Kegagalan hati akut (Fulminant Hepatic Failure) diakibatkan oleh karena nekrosis massif
dari sel hati yang timbulnya mendadak. Prognosisnya lebih buruk daripada yang kronis.
Kegagalan hati akut juga disebut hepatitis fulminant, karena memberikan tanda icterus. Hepatitis
fulminant timbul sebagai akibat nekrosis massif yang akut di sel hati dan berakibat terganggunya
faal hati. Dari riwayat penyakit sebelumnya tidak pernah menderita penyakit hati.
Etiologi
Other (jarang): massive malignant infiltration, severe bacterial infection, heat stroke.
Epidemiologi
Gejala klinis
Keluhan yang sering dikeluhkan ialah sebagian besar diawali dengan demam, lesu, mual,
kemudian disusul timbulnya tanda-tanda icterus.
Ikterus mengalami progresi bertambah berat dalam waktu yang relative singkat, yaitu
berkisar 4-16 hari sejak timbulnya keluhan.
Kemudian disusul kesadaran mulai menurun, yaitu delirium, mania, dan gejala
rangsangan system retikuler. Di samping itu sikap penderita menunjukkan tidak kooperatif,
sering berteriak-teriak, gelisah.
Beberapa kasus terlihat jelas flapping dan sebagian besar kasus ada fetor hepatikum.
Sebelum penderita jatuh dalam koma, ditemukan kekakuan dari ekstremitas yaitu timbul
hiperpronasi dan ekstensi dari lengan, ekstensi dari tungkai.
Kadang-kadang timbul gangguan respirasi dan sirkulasi dengan hipotensi, aritmia kardia
dan beberapa gangguan fungsi serebral.
Pemeriksaan
Laboratorium
Bilirubin serum total , SGOT , SGPT , -GT, protein total terutama terhadap serum albumin
, alkali fosfatase.
Darah rutin: Hb, leukosit, protrombin, bleeding time dan clotting time.
Gula darah, serum amylase, ureum, kreatinin, dan elektrolit kemungkinan terjadi gangguan
pada organ lain.
Electroencephalogram (EEG)
Komplikasi
Hipoglikemia
Gangguan respirasi
Gangguan faal ginjal vasokontriksi renal yang hebat dan mengurangi ekskresi PG ginjal.
Penatalaksanaan
Tindakan pertama ialah segera pasang infus dekstrose 10%. Jika pasiennya menderita DM, cairan
perlu diganti dengan martos 10.
Jika pasien jatuh dalam kondisi prekoma atau koma, pengelolaannya adalah pasang NGT untuk
diberikan laktulosa, neomisin 1 gram, atau kanamisin 1 gram 4 x sehari. Makanan cair tanpa
mengandung protein. Cairan infus yang harus diberikan perlu yang mengandung asam amino rantai
cabang sehari 1 liter, selain larutan dekstrose/martos.
Bila terjadi penurunan tensi, terutama < 80 mmHg, segera pasang CVP untuk memonitor, dan
diberikan larutan plasma ekspander dan pertimbangkan untuk diberikan transfuse darah segar.
Bila terjadi edema serebral perlu diberi infus manitol hipertonik 50-100 ml dengan jumlah 400 ml
tiap hari dan maksimal 200 ml/jam. Manitol akan meningkatkan osmolaritas plasma.
Pasien yang memperlihatkan gangguan pernapasan, segera pasang oksigen, dilakukan intubasi,
pasang ventilator.
Terhadap perdarahan perlu diberi 10 mg vit. K iv setiap hari. Di samping itu perlu diberi cairan
fresh frozen plasma, transfuse darah segar. Bila perdarahannya karena trombositopeni, diberikan
infus yang kaya protrombin. Mereka dengan hematemesis dan melena perlu diberi antagonis reseptor
H2 secara iv (ranitidine 3x sehari/famotidine 2x sehari).
Hipoglikemia mungkin timbul sebanyak 20-30% penderita. Diberikan 100 ml 50% glukosa bila
gula darah < 90 mg/100 ml, selanjutnya diberikan 10% dekstrose sebanyak 3 liter/hari dengan
ditambah 120-200 mEq KCl. Di samping itu diberikan 500 mg vit. C tiap hari melalui infus. Kontrol
gula darah tiap jam.
Sebanyak 55% penderita akan mengalami kegagalan faal ginjal dengan atau tanpa nekrosis
tubular akut, untuk itu perlu dilakukan hemodialisa.
Prognosis
Prognosis bergantung pada penyebabnya. Di samping itu juga bergantung pada timbulnya gejala
penyakit sampai koma.
Sebagian besar penderita hepatitis fulminant meninggal dunia, akibat nekrosis massif.