Dameria Purba
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
dameria.2013fk295@civitas.ukrida.ac.id
Abstrak
Cairan tubuh terdiri dari banyak konstituen. Ada cairan intrasel dan cairan ekstrasel.
Mempertahankan keseimbangan cairan intraseluler dan cairan ekstraselular menjadi bagian
penting dalam mempertahankan kehidupan melalui homeostasis bagi kehidupan sel, unit
penyusun kehidupan. Banyak mekanisme dalam mempertahankan kesimbangan cairan tubuh.
Salah satunya melalui ginjal. Ginjal mengatur keseimbangan carian tubuh dengan mengatur
jumlah cairan tubuh yang dikeluarkan lewat urin dengan tindakan filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi
yang akhirnya diekskresikan. Semua pengaturan itu dilakukan oleh unit fungsional terkecilnya
yaitu nefron. Agar tetap seimbang, ginjal juga bekerja sama dengan mekanisme pengatur
keseimbangan cairan yang lain. Jika semua pengaturan itu berjalan dengan kooperatif tanpa
gangguan, maka homeostasis tetap terjaga.
Kata kunci : ginjal, keseimbangan cairan
Abstract
Body fluids consist of many constituents. There intracellular fluid and extracellular fluid.
Maintaining fluid balance of intracellular and extracellular fluid becomes an important part in
maintaining the homeostasis of life through the life of the cell, the unit building block of life.
Many mechanisms in maintaining the balance of body fluids. One of them is through the
kidneys. The kidneys regulate the body's balance by adjusting the number lookups body fluids
that are removed through the urine by the action of filtration, reabsorption, and secretion were
eventually excreted. All arrangements were made by the smallest functional unit of the nephron.
In order to keep balance, the kidneys also work closely with the regulatory mechanism other
fluid balance. If all that goes with cooperative arrangements without interference, then
homeostasis is maintained.
Keywords: kidney, fluid balance
Pendahuluan
1
Di dalam tubuh banyak mengandung cairan. Cairan bukan berarti hanya berisi air. Tetapi
juga termasuk zat-at lain seperti cairan plasma, ion-ion di dalam tubuh yang masing-masing
mempunyai kadar atau proporsi tertentu di dalam tubuh yang harus dijaga keseimbangannya.
Jika ada kelebihan bahan yang menyebabkan proporsinya tidak sesuai dengan yang ada di tubuh,
maka tubuh akan melakukan berbagai kompensasi agar kelebihan itu dapat dikeluarkan sehingga
kondisinya selalu konstan di dalam tubuh. Dalam bahas umumnya, jumlah yang masuk sama
dengan jumlah yang keluar. Pengaturan keseimbangan cairan tubuh ini salah satunya adalah
melalui kerja ginjal yang nantinya kelebihan bahan dalam tubuh akan diubah oleh ginjal menjadi
urin dan dikeluarkan oleh tubuh melalui saluran kemih.
Skenario 3
Seorang laki-laki 52 tahun, dating ke puskesmas, dengan keluhan sering kencing terutama malam
hari. Pada anamnesis diketahui ia juga sering merasa haus dan makan banyak. Setelah anamnesis
dan pemeriksaan fisik lengkap dokter membuat surat pengantar untuk memeriksa kadar gula
dalam darah puasa dan 2 jam post prandial.
Rumusan Masalah
Laki-laki 52 tahun, sering kencing malam hari. Sering merasa haus, dan makan banyak.
Hipotesis
Laki-laki tersebut mengalami diuresis osmotik akibat gangguan pada proses reabsorbsi glukosa
pada tubulus proksimalnya
Struktur Makroskopis Sistem Kemih
Sistem kemih terdiri dari dua ren terletak pada dinding posterior abdomen, dua ureter
yang berjalan ke bawah pada dinding posterior abdomen dan masuk ke pelvis, satu vesica
urinaria yang terletak di dalam cavitas pelvis dan satu urethra yang berjalan melalui perineum.
Pada laki-laki tidak hanya mengalirkan urin tetapi juga untuk sistem reproduksi yang membawa
semen keluar.1
Masing-masing ren mempunyai cortex renalis dan medulla renalis. Medulla renalis terdiri
atas pyrmis medullae renalis, masing-masing mempunyai basis ke cortex renalis dan apex,
papilla renalis menonjol ke medial. Bagian cortex yang menonjol ke medulla disebut columna
renalis. Sinus renalis adalah ruangan di dalam hilus renalis, berisi pelebaran ke atas dari ureter,
yaitu pelvis renalis, terbagi menjai calix major dan calix minor. Setiap calix minor diinvaginasi
oleh apex pyramidis renalis yang disebut ppapilla renalis.1
dalam hilus renais menerima calix renalis majors. Ureter keluar hilus berjalan vertical ke bawah
dibelakang peritoneum parietale (melekat padanya) pada m. psoas yang memisahkannya dari
ujung proc. Transversus vertebrae lumbalis. Ureter masuk pelvis dengan menyilang bifurcation
arteria iliaca communis di depan articualtio sacroiliaca. Kemudian ureter berjalan ke bawah pada
dinding lateral pelvis menuju ke daerah spina ischiadica dan berbelok ke depan untuk masuk ke
angulus lateralis vesica urinarius. Urin didorong sepanjang ureter oleh kontraksi peristaltic
selubung otot, dibantu tekanan filtrasi glomeruli. Ureter menembus inding vesica urinaria secara
miring, dan ini menimbulkan fungsi seperti katup mencegah aliran balik urin kea rah ren saat
vesica urinaria terisi. Pada laki-laki, ureter menyilang ductus deferens di dekat ujung
terminalnya.1
Batas Ureter dexter
Anteriornya ada duodenum, pars terminalis ileum, vasa colica dextra dan vasa ileocolica,
vasa testicularis dextra (vasa ovarica dextra) dan radix mesenterii intestinum tenue. Ke postrior
ada m. psoas dester memisahkan urr dari proc. Transversus vertebrae lumalis dan bifurcation a.
iliaca communis.1
Batas Ureter Sinister
Ke anterior ada colon sigmoideum dan mesocolon sigmoideum, vasa colica sinistra, dan
vasa testicularis sinistra atau vasa ovarica sinistra. Ke posterior m. psoas sinistra, memishkan
ureter dari proc. Transversus vertebrae lumbalis. Bifurtacio a. iliaca communis. Vena mesenterica
inferior terletak sepanjang sisi medial ureter sinister.1
Pendarahan ureter pada ujung atas oleh a. renalis, tengah oleh a. testicularis (ovarica),
ujung bawah a. vesicalis superior. Vena sesuai dengan arterinya. Aliran limfe dari nodi aortici
lateralis dan nodi iliaci. Persarafannya dari plexus renalis, testicularis dan plexus hypogastricus
(dalam pelvis). Serabut-serabut aferen berjalan bersama dengan saraf simpatik dan masuk
medulla spinais setinggi segmen lumbalis I dan II.1
Vesica Urinaria
Terletak tepat dibelakang os. Pubis di dalam rongga pelvis. Kapasitas vesica urinaria
orang dewasa 500 ml. vesica urinaria mempunyai dinding otot yang kuat. Bentuk dan batasbatasnya sangat bervariasi sesuai dengan jumlah urin yang dikandungnya. Vesica urinaria yang
kosong pada orang dewasa terletak seluruhnya di dalam pelvis, waktu terisi dinding atasnya
6
terangkat sampai masuk region hypogastrica. Vesica urinaria yang kososng berbentuk pyramid
mempunyai apex mengarah ke depan dibelakang pinggir atas symphisis pubis dihubungkan
dengan umbilicus oleh lig. Umbilicale medianum (sisa urachus). Basis (facies posterior)
menghadap ke posterior bentuk segitiga, sudut superolateralis tempat alas ureter, sudut inferior
merupakan tempat asal urethra. Pada laki-laki kedua ductus deferens terletak berdampingan di
facies posterior vu dan memisahkan vesicular seminalis satu dengan yang lain. Bagian atas facies
ini diliputi peritoneum membentuk dinding anterior excavatio rectovesicalis. Bagian bawahnya
dipisahkan dari rectum oleh ductus deferens, vesicular seminalis, fascia rectovesicalis. Sebuah
facies superior diliputi peritoneum berbatasan dengan lengkung ileum atau colon sigmoideum.
Dua buah facies inferolateralis di depan berbatasan dengan bantalan lemak retropubis dan os
pubis, ke posterior diatas berbatasan dengan m. obturatorius internus dan dibawah dengan m.
levator ani. Colum vesicae terletak di inferior dan pada laki-laki terletak pada permukaan atas
prostat, serabut otot dinding vu melanjutkan diri menjadi serabut otot polos prostat. Collum
dipertahankan pada tempatnya oleh lig. Puboprostaticum pad alai laki. Pada perempuan
pubivesicale. Kedua ligamentum ini adalah penebalan dari fascia pelvis. Pada perempuan karena
tidak ada prostat, terletak langsung pada fascies superior diaphragmatis urogenitalis.1
Pada permukaan inferior vesica urinaria, tunica mucosa sebagian besar berlipat-lipat pada
vesica urinaria yang kosong, lipatan itu akan hilang bila terisi penuh. Area tunica mucosa yang
meliputi permukaan dalam basis vesicae urinariae dinamakan trigonum vesicae. Sudut superior
trigonum ini tempat muara ureter dan sudut inferiornya orificium urethrae internum. Ureter
menembus vesica urinaria secara miring dan membuat fungsinya seperti katup. Trigonum vesiae
diatas dibatas grigi muscular yang berjalan dari muara ureter yang satu ke muara ureter yang
lain, disebut sebagai plica interureterica. Uvula vesicae merupakan tonjolan kecil yang terletak
tepat belakang orificium urethrae yang disebabkan oleh lobus medius prostatae yang ada
dibawahnya. Tunica muscularis vu terdiri atas m. detrusor dan pada collum vesicae, komponen
sirkular dari lapisan otot ini menebal membentuk m. sphincter vesicae.1
Batas Vesicae pada Laki-laki
Ke anterior symphisis pubica, lemak retropubik, dan dinding anterior abdomen. Ke
posterior vesica rectovesicalis peritonei, duct deferens, vesicular smeinalis, fascia rectovesicalis,
dan rectum. Ke lateral diatasa m. obturatorius internus dan di bawah m. levator ani. Ke superior
cavitas peritonealis, lengkung ileum, dan colon sigmoideum. Ke inferior prostate.1
7
disebut nefron. Cabang utama setiap nefron adalah: korpuskel ginjal, yaitu pelebaran bagian awal
di korteks, tubulus kontortus proksimal yang terutama berad di korteks, bagian tipis dan tebal
gelung nefron (ansa Henle) terdiri dari tubulus rektus proksimal (ansa henle pars desendens),
tubulus rektus distal (pars asendens), yang menurun ke dalam medulla, dan menanjak kembali ke
korteks, tubulus kontortus distal, tubulus colligens. Filtrasi terjadi di glomerulus hingga
menembus kapsula bowman di daerah korteks, kemudian hasil filtrasi dibawa ke tubulus
kontortus proksimal, disini ada mekanisme reabsorpsi dan sekresi zat sesuai kebutuhan cairan
tubuh, kemudian masuk ke ansa henle bagian tebal pars desendens (tubulus rektus proksimal),
kemudian ke bagian tipis ansa henle, dan ke segmen tebal asendens (tubulus rektus distal) untuk
disalurkan ke tubulus kontortus distal yang disini mengalami reabsorbsi dan sekresi sesuai
kebutuhan. Setelah melewati tubulus distal, hasil filtrate akan dikirim ke ductus kolligens, semua
hasil filtrate yang terbawa hingga ke bagian ini seluruhnya akan dikeluarkan dari tubuh,
disalurkan ke papilla berlini di bagian pelvis ginjal, akhirnya menuju calix minor, kemudian calix
mayor hingga ke ujung pelvis ginjal akhirnya disalurkan ke ureter menuju vesica urinaria untuk
kemudain dibuang ke luar tubuh lewat meatus urethra externa.3,4
Korpuskel renalis terdiri dari 2 kutub, kutub vascular tempat masuknta arteriol afferent
dan keluarnya arteriol efferent. Di kutub ini terdapat apparatus jukstaglomerular yang di
dalamnya terdapat sel granular, sel mesangial melekat ke kapiler mempunyai fungsi makrofag
untuk membersihkan lamina basal dan menghasilkan eritopoetin. Kemudan ada sel macula densa
yang merupakan pembesaran sel-sel tubulus kontortus distal yang mengalami pembesaran di
dekat glomerulus fungsinya sebagai kemoreseptor dan sensor osmolaritas cairan di dalam
tubulus distal. Glomerulus merupakan untaian kapiler, darah masuk melalui arteriol afferent dan
keluar melalui arteriol efferent. Kapiler ini adalah kapiler jenis fenestrate yang berpori sesuai
fungsinya sebagai filter. Lemak atau protein dengan BM tinggi tidak dapat terfiltrasi. Kapsula
glomerulus memiliki 2 lapis epitel membran, luar dan dalam yang terdiri dari podosit-podosit
yang membentuk sawar darah.3,4
12
cukup berarti (20%) dan protein tidak difiltrasi, maka konsentrasi protein plasma dan kemudian
c
akan meningkat saat darah melewati glomerulus, sehingga mengurangi (tetapi tidak
mengehntikan) filtrasi. Pada kapiler peritubulus dimana tekanan hidrostatik renah, peningkatan
c
akan memacu reabsorpsi. Jadi, LFG sangat bergantung pada resistensi relative arteriol
aferen dan eferen, yang dipengaruhi tonus simpatis dan zat-zat vasoaktif lainnya. LFG bersifat
konstan dalam kisaran ekanan darah yang luas (90-200mmHg) karena adanya autoregulasi aliran
darah ginjal. Penyakit ginjal, vasokonstriktor sirkulasi dan local dan aktivasi simpatis akan
mengurangi LFG, walaupun angiostensin II akan lebih mengonstriksi arteriol eferen sehingga
meningkatkan LFG.6
Pengukuran Laju Filtrasi Glomerulus dan Konsep Bersihan
Jika suatu zat X difiltrasi secara bebas dan tidak direabsorpsi maupun disekresi di nefron,
maka jumlah yang terdapat di urin permenit harus sama dnegan yang difiltrasi permenit. Jadi jika
konsentrasi zat X dalam plasma adalah Cp dan konsentrasi dalam urin adalah Cu dan volume
produksi urin per menit adlaah V maka Cp x LFG = Cu x V. kreatinin yang dilepaskan otot
rangka secara konstan seringkali digunakan dalam pengukuran LFG secara klinis karena kreatini
difiltrasi secara bebas dan tidak direabsorpsi; walaupun terjadi sedikit sekresi, namun hal ini
hanya membuat sedikit perbedaan, kecuali jika kreatinin dalam plasma atau LFG abnormal
rendah. Pengukuran lebih akurat dengan memberikan infus polisakarida inulin yang tidak direab
maupun disekresi. Bersihan didefinisikan sebagai volume plasma per menit yang perlu
dibersihkan secara sempurna dari kandungan suatu zat untuk menghasilkan zat tersebut dalam
jumlah sama pada urin. Jika suatu zat direabsorpsi bersihannya kurang dari LFG, dan jika suatu
zat disekresi maka bersihannya akan lebih dari LFG. Beberapa zat yang secara normal
direabsorpsi seluruhnya akan memiliki nilai bersihan nol sampai mekanisme reabsorpsi menjadi
tersaturasi (misalnya glukosa).6
Reabsorpsi dan Sekresi
13
Reabsorpsi dan sekresi suatu zat dapat ditentukan dari bersihannya. Reabsorpsi dan
sekresi melibatkan transport zat melintasi epitel tubulus; hal ini terjadi baik secara difusi melalui
tight junction maupun rongga intraselular lateral, digerakan oleh gradient konsentrasi, gradient
osmotik, ataupun gradient lisktrik atau secara ranspor aktif melalui sel epitel itu sendiri. Jalur
transelular ini melibatkan suatu proses aktif baik pada membrane sel apical atau membrane sel
basolateral, dengan difusi pasif melintasi membrane yang berlawanan akan digerakan oleh
gradient konsntrasi yang muncul. Pergerakan solute di antara rongga peritubulus dan kapiler
adalah dengan cara aliran massif dan difusi; Transpor aktif melibatkan protein yang disebut
transporter yang bertugas untuk mentranslokasi zat melintasi membrane sel. Transport aktif
primer menggunakan ATP secara langsung misalnya NA+-K+-ATPase (pompa Na+). Transport
aktif sekunder mengggunakan gradient konsentrasi yang muncul akibat transport aktif primer
sebagai sumber energinya. Yang paling banyak adalah gradient Na+ yang muncul akibat pompa
Na+, sehingga pompa Na+ memiiki peran yang kritikal dalam reabsorpsi dan sekresi ginjal.
Simporter (kotransporter) mentransport zat-zat kea rah yang sama dengan Na+ (misalnya),
sedangkan antiporter mentranspor zat kea rah yang berlawanan. Laju difusi melintasi membrane
sel dittingkatkan oleh kanal ion dan uniporter yang dengan efektif meningkatkan permeabilitas
membrane terhadap zat spesifik hal ini disebut difusi terfasilitasi dan dapat dimodulasi oleh
hormone dan obat-obatan.6
Sekresi tubulus mengacu pada perpindahan selektif zat-zata dari darah kapiler peritubulus
ke dalam lumen tubulus, merupaka rute dua bagi zat dari darah untuk masuk ke lumen tubulus.
Sekresi tubulus menyediakan suatu mekanisme yang dapat lebih cepat mengeliminasi zat-zat
tertentu dari plasma dengan mengekstrasi lebih banyak zat tertentu dari 80% plasma yang tidak
difiltrasi di kapiler peritubulus dan menambahkan zat yang sama ke jumlah yang sudah ada di
dalam tubulus akibat proses filtrasi.5
Reabsorpsi dan Sekresi Tubulus melibatkan Transport Transepitel
Bahan harus meniggalkan cairan tubulus dengan melewati membrane luminal sel tubulus,
bahan harus melewati sitosol dari satu sisi sel tubulus ke sisi lainnya, bahan harus melewati
membrane basolateral sel tubulus untuk masuk ke cairan intertisium, bahan harus berdifusi
melalui cairan intertisium, bahan harus menembus dinding kapiler untuk masuk ke plasma.
Demikian sebaliknya pada peristiwa sekresi.5
14
100 mg/100ml, 125 mg glukosa yang tersaring permenit dapat cepat direabsorpsi oleh
mekanisme pengangkut glukosa karena jumalh yang difiltrasi ini jauh dibawah Tm untuk
glukosa. Ketika lebih banyak glukosa terfiltrasi disbanding yang dapat direabsorpsi karena Tm
terlampaui, maka jumlah yang direabsorpsi maksimal dan kelebihan glukosa akan tetap berada
dalam filtrate untuk dieksresikan.5,6
Ambang Ginjal untuk Glukosa
Konsentrasi plasma di suatu Tm suatu bahan tercapai dan mulai muncul di urin. Pada Tm
375 mg/mnt dan LFG 125 ml/mnt, ambang gijal glukosa adalah 300 mg/ml. meskipun dalam
kenyataannya glukosa sering muncul di urin pad konsentrasi glukosa 180 mg/100ml. disebabkan
oleh tidak semua nefron memiliki Tm yang sama, dan efisiensi pembawa kotranspor glukosa
mungkin tidak bekerja pada kapasitas maksimalnya pada nilai yang meningkat tetapi kurang dari
Tm sebenarnya. Diatas Tm, reabsorpsi akan tetap pada laju maksimalnya dan setiap lebih lanjut
jumlah yang difiltrasi akan menyebabkan peningkatan sebanding jumlah bahan yang
diekskresikan. Sebagai contoh, pada konsentrasi glukosa plasma 400 mg/100ml, glukosa yang
difiltrasi 500 mg/mnt, 375 mg/mnt diantaranya dapat direabsorpsi (senilai Tm) dan 125 mg/mnt
diantaranya akan diekskresikan di urin.5
pemecahan lemak di adiposit. Insulin juga mendorong penyerapan asam amino dan sintesis
protein sekaligus menghambat penguraian protein. Efek anabolic insulin menyebabkan
peningkatan sintesis dan penurunan penguraian glikogen, lemak dan protein. Ketika penyerapan
glukosa oleh sel terganggu maka glukosa yang tidak dapat masuk ke dalam sel akan tetap berada
di dalam plasma. Karena itu glukosa ditemukan pada urin ketika konsentrasi glukosa melebihi
ambang ginjal, meskipun fungsi ginjal tidak berubah. Ginjal tidak mengatur konsentrasi glukosa
plasma karena ginjal tidak mempertahankan glukosa pada konsentrasi plasma tertentu.
Konsentrasi ini normalnya diatur oleh mekanisme endokrin dan hati. Berbeda dengan fosfat,
fosfat adalah suatu contojh zat yang direabsorpsi aktif dan diatur oleh ginjal. Karena ambang
ginjal sama dnegan konsentrasi plasma normalnya, dan juga ada pengaruh kontrol hormon
paratiroid dapat mengubah ambang ginjal fosfat dan kalsium sehingga dapat diatur
keseimbangannya.5,7
Ekskresi
Sifat pars asendens dan desendens yang merupakan dua pembuluh yang berdekatan,
dengan jalan arus yang berlawanan menyebabkan terjadinya counter current yang bertujuan
memperngaruhi kepekatan urin. Ansa henle pars desendens sangat permeable terhadap H2O, dan
tidak secara aktif mengeluarkan Na+. Pars asendens secar aaktif memindahkan NaCl keluar dari
lumen tubulus ke dalam cairan intertisium sekitar, selalu impermeable terhadap H2O sehingga
garam meninggalkan cairan tubulus tanpa diikuti secara osmotik oleh H2O. Pada ansa henle,
terjadi pengeluaran Na sehingga Na makin berkurang, osmolaritas berkurang, kepekatan
berkurang. Na yang di interstitial menyebabkan keadaan omsotik meningkat (sifat menarik air)
sehingga menarik air yang dai pars desendens, dan mempengaruhi osmolaritas di pars desendens.
Pada ansa henle pars desendens, air bebas keluar, sehingga air ditangkap di interstitial karena
kepekatan yang tinggi akibat pengeluaran Na oleh ansa Henle pars asendens, sehingga kondisi
air di dalam tubulus ansa henle pars desendens menurun menyebabkan kepekatan meningkat,
osmolaritas meningkat. Hal ini menimbulan adanya gradient osmotic vertical. Dan dengan
adanya vasa rekta mempertahankan gradient osmotic vertical medulla. Cairan tubulus hipotonik
terpajan ke gradient osmotic vertical ini sewaktu mengalir melewati bagian distal nefron,
menciptakan gaya dorong pasif untuk reabsorpsi progresif H2O dari cairan tubulus, tetapi jumlah
sebenarnya dari reabsorpsi H2O bergantung pada jumlah vasopressin yang disekresikan.
17
Vasopresin meningkatkan permeabilitas tubulus distal dan koligentes terhadap H2O. tubulustubulus ini impermeable trhadap H2O jika tidak terdapat vasopressin. Sekresi vasopressin
meningkat sebagai respons terhadap deficit H2O dan karenanya reabsorpsi meningkat. Sekresi
vasopressin dihambat jika ada kelebihan H2O sehingga reabsorpsi berkurang.5
Bahan yang penting yang diekskresikan oleh tubulus adalah ion hydrogen yang penting
untuk mengatur keseimbangan asam basa, ion kalium yang menjaga konsentrasi ion kalium
plasma pada tingkat yang sesuai untuk mempertahankan eksitabilitas normal membrane sel otot
dan saraf; dan anion dan kation organic yang melaksanakan eliminasi senyawa-senyawa organic
asing dari tubuh.5
Otoregulasi dan Kontrol Simpatik Ekstrinsik pada LFG
Karena tekanan darah arteri adalah gaya utama yang mendorong darah masuk ke dalam
glomerulus maka tekanan darah kapiler glomerulus dan LFG akan meningkat berbanding lurus
jika tekanan arteri meningkat bila faktor lain tidak berubah. Perubahan spontan tak sengaja LFG
ini dijegah oleh regulasi intrinsic otoregulasi. Dua mekanisme intrarenal yang berperan adalah
pertama, mekanisme mimogenik berespon terhadap perubahan tekanan dalam komponen
vascular nefron dimana sifat umum otot vascular arteriol dapat berkontraksi secara inheren
sebagai respon terhadap peregangan yang menyertai peningkatan tekanan di dalam pembuluh.
Karena itu arteriol afferent secara otomatis berkonstriksi sendiri ketika teregang akibat
peningkatan tekanan darah arteri. Respon ini membantu membatasi aliran darah ke glomerulus
dalam jumlah normal meski tekanan arteri meningkat. Kedua, mekanisme umpan balik
tubuloglomerulus (TGF). TGF erat dengan sistim rennin angiostensin aldosteron. Jika LFG
meningkat akibat peningkatan tekana arteri, maka cairan yang difiltrasi dan mengalir melalui
tubulus distal lebih besar daripada normal. Sebagai respon peningkatan penyaluran garam ke
tubulus distal, sel-sel macula densa mengeluarkan adenosine menyebabkan konstriksi pada
arteriol aferen sehingga aliran darah glomerulus berkurang dan LFG kembali normal.5
Selain otoregulasi yang dilakukan lokal oleh ginjal ada kontrol simpatik ekstrinsik pada
LFG untuk kompensasi jangka panjang. Kontrol ini ditujukan untuk mengatur tekanan darah
arteri. Jika volume plasma berkurang contoh akibat perdarahan, terjadi penurunan tekanan darah
arteri terdeteksi oleh baroreseptor kemudian memicu refleks saraf untuk meningkatkan tekanan
darah ke arah normal. Ini dikontrol oleh pusat kardiovaskular di batang otak diperantai oleh
18
peningkatan simpatis jantung dan pembuluh darah. Meski peningkatan curah jantung dan
resistensi perifer total membantu meningkatkan tekanan darah menuju normal, namun volume
plasma tetap kurang. Salah satu kompensasi adalah penurunan pengeluaran urin sehingga lebih
banyak cairan yang ditahan di tubuh. Pengeluaran urin berkurang sebagian karena penurunan
LFG, jika cairan yang difiltrasi sedikit, maka yang diekskresikan juga berkurang, dalam jangka
panjang, volume plasma dapat kembali normal.5
Keseimbangan Cairan
Air tubuh membentuk sekiitar 60% berat tubuh. Air tubuh terdistribusi antara
kompartemen cairan intrsel (CIS) dan cairan ekstrasel (CES). CIS membentuk sekitar 2/3 H2O
tubuh total. 1/3 sisanya terdapat di CES. CES dapat dibagi menjadi plasma yang membentuk 1/5
CES, dan cairan interstisium 4/5 nya. Yang berhubungan dengan ginjal adalah kompartemen
CES plasma, komposisi antara plasma dan cairan intertisium harus seimbang sesuai proporsinya,
ketika cairan plasma kekurangan makan cairan interstisial akan menutupi kekurangan itu dengan
mengirimnya ke plasma demikian juga sebaliknya, maka dalam mekanisme pengaturan
keseimbangan oleh ginjal dapat dikatakan CES bergantung pada plasma.5
Keseimbangan cairan dipertahankan dengan mengatur volume dan osmolaritas CES. Dan
semua pertuaran H2O dan konstituen lain antara CIS dan dunia luar, harus terjadi melalui CES.
Terdapat dua factor yang diatur untuk mempertahankan keseimbangan cairan ditubuh. Pertama,
volume CES harus diatur secara ketat untuk mempertahankan tekanan darah. Tindakan jangka
pendek pengontrolan tekanan darah bias dilakukan dengan reflex baroreseptor yang mengubah
curah jantung dan resistensi perifer total melalui efek system saraf ototnom jantung dan
pembuluh darah. Dan juga dengan perpindahan cairan antara plasma dan cairan intertisium. Jika
terjadi penurunan volume plasma akan dikompensasi secara otomatis dan temporer oleh
perpindahan cairan dari kompartemen intertisium menuju pembuluh darah, yang akan
memperbesar volume plasma.Tindakan jangka panjang untuk mempertahankan tekanan darah
dapat melalui ginjal dan mekanisme haus, yang masing-masing mengontrol jumlah urin dan
asupan cairan.5
Memelihara keseimbangan garam penting dalam regulasi jangka panjang volume CES.
Natrium dan anion penyertanya menentukan lebih dari 90% aktivitas osmotik. Garam biasanya
keluar melalui keringat dan tinja. Tteapi manusia biasa mengkonsumsi garam bukan untuk
19
menjaga keseimbangan, tetapi hanya untuk kesenangan berarti cenderung kelebihan garam.
Kelebihan garam dikontrol oleh ginjal melalui ekskresi kelebihan garam di urin dnegan
mengontrol laju filtrasi glomerulus. Dan reabsorbsi natrium di tubulus yang dikontrol melalui
RAAS. Kedua, osmolaritas CES harus diatur untuk mencegah membengkaknya atau menciutnya
sel. Pemeliharaan keseimbangan cairan sangat penting dalam mengatur osmolaritas CES.
Semakin tinggi osmolaritas semakin tinggi konsentrasi zat terlarut semakin rendah H2O.
penambahan atau penguranagn H2O bebas (tidak disertai oleh penambahan atau penguranagn zat
terlarut yang setara) menyebabkan perubahan osmolaritas CES. Jika terjadi deficit H2O bebas di
CES maka zat terlarut menjadi terlalu pekat dan osmolaritas CES meningkat yaitu menjadi
hipertonik membuat sel menciut karena kehilangan air secara osmosis ke CES.5
Kontrol Pengeluaran Air di Urin oleh Vasopresin
Fluktuasi osmolaritas CES yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pemasukan
dan pengeluaran H2O cepat dikompensasi dengan menyesuaikan eksresi H2O di urin, tanpa
mengubah eksrei garam. Bedakan antara reabsorpsi dan eksrresi H2O dengan zat terlarut.
Reabsorpsi dan eksresi H2O bebas disesuaikan melalui perubahan sekresi vasopressin.
Vasopresin diproduksi oleh hipotalamus dan disimpan di kelenjar hipofisis posterior. Kontrol
dengan rasa haus terletak di hipotalamus dekat dengan sel penghasil vasopressin, tujuannya
untuk mempengaruhi asupan H2O. Reabsorpsi H2O yang dikontrol vasopressin merupakan
mekanisme yang sangat penting untuk mengatur osmolaritas CES. Karena kecenderungan
manusia yang mengkonsumsi air berlebihan bukan untuk keseimbangan, seperti contoh sedang
rehat kopi. Jadi tidak ada rasa haus, yang ada adalah kelebihan H2O yang dalam tanda kutip
disengaja.5
Peran Angiotensin II
Meningkatkan rasa haus dan sekresi vasopressin, ketika sistem rennin angiostensin
aldosteron sistem (RAAS) diaktifkan untuk menghemat Na+, angiostensin II selain merangsang
sekresi aldosterone juga bekerja langsung pada otak untuk menimbulkan rasa haus dan
merangsang vasopressin untuk meningkatkan reabsorpsi H2O di ginjal. Peningkatan asupan H2O
dan berkurangnya pengeluaran urin kemudian membantu mengoreksi penurunan volume CES
yang memicu system RAAS. Contoh yang menghambat vasopressin. Alkohol menghambat
sekresi vasopressin dan dapat menyebabkan hipertonisitas CES dengan mendorong ekskresi H2O
20
bebas secara berlebihan. Salah satu perangsang rasa haus tanpa memiu sekresi vasopresni adalah
efek langsung kekeringan mulut. 5
Pembahasan Kasus
Sering kencing pada malam hari, sering haus, dan nafsu identik dengan diabetes mellitus
dimana berkaitan kurangnya efek insulin. Efek insulin yang berkurang menyebabkan keadaan
katabolik yang tidak saja mengenai metabolisme glukosa tetapi juga metabolisme lemak dan
protein. Ketika penyerapan glukosa oleh sel terganggu maka glukosa yang tidak dapat masuk ke
dalam sel akan tetap berada di dalam plasma. Sehingga terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia
melebihi ambang ginjal untuk mereabsorpsi sehingga timbul glikosuria. Glikosuria memicu
diuresis osmotik. Menyebabkan polyuria yang menyebabkan keluarnya air dan elektrolit dalam
jumlah besar. Pengeluaran air melalui ginjal disertai hiperosmolaritas akibat meningkatnya kadar
glukosa di dalam darah cenderung menguras air intra sel (CIS), merangsang osmoreseptor di
pusat-pusat haus di otak. Dengan cara ini timbul rasa haus yang hebat (polydipsia). Untuk
defisiensi insulin, skala bergeser dari anabolisme menjadi katabolisme protein dan lemak yang
memicu keseimbangan energy negative, menyebabkan nafsu makan meningkat (polifagia).
Meskipun polifagia, efek katabolic tetap lebih dominan sehingga berat badan menurun dan otot
melemah.5,7
Kesimpulan
Terjadinya ketidakseimbangan reabsorpsi zat terlarut glukosa pada tubulus proksimal
ginjal yang seharusnya tidak terdapat pada urin, menyebabkan terjadinya diuresis osmotik karena
glukosa yang tidak dapat direabsorpsi akan diteruskan sampai keluar tubuh dalam urin, dan
karena sifat osmotiknya maka ada penambahan jumlah air yang ditarik oleh glukosa
menyebabkan pengeluaran urin dalam jumlah yang lebih banyak.
21
Daftar Pustaka
1. Snell RS. Anatomi klinis berdasarkan sistem. Jakarta: EGC; 2008. h. 749-71.
2. Paulsen F, Waschke Jens. Jilid 2. Atlas anatomi manusia, organ-organ dalam. Diambil
dari Sobotta. Edisi ke-23. Jakarta: EGC; 2013. h. 171.
3. Mescher AL. Histologi dasar junqueira. Teks dan atlas. Edisi ke-12. Jakarta: EGC; 2012.
h. 325-37.
4. Eroschenko VP. diFiores atlas of histology with functional correlations. 11th Edition.
22