIKASI
1. Diagnosis sekunder : gangguan konduksi, depresi dan penyakit ansietas.
2.
Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan mengerjakan aritmatika
(sering kali akibat abnormalitas konsentrasi).
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif dan kata-kata yang
diungkapkan).
H. PENATALAKSANAAN
1. Keperawatan
1)
Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang mengalami gangguan
hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita serta
Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat haruslah dihindarakan, anak
tersebut akan mempunyai saat-saat santai setelah bermain terutama sekali setelah ia melakukan
kegiatan fisik yang kuat dan keras
4)
Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan cara menghindarkan
acara-acara televisi yang merangsang, permainan-permainan yang keras dan jungkir balik.
5)
Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian rupa, barang-barang yang
membahayakan dan mudah pecah dihindarkan.
6)
Tehnik-tehnik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat membantu, dengan memberikan
hadiah kepada anak tersebut berupa bintang atau tanda sehingga mereka dapat mencapai
kemajuan dalam tingkah laku mereka.
2. Medis
1) Terapi farmakologi :
Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang mengalami gangguan
hiperaktif. Farmakologi yang sering digunakan adalah dekstroamfetamin, metilfenidat,
magnesium pemolin serta fenotiazin. obat tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh sampingan
yang lebih sedikit. Cara bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah dengan mengadakan
modifikasi di dalam gangguan-gangguan fundamental pada rentang perhatian, konsentrasi serta
impulsivitas. Oleh karena respon yang akan mereka berikan terhadap pengobatan tidak dapat
diramalkan sebelumnya, maka biasanya diperlukan suatu masa percobaan klinik, mungkin akan
dibutuhkan waktu 2-3 minggu dengan pemberian pengobatan setiap hari untuk menentukan
apakah akan terdapat pengaruh obat itu atau tidak.
2) Dosis:
Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang, agar hanya memberikan
pengaruh yang minimal kepada nafsu makan dan tidur penderita.
Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan usia masing-masing anak akan
tetapi berat badan tidak berpengaruh terhadap dosis.pada awalnya mereka diberikan 5 mg pada
saat makan pagi serta pada waktu makan siang. Jika tidak ada respon yang diberikan maka dosis
di naikan dengan 2,5 mg dengan selang waktu 3-5 hari. Bagi anak-anak yang berusia 8-9 tahun
dosis yang efektif adalah 15-20 mg/24 jam. Sementara itu anak yang berusia lebuh lanjut akan
memerlukan dosis sampai 40 mg/jam. Pengaruh obat ini akan berlangsung selama 2-4 hari.
Biasanya anak akan bersifat rewel dan menangis. Jika pemakaian obat ini sudah berlangsung
lama dan dosis yang diberikan lebih dari 20 mg/jam rata-rata mereka akan mengalami
pengurangan 5 cm dari tinggi yang diharapkan.
Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk yang dilepaskan (showreleased) secara sedikit
demi sedikit. Dosis awalnya adalah 10 mg dengan masa kerja selama 8-18 jam sehingga
penderita hanya membutuhkan satu dosis saja setiap hari, pada waktu sarapan pagi. Dosisnya
dalah kira sebesar setengah dosis metilfenidat, berkisar antara 10-20 mg/jam
Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis awal sebesar 18,75 mg, untuk
selanjutnya dinaikan dengan setengah tablet/minggu. Akan dibutuhkan waktu selama 3-4 minggu
untuk menetapkan keefektifan obat tersebut. Efek samping dari obat tersebut adalah berpengaruh
terhadap fungsi hati, kegugupan serta kejutan otot yang meningkat.
Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang bersangkutan, efek samping :
perasaan mengantuk, iritabilitas serta distonia.
Secara umum efek samping dari pemakaian obat-obatan tersebut diatas adalah anoreksia
dan penurunan berat badan, nyeri perut bagian atas serta sukar tidur, anak akan mudah menangis
serta peka terhadap celaan ataupun hukuman, detak jantung yang meningkat serta penekanan
pertumbuhan. Jika terjadi hal demikian maka pengurangan dosis atau penghentian pengguanaan
obat-obatan perlu dihentikan.
Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur atau usia anak antara
lain :
a.
Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi terhadap suara atau bel)?
g) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya tersenyum dan mulai menatap muka
untuk mengenali seseorang?
Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya mengangkat kepala saat tengkurap,
mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk
dipangkuan ketika didukung pada posisi berdiri, komtrol kepala sempurna, mengangkat kepala
sambil berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke miring, posisi lengan dan tungkai
kurang fleksi danm berusaha untuk merangkan)?
b) Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang suatu objek, mengikuti objek
dari satu sisi ke sisi lain, mencoba memegang benda dan memaksukkan dalam mulut, memegang
benda tetapi terlepas, memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan,
menagan benda di tangan meskipun hanya sebentar)?
c) Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan berbicara dan tersenyum, dapat berbunyi
huruf hidup, berceloteh, mulai mampu mengucapkan kata ooh / ahh, tertawa dan berteriak,
mengoceh spontan atau berekasi dengan mengoceh)?
d) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya: mengamati tangannya, tersenyum
spontan dan membalas senyum bila diajak tersenyum, mengenal ibunya dengan penglihatan,
penciuman, pendengaran dan kontak, tersenyum pada wajah manusia, meskipun tidur
dalamsehari lebih sedikit dari waktu terhaga, membentuk siklus tidur bangun , menangis menjadi
sesuatu yang berbeda, membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal, senang
menatap wajah-wajah yang dikenalnya, diam saja ketika ada orang asing)?
Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat telungkup di alas dan sudah
mulau mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua tangannya dan pada bulan
keempat sudah mulai mampu memalingkan ke kanan dan ke kiri, sudah mulai bisa duduk dengan
kepala tegak, sudah mampu membalik badan, bangkit dengan kepala tegak, berkonsentrasi beban
pada kaki dan dada terangkat dan bertumpu pada lengan, berayun ke depan dan kebelakang,
berguling dari terlentang ke tengkurap dan dapat dudu dengan bantuan selama waktu singkat)?
b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya: sudah mulai mengamati benda, mulai
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang, mengeksplorasi benda yangsedang
dipegang, mengambil objek dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua
tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan, mentransfer
obajek dari satu tangan ke tangan yang lain)?
c) Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya: menirukan suara atau kata-kata, menolek ke
arah suara dan menoleh ke arah sumber suara, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi
semakin banyak, menggunakan kata yang terdiri dari dua suku kata dan dapat membuat dua
bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba)?
d) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya merasa terpaksa jika ada orang asing,
mulai bermain dengan mainan, takut akan kehadiran orang asing, mudah frustasi dan memukulmukul dengan lengan dan kaki jika sedang kesal)?
Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk tanpa pegangan, berdiri dengan
pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2 detik dan berdiri sendiri)?
b)
Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan meraih benda kecil, bila
diberi kubus mampu memindahkannya, mampu mengambilnya dan mampu memegang dengan
jari dan ibu jari, membenturkannya dan mampy menaruh benda atau kubus ketempatnya)?
c)
Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya: mulai mengatakan papa mama yang
belum spesifik, mengoceh hingga mengatakan dengan spesifik, dapat mengucapkan 1-2 kata)?
Masa Toddler
a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu melanhkah dan berjalan tegak,
mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang, mampu berlari-lari kecil, menendang
bolan dan mulai melompat)?
b)
Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya: mencoba menyusun atau membuat
menara pada kubus)?
c)
d) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya: membantu kegiatan di rumah,
menyuapi boneka, mulai menggosok gigi dan mencoba memakai baju)?
menggunakan tangannya untuk bermain, menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri,
minum dari cangkir dengan bantuan menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari,
membuat coretan diatas kertas)?
c)
d) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya: bermain dengan permainan sederhana,
menagis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan
peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota keluarga)?
Waktu schoolage
a) Bagaimana kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar rumah?
b) Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami disekolah?
c) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (menyesuaikan dengan lingkungan sekolah)?
d) Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah?
e) Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas di sekolah?
f)
Masa adolensence
a) Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang dialami secara mandiri?
b)
Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan bentuk dan
fungsi tubuh yang dialami?
e)
Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang tua di rumah (misalnya
membersihkan rumah, memasak)?
Menurut
Videbeck
(2008)
pengkajian
anak
yang
Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami masalah saat bayi atau
perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia todler atau masuk sekolah atau
daycare.
b) Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama, seperti sekolah
atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan perilaku yang membahayakan di
rumah.
c) Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi perilaku anak.
d)
Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan anak atau
mengubah perilaku anak dansemua itu sebagian besar tidak berhasil.
Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan bergoyang-goyang saat mencoba
melakukannya.
b) Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda lain dengan sedikit tujuan atau
tanpa tujuan yang jelas.
c) Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan suatu percakapan,
ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian
pada apa yang telah dikatakan.
d) Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik yang lain. Anak dapat
tampak imatur atau terlambat tingkat perkembangannya
c) Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak memiliki sedikit kontrol
terhadap perilaku tersebut.
d) Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan dan kemarahan.
f)
Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku di sekolah", tetapi
mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan perilaku mereka sendiri.
7. Konsep diri
a) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapisecara umum harga diri anak yang
mengalami ADHD adalah rendah.
b) Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memiliki banyak teman, dan mengalami
masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa terkucil sana merasa diri
mereka buruk.
c) Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai orang yang buruk
dan bodoh
Orang tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan berperilaku buruk
dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan diterapi.
d) Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan yang terbatas pada
beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua atau
merusak barang-barang miliki keluarga.
e) Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik.
f)
Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh atau babysister
mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD yang meningkatkan penolakan
anak.
Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan waktu untuk makan
secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan. Masalah penenangan untuk tidur dan
kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau
berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.
B. DIAGNOSA
Beberapa diagnosa yang mungkin muncul pada kasus anak dengan hiperaktivitas antara lain :
1. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
2. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif.
3. Ketidakefektifankoping individu berhubungan dengankelainan fungsi darisystem keluarga dan
perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan penelantaran anak.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif.
5. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut terhadap
kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak yang tidak
memuaskan.
6. Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan balik atau umpan balik
negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan makna diri.
7. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan perasaan bersalah yang berlebihan, marah atau
saling menyalahkan diantara anggota keluarga tentang perilaku anak, kepenatan orang tua karena
menghadapi anak dengan gangguan dalam jangka waktu yang lama.
8.
Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebutuhan terapi
berhubungan dengan kurang sumber informasi, interpretasi yang salah tentang informasi.
C. PERENCANAAN
No
1
Diagnosa
keperawatan
Harga diri rendah
situasional
berhubungan dengan
koping individu tidak
efektif
Rencana Tujuan
Dan Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Tujuan :
Anak memperlihatkan
perasaan-perasaan nilai1.
diri yang meningkat saat
pulang, dengan criteria
hasil :
1. Ekspresi verbal dari
aspek-aspek positif
tentang diri, pencapaian
masalalu dan prospekprospek masa depan
2. Mampu
mengungkapkan
persepsi yang positif
2.
tentang diri
3. Anak berpartisipasi
dalam aktivitas-aktivitas
baru tanpa
memperlihatkan rasa
takut yang ektrim
terhadap kegagalan. 3.
Rasion
Mandiri :
Mandiri
1. Hal ini penting
Pastikan bahwa sasaran- untuk mencapa
sasaran yang akan dicapai maka rencana unt
aktivitas
di
adalah realistis.
kemungkinan u
adalah
mung
kesuksesan
i
meningkatkan har
2.
Komunikasi
penerimaan And
anak sebagai ma
yang
bergun
meningkatkan
har
Sampaikan perhatian tanpa
persyaratan untuk pasien.
3. Hal ini untuk me
pada anak ba
merasa bahwa d
untuk waktu Anda
5. Memberikan ba
positif untuk
amsalah dan pe
dari perilaku-per
5.
Bantu anak mengurangi yang lebih adapti
penggunaan penyangkalan positif
sebagai suatu mekanisme meningkatkan ha
meningkatkan
bersikap membela.
perilaku-perilaku
diterima oleh pasi
6. Pengakuan dan
positif meningk
diri.
6.
2.
3. Pertanyaan-perta
langsung meny
mendekati ada
untuk hal seper
3. Tentukan maksud dan alat yang memiliki r
alat yang memungkinkan dapat
digunak
untuk bunuh diri. Tanyakan beresiko lebih
apakah
anda
memiliki pada yang tidak.
rencana untuk bunuh diri?
dan bagaimana rencana4. Diskusi tentan
anda untuk melakukannya? perasaan untuk
4.
dengan
seseor
dipercaya memb
derajat perasaan
anak.
Suatu
membuat
p
menjadi
terb
menempatkan
tanggung
jaw
keamanan dengan
sikap menerima a
seseorang
ya
diperhatikan
disampaikan.
5. Informasi tent
tambahan
dari
respon perilaku d
anak terhadapa
5. Bantu anak mengenali kapan harus dicatat.
kemarahan terjadi dan untuk apapun data d
menerima perasaan-perasaan anjurkan juga res
altern
tersebut sebagai miliknya perilaku
sendiri. Apakah anak telah diidentifikasi
menyimpan suatu: buku maladaptif.
catatan kemarahan dimana
catatan yang dialami dalam6. Hal ini vital
mengekspresikan
24 jam disimpan.
perasaan
mara
bunuh diri da
merusak diri sen
seringkali terlih
6. Bertindak sebagai model suatu akibat dar
peran untuk ekspresi yang diarahkan pada di
sesuai dari percobaan.
7. Keamana fisik
prioritas dari kepe
Ketidakefektifankoping
individu berhubungan
dengankelainan fungsi
dari sistem keluarga dan
perkembangan
ego
yang terlambat, serta
penganiayaan
dan
penelantaran anak.
1.
Tujuan:
1.
Anak mengembangkan
dan
menggunakan
keterampilan
koping
yang sesuai dengan
umur dan dapat diterima
sosial dengan kriteria
hasil:
Anak
mampu
penundaan
pemuasan
2.
terhadap keinginannya,
tanpa terpaksa untuk
menipulasi orang lain.
2.
Anak
mampu
mengekspresikan
kemarahan dengan cara
3.
yang dapat diterima
secara sosial
3. Anak mampu
mengungkapkan
kemampuan4.
kemampuan koping
alternatif yang dapat
diterima secara sosial
Komunikasi
penerimaan
Sampaikan perhatian tanpa
terhadapnya seba
syarat pada anak.
hidup yang ber
meningkatkan har
4.
Identifikasi
positif anak dapa
Menemani anak dalam mengembangkan
mengidentifikasi aspek-aspek positif sehingga
positif dari dan dalam koping individu y
mengembangkan
rencanarencana untuk merubah
karakteristik
yang
melihatnya sebagai negatif. 5. Penguatan positi
meningkatkan ha
Bantu anak mengurangi meningkatkan
penggunaan penyangkalan perilaku-perilaku
sebagai suatu mekanisme diterima oleh ana
bersikap
membela. Memberikan
bantuan yang positif untuk
identifikasi masalah dan
pengembangan dari perilakuperilaku koping yang lebih
6. Pengakuan dan
adaptif.
positif meningk
6.
Memberi dorongan dan diri.
dukungan kepada anak dalam
menghadapi
rasa
takut
terhadap kegagalan dengan
mengikuti aktivitas-aktivitas
terapi dan melaksanakan
tugas-tugas
baru. Beri
pangakuan tentang kerja
keras yang berhasil dan
penguatan positif untuk
usaha-usaha yang dilakukan
4.
Tujuan:
1.
Anak mampu untuk
mencapai tidur tidak
terganggu selama 6
sampai 7 jam setiap
2.
malam dengan kriteria
hasil:
1. Anak mengungkapkan
tidak adanya gangguangangguan pada waktu
tidur.
3.
2. Tidak ada gangguangangguan yang dialamti
oleh perawat.
3.
Anak mampu untuk
mulai tidur dalam 30
4.
menit dan tidur selama 6
sampai 7 jam tanpa
Ansietas yang di
anak dapat meng
tidur anak sehi
diidentifikasi pen
3. Kehadiran sese
Duduk dengan anak sampai dipercaya memb
dia tertidur.
aman.
4. Kafein adalah s
Pastikan bahwa makanan yang dapat mengg
dan
minuman
yang
terbangun.
mengandung
kafein5.
Sarana-sar
dihilangkan dari diet anak.
meningkatkan re
membuat bisa tidu
5.
6.
Ansietas (sedang
sampai berat)
berhubungan dengan
ancaman konsep diri,
rasa takut terhadap
kegagalan, disfungsi
system keluarga dan
hubungan antara orang
tua dan anak yang tidak
memuaskan.
Tujuan:
1.
Anak
mampu
mempertahankan
ansietas
di
bawah
tingkat
sedang,
sebagaimana
yang
ditandai
oleh
tidak
adanya
perilakuperilaku yang tidak2.
perilaku yang tidak
mampu
dalam
menanggapi
terhadap
stres.
Bentuk
hubungan
1.
kepercayaan
dengan
anak. Bersikap
jujur,
konsisten di dalam berespons
dan siap. Tunjukkan rasa
hormat yang positif dan
tulus.
2.
Kejujuran, keter
penerimaan
m
kepercayaan pad
anak dengan
perawat.
Tegangan da
dilepaskan denga
Sediakan aktivitas-aktivitas dengan manfaat
aktiv
yang
diarahkan
pada melalui
penurunan tegangan dan fisik.
pengurangan
ansietas(misalnya
berjalan
atau joging, bola voli, latihan
dengan musik, pekerjaan
rumah tangga, permainan3.
Anak-anak ce
permainan kelompok.
menolak hubun
masalah-masalah
3.
Anjurkan anak untuk dengan
mengidentifikasi perasaan- mereka.Gunakan
perasaan yang sebenarnya mekanisme
dan untuk mengenali sendiri projeksi dan
perasaan-perasaan tersebut yang dilebih-lebih
padanya.
4. Ansietas dengan
menular pada ora
4.
Perawat
harus
mempertahankan
suasana
5.
Keamanan a
nyaman pada pasien.
prioritas keperaw
5.
6.
Penggunaan
sentuhan
7.
menyenangkan
untuk
beberapa
anak. Bagaimanapun
juga
anak
harus
berhati-hati
terhadap penggunaan.
7.
Dengan
8.
berkurangntaansietas, temani
anak
untuk
mengetahui
peristiwa-peristiwa tertentu
yang
mendahului
serangannya. Berhasil pada
respons-respons
alternatif
pada kejadian selanjutnya.
Sebagaimana an
membantu men
kecurigaan pad
individu yang
menafsirkan sentu
suatu agresi.
Rencana
memberikan ana
aman untuk pena
lebih
berhasil
kondisi yang suli
lagi.
Obat-obatan
ansietas (misalny
klordiasepoksid,a
memberikan pe
terhadap efek-efe
berjalan dari a
mempermudah
anak dengan terap
Koping defensif
Tujuan:
Memfokuskan
berhubungan dengan
harga diri rendah,
kurang umpan balik
atau umpan balik
negatif yang berulang
yang mengakibatkan
penurunan makna diri.
1.
2.
3.
4.
Anak
akan
mendemonstrasikan
kemampuan
untuk
berinteraksi
dengan
orang lain tanpa menjadi
2.
defensif,
perilaku
merasionalisasi
atau
mengekspresikan
pikiran
waham
kebesaran
dengan
kriteria hasil:
Anak mengungkapkan
dan menerima tanggung
jawab
terhadap
perilakunya sendiri. 3.
Anak mengungkapkan
korelasi antara perasaanperasaan
ketidakseimbangan dan
kebutuhan
untuk
mempertahankan
ego
melalui rasionalisasi dan
kemuliaan.
Anak
tidak
menertawakan
atau
mengkritik orang lain.
4.
Anak
berinteraksi
dengan
orang
lain
dengan
situasi-situasi
kelompok
tanpa
bersikap defensif.
5.
2.
Beri semangat kepada anak
untuk
menteahui
dan
mengungkapkan
dan
bagaimana perasaan ini
menimbulkan
perilaku
defensif,
seperti
menyalahkan oprang lain
karena prilakunya sendiri.
3.
Beri cepat sebenarnya
umpan balik yang tidaj
mengancam untuk perilakuperilaku yang tidak dapat
diterima
Identifikasi mas
langkah pertama
perubahan ke arah
Anak mungk
pengetahuan
bagaiamna dia d
orang lain. Berik
ini dengan cara
mengancam dapa
untuk mengelimi
yang tidak diingin
4.
Bermain peran
percaya
dir
menghadapi
s
yang sulit jika hal
Bantu
anak
untuk benar-benar terjad
mengidentifikasi
situasisituasi yang menimbulkan
5.
Umpan
ba
sifat defensif dan praktik
bermain
peran
dengan meningkatkan ha
respons-respons yang lebih memberi seman
mengulangi peril
sesuai.
yang diinginkan.
7.
6.
Membantu anak untuk
menetapkan sasaran-sasaran
yang realistis, konkret dan
membutuhkan
tindakantindakan yang cocok untuk
Karena
kemampuan
memecahkan
bantuan mungkin
untuk mengatur
mengembangkan
Penurunan koping
Tujuan:
1.
keluarga berhubungan
Orang
tua
dengan perasaan
mendemonstrasikan
bersalah yang
metode intervensi yang
berlebihan, marah atau
lebih konsisten dan
saling menyalahkan
efektif dalam berespons
diantara anggota
perilaku anak dengan2.
keluarga tentang
kriteria hasil:
perilaku anak,
1. Mengungkatkan dan
kepenatan orang tua
mengatasi
perilaku
karena menghadapi
negatif pada anak.
anak dengan gangguan 2. Mengidentifikasi dan
dalam jangka waktu
menggunakan
sistem3.
yang lama.
pendukung
yang
dibutuhkan.
Pengetahuan dan
yang
tepat
meningkatkan
peran orang tua.
2.
Konseling sup
Dorong individu untuk
mengungkapkan
perasaan membantu kelu
secara verbal dan menggali mengembangkan
alternatif cara berhubungan koping.
dengan anak
3.
Penguatan po
Beri umpan balik positif dan meningkatkan ha
dorong metode menjadi mendorong kontin
orang tua yang efektif.
4.
Masalah
mempengaruhi
4. Libatkan saudara kandung anggota
kelu
dalam diskusi keluarga dan tindakan lebih
perencanaan
interaksi setiap orang ter
keluarga yang lebih efektif.
terapi tersebut.
5.
Terapi kelu
membantu menga
global yang m
5. Libatkan dalam konseling seluruh
keluarga.
keluarga. Ganggu
salah satu anggo
akan mempenga
anggota keluarga.
6.
Mengembangk
pendukung
meningkatkan
diri dan keefek
tua.Pemberian m
atau harapan u
6.
8.
Defisit pengetahuan
tentang kondisi,
prognosis, perawatan
diri dan kebutuhan
terapi berhubungan
dengan kurang sumber
informasi, interpretasi
yang salah tentang
informasi.
Tujuan:
1.
Mengungkapkan secara
verbal
pemahaman
tentang
penyebab
masalah
perilaku,
perlunya terapi dalam
kemampuan
perkembangan dengan
kriteria hasil:
1. Berpartisipasi dalam
pembelajaran dan m,
ulai
bertanya
dan
2.
mencari
informasi
secara mandiri.
2.
Mencapai
tujuan
kognitive
yang
konsisten sesuai tingkat
temperamen.
Rujuk
pada
sumber depan.
komunitas esuai indikasi,
termasuk
kelompok
pendukung orang tua, kelas
menjadi orang tua.
Berikan lingkungan yang1.
tenang, ruang kelas berisi
dirinya sendiri, aktivitas
kelompok
kecil. Hindari
tempat yang terlalu banyak
stimulasi,
seperti
bus
sekolah,
kafetaria
yang
ramai, aula yang banyak.
Peredaan dalam
lingkungan
menurunkan
distraktibilitas. K
kecil dapat m
kemampuan untu
tugas dan mem
mempelajari int
tepat dengan
menghindari rasa
2.Keterampilan b
terurut
Beri materi petunjuk format meningkat. Meng
tertulis dan lisan dengan keterampilan
penjelasan langkah demi masalah,
me
langkah.
contoh
situasional. Keter
efektif dapat m
tingkat kinerja.
3. Penggunaan p
mungkin
mengakibatkan
kenaikan
kel
perubahan
pada
3. Ajarkan anak dan keluarga
tentang
penggunaan studi anak.
D. IMPLEMETASI
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri
dari tindakan mandiri, saling ketergantungan / kolaborasi, dan tindakan rujukan /
ketergantungan.Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan.
E. EVALUASI
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan hiperaktif
antara lain:
1. Anak mampu memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat pulang.
2. Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain.
3.
Anak mampu mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang sesuai dengan
umur dan dapat diterima sosial.
4. Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7 jam setiap malam.
5.
Anak mampu mempertahankan ansietas di bawah tingkat sedang, sebagaimana yang ditandai
oleh tidak adanya perilaku-perilaku yang tidak perilaku yang tidak mampu dalam menanggapi
terhadap stres.
6.
Anak mampu mendemonstrasikan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain tanpa
menjadi defensif, perilaku merasionalisasi atau mengekspresikan pikiran waham kebesaran.
7.
Orang tua dapamendemonstrasikan metode intervensi yang lebih konsisten dan efektif dalam
berespons perilaku anak.
8. Dapat mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang penyebab masalah perilaku, perlunya
terapi dalam kemampuan perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA
Aniez. 2010. Definisi Anak Hiperaktif. From :http://aniezandmyprince.blogspot.com/2010/03/ definisianak-hiperaktif.html. [diakses 7 april 2012]
2012.
Asuhan
keperawatan
anak
dengan
HIPERAKTIF.
From:
http://mydocumentku.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-anak-dengan_8226.html
[diakses: 8 April 2012]
Surana,
Taufan.
2003.
Mengarahkan
Anak
Hiperaktif.
From:
Tambahkan komentar
Memuat
Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.