40
1/28/2013, 12:36 PM
siasan untuk menguasai bahasa Inggris akan sangat berkurang jika bahasa Inggris hanya menjadi salah
satu kegiatan ekstrakurikuler. Proses
perencanaan, pelaksanaan, hingga
penilaian bahasa Inggris sebagai kegiatan ekstrakurikuler akan sangat
berbeda sekali baik substansi maupun maknanya kala bahasa Inggris
dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran.
Salah satu alasan penting yang
menunjukkan betapa pentingnya
pembelajaran bahasa Inggris sejak
dini adalah critikal period hypothesis. Yaitu masa kritis belajar bahasa
yang berlangsung hingga memasuki
usia pubertas (sekitar 12 tahun).
Masa ini merupakan masa emas, masa yang paling tepat bagi anak untuk
belajar bahasa.Asher dan Garcia
(1969) pernah meneliti hubungan antara usia dan kedatangan imigran
Kuba ke Amerika dengan aksen dalam
berbahasa Inggris. Penelitian dilakukan terhadap kelompok anak yang
berusia1-6 tahun, 7-12 tahun, dan 1319 tahun ketika sampai di Amerika.
Setelah 5 tahun mereka tinggal di
Amerika, didapatkan temuan bahwa
70% anak yang berusia 1-6 tahun
nyaris mirip seperti penutur aslinya
dalam berbahasa Inggris. Hanya 30%
anak yang aksen bahasa pertamanya
yang masih kedengaran ketika berbahasa Inggris. Sementara imigran
yang berusia 7-12 mampu berbahasa
Inggris hampir seperti penutur aslinya sebanyak 40%, sekitar 43% mampu berbahasa Inggris dengan aksen
bahasa pertama yang masih sedikit
kelihatan. Dan sisanya 17% mampu
berbahasa Inggris dengan aksen bahasa pertama yang kental. Untuk imigran yang berusia 13-19 tahun, hanya
7% yang mampu berbahasa Inggris
nyaris seperti penutur aslinya, 27%
mampu berbahasa Inggris dengan
aksen bahasa pertama yang masih
kelihatan, dan 66% mampu berbahasa
Inggris dengan aksen bahasa pertama yang kental.
Mempertentangkan antara bahasa Inggris sebagai suatu mata pelajaran dan masuk ke dalam salah satu
kegiatan ekstrakurikuler secara terus
menerus tak akan ada manfaatnya.
Sebenarnya yang paling substansi
yang harus segera dibenahi dalam
pembelajaran bahasa Inggris adalah
proses dalam kegiatan belajar mengajar. Ada baiknya kita bertanya pada
diri sendiri.Berapa tahun kita belajar
bahasa Inggris? Sejak kapan dan
sampai kapan kita belajar bahasa Inggris? Sejak masuk di jenjang sekolah
apa dan sampai di jenjang sekolah
apa kita belajar bahasa Inggris? Dan
pertanyaan puncaknya adalah apakah sekarang kita sudah bisa berkomunikasi dengan bahasa Inggris dengan baik secara lisan maupun dengan tulisan?
Pada umumnya kita belajar bahasa Inggirs sejak di sekolah lanjutan
tingkat pertama (SLTP) hingga sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA). Ini
berarti kita belajar bahasa Inggris selama enam tahun.Waktu belajar yang
lebih dari cukup untuk dapat berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Kenyataannya tidak seperti itu.Kita tidak dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dengan baik. Bahkan, ada yang sama sekali tidak memahaminya. Tapi lucunya, lulus SLTA.
Artinya nilai bahasa Inggrisnya lebih
dari cukup.
Langkah awal yang harus segera dibenahi dalam pembelajaran bahasa Inggris adalah pola pikir pengajar atau guru. Selama guru masih memandang bahasa Inggris sebagai
knowledge, jangan berharap anakanak kita akan mampu berbahasa Inggris dengan baik. Karena materi yang
akan diterima anak-anak adalah grammar (tata bahasa). Anak-anak akan
dijejali dengan berbagai teori kebahasaan. Anak-anak akan diajari teori
menyusun kalimat dalam bentuk
present tense, past tense, future
tense, dan segudang teori lainnya.
Mereka tidak memiliki kesempatan
yang memadai untuk langsung praktik berbahasa Inggirs. Mereka tidak
memiliki kesempatan mengekspresikan dirinya dengan bahasa Inggris.
Mereka tidak memiliki kesempatan
melafalkan suatu kata dengan tepat.
Bagaimana mungkin dapat berbahasa Inggris tanpa adanya latihan atau
praktik. Sama halnya dengan seseorang yang ingin menjadi pemain
bola voli. Bagaimana mungkin ia dapat melakukan service atau smash
hanya dengan duduk di kelas mendengarkan penjelasan guru tentang
teori-teori service dan smash. Untuk
dapat melakukan service dan smash
1/28/2013, 12:36 PM
41