Anda di halaman 1dari 8

Perilaku Kesehatan Suku Arfak

Suku Arfak merupakan suku yang tinggal di Kota Manokwari, Provinsi


Papua Barat. Suku Arfak terdiri dari 4 sub suku yaitu suku Hatam, Moilei,
Meihag, Sohug. Masing-masing sub suku tersebut memiliki kepala suku dan
bahasa daerah yang berbeda. Suku Arfak diketahui sebagai suku asli yang
mendiami Kawasan Cagar Alam Pegunungan Arfak sehingga mereka memiliki
pola hidup yang berkaitan erat dengan lingkungan alam di sekitarnya, terutama
dalam hal pemanfaatan hasil hutan.

Gambar 1.1 Masyarakat Suku Arfak

Gambar 1.2 Rumah adat suku Arfak

Hutan merupakan salah satu unsur yang paling penting bagi suku Arfak
karena dari sana mereka bisa mendapatkan banyak hal untuk memenhi kebutuhan
hidup sehari-hari antara lain bahan makanan, obat-obatan, bahan bangunan baik
itu untuk membangun rumah atau kandang. Disamping itu bagi suku Arfak hutan
juga memiliki nilai mistik. Sehinnga tidak heran jika kehidupan masyarakat suku
Arfak sebagian besar tergantung pada alam sekitarnya. Salah satu bentuk
ketergantungan tersebut adalah pemanfaatan tumbuhan yang dapat berfungsi
sebagai obat dan magis. Hal ini dapat kita lihat pada tumbuhan yang mereka ambil
dari lingkungan sekitar tempat tinggal atau hutan, diramu secara alamiah dan
digunakan sebagai obat-obatan tradisional dalam berbagai resep untuk mengobati
berbagai jenis penyakit.
Masyarakat suku Arfak tinggal di daerah yang bisa dikatakan memiliki
alam sekitar yang masih baik dan alami misalnya hutan yang masih hijau dan
menyimpan banyak tumbuhan alami yang tumbuh subur sehingga mereka dapat
memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan yang berguna dalam bidang kesehatan
masyarakat suku Arfak. Mungkin jika kita perhatikan hal ini sangat berbeda
dengan kondisi kita yang tinggal di daerah perkotaan, karena seperti yang kita
ketahui bahwa masyarakat di perkotaan tidak memiliki alam sekitar yang cukup
baik untuk menyimpan berbagai jenis tumbuhan yang dapat digunakan dalam
bidang kesehatan. Oleh karena itu masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan
sangat bergantung pada obat buatan, berbeda dengan masyarakat suku Arfak yang
tinggal di daerah pedalaman sehingga mereka dapat bergantung pada berbagai
tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat alami bagi kesehatan.
Masyarakat suku Arfak sendiri biasanya menggunakan 59 jenis tumbuhan.
Dari ke-59 jenis tumbuhan tersebut, sebanyak 52 jenis sering dimanfaatkan
sebagai tumbuhan obat, sebanyak 5 jenis sebagai pestisida nabati dan 2 jenis
sebagai magis. Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan untuk ketiga
pemanfaatan tersebut adalah daun sebanyak 40 jenis, kemudian kulit sebanyak 20
jenis, akar sebanyak 8 jenis, umbi atau buah sebanyak 5 jenis. Jika kita perhatikan
dari hal tersebut, bagian daunlah yang sering digunakan dibandingkan bagian
tumbuhan yang lain. Sedangkan bagian tumbuhan yang jarang digunakan adalah

getah dan bagian batang, masing-masing sebanyak 4 jenis tumbuhan. Namun


demikian ada satu jenis tumbuhan yang seluruh bagiannya dapat digunakan yaitu
Erectites valerianifolia, yang berguna sebagai pestisida nabati.
Jika kita perhatikan masyarakat suku Arfak memang merupakan salah satu
suku yang memiliki dan menggunakan banyak tumbuhan alami sebagai obat
dalam bidang kesehatan mereka. Hal itu disebabkan karena alam di sekitar tempat
tinggal mereka menyimpan kekayaan berbagai jenis tumbuhan yang bermanfaat
dan memiliki kandungan yang dapat digunakan sebagai obat baik itu dari bagian
daun, kulit, akar, umbi atau buah, getah, dan batang.
Beberapa cara pengambilan tumbuhan obat yang dilakukan oleh suku
Arfak antara lain adalah dipetik, dipatah, dicabut, dikikis atau dikupas. Mereka
melakukan pemetikan pada tumbuhan yang memiliki daun, sedangkan pada pohon
yang tinggi, daun diambil dengan cara dipanjat. Dipatah, biasanya untuk
pengambilan daun disertai tangkai (diambil bersama-sama), hal ini lebih banyak
digunakan pada tumbuhan pestisida nabati, namun secara umum cara ini jarang
dilakukan karena daun yang ada bisa langsung dipetik. Suku Arfak melakukan
pencabutan pada tumbuhan yang memiliki tipe gulma atau mudah dibawa yaitu
dengan mencabut seluruh bagian tanaman. Dikikis atau dikupas, cara ini biasanya
mereka lakukan pada kulit batang pohon, tumbuhan yang dikikis biasanya diambil
getahnya, selain itu getah kambium juga biasa diambil dengan cara mengupas.
Suku Arfak juga memiliki cara tersendiri dalam mengolah tanaman obat.
Ada 2 cara membuat ramuan yang diketahui oleh masyarakat suku Arfak yaitu
tanpa diramu ( tumbuhan dimanfaatkan secara langsung) dan yang kedua adalah
dengan diramu (tumbuhan tidak dimanfaatkan secara langsung).
Tanpa diramu, cara ini merupakan pemanfaatan secara langsung bagianbagian tumbuhan, tanpa proses peramuan (tanpa diolah terlebih dahulu). Bagian
tanaman yang diambil dari alam baik itu berupa akar, daun, batang, dan kulit
langsung digunakan untuk mengobati penyakit tertentu. Misalnya cara ini
biasanya digunakan untuk jenis Nothofagus pullei sp. Sebagai pestisida alami,
yang secara langsung daun maupun batang disebarkan di tanah.

Yang kedua adalah dengan cara diramu. Pada bentuk tunggal, meramunya
dilakukan dengan cara ditumbuk terlebih dahulu kemudian diambil getahnya dan
diletakkan pada bagian yang sakit atau bisa juga dengan diseduh dan langsung
diminum. Pada bentuk majemuk (ada campuran), cara ini dilakukan dengan
menambahkan campuran tertentu ke dalam ramuan yang dibuat, dengan harapan
akan memberikan efek penyembuhan yang lebih manjur atau berkhasiat tinggi.
Jumlah paling besar adalah pemanfaatan jenis sebagai obat untuk
menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Pengetahuan tentang jenis dan tata cara
penggunaannya mereka ketahui secara turun temurun dari generasi ke generasi
dan tercatat sebagai salah satu pengetahuan tradisional. Pemanfaatan jenis
tumbuhan sebagai pestisida nabati, dimanfaatkan untuk membasmi hama-penyakit
tanaman pertanian mereka. Bau yang dihasilkan dari ramuan yang dibuat sangat
menyengat, sehingga tikus atau hama tidak berani untuk mendekati tanaman
pertanian mereka. Penggunaan jenis tumbuhan untuk keperluan magis digunakan
sebagai obat swanggi. Berkaitan dengan hal ini beberapa jenis tumbuhan dapat
digunakan untuk menyembuhkan penyakit, membangkitkan orang yang sudah
mati, maupun untuk mempertahankan diri dari serangan musuh, penggunaan
untuk keperluan jahat seperti membunuh orang dari jarak jauh.
Manfaat dari tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat suku Arfak
sangat beragam dan dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, baik
penyakit dalam maupun penyakit luar, dan ada juga jenis yang dapat mengobati
kedua macam penyakit tersebut. Secara kuantitatif, terdapat 36 jenis tumbuhan
yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit dalam seperti Paspalum
conjugatum digunakan untuk mengobati TBC dan Amylotheca digunakan untuk
mengobati kanker. Terdapat 13 jenis tumbuhan yang dapat mengobati penyakit
luar misalnya seperti Dichroa cyanitis (Mayanji) untuk mengobati kadas. Terdapat
3 jenis tumbuhan sebagai obat penyakit dalam dan luar seperti Medinila
pachyhylla (hauera) digunakan untuk mengobati muntaber dan borok. Di daerah
ini Rumput Kebar atau Biophitum petersianum klotzsch sebagai obat penyubur
wanita dan kayu akway atau Drymis anthon sebagai pemulih stamina tumbuh
subur (pada pria) dan pengatur jarak kelahiran (pada wanita).

Gambar 1.3. Amylotheca

Gambar 1.4. Kayu akway

Penggunaan kayu akway dapat dilakukan dengan merebus langsung


batangnya atau bisa juga dengan mengikis kulit batang kemudian dicampur
dengan air satu gelas kemudian direbus, dosisnya 2 sendok makan diminum
seminggu 2 kali. Biasanya mereka juga merebus batangnya dan diminum selagi
masih hangat. Untuk stamina baik diminum sekali dalam 2 hari, tetapi jika untuk
penyembuhan bisa diminum 3 kali sehari. Selain itu mereka juga menggunakan
kayu akway dalam kehidupan sehari-hari untuk mengobati sakit pada persendian

(reumatik), sebagai obat kulit alami (baik untuk kudis), KB alami (digunakan
untuk mengatur jarak kelahiran), bisa juga untuk mengurangi nyeri haid, asma,
TBC, Bronchitis, Penumonia serta ampuh mengobati demam yang disebabkan
malaria.
Terdapat juga tumbuhan Sesbou yang memiliki bermacam-macam manfaat
yang baik untuk kesehatan kita. Sesuai dengan penjelasannya, akar atau umbi dari
tanaman ini bisa membunuh cacing yang mendiami perut manusia terutama pada
anak-anak. Sebelum digunakan, tanaman sesbou tersebut perlu dibersihkan
terlebih dahulu dengan air bersih. Setelah itu umbi atau akarnya diambil lalu
ditumbuk atau diparut hingga halus. Jus yang dihasilkan kemudian dicampur
dengan air hangat. Tidak semua extrak sesbou diminum. Untuk anak-anak, jumlah
yang direkomendasikan hanyalah satu sendok teh. Jumlah itu sudah cukup untuk
membunuh cacing yang mendiami perut mereka. Daun tanaman sesbou tersebut
digunakan juga oleh masyarakat suku Arfak untuk mempercepat keluarnya nanah
dari bisul. Cara penggunaannya dengan menutup daerah yang terserang bisul
dengan daun sesbou. Dalam beberapa hari saja, nanah akan keluar dan luka yang
ditimbulkannya akan cepat mengering.
Memang jika kita perhatikan, suku Arfak sendiri masih menggunakan cara
yang bisa dikatakan cukup sederhana baik itu dalam pengambilan tumbuhan obat
maupun dalam mengolah tanaman obat. Hal itu mungkin berbeda jika kita
bandingkan dengan cara mengolah tanaman obat pada daerah perkotaan, dimana
di daerah perkotaan cara dalam mengolah obat sudah bisa dibilang lebih modern
dengan memakai berbagai macam campuran dalam meramu obat dan juga
memakai alat yang cukup canggih dalam mengolah dan memproduksi obat dalam
jumlah yang banyak. Akan tetapi jika kita melihat dari sudut pandang yang lain
dari hal itu, maka kita akan dapat memahami mengapa suku Arfak masih
menggunakan cara yang sederhana dalam mengolah tanaman obat. Suku Arfak
sendiri memang memiliki tempat tinggal di daerah pedalaman sehingga mereka
hanya memiliki beberapa alat sederhana yang dapat digunakan dalam mengolah
obat, disamping itu bagi mereka mungkin cara alami dalam mengolah tumbuhan
sebagai obat akan memberikan manfaat yang lebih alami untuk kesehatan

sehingga tidak perlu khawatir terhadap efek samping negatif seperti ketika kita
menggunakan obat buatan. Hal itu disebabkan karena mungkin kita sekarang
banyak yang memiliki pemikiran bahwa mengolah tumbuhan obat dengan cara
yang alami tidak akan memberikan hasil dalam waktu yang singkat bagi kesehatan
kita, tidak seperti obat buatan yang akan memberikan hasil yang relatif lebih
cepat.
Memang kita tidak bisa menyalahkan masyarakat sekarang karena banyak
dari mereka yang memiliki pemikiran seperti itu. Mungkin masyarakat sekarang
juga banyak yang memiliki pemikiran bahwa jika mengkonsumsi tumbuhan obat
yang diolah secara alami maka mereka harus mengkonsumsi obat itu secara
teratur dan dalam jangka waktu yang cukup panjang, karena bagi mereka jika
tidak mengkonsumsi obat alami secara teratur dan dalam jangka waktu yang
cukup panjang maka manfaat positif bagi kesehatan mereka tidak akan terlihat.
Sehingga mereka lebih memilih untuk mengkonsumsi obat buatan yang diolah
dengan berbagai macam ramuan yang kompleks dan dibuat dengan alat yang lebih
modern, karena mereka berfikir hal itu lebih praktis dan efisien.
Sebenarnya jika kita bisa memahami dan mengerti mengapa masyarakat
suku Arfak masih menggunakan cara yang alami dan sederhana dalam mengolah
tumbuhan mereka, maka kita dapat menemukan bahwa bagi mereka tumbuhan
obat yang diolah secara alami dan sederhana mampu memberikan manfaat positif
yang lebih baik dan konsisten bagi kesehatan meskipun mungkin tidak secepat
obat buatan. Tumbuhan obat yang diolah dengan cara alami dan sederhana juga
tidak akan memberikan efek samping negatif jika kita gunakan dalam jangka
waktu yang cukup panjang, berbeda dengan obat buatan yang kebanyakan
memiliki efek samping negatif jika digunakan dalam jangka waktu yang cukup
panjang.
Oleh karena itu tidak heran jika sekarang mulai ada masyarakat yang
mengubah pola hidup mereka menjadi pola hidup yang sehat yaitu dengan
mengkonsumsi tumbuhan obat yang diolah secara alami dan sederhana.

Daftar Pustaka

Handayani Nur Hayati Dwi.2014.Etnofarmakologi Papua


http://images.detik.com/customthumb/2010/12/10/1026/detik_g_%284%29.JPG?
w=600
http://tabloidjubi.com/wp-content/uploads/2015/02/Rumah-Tradisional-KakiSeribu.jpg
https://c1.staticflickr.com/3/2327/2074885372_4a1fef2700_b.jpg
http://mybonnie.co//wp-content/uploads/2015/03/kayu-akway.jpg?
agen=mybonnie

Anda mungkin juga menyukai