Anda di halaman 1dari 4

ESQ

EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTIENT

Sungguh sebuah fenomena mengharukan, bahwa selama ini kurang lebih 1400 tahun lamanya
harta karun yang tak ternilai harganya itu, terpendam begitu saja tanpa pernah dimaknai
keberadaannya. Ia hanya terdapat di baris-baris paragraph dalam buku-buku agama penghias rak
perpustakaan. Sebuah harta karun yang nilai ‘instrinsiknya’ tak terukur tingginya, dia-lah Rukun
Iman, Rukun Islam dan Ihsan. Peletakan nilai-nilai akidah yang telah dilakukan Rasulullah SAW

Al-Islam
berabad-abad lampau, yang mengantarkan Islam pada keagungan dan kejayaan, serta telah banyak
melahirkan generasi-generasi peretas dunia, dari gelap-gulita kealam pencerahan pikiran.
Bahwasannya Ihsan, Rukun Iman dan Rukun Islam bukan hanya sebuah ajaran ritual semata, tetapi
memiliki makna maha penting dalam pembangunan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) sebuah
bangsa. Pada saat yang bersamaan kita pun sadar, bahwa Islam bukan hanya sekedar perangkat
konsep ideal, tetapi juga amal pratikal yang akan tetap actual. Islam bukan sekedar agama langit,
tetapi sekaligus agama yang dapat membumi (workable).

Kecerdasan emosi atau “emotional intelligence” merujuk pada kemampuan mengungkap


serta mengenali perasaan kita sendiri, juga perasaan orang lain. Kemampuan memotivasi diri sendiri
dan kemampuan mengelola emosi diri sendiri dengan baik dan dalam hubungannya dengan orang
lain.

Adapun Ihsan, Rukun Iman dan Rukun Islam, di samping sebagai petunjuk bagi umat Islam;
sejatinya pokok pikiran dalam ihsan, Rukun Iman dan Rukun Islam tersebut juga merupakan
pembimbing dalam mengenali ataupun memahami perasaan kita sendiri; perasaan orang lain;
memotivasi diri; serta mengelola emosi dalam berhubungan dengan orang lain. Hal inilah yang
mendasari pemikiran penulis bahwa Rukun Iman dan Rukun Islam adalah sebuah metode
pembangunan emotional intellegance (EQ) yang didasari oleh hubungan antara manusia dengan
Tuhanya (SQ), sehinggan saya menamakannya dengan Emotional and Spiritual Quentient (ESQ).

Sesuatu yang mengejutkan, bahwa ternyata Rukun Islam tidak saja berfungsi sebagai
tuntunan dalam beragama seperti yang selama ini kita kenal secara umum, tetapi juga mrupakan
metode “pengasahan” atau syahadat yang berfungsi sebagai “mission statement”, shalat yang
berfungsi sebagai “character building”, puasa sebagai “self control”, serta zakat dan haji yng
berfungsi untuk meningkatkan “social intelligence” atau kecerdasan social.

ESQ – Emotional Spiritual Quotient


Buku-buku barat “termutakhir” yang mengajarkan tentang EQ, ternyata sejauh ini baru
sebatas pada pemahaman dan pengetahuan saja, akibatnya sulit sekali bagi orang lain untuk
meningkatkan kemampuan EQ-nya. Ini terjadi karena pemahaman mereka tidak di lanjutkan dengan
metode pelatihan yang komprehensif. Pelatihan EQ mereka umumnya hanya training jangka pendek.
Namun sebaliknya, didalam Al Islam “pemahaman tentang kercerdasan emosi” yang diperoleh
melalui rukun iman, bisa di latih dan di pertajam lebih dalam dengan menggunakan konsep syahadat,
shalat, puasa, zakat dan haji yang dilakukan secara aplikatif, berulang serta terus menerus.

Menurut hasil penelitian beberapa ahli, terungkaplah bahwa tingkat kecerdasan intelektual
atau IQ relatif tetap, sedangkan kecerdasan emosi atau EQ dapat meningkat sepanjang kita masih

Al-Islam
hidup. Seorang peneliti telah mengadakan penelitian tentang peningkatan kecerdasan emosi tersebut
dan menemukan bahwa peningkatan yang meski sedikit namun stabil dan bermakna, terjadi ketika
orang beralih dari kelompok umur satu ke kelompok umur berikutnya dan puncaknya adalah ketika
seseorang berusia empat puluhan. Kecerdasan emosi berkembang sejalan dengan usia dan
pengalaman semenjak usia kanak-kanak sampai dewasa.

Permasalahannya kini, para ahli tersebut belum mengetahui persis dan pasti bagaimana cara
yang benar dan tepat dalam melakukan hal itu. Dengan motivasi dan usaha yang benar kita dapat
mempelajari dan menguasai kecakapan emosi.

Rukun Islamlah jawabannya, karena core values dan core purposes atau nilai dasar spiritual
(fitrah suara hati) serta tujuan dasar spiritual atau tauhid semua di tranformasikan melalui syahadat,
shalat, puasa, zakat dan haji. Ini adalah bentuk pelatihan yang mampu memelihara tingkat kecerdasan
emosi dan spiritual. Rukun Islam juga adalah tranformasi dari Rukun Iman. Rukun Islam merupakan
langkah nyata dari rukun Iman yang tealah terbentuk pada alam pikiran. Disamping itu, rukun islam
adalah suatu bentuk training yang dilakukan seumur hidup. Disini terdapat pemeliharaan kecakapan
mental yang sesungguhnya. Suatu pelatihan yang diberikan oleh Tuhan, Allah sang Pencipta emosi
dan spiritual.

Tata urutan dalam Rukun Iman hingga ke Rukun Islam ternyata disusun berdasarkan suatu
anak tangga yang sangat teratur dan sistematis, serta memiliki keterkaitan erat yang kuat dalam satu
kesatuan yang Esa. Dimulai dari pembangunan prinsip landasan (prinsip bintang), atau prinsip
kepercayaan, prinsip kepemimpinan, prinsip pembelajaran, prinsip masa depan hingga ke prinsip
keteraturan.

Setelah mental terbentuk maka dilanjutkan dengan langkah fisik yaitu “mission statement”
atau syahadat, kemudian “pembangunan karakter” dan “pengendalian diri”. Ketiga hal ini akan

ESQ – Emotional Spiritual Quotient


membangun sebuah pribadi yang tangguh. Setelah memiliki ketangguhan pribadi, maka kemudian
dilanjutkan dengan pembangunan kecerdasan social melalui zakat dan haji. Ini semua menghasilkan
“ketangguhan sosial”.

Kemampuan kognitif murni adalah sebesar 27% lebih sering ditemukan pada bintang kinerja
dibandingkan dengan orang biasa, sedangkan keunggulan dalam kecakapan emosi mencapai 53%
lebih sering. Dengan kata lain, kecakapan emosi dua kali lebih berperan dalam menjadikan sesorang
berprestasi tinggi disbanding kepandaian murnidan keahlian teknis. Dari keenam belas kemampuan
yang membedakan para bintang dari orang biasa tersebut hanya dua yang merupakan bukan
kecakapan emosi.

Al-Islam
Selama ini terjadi semacam ‘stereotip’ bahwa Ihsan, Rukun Iman dan Rukun Islam adalah
untuk keperluan akhirat dan ajaran Barat untuk keperluan dunia. Akibatnya, bagi orang yang
cenderung pada kepentingan akhirat, mereka akan “bergeser kearah kanan”, tetapi kadang terlalu ke
kanan, yang kemudian mengakibatkan lahirnya “kaum sekuler kanan”. Mereka-merekalah yang
kemudian mengabaikan tugasnya semasa di dunia. Sebaliknya, kelompok yang terlalu berorentasi
pada dunia, “bergeser ke arah kiri” dan rentan untuk terlalu ke kiri. Akibatnya, terbentuklah
“kelompok secular kiri” yang mengesampingkan kepentingan akhirat dan spiritual.

Pemikiran dalam buku ini, sebenarnya bertujuan untuk menggeser mereka ke tengah.
Kelompok sekular kiri di harapakan bergerak ke kanan.,dan sekular kanan dapat bergerak ke kiri,
sehingga berada pada titik temu seimbang. Keberhasilan sejati baik di dunia maupun di akhirat; serta
kebahagian hakiki, baik lahiriah dan batiniah; melalui mekanisme Ihsan yang 1, Rukun Iman yang 6
dan Rukun Islam yang 5, akan tercipta manusia unggul hasil “celupan Allah”. Inilah sejatinya The
ESQ Way 165.

Tingkat kecerdasan emosi seseorang sangat tergantung pada kemampuan untuk memahami
perasaan diri sendiri amupun perasaan oranng lain. Buku-buku barat yang di pelajari selama ini,
belum ada yang sanggup merinci secara jelas satu persatu jenis suara hati tersebut. Kemampuan
mendeteksi perasaan orang lain, serta kemampuan untuk mengungkap perasaan diri sendiri pun
realatif masih lemah. Hal ini terjadi karena belum mampu mengenali satu-persatu dorongan-dorongan
tersebut. Yang ada umumnya baru sebatas pemahaman secara samar-samar, atau hanya sebatas
pemahaman secara samar-samar, atau hanya sebatas arti penting suara-suara hati tersebut. Salah satu
contoh “Kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan
daya serta kepekaan emosi sebagai sumber energy, informasi, koneksi, serta pengaruh yang
manusiawi.”Tetapi apabila kita mempelajari dan merasakan satu persatu dorongan suara hati

ESQ – Emotional Spiritual Quotient


bedasarkan Asmaul Husna, maka anda akan mampu mendeteksi setiap jenis dorongan dan suara hati
anda satu persatu dengan jelas.

Asmaul Husna yang merupakan sumber dari suara hati manusia adalah dasar pengenalan dan
alat untuk memahami bagian terdalam dari suara hati kita sendiri, juga perasaan serta suara hati orang
lain. Asmaul Husna adalah dasar dan kunci dari “Emotional and Spiritual Intelligence” dalam
membangun “Ketangguhan Pribadi”, sekaligus membangun “Ketangguhan Sosial”.

Nama-nam Allah-lah, kunci dasar dari Ihsan, Rukun Iman dan Rukun Islam itu. Alam
semesta beserta isinya tercipta karena kehendak Nama-nama Allah tersebut. Hukum-hukum fisika dan
hokum social pun terbentuk karena “kehendak Suara Hati” Allah itu. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

Al-Islam
teknologi baik social mapun eksakta tercipta karena Suara Hati Allah. Pemikiran dalam buku ini pun
tercipta karena dorongan suara hati Allah. Dan, suara hati anda, juga suara hati kita semua bersumber
dari suara hati Allah Yang MAha Mulia dan Maha Benar.

ESQ – Emotional Spiritual Quotient

Anda mungkin juga menyukai