Perkembangan Psikososial Dari Prasekolah Sampai Lansia
Perkembangan Psikososial Dari Prasekolah Sampai Lansia
Psikososial Tahap 3
Inisiatif vs kesalahan
Tahap ini dialami pada anak saat usia 4-5 tahun (preschool age)
Anak-anak pada usia ini mulai berinteraksi dengan lingkungak sekitarnya
sehingga menimbulkan rasa ingin tahu terhadap segala hal yang dilihatnya.
Mereka mencoba mengambil banyak inisiatif dari rasa ingin tahu yang
mereka alami. Akan tetapi bila anak-anak pada masa ini mendapatkan pola
asuh yang salah, mereka cenderung merasa bersalah dan akhirnya hanya
berdiam diri. Sikap berdiam diri yang mereka lakukan bertujuan untuk
menghindari suatu kesalahan-kesalahan dalam sikap maupun perbuatan.
Psikososial Tahap 4
Kerajinan vs inferioritas
Tahap ini merupakan tahp laten usia 6-12 tahun (school age) ditingkat ini
anak mulai keluar dari lingkungan keluarga ke lingkungan sekolah sehingga
semua aspek memiliki peran misal orang tua harus selalu mendorong, guru
harus memberi perhatian, teman harus menerima kehadirannya. Pada usia
ini anak dituntut untuk dapat merasakan bagaimana rasanya berhasil
melalui tuntutan tersebut. Anak dapat mengembangkan sikap rajin, jika anak
tidak dapat meraih sukses karena mereka merasa tidak mampu (infieoritas),
anak dapat mengembangkan sikap rendah diri. Sebab itu, peranan orang tua
maupun guru sangat penting untuk memperhatikan apa yang menjadi
kebutuhan anak pada usia ini usaha yang sangat baik pada tahap ini adalah
dengan mengembangkan kedua karakteristik yang ada. Dengan begitu ada
nilai positif yang dapat dipetik dan dikembangkan dalam diri setiap pribadi
yakni kompetensi.
Psikososial Tahap 5
Identitas vs kekacauan identitas
Tahap ini merupakan tahap adolense (remaja), dimulai pada saat masa puber
dan berakhir pada usia 12-18 tahun/anak. Di dalam tahap ini lingkup
lingkungan semakin luas, tidak hanya di lingkungan keluarga atau sekolah,
namun juga di masyarakat. Pencarian jati diri mulai berlangsung dalam
tahap ini. Apabila seorang remaja dalam mencari jati dirinya bergaul dengan
lingkungan yang baik maka akan tercipta identitas yang baik pula. Namun
sebaliknya, jika remaja bergaul dalam lingkungan yang kurang baik maka
akan timbul kekacauan identitas pada diri remaja tersebut.
Psikososial Tahap 6
Keintiman vs isolasi
Tahap ini terjadi pada masa dewasa awal (young adult), usia sekitar 18/20-30
tahun. Dalam tahap ini keintiman dan isolasi harus seimbang untuk
memunculkan nilai positif yaitu cinta. Cinta yang dimaksud tidak hanya
dengan kekasih melainkan cinta secara luas dan universal (misal pada
keluarga, teman, sodara, binatang, dll).
Psikososial Tahap 7
Generatifitas vs stagnasi
Masa dewasa (dewasa tengah) ditempati oleh orang-orang yang berusia
yang berusia sekitar 20 tahunan sampai 55 tahun (middle adult). Dalam
tahap ini juga terdapat salah satu tugas yang harus dicapai yaitu dapat
mengabdikan diri guna mencapai keseimbangan antara sifat melahirkan
sesuatu (generatifitas) dengan tidak melakukan apa-apa (stagnasi). Harapan
yang ingin dicapai dalam masa ini adalah terjadinya keseimbangan antara
generatifitas dan stagnasi guna mendapatkan nilai positif yaitu kepedulian.
Ritualisasi dalam tahap ini meliputi generational dan otoritisme. Generational
merupakan interaksi yang terjalin baik antara orang-orang dewasa dengan
para penerusnya. Sedangkan otoritisme merupakan interaksi yang terjalin
kurang baik antara orang dewasa dengan para penerusnya karena adanya
aturan-aturan atau batasan-batasan yang diterapkan dengan paksaan.
Psikososial Tahap 8
Integritas vs keputus asaan
Tahap ini merupakan tahap usia senja (usia lanjut). Ini merupakan tahap
yang sulit dilewati karena orang pada masa ini cenderung melakukan
introspeksi diri. Mereka akan memikirkan kembali hal-hal yang telah terjadi
pada masa sebelumnya, baik itu keberhasilan maupun kegagalan. Jika dalam
masa sebelumnya orang tersebut memiliki integritas yang tinggi dalam
segala hal dan banyak mencapai keberhasilan maka akan menimbulkan
kepuasan di masa senja nya. Namun sebaliknya, jika orang tersebut banyak
mengalami kegagalan maka akan timbul keputus asaan.
Perkembangan Psikososial
Erikson mengatakan bahwa perkembangan memiliki prinsip epigenetik, yaitu
kehidupan organisme yang baru itu berkembang dari sumber yang memiliki
identitas yang tidak berbda dengan organisme yang baru dan
perkembangannya pun bertahap. Seperti contoh perkembangan bunga
mawar, jika kita mengganggu perkembangan bunga tersebut, maka kita
akan merusak seluruh bagian bunga tersebut. Freud menyatakan terdapat
lima tahapan di dalam perkembangan, sedangkan Erikson menyatakan
delapan tahap perkembangan. Freud menyatakan bahwa orang tua
berpengaruh pada perkembangan anaknya yang bersifat dramatik,
sedangkan Erikson menyatakan bahwa perkembangan anak yang
dipengaruhi oleh orang tua adalah baik.
Tahapan Perkembangan Menurut Erikson
Tahap Usia
Krisis
Psikososial
Lingkungan
Sosial Utama
Modalities Psikososial
Virtue
Psikososial
Me
Ma
I (0-1) bayi
Trust vs
mistrust
Ibu
Mengambil,
mengembalikan
Harapan,
kepercayaan
Se
W
II (2-3)
awal anak
Autonomy
vs shame,
adoubt
Orangtua
Mempertahankan,
merelakan
Keinginan,
penentuan
Im
Co
III ((3-6)
Initiative vs
prasekolah guilt
Keluarga
Bermain
Kegunaan,
keberanian
Ru
In
IV (7-12)
anak usia
sekolah
Tetangga dan
sekolah
Melengkapi, membuat
sesuatu bersama
Kompetensi
Na
In
Industry vs
Isolation
V (12-18)
remaja
Ego identity
vs role
confusion
Teman
sebaya, role
models
Ketaatan,
kesetiaan
Fa
Re
VI (20)
dewasa
awal
Intimacy vs
Isolation
Partner,
teman
Kehilangan dan
menemukan diri dalam
orang lain
Cinta
Pr
Ex
VII (20-50)
dewasa
madya
Generativity
vs self
absorption
Rumah
tangga,
teman kerja
Kepedulian
Ov
pe
VIII (50)
usia tua
Integrity vs
despair
Kehidupan
manusia
Kebijaksanaan
Ke
pu
c. Kekuatan ego
d. Aspek somatis
e. Konflik dan peristiwa pancaragam (multiplicyti of conflict and event)
f. Krisis identitas
Fase
Perkembangan
Perkembangan Perilaku
01
Trust vs Mistrust
pelukan.
23
Autonomy vs
Shame
45
Inisiative vs Guilt
6 11
Indusstry vs
Inferiority
12
-18/2
0
Ego-identity vs
Role on fusion
Intimacy vs
Isolation
31
60
Generation vs
Stagnation
60 ke
atas
Ego Integrity vs
putus asa
Kita melihat dalam teori pekembangan sosial dari Erick Erickson membahas
dua sisi perkembangan yaitu, perkembangan yang mengalami
kesempurnaan dan perkembangan yang mengalami hambatan. Dua sisi
perkembagan ini disajikan dalam usia tertentu, untuk melihat apakah
seseorang sudah sukses melewati fase perkembangan tertentu atau belum.
1.
Fase Oral (0-1 tahun). Anak memperoleh kepuasan dan kenikmatan
yang bersumber pada mulutnya. Hubungan sosial lebih bersifat fisik, seperti
makan atau minum susu. Obejek sosial terdekat adalah ibu, terutama saat
menetek. Bila anak tidak menyusu pada ibunya, ia memperoleh kepuasan
oral dengan memasukkan jari-jari tangannyake mulut.
2.
Fase anal (1-3 tahun). Pada fase ini pusat kenikmatannya terletak di
daerah anus, terutama saat buang air besar. Inilah saat yang paling tepat
untuk mengajar disiplin pada anak (termasuk toilet training). Pada masa ini
anak sudah menjadi individu yang mampu bertangung jawab atas beberapa
kegiatan tertentu.
3.
Fase Falik (3-5 tahun). Anak memindahkannya pusat kepuasan pada
daerah kelamin. Anak mulai tertarik pada perbedaan anatomis antara lakilaki dan perempuan. Ibu menjadi tokoh yang memberikan kasih sayang
perlindungan (rasa aman) dan tempat mengadu menghadapi persoalan.
Pada anak laki-laki keterdekatan pada ibunya menimbulkan gairah seksual
dan perasaan cinta yang disebut Oedipus Kompleks. Tapi perasaan ini
terhalang dengan adanya tokoh ayah. Kompleks ini kemudian diikuti
oleh kecemasan kastrasi (takut dipotong alat kelaminnya) sehingga
menimbulkan perilaku menurut dan meniru tindak-tanduk saingannya.
Konflik ini terpecahkan bila anak sudah dapat menerima, menyukai, dan
mengagumi saingannya sehingga menjadi model dari perilakunya (ego
ideal).
4.
Fase Laten (5-12 tahun). Ini adalah masa tenang, walau anak
mengalami perkembangan pesat pada aspek motorik dan kognitif.
Kecemasan dan ketakutan yang timbul pada masa-masa sebelumnya ditekan
(repressed). Anak laki-laki lebih banyak bergaul dengan teman sejenis,
demikian pila wanita. Oleh karena itu, fase ini disebut juga fase homoseksual
alamiah. Anak mencari figur ideal diantara orang dewasa berjenis kelamin
sama dengannya.
Fase Genital (12 tahun ke atas). Alat-alat reproduksi sudah mulai masak,
pusat kepuasannya berada pada daerah kelamin. Energi psikis (libido)
diarahkan untuk hubungan-hubungan heteroseksual. Rasa cintanya pada
anggota keluarga dialihkan pada orang lain yang berlawan jenis.
Pengalaman-pengalaman di masa lalu menjadi bekal yang amat
berpengaruh pada remaja yang sedang menapak ke dunia dewasa, dunia
karir, dan
Oleh :
ILHAM ADHA
1214202189