Anda di halaman 1dari 6

Matakuliah :Perkembangan Pemikiran Dalam Islam (PPDI)

Dosen : Dr. Ilyas Supena,M.Ag


Disusun oleh :
Achmad Muhandis (081211003)
Andri Yanto (081211004)
Pratama Ayu Ernasari (081211030)

Resume :
Islam dan cita cita politik Indonesia1 (halaman 75-98)
I. Pokok permasalahan :
Islam dan modernitas :relevansinya dengan kenyataan ummat Islam Indonesia dewasa ini
Peranan Islam dalam proses politik di Indonesia
Kepemimpinan dalam pemodernan Indonesia dan implikasi implikasi sosial keagamaan
pembangunan ekonomi
II. Pembahasan :
Islam dan modernitas dewasa ini
Keadaan umat islam saat ini sudah tentu erat kaitannya dengan sejarah yang panjang,
Islam sampai ke Nusantara dapat dilihat sebagai fungsi kegiatan ekonomi dan kebudayaan yang
melekat di Nusantara dan telah menjadi catatan ahli sejarawan bahwa kawasan Nusantara adalah
salah satu Negara atau daerah yang peng Islamannya dengan cara damai/penetration pacifique.
Selain yang tertulis diatas pendidikan ternyata tak kalah pentingnya yang kemudian pada
tahun 1950-an -2000-an ini tumbuh kemampuan ilmiah yang semakin canggih mulai dari politik
sampai diimbangi oleh orientasi ke bidang bidang lain yang menghasilkan pendekatan baru
(cultural) seperti yang dipelopori ormas Muhammadiah yang kemdian disusul NU.
Pendekatan politis masa lalu mungkin harus dipandang wajar sesuai dengan tahap
perkembangan yang ada,yaitu tahap mula dan perbenturan islam dengan modernitas bahkan
perbenturan islam dengan kolonialisme(kolonialisme merupakan akibat historis modernitas pada
orang Eropa barat laut).Hodgson melihat potensi Islam khususnya diwakili syariatnya untuk
mebawa kaum muslimin ke zaman modern,inilah yang membawa umat islam ketitikberat
1
Islam kemodernan dan keindonesiaan oleh: Nurcholis Majidpenerbit mizan
orientasi dan pendekatan politis sebagai fungsinya menghadapi dunia yang dikuasai oleh budaya
lain.
Pendapat bellah(Robert N Bellah,beyond belief,New York,Harper and Row.1970) dalam
kacamata ke ilmuannya agaknya potensi ajaran islam untuk zaman modern tidak hanya terletak
pada syariatnya,melainkan watak dasar islam itu sendiri

Peranan Islam dalam proses politik di Indonesia


Islam di Indnosia merupakan salah satu agama yang dominan pemeluknya,politik
Indonesia telah diperkaya dengan singkatan SARA (Suku,Agama,Ras dan Antargolongan),yang
kemudian timbul unsur kepekaan politik,tetapi masih ada ruang untuk membahas keagamaan
yaitu pembahasa yang tidak memihak dan Ilmiah.
Dampak pendidikan kolonial bermula dengan berkuasanya VOC yang hamper tidak
memperhatikan masalah pendidikan,dan sedikit kesempatan pendidikan yang diberikannya
terbuka hanya bagi orang orang Kristen Eropa maupun pribumi bukti pertama di perhatikannya
Pendidikan untuk orang orang muslim terdapat dalam intruksi gubernur jenderal daendels th
1808.namun tdk ada bukti pelaksanaannya perubahanternyata baru terjadi pada zaman
“kebijaksanaan etis” tahun 1901 inilah kebijaksanaan colonial yang bersumber terutama dari
segi manusiawi,yang menyatakan bahwa Belanda berutang budi pada Indonesia kebijakan itu
pada hakekatnya merupakan suatu program kesejahteraan yang berupaya memicu dan
mengarahkan kemajuan ekonomi,politik dan social. Hal inilah termasuk gaya barat yang
kemudian semakin banyak orang Indonesia memasuki sekolah sekolah umum yang kemudian
adanya yang termarginalkan yang lebih kecil jumlah pelajar dari kalangan muslim santri.Hal ini
disebabkan oleh system diskriminatif pendidikan dan sebagisn disebabkan politik non koopertif
para ulama terhadap pemerintah kolonial.
Cara baru tuntutan berpolitik Negara yang dominan muslim di Indonesia proses lanjut
Islamisasi damai diterima dengan hangat,dalam satu hal agak disayangkan bahwa orientasi
keislaman yang kuat selalu dikaitkan dengan oposisi terhadap pemerintah.Namun demikian
kaum muslim dalm gagasan politiknya yang semuanya tidak sebangun dan serupa dengan
tuntutan praktis Negeri ini,makatimbullah prasangka antara politik yang berorientasi islam dan
pemerintah yang berorientasi Nasional.
Kepemimpinan dalam pemodernan Indonesia dan implikasi implikasi social keagamaan
pembangunan ekonomi.
Bermulanya upaya modernisasi dan pembangunan ekonomi,dari segi politik,diperlukan
kepemerintahan yang kuat dan stabil,sekaligus terbuka dan tanggap.Tolak ukur pambangunan
yang berhasil bahwa pemecahan pemecahan terhadap masalah tidak selamanya dapat disodorkan
dalam ker angka ekonomi saja.menurut Eugene staley tolokukur pembangunan yang berhasil di
Negara Negara berkembang seperti Indonesia :
• Tingkat produksi dan pendapatan yang lebih tinggi dan merata
• Kemajuan dalam pemerintahan sendiri yang demkratis,mantap dan sekaligus tanggap
terhadap kebutuhan kebutuhan dan kehendak kehendak rakyat.
• Pertumbuhan hubungan social demokratis,termasuk kebebasan yang meluas,kesemoatan
kesemoatan untuk pengembangan diri dan penghormatan kepada kepribadian individu
• Tidak mudah terkena komunisme dan totaliterianisme lainnya karena alasan alasan
diatas.
Sebagai tujuan bangsa menciptakan keadilan social bagi seluruh bangsa Indonesia.
III. Kritikan
Kini mungkin kata “sudah saatnya kita menyakan untuk perubahan sudah basi” karena
kalah dan ketinggalah dengan Negara Negara yang notabenya dari kondisi geografis,dan
kuantitas kita lebih unggul tapi nyatanya kita masih ketinggalan jauh mulai dari factor kesadarn
dalam kesehatan,ekonomi,politik dan lain lain.
tapi,memang tak ada kata lain kecuali untuk berkembang,melakukan perubahan demi
cita cita mulya bangsa ini yang sudah lama ternodai oleh segelintir oknum pejabat maupun orang
berpunya,bahkan jati diri ini mulai rapuh ketika banyak kekayaan alam dan budaya bangsa
hilang bak terjangan ombak tanpa bekas,tak ubahnya juga pendidikan yang seharusnya seimbang
antara agama dan nasional kini sudah pudar dan melemah jauh dari tataran syariat agama yang
mungkin alasan yang paling tepat adalah karena bekas Negara jajahan yang semua kebiasaan dan
ideologi masih ada rasa keturunan / kebiasaan penjajah yang tidak sebentar sehingga pola
pendidikan pun serasa ada rasa jajahan yang saat ini dikenal dengan nama kebijakan etis, tapi hal
ini pada hakekatnya merupakan program kesejahteraaan yang berupaya memacu dan
mengarahkan kemajuan ekonomi,politik dan social kemudian perhatian besar yang diberikan
kepada pendidikan di Indonesia gaya barat….(?)
Tidak balance_nya pendidikan agama dan pendidikan umum mungkin mulai bergaya
kebarat baratan kemudian yang memicu kesenjangan social.
Ummat islam sudah tak layak lagi kalau hanya stagnan di bidang itu itu saja,masih
banyak hal kejadian yang harus digali dan ditegakkan demi tercapainya tujuan agama dan
falsafah yang sudah tertanam dalam sanubari Pancasila dan UU.
Tegakkan 7 Cita Politik Indonesia
Menyambut Tahun Baru 1430 Hijriyah 29 Desember 2008 dan Tahun Baru Kalender 1
Januari 2009, kiranya cukup bijak memahami lebih baik Pembukaan UUD 1945 yang tersusun
dalam 4 (empat) alinea, yang menurut hemat penulis sebenarnya dapat dijabarkan dalam 7
(tujuh) bagian yang bisa disebut sebagai Cita Politik Indonesia yakni :
(1) Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di
atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan Perikemanusiaan dan Perikeadilan; (2)
Kemerdekaan Negara Indonesia yang Merdeka, Bersatu, Berdaulat, Adil dan Makmur;
Pemerintahan Negara Indonesia yang (3) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, (4) Memajukan kesejahteraan umum; (5) Mencerdaskan
kehidupan bangsa, (6) Ikut melaksanakan Ketertiban Dunia yang berdasarkan Kemerdekaan,
Perdamaian Abadi dan Keadilan sosial; (7) Susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dan saat ini dikenali pula ada 7 (tujuh) Lembaga Tinggi Negara yaitu (1) MPR (Majelis
Permusyawaratan Rakyat), (2) DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), (3) DPD (Dewan Perwakilan
Daerah), (4) Presiden, (5) MA (Mahkamah Agung), (6) MK (Mahkamah Konstitusi), (7) BPK
(Badan Pemeriksa Keuangan).
Sementara itu UU ParPol menyatakan a.l. bahwa ParPol berkewajiban melakukan
pendidikan politik dan menyalurkan aspirasi politik. Oleh karena itulah, bilamana ParPol dalam
tubuh negara dapat diibaratkan sebagai darah dalam tubuh manusia, maka ParPol bertugas
mentransportasi aspirasi politik rakyat (terutama terkait ke-7 Cita Politik termaksud diatas)
kepada misalnya ke-7 Lembaga Tinggi Negara tersebut diatas melalui saluran demokrasi,
layaknya darah mentransportasi sari makanan / minuman, vitamin, protein dlsb kepada 7 (tujuh)
organ tubuh manusia seperti otak, jantung, paru, hati, ginjal, limpa, pancaindera, dlsb melalui
saluran darah. Artinya, bilamana saluran demokrasi terganggu dan/atau malah tersumbat maka
dapat dipastikan muncul beragam penyakit masyarakat yang dalam tingkatan yang serius
berakibat fatal bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, layaknya saluran darah terganggu
dan/atau malah tersumbat (dalam hal ini seperti plak2 di dinding saluran darah dampak lemak
tidak jenuh) maka dapat dipastikan muncul beragam penyakit yang bisa kronis dan berakibat
fatal bagi kehidupan manusia.
Dalam pengertian itulah, maka dapat dipahami bahwa perawatan kesehatan tubuh negara
layaknya perawatan kesehatan tubuh manusia juga, artinya perawatan kesehatan kehidupan
demokrasi misalnya berupa pemberdayaan peranserta pemenuhan hak setiap warga negara dalam
memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan seperti melalui Pemilihan Umum
adalah penting dilakukan mengingat aspirasi ke-7 Cita Politik diatas adalah strategik untuk
senantiasa dikiprahkan dalam kehidupan se-hari2. Sehingga bilamana Pemilihan Umum itu tidak
diperansertai oleh bagian masyarakat yang lazim disebut GolPut (baik karena alasan
administratif maupun pragmatis ataupun ideologis) maka dapat dipastikan GolPut tadi tidak turut
serta menyumbangkan peran terbaiknya dalam upaya membangun kehidupan pemerintahan
demokratis yang dinamis, kreatif dan konstruktif bagi perkembangan politik kenegaraan
terutama dalam rangka kehidupan sosial politik agar tidak meresah.
Namun, kalaupun tidak dapat terhindarkan karena berbagai alasan yang teknis maupun
manusiawi, masih dalam kerangka Cita Politik termaksud diatas, sesungguhnya bagian
masyarakat itu masih dapat diharapkan berdayaguna bagi kepentingan politik kemasyarakatan,
kebangsaan dan kenegaraan, dalam kiprah strategi ketahanan bangsa lainnya seperti kehidupan
sosial ekonomi agar tidak mengganas, kehidupan sosial budaya agar tidak memudar dan
kehidupan sosial ekologis tidak menggersang.
Oleh karena itulah, organisasi2 terstruktur kemasyarakatan nonParPol seperti Organisasi2
Kemasyarakatan, Organisasi2 Kemahasiswaan, Organisasi2 Kepemudaan, Lembaga2 Swadaya
Masyarakat patut diharapkan dapat mengambil peran lebih pro-aktif melakukan pemberdayaan
masyarakat GolPut ini, termasuk pembangunan sadar politik kebangsaan dan cinta tanah air,
melalui ragam program pengembangan masyarakat. Karena pembangunan kemasyarakatan dan
kebangsaan juga berujung dukungan positif bagi kehidupan kenegaraan. Dengan kata lain,
ketidakikutsertaan membangun perangkat pejabat publik penyelenggara pemerintahan bukan
berarti tertutup peluang peranserta sebagian masyarakat itu bagi pembangunan sadar kehidupan
kenegaraan. Apalagi APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) dan APBD (Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah) seringkali semakin dirasakan terbatas, sehingga memang perlu
pengembangan aturan struktural yang dapat disepakati bersama tentang peranserta anggaran lain
non-pemerintah atau swasta dan/atau swadaya masyarakat pada pemberdayaan masyarakat.
Bagaimanapun, keberdayaan segenap komponen bangsa kini adalah tepat manfaat bagi
gerakan semesta kebersamaan, solidaritas atau kesetiakawanan guna atasi dampak krisis
ekonomi keuangan global, dan itu tidak cukup dengan pengadaan stimulus ekonomi semata
namun perlu pula keserentakan berpasangan dengan sosialisasi lebih intensif ke-7 Cita Politik
termaksud diatas, demi perkuatan faktor2 Persatuan dan Kesatuan Bangsa, berpola Pembangunan
Karakter & Pekerti Insani.

IV. Kesimpulan
Berbagai masalah ummat islam di Indonesia dan dalam hal ini ummat islam dimana pun
berada ialah kesenjangan yang cukup parah anatara ajaran dan kenyataan.
mungkin dari sini boleh ditambahkan bahwa untuk meliahat problema ummat islam di
Indonesia dewasa ini berkenaan dengan sumbangan yang dapat mereka berikan kepada
penumbuhan dinamis nilai keindonesiaan dengan bahan bahan yang ada dalam ajaran agama
mereka sendiri,dan yang amat diperlukan ummat islam melalui para sarjananya ialah keberanian
untuk menelaah kembali ajaran ajaran islam yang mapan (sebagai hasil interaksi social dalam
sejara) dan mengukuhkannya kembali dengan yardstrik sumber suci islam sendiri(Al Quran &
Sunnah).

Anda mungkin juga menyukai