Anda di halaman 1dari 16

Perkembangan psikososial dari

prasekolah sampai lansia


Psikososial Tahap 1
Trust vs Mistrust (kepercayaan vs kecurigaan)
Tahap ini berlangsung pada masa oral, pada umur 0-1 tahun atau 1,5 tahun
(infancy).
Bayi pada usia 0-1 tahun sepenuhnya bergantung pada orang lain,
perkembangan rasa percaya yang dibentuk oleh bayi tersebut berdasarkan
kesungguhan & kualitas penjaga (yang merawat) bayi tersebut. Apabila bayi
telah berhasil membangun rasa percaya terhadap si penjaga, dia akan
merasa nyaman & terlindungi di dalam kehidupannya. Akan tetapi, jika
penjagaannya tidak stabil & emosi terganggu dapat menyebabkan bayi
tersebut merasa tidak nyaman dan tidak percaya pada lingkungan sekitar.
Kegagalan mengembangkan rasa percaya menyababkan bayi akan merasa
takut dan yakin bahwa lingkungan tidak akan memberikan kenyamanan bagi
bayi tersebut, sehingga bayi tersebut akan selalu curiga pada orang lain.
Psikososial Tahap 2
Otonomi vs perasaan malu dan ragu-ragu.
Tahap ini merupakan tahap anus-otot (anal/mascular stages), masa ini
disebut masa balita yang berlangsung mulai usia 1-3 tahun (early childhood).
Pada masa ini anak cenderung aktif dalam segala hal, sehingga orang tua
dianjurkan untuk tidak terlalu membatasi ruang gerak serta kemandirian
anak. Namun tidak pula terlalu memberikan kebebasan melakukan apapun
yang dia mau.
Pembatasan ruang gerak pada anak dapat menyebabkan anak akan mudah
menyerah dan tidak dapat melakukan segala sesuatu tanpa bantuan orang
lain. Begitu pun sebalikny, jika anak terlalu diberi kebebasan mereka akan
cenderung bertindak sesuai yang dia inginkan tanpa memperhatikan baik
buruk tindakan tersebut. Sehingga orang tua dalam mendidik anak pada usia
ini harus seimbang antara pemberian kebebasan dan pembatasan ruang
gerak anak. Karena dengan cara itulah anak akan bisa mengembangkan
sikap kontrol diri dan harga diri.

Psikososial Tahap 3
Inisiatif vs kesalahan
Tahap ini dialami pada anak saat usia 4-5 tahun (preschool age)
Anak-anak pada usia ini mulai berinteraksi dengan lingkungak sekitarnya
sehingga menimbulkan rasa ingin tahu terhadap segala hal yang dilihatnya.
Mereka mencoba mengambil banyak inisiatif dari rasa ingin tahu yang
mereka alami. Akan tetapi bila anak-anak pada masa ini mendapatkan pola
asuh yang salah, mereka cenderung merasa bersalah dan akhirnya hanya
berdiam diri. Sikap berdiam diri yang mereka lakukan bertujuan untuk
menghindari suatu kesalahan-kesalahan dalam sikap maupun perbuatan.
Psikososial Tahap 4
Kerajinan vs inferioritas
Tahap ini merupakan tahp laten usia 6-12 tahun (school age) ditingkat ini
anak mulai keluar dari lingkungan keluarga ke lingkungan sekolah sehingga
semua aspek memiliki peran misal orang tua harus selalu mendorong, guru
harus memberi perhatian, teman harus menerima kehadirannya. Pada usia
ini anak dituntut untuk dapat merasakan bagaimana rasanya berhasil
melalui tuntutan tersebut. Anak dapat mengembangkan sikap rajin, jika anak
tidak dapat meraih sukses karena mereka merasa tidak mampu (infieoritas),
anak dapat mengembangkan sikap rendah diri. Sebab itu, peranan orang tua
maupun guru sangat penting untuk memperhatikan apa yang menjadi
kebutuhan anak pada usia ini usaha yang sangat baik pada tahap ini adalah
dengan mengembangkan kedua karakteristik yang ada. Dengan begitu ada
nilai positif yang dapat dipetik dan dikembangkan dalam diri setiap pribadi
yakni kompetensi.
Psikososial Tahap 5
Identitas vs kekacauan identitas
Tahap ini merupakan tahap adolense (remaja), dimulai pada saat masa puber
dan berakhir pada usia 12-18 tahun/anak. Di dalam tahap ini lingkup
lingkungan semakin luas, tidak hanya di lingkungan keluarga atau sekolah,
namun juga di masyarakat. Pencarian jati diri mulai berlangsung dalam
tahap ini. Apabila seorang remaja dalam mencari jati dirinya bergaul dengan
lingkungan yang baik maka akan tercipta identitas yang baik pula. Namun

sebaliknya, jika remaja bergaul dalam lingkungan yang kurang baik maka
akan timbul kekacauan identitas pada diri remaja tersebut.

Psikososial Tahap 6
Keintiman vs isolasi
Tahap ini terjadi pada masa dewasa awal (young adult), usia sekitar 18/20-30
tahun. Dalam tahap ini keintiman dan isolasi harus seimbang untuk
memunculkan nilai positif yaitu cinta. Cinta yang dimaksud tidak hanya
dengan kekasih melainkan cinta secara luas dan universal (misal pada
keluarga, teman, sodara, binatang, dll).
Psikososial Tahap 7
Generatifitas vs stagnasi
Masa dewasa (dewasa tengah) ditempati oleh orang-orang yang berusia
yang berusia sekitar 20 tahunan sampai 55 tahun (middle adult). Dalam
tahap ini juga terdapat salah satu tugas yang harus dicapai yaitu dapat
mengabdikan diri guna mencapai keseimbangan antara sifat melahirkan
sesuatu (generatifitas) dengan tidak melakukan apa-apa (stagnasi). Harapan
yang ingin dicapai dalam masa ini adalah terjadinya keseimbangan antara
generatifitas dan stagnasi guna mendapatkan nilai positif yaitu kepedulian.
Ritualisasi dalam tahap ini meliputi generational dan otoritisme. Generational
merupakan interaksi yang terjalin baik antara orang-orang dewasa dengan
para penerusnya. Sedangkan otoritisme merupakan interaksi yang terjalin
kurang baik antara orang dewasa dengan para penerusnya karena adanya
aturan-aturan atau batasan-batasan yang diterapkan dengan paksaan.
Psikososial Tahap 8
Integritas vs keputus asaan
Tahap ini merupakan tahap usia senja (usia lanjut). Ini merupakan tahap
yang sulit dilewati karena orang pada masa ini cenderung melakukan
introspeksi diri. Mereka akan memikirkan kembali hal-hal yang telah terjadi
pada masa sebelumnya, baik itu keberhasilan maupun kegagalan. Jika dalam
masa sebelumnya orang tersebut memiliki integritas yang tinggi dalam
segala hal dan banyak mencapai keberhasilan maka akan menimbulkan
kepuasan di masa senja nya. Namun sebaliknya, jika orang tersebut banyak
mengalami kegagalan maka akan timbul keputus asaan.

Perkembangan Psikososial
Erikson mengatakan bahwa perkembangan memiliki prinsip epigenetik, yaitu
kehidupan organisme yang baru itu berkembang dari sumber yang memiliki
identitas yang tidak berbda dengan organisme yang baru dan
perkembangannya pun bertahap. Seperti contoh perkembangan bunga
mawar, jika kita mengganggu perkembangan bunga tersebut, maka kita
akan merusak seluruh bagian bunga tersebut. Freud menyatakan terdapat
lima tahapan di dalam perkembangan, sedangkan Erikson menyatakan
delapan tahap perkembangan. Freud menyatakan bahwa orang tua
berpengaruh pada perkembangan anaknya yang bersifat dramatik,
sedangkan Erikson menyatakan bahwa perkembangan anak yang
dipengaruhi oleh orang tua adalah baik.
Tahapan Perkembangan Menurut Erikson
Tahap Usia

Krisis
Psikososial

Lingkungan
Sosial Utama

Modalities Psikososial

Virtue
Psikososial

Me
Ma

I (0-1) bayi

Trust vs
mistrust

Ibu

Mengambil,
mengembalikan

Harapan,
kepercayaan

Se
W

II (2-3)
awal anak

Autonomy
vs shame,
adoubt

Orangtua

Mempertahankan,
merelakan

Keinginan,
penentuan

Im
Co

III ((3-6)
Initiative vs
prasekolah guilt

Keluarga

Bermain

Kegunaan,
keberanian

Ru
In

IV (7-12)
anak usia
sekolah

Tetangga dan
sekolah

Melengkapi, membuat
sesuatu bersama

Kompetensi

Na
In

Industry vs
Isolation

V (12-18)
remaja

Ego identity
vs role
confusion

Teman
sebaya, role
models

Menjadi diri sendiri

Ketaatan,
kesetiaan

Fa
Re

VI (20)
dewasa
awal

Intimacy vs
Isolation

Partner,
teman

Kehilangan dan
menemukan diri dalam
orang lain

Cinta

Pr
Ex

VII (20-50)
dewasa
madya

Generativity
vs self
absorption

Rumah
tangga,
teman kerja

Ikin suatu hal terjadi,


menjaga

Kepedulian

Ov
pe

VIII (50)
usia tua

Integrity vs
despair

Kehidupan
manusia

To be, through having


been, to face not being

Kebijaksanaan

Ke
pu

Dalam teori perkembangan psikososial Erikson, terdapat delapan tahapan,


yakni :
1. Tahapan pertama atau tingkat infancy (oral)
Pada tahapan ini, seorang anak akan belajar mempercayai tanpa menghapus
rasa curiga. Anak tersebut percaya akan merasa aman dalam lindungan
orang tuanya. Tapi dalam kenyataannya, sangat banyak orang tua yang
terlalu melindungi anaknya sehingga anak tersebut akan bimbang dan
menjadi malignant tendecy of with drawal.
2. Tahapan kedua atau tingkat anal muscular
Dalam tahap ini, kita wajib diberikan kesabaran dan toleransi dalam
membantu anak dan hal tersebut akan membantu perkembangan anak.
Anak akan menyeimbangkan kebebasannya dengan rasa malu dan ragu.
3. Tahapan ketiga atau tingkat genital locomotor
Dalam tahap ini, seorang anak akan belajar untuk berinisiatif tanpa terlalu
banyak merasa bersalah. Terkadang banyak orang salah persepsi dan
menyebut anak tersebut dengan sebutan anak nakal. Pada tahapan ini,
anak tersebut akan memiliki banyak inisistif dan ide, bahkan berusaha untuk
mengubah sesuatu menjadi kenyataan.

4. Tahapan keempat atau tingkat latensi


Pada tahapan ini, seorang anak akan belajar memasuki dunia pendidikan
formal. Ia harus mengendalikan rasa imajinasi dan menggantinya dengan
pendidikan, tetapi tidak sepenihnya imajinasi tersebut akan hilang.
5. Tahapan kelima atau tingkat remaja
Dimulai dengan pubertas dan mencari jati diri untuk menghindari
kebingungan ialah tahap pada tahapan ini. Bila remaja berhasil pada tahap
ini, maka akan menemukan tujuan yang oleh Erikson disebut dengan
kesetiaan.
6. Tahapan Keenam atau tingkat dewasa muda
Penyakit yang terdapat dalam tahapan ini ialah keterasingan, yaitu
kecenderungan untuk mengisolasi diri dari semua, dari cinta, dari
pertemanan dan dari komunitas. Pada tahapan ini, seorang individu akan
memiliki kemampuan untuk menjadi lebih dekat dengan orang lain, seperti
kekasih, teman, sahabat.
7. Tahapan ketujuh atau tingkat dewasa madya
Pada tahap ini, individu tersebut akan mengelola keseimbangan antara
kegairahan hidup dengan kejenuhan. Jika ia berhasil pada tahap ini, maka ia
akan memiliki kemampuan untuk perduli pada orang lain yang
membantunya melewati masa hidupnya.
8. Tahapan kedelapan
Erikson menyatakan bahwa individu yang mencapai tahap ini ialah baik,
apabila mencapainya diperkirakan perkembangan individu itu akan
terhambat oleh masalah yang baru. Biasanya, tahapan ini terjadi ketika
anak-anak mereka sudah meninggalkan rumah dan tidak tinggal bersama
lagi dengan mereka. Pada tahap ini pula, individu tersebut akan
mengembangkan integritas ego dengan jumlah keputus-asaan yang
seminimal mungkin.
Enam pokok pikiran yang dapat dipakai untuk memahami teori
perkembangan psikososial Erikson, ialah :
a. Prinsip epigenetik
b. Interaksi bertentangan

c. Kekuatan ego
d. Aspek somatis
e. Konflik dan peristiwa pancaragam (multiplicyti of conflict and event)
f. Krisis identitas

II.II Perkembangan Sosial


Pengertian perkembangan sosial adalah sebuah proses interaksi yang
dibangun oleh seseorang dengan orang lain. Perkembangan sosial ini berupa
jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara,
teman bermain, hingga masyarakat secara luas. Perkembangan sosial adalah
proses belajar mengenal normal dan peraturan dalam sebuah komunitas.
Manusia akan selalu hidup dalam kelompok, sehingga perkembangan sosial
adalah mutlak bagi setiap orang untuk di pelajari, beradaptasi dan
menyesuaikan diri.
Perkembangan emosional adalah luapan perasaan ketiak anak berinteraksi
dengan orang lain. Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan
sosial emosional tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain membahas
perkembangan sosial harus melibatkan emosional.
Pengertian perkembangan sosial menurut beberapa ahli
Perkembangan sosial adalah kemajuan yang progresif melalui kegiatan
yang terarah dari individu dalam pemahaman atas warisan sosial dan
formasi pola tingkah lakunya yang luwes. Hal itu disebabkan oleh adanya
kesesuaian yang layak antara dirinya dengan warisan sosial itu.Menurut
Elizabeth B. Hurlock, perkembangan sosial adalah kemampuan seseorang
dalam bersikap atau tata cara perilakunya dalam berinteraksi dengan unsur
sosialisasi di masyarakat.
Singgih D Gunarsah, perkembangan sosial merupakan kegiatan manusia
sejak lahir, dewasa, sampai akhir hidupnya akan terus melakukan
penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya yang menyangkut normanorma dan sosial budaya masyarakatnya.Abu Ahmadi, berpendapat bahwa
perkembangan sosial telah dimulai sejak manusia itu lahir. Sebagai contoh,
anak menangis saat dilahirkan, atau anak tersenyum saat disapa. Hal ini
membuktikan adanya interaksi sosial antara anak dan lingkungannya.

Jadi, dapat diartikan bahwa perkembangan sosial akan menekankan


perhatiannya kepada pertumbuhan yang bersifat progresif. Seorang individu
yang lebih besar tidak bersifat statis dalam pergaulannya, karena dirangsang
oleh lingkungan sosial, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan kelompok dimana
ia sebagai salah satu anggota kelompoknya.
Teori perkembangan sosial merupakan salah satu teori dalam psikologi yang
di aplikasikan dalam hubungan sosial. Sehingga teori perkembangan sosial
tidak lepas dari kajian individu dengan lingkungan sosialnya. Banyak teori
perkembangan sosial yang populer saat ini, seperti perkembangan seksual
Erick Erickson, Perkembangan sosial Lev Vygotsky, perkembangan sosial
Albert Bandura, Perkembangan sosial Jean Piaget dan beberapa ahli lannnya
yang mengemukakan teori perkembangan sosial.
Yang perlu di catat bahwa, teori perkembangan sosial, oleh para ahli selalu di
kaitkan dengan perkembangan lainnya, yang menjadi latar kajian para ahli.
Seperti psikososial Erick Erikson (antara psikologis dan sosial, latarnya
adalah psikoanalisa), perkembangan sosial learning oleh Albert bandura
(antara belajar dan sosialisasi, latarnya adalah psikologi kognitif) dan lainlain. Pada ulasan ini, kita akan membahas secara rinci perkembangan sosial
dari Erick Erickson.
Erik Erikson sangat terkenal dengan tulisannya di bidang psikologi
perkembangan. Dengan latar belakang kajiannya adalah psikoanalisa, dia
mengemukakan sebuah teori sosial dengan nama psikososial. Dia
mengembangkan teori yang disebut teori perkembangan psikososial dimana
ia membagi tahap-tahap perkembangan manusia menjadi delapan tahapan.
Teori pekembangan psikososial ini mulai dari bayi hingga lanjut usia (life
span). Jadi teori psikososial merupakan teori yang lengkap membahas
perkembangan dalam semua rentang kehidupan.
Berikut ini terori perkembangan sosial menurut Erik Erikson yang tergambar
pada tahap-tahap perkembangan sebagai berikut:
Umur

Fase
Perkembangan

Perkembangan Perilaku

01

Trust vs Mistrust

Tahap pertama adalah tahap


pengembangan rasa percaya
diri kepada orang lain,
sehingga mereka sangat
memerlukan sentuhan dan

pelukan.
23

Autonomy vs
Shame

Tahap ini bisa dikatakan


sebagai masa pemberontakan
anak atau masa nakalnya.
Namun kenakalannya tidak
dapat dicegah begitu saja,
karena tahap ini anak sedang
mengembangkan kemampuan
motorik dan mental, sehingga
yang diperlukan justru
mendorong dan memberikan
tempat
untukmengembangkan
motorik dan mental. Pada saat
ini anak sangat terpengaruh
oleh orang-orang penting
disekitarnya, misal orang tua
atau guru.

45

Inisiative vs Guilt

Mereka banyak bertanya


dalam segala hal, sehingga
terkesan cerewet. Mereka juga
mengalami perngembangan
inisiatif/ide, sampai pada halhal yang berbau fantasi.

6 11

Indusstry vs
Inferiority

Mereka sudah bisa


mengerjakan tugas-tugas
sekolah dan termotivasi untuk
belajar. Namun masih memiliki
kecenderungan untuk kurang
hati-hati dan menuntut
perhatian.

12
-18/2
0

Ego-identity vs
Role on fusion

Tahap ini manusia ingin


mencari identitas dirinya.
Anak yang sudah beranjak
menjadi remaja mulai ingin
tampil memegang peranperan sosial di masyarakat.
Namun masih belum bisa

mengatur dan memisahkan


tugas dalam peran yang
berbeda.
18/19
30

Intimacy vs
Isolation

Memasuki tahap ini manusia


sudah mulai siap menjalani
hubungan intim dengan orang
lain, membangun bahtera
rumah tangga bersama calon
pilihannya

31
60

Generation vs
Stagnation

Tahap ini ditandai dengan


munculnya kepedulian yang
tulus terhadap sesama. Tahap
ini terjadi saat seseorang telah
memasuki usia dewasa

60 ke
atas

Ego Integrity vs
putus asa

Masa ini dimulai pada usia 60an, masa dimana manusia


mulai mengembangkan
integritas dirinya.

Kita melihat dalam teori pekembangan sosial dari Erick Erickson membahas
dua sisi perkembangan yaitu, perkembangan yang mengalami
kesempurnaan dan perkembangan yang mengalami hambatan. Dua sisi
perkembagan ini disajikan dalam usia tertentu, untuk melihat apakah
seseorang sudah sukses melewati fase perkembangan tertentu atau belum.

II.III Perkembangan Emosi


Emosi adalah warna efektif yang kuat dan ditandai oleh perubahanperubahan fisik. Pada saat terjadi emosi seringkali terjadi perubahanperubahan pada fisik, anatar lain berupa: peredaran darah akan bertambah
cepat bila marah, pupil mata membesar bila marah, bulu roma berdiri bila
takut, dan lain sebagainya.
Berikut ini akan dibahas beberapa kondisi emosional.
1. Cinta/Kasih sayang

Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk


mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang
lain. Kemampuan untuk menerima cinta sama pentingnya dengan
kemampuan untuk memberinya.
Walaupun para remaja sudah banyak yang bergerak ke dalam dunia bebas,
tetapi dalam dirinya masih terdapat sifat kanak-kanaknya. Remaja
membutuhkan kasih sayang dari orang tua di rumah yang sama banyaknya
dengan apa yang mereka alami pada tahun-tahun sebelumnya.
Kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta menjadi sangat penting,
walaupan kebutuhan-kebutuhan akan perasaan itu disembunyikan secara
rapi. Para remaja yang berontak secara terang-terangan, nakal, dan
mempunyai sikap permusuhan yang besar kemungkinannya disebabkan oleh
kurangnya rasa cinta dan dicintai yang tidak disadari.
1. Gembira
Individu pada umumnya dapat mengingat kembali pengalaman-pengalaman
yang menyenangkan yang menyenangkan tersebut kita agaknya mempunyai
cerita yang panjang dan lengkap tentang apa yang terjadi dalam
perkembangan emosional remaja.
Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan
baik dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai
seorang sahabat atau bila ia jatuh cinta dan cintanya itu mendapat
sambutan (diterima) oleh yang dicintai.
1. Kemarahan dan Permusuhan
Rasa marah merupakan gejala yang penting diantara emosi-emosi yang
memainkan peranan yang menonjol dalam perkembangan kepribadian. Rasa
marah juga penting dalam kehidupan, karena rasa marahnya seseorang
mempertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri.
Kondisi-kondisi yang menyebabkan timbulnya rasa marah kurang lebih sama,
tetapi ada beberapa perubahan sehubungan dengan pertambahan umurnya
dan kondisi-kondisi tertentu yang menimbulkan rasa marah atau
meningkatnya penguasaan kendali emosional.
1. Ketakutan dan Kecemasan
Menjelang balita mencapai masa anak-anak, kemudian masa remaja, dia
telah mengalami serangkaian perkembangan panjang yang mempengaruhi

pasang surut berkenaan dengan rasa ketakutannya. Beberapa rasa takut


sudah teratasi, tetapi masih banyak yang tetap ada. Banyak ketakutanketakutan baru muncul karena adanya kecemasan-kecemasan kecemasan
dan rasa berani yang bersamaan dengan perkembangan remaja itu sendiri.
Semua remaja sedikit banyak takut terhadap waktu. Beberapa di antara
mereeka merasa takut hanya pada kejadian-kejadian bila mereka dalam
bahaya. Beberapa orang mengalami rasa takut secara berulang-ulang
dengan kejadiian dalam kehidupan sehari-hari, atau karena mimpi-mimpi,
atau karena pikiran-pikiran mereka sendiri. Beberapa orang dapat
mengalami rasa takut sampai berhari-hari bahkan sampai bermingguminggu.
Remaja seperti halnya anak-anak dan orang dewasa, seringkali berusaha
untuk mengatasi ketakutan-ketakutan yang timbul dari persoalan-persoalan
kehidupan. Tidak ada seorang pun yang menerjunkan dirinya dalam
kehidupan dapat tanpa rasa takut adalah menyerah terhadap rasa takut,
seperti terjadi bila seseorang begitu takut sehingga ia tidak berani mencapai
apa ada sekarang atau masa depan yang tidak menentu.
3.3

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Emosi

Dalam sejumlah penelitian, perkembangan emosi sangat


dipengaruhi oleh faktor kematangan dan faktor belajar. Kedua faktor itu
terjalin erat satu sama lain dan akan mempengaruhi perkembangan
intelektual. Hal itu akan menghasilkan suatu kemampuan berpikir kritis,
mengingat, dan menghafal. Selain itu, individu akan menjadi reaktif terhadap
rangsangan.
Dalam faktor belajar, terdapat metode-metode yang menunjang
perkembangan emosi. Diantaranya :
1. Belajar dengan coba-coba
Anak belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan emosinya dalam
bentuk perilaku yang dapat memberikan kepuasan sedikit atau bahkan tidak
memberikan kepuasan.
2. Belajar dengan cara meniru
Dengan cara meniru dan mengamati hal-hal yang dapat membangkitkan
emosi orang lain.
3. Belajar dengan cara mempersamakan diri

Anak akan menirukan reaksi emosional orang yang dikagumi dan


mempunyai ikatan emosional yang kuat.
4. Belajar melalui pengondisian
Objek atau situasi yang mulanya gagal memancing reaksi emosional
kemudian berhasil melalui metode asosiasi.
5. Belajar di bawah bimbingan dan pengawasan
Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi
terangsang. Dapat melalui pelatihan maupun yang lainnya.
Banyak kondisi sehubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik dalam hubungannya dengan orang lain yang
membawa perubahan untuk menyatakan emosi. Orang tua dan guru berhak
menyadari perubahan ekspresi ini karena tidak berarti emosi tidak lagi
berperan dalam kehidupan mereka. Mereka juga tetap membutuhkan
rangsangan dan respons untuk mengembangkan pengalaman dan
kemampuannya. Bertambahnya umur juga akan berpengaruh signifikan
terhadap perubahan irama emosional. Terutama faktor pengetahuan dan
pengalaman.

II.IV Perkembangan Psikoseksual


Menurut Sigmund Freud (1856-1939) fase-fase perkembangan individu
didorong oleh energi psikis yang disebut libido. Libido ini merupakan energi
yang bersifat seksual (diartikan secara luas sebagi dorongan kehidupan) dan
sudah ada sejak bayi. Setiap tahap perkembangan ditandai dengan
berfungsinya dengan dorongan-dorongan tersebut pada daerah tubuh
tertentu. Freud membagi perkembangan menjadi 5 fase, yaitu :

1.
Fase Oral (0-1 tahun). Anak memperoleh kepuasan dan kenikmatan
yang bersumber pada mulutnya. Hubungan sosial lebih bersifat fisik, seperti
makan atau minum susu. Obejek sosial terdekat adalah ibu, terutama saat
menetek. Bila anak tidak menyusu pada ibunya, ia memperoleh kepuasan
oral dengan memasukkan jari-jari tangannyake mulut.
2.
Fase anal (1-3 tahun). Pada fase ini pusat kenikmatannya terletak di
daerah anus, terutama saat buang air besar. Inilah saat yang paling tepat

untuk mengajar disiplin pada anak (termasuk toilet training). Pada masa ini
anak sudah menjadi individu yang mampu bertangung jawab atas beberapa
kegiatan tertentu.
3.
Fase Falik (3-5 tahun). Anak memindahkannya pusat kepuasan pada
daerah kelamin. Anak mulai tertarik pada perbedaan anatomis antara lakilaki dan perempuan. Ibu menjadi tokoh yang memberikan kasih sayang
perlindungan (rasa aman) dan tempat mengadu menghadapi persoalan.
Pada anak laki-laki keterdekatan pada ibunya menimbulkan gairah seksual
dan perasaan cinta yang disebut Oedipus Kompleks. Tapi perasaan ini
terhalang dengan adanya tokoh ayah. Kompleks ini kemudian diikuti
oleh kecemasan kastrasi (takut dipotong alat kelaminnya) sehingga
menimbulkan perilaku menurut dan meniru tindak-tanduk saingannya.
Konflik ini terpecahkan bila anak sudah dapat menerima, menyukai, dan
mengagumi saingannya sehingga menjadi model dari perilakunya (ego
ideal).
4.
Fase Laten (5-12 tahun). Ini adalah masa tenang, walau anak
mengalami perkembangan pesat pada aspek motorik dan kognitif.
Kecemasan dan ketakutan yang timbul pada masa-masa sebelumnya ditekan
(repressed). Anak laki-laki lebih banyak bergaul dengan teman sejenis,
demikian pila wanita. Oleh karena itu, fase ini disebut juga fase homoseksual
alamiah. Anak mencari figur ideal diantara orang dewasa berjenis kelamin
sama dengannya.
Fase Genital (12 tahun ke atas). Alat-alat reproduksi sudah mulai masak,
pusat kepuasannya berada pada daerah kelamin. Energi psikis (libido)
diarahkan untuk hubungan-hubungan heteroseksual. Rasa cintanya pada
anggota keluarga dialihkan pada orang lain yang berlawan jenis.
Pengalaman-pengalaman di masa lalu menjadi bekal yang amat
berpengaruh pada remaja yang sedang menapak ke dunia dewasa, dunia
karir, dan

Perkembangan psikososial dari prasekolah sampai


lansia

Oleh :
ILHAM ADHA
1214202189

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN STIKES FORT DE


KOCK BUKITTINGGI 2016/2017

Anda mungkin juga menyukai