Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah utama kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan
tidak merata. Hal ini diimbangi dengan masalah lain, yaitu angka fertilitas dan angka
mortalitas yang relatif tinggi. Kondisi ini tidak menguntungkan dari segi pembangunan
ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari kualitas pendidikan penduduk yang masih rendah dan
angka ketergantugan yang cukup tinggi sehingga penduduk dianggap lebih sebagai beban
dari modal pembangunan. Melihat hal tersebut pemerintah berusaha membuat suatu
kebijakan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk mengenai pentingnya suatu
keluarga melakukan pengaturan pembatasan jumlah anak.
Mewujudkan derajat Kesehatan Ibu yang setinggi-tingginya adalah salah satu agenda
pembangunan yang tercakup dalam Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium
Development Goals (MDGs). Target 5a MDGs menyatakan sasaran untuk mengurangi
tiga per empat Angka Kematian Ibu (AKI) dalam kurun waktu 1990 sampai 2015,
sementara Target 5b adalah tercapainya akses universal terhadap layanan Kesehatan
Reproduksi. Ada 4 parameter yang digunakan untuk menilai akses terhadap layanan
Kesehatan Reproduksi, yaitu Kesertaan Aktif Keluarga Berencana (Contraceptive
Prevalence Rate,CPR), Tingkat Kelahiran pada Remaja pada remaja perempuan usia 1519 tahun ( , ASFR usia 15-19 tahun), Cakupan Pelayanan Antenatal, dan unmet need.
Untuk memenuhi komitmen internasional dalam mencapai target MDGs pada tahun
2015, Pemerintah Republik Indonesia merencanakan dan melaksanakan upaya
pembangunan secara bertahap dan berkesinambungan yang dituangkan dalam Rencana
Pembangunan Indonesia (SDKI) Tahun 2012 menunjukkan bahwa hasil pembangunan
yang telah dicapai masih relatif jauh dari target yang ditetapkan, baik target RPJMN
tahun 2010-2014 maupun target MDGs tahun 2015.
Tabel berikut ini menyajikan target pembangunan Kesehatan Ibu dan hasil yang telah
dicapai sampai tahun 2012. Dengan sisa waktu 2 tahun, dibutuhkan upaya khusus yang
sungguh-sungguh untuk mendekati pencapaian target MDGs pada tahun 2015.
Tabel 1.1
Target pencapaian pembangunan bidang kesehatan ibu di Indonesia.

Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia


|1

Indikator
5.1

Acuan

Dasar Target RP-JMN Target

tahun 1991
(Per 390

AKI

tahun 2014
118

Tahun 2015
102

100,000kelahira

2012
359
(SDKI 2012)

n hidup)
5.2 Pertolongan 40,70%
persalinan

MDGs Pencapaian

90%

90%

oleh

83,1%
(SDKI 2012)

tenaga kesehatan
terlatih.
5.3 CFR pada 49,7%

66%

perempuan

57,9&
(SDKI 2012)

menikah usia 1549 tahun, saat


ini, semua cara
5.4 ASFR Usia 67

30

30

15-19 tahun per


1000

48
(SDKI 2012)

remaja

perempuan usia
15-19 tahun.
5.5
Cakupan
pelayanan
antenatal
- Kunjungan

75%

95%

95%

95,7%

- 4 Kunjungan

56%

90%

90%

(SDKI 2012)
73,5%

5.6 Unnet need

12,7 %

6,5%

5%

(SDKI 2012)
8,5%
(SDKI 2012)

AKI adalah indikator dampak dari berbagai upaya yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat Kesehatan Ibu. Kematian ibu tidak akan terjadi tanpa adanya
kehamilan. Oleh karena itu kehamilan merupakan determinan proksi dari kematian ibu, di
samping komplikasi kehamilan dan persalinan. Untuk menurunkan kejadian kematian
ibu, kehamilan perlu diatur sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pada kondisi yang
berisiko tinggi untuk mengalami komplikasi. Kehamilan, misalnya, seharusnya tidak
terjadi pada kondisi 4 Terlalu, yaitu terlalu muda, terlalu sering, terlalu banyak dan
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
|2

terlalu tua. Dalam konteks inilah Program Kependudukan dan Keluarga Berencana
(Program KKB) dan khususnya Pelayanan Keluarga Berencana memiliki peran penting.
Dari 6 indikator Kesehatan Ibu yang menjadi target RPJMN Tahun 2010-2014 maupun
MDGs Tahun 2015, dua diantaranya berkaitan dengan Pelayanan KB, yaitu CPR dan
unmet need. Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa pencapaian kedua indikator tersebut
juga masih jauh dari yang diharapkan.
Banyak hal yang menyebabkan pencapaian Pelayanan KB belum sesuai harapan.
Salah satunya adalah berkurangnya jumlah petugas lapangan KB Berencana sehingga
menyebabkan pembinaan kesertaan ber-KB menjadi terbatas, jangkauan Pelayanan KB
tidak merata, dan belum optimalnya kualitas Pelayanan KB. Kegiatan advokasi untuk
memberikan pemahaman tentang pentingnya KB kepada berbagai pemangku kepentingan
juga belum menghasilkan komitmen yang kuat untuk mendukung penyelenggaraan
Pelayanan KB. Selain itu kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang
dilakukan kepada masyarakat belum mampu mengubah nilai tentang jumlah anak ideal
yang diinginkan maupun perilaku masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kontrasepsi
sesuai kebutuhan.
Melemahnya struktur organisasi dan menurunnya ketersediaan sumber daya untuk
Program KKB di daerah pada gilirannya mengakibatkan menurunnya kinerja Program
KKB. Kegiatan advokasi, KIE dan konseling tidak dilaksanakan sebagaimana seharusnya,
sehingga terjadi perubahan nilai pada masyarakat tentang jumlah anak ideal, yang
kemudian menyebabkan menurunnya permintaan terhadap Pelayanan KB. Melemahnya
kegiatan advokasi juga menyebabkan menurunnya dukungan dan partisipasi berbagai
pemangku kepentingan terhadap penyelenggaraan Pelayanan KB. Perlu dilakukan
langkah-langkah terobosan yang tajam untuk memperbaiki situasi ini. Di satu sisi,
penyediaan Pelayanan KB perlu ditingkatkan ketersediaan, keterjangkauan dan
kualitasnya, sementara di sisi lain permintaan masyarakat akan Pelayanan KB juga perlu
ditingkatkan.
Pada tahun 2014 akan dilaksanakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai
pemenuhan amanat Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013
tentang Jaminan Kesehatan menyatakan bahwa manfaat pelayanan promotif dan preventif
meliputi pemberian pelayanan penyuluhan kesehatan perorangan, imunisasi dasar, KB
dan skrining kesehatan. Ditegaskan bahwa Pelayanan KB yang dijamin meliputi
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
|3

konseling, kontrasepsi. Dasar, vasektomi dan tubektomi. Pelayanan yang dimaksud


diselenggarakan bekerja sama dengan lembaga yang membidangi KB. Mengacu pada
Permenkes No 71 tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan pada Jaminan Kesehatan
Nasional, penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dan
Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan. Rencana Aksi Nasional Pelayanan Keluarga
Berencana Tahun 2014-2015 (RAN Pelayanan KB) ini disusun untuk memberikan arah
dan landasan bagi pengembangan berbagai upaya yang ditujukan untuk memperkuat sisi
penyedia maupun pengguna Pelayanan KB. Penyusunan RAN Pelayanan KB dilakukan
searah dengan Rencana Aksi Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu di Indonesia.
RAN Pelayanan KB ini juga diharapkan dapat memperkuat kerja sama lintas program
maupun lintas sektor dalam mendukung penyelenggaraan Pelayanan KB. Pada gilirannya,
adanya RAN Pelayanan KB diharapkan dapat mendorong percepatan pencapaian target
MDGs, yaitu penurunan AKI dan terselenggaranya akses universal terhadap pelayanan
Kesehatan Reproduksi.
1.2 Rumusan Masalah
1.

Bagaimana konsep dasar dan sejarah perkembangan KB di Indonesia dan dunia ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui konsep dasar
dan sejarah perkembangan KB di Indonesia dan dunia, khusunya untuk kelompok
kami membahas konsep dasar dan sejarah perkembangan KB di Indonesia dan
dunia.
2. Tujuan Khusus
Tujuan yang lebih khusunya adalah untuk melatih kita dalam menyusun atau
membuat konsep dasar dan sejarah perkembangan KB di Indonesia dan dunia..
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep
dasar dan sejarah perkembangan KB di Indonesia dan dunia..
2. Bagi Institusi
Dapat dijadikan sebagai referensi perpustakaan.
1.5 Ruang Lingkup
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
|4

Dalam pembuatan makalah ini penulis membatasi pembahasan konsep dasar dan sejarah
perkembangan KB di Indonesia dan dunia..
1.6 Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini adalah metode studi
kepustakaan dengan mempelajari buku-buku atau literatur yang berkaitan dengan konsep
dasar dan sejarah perkembangan KB di Indonesia dan dunia..
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I

: Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat


penulisan, Ruang lingkup, metode penulisan,dan sistematika penulisan.

BAB II

: Tinjauan teoritis tentang konsep dasar dan sejarah perkembangan KB


diIndonesia.

BAB III

: Tinjauan teoritis tentang konsep dasar dan sejarah perkembangan KB di


dunia.

BAB IV

: Kesimpulan dan saran

BAB II
TINJAUAN TEORI
KONSEP DASAR KB
2.1

Konsep Dasar KB Di Indonesia


A. Definisi KB
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga
berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
|5

menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang


memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol
waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan
jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008).
Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan
usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Arum, 2008).
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan jumlah dan jarak
kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1998).
KB merupakan singkatan dari keluarga berencana yang sudah cukup lama
dikenal oeh seluruh masyarakat Indonesia. KB merupakan salah satu program
yang direncanakan oleh pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk.
Seperti diketahui, salah satu permasalahan yang terjadi di negara-negara
berkembang adalah tingginya laju pertumbuhan penduduk yang mempengaruhi
taraf hidup sehingga dibuatkan sebuah program untuk meningkatkan kesejah
teraaan masyarakat dengan meneklan laju pertumbuhan penduduk melalui
program KB. Program KB tidak hanya diterapkan di Indonesia yang merupakan
salah satu Negara dunia ketiga atau Negara berkembang bahkan program KB
pertama kali dicetuskan di Negara maju seperti amerika serikat dan inggris sejak
1912. Jadi sebenarnya laju pertumbuhan penduduk tidak hanya menjadi
permasalahan yang cukup berat di Negara berkembang bahkan Negara
adidayapun juga tak luput dari permasalahn laju pertumbuhan penduduk. Jadi
Negara-negara berkembang mengikuti langkah Negara maju dalam pertumbuhan
penduduk dengan program KB.
Program

Keluarga

Berencana

(KB)

merupakan

salah

satu

usaha

penanggulangan masalah kependudukan. Program Keluarga Berencana adalah


bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan Nasional dan
bertujuan untuk turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan
sosial budaya penduduk Indonesia, agar dapat dicapai keseimbangan yang baik
dengan kemampuan produksi nasional.

Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia


|6

Dengan Program Keluarga Berencana Nasional saat ini baru dilakukan salah
satu saja dari usaha keluarga berencana, yakni penjarangan kehamilan dengan
pemberian alat kontrasepsi. Peran Keluarga Berencana (KB) sangat penting, hal
ini bukan saja dilihat dari segi bahwa KB dapat menekan laju peningkatan
penduduk, tetapi KB juga berperan untuk menurunkan angka kematian ibu dan
bayi. Perkembangan laju peningkatan penduduk di Indonesia dewasa ini kurang
menggembirakan. Demikian pula halnya di masa yang akan datang. Tanpa
adanya usaha-usaha pencegahan perkembangan laju peningkatan penduduk yang
pesat, usaha-usaha di bidang pembangunan ekonomi dan sosial yang telah
dilaksanakan dengan maksimal akan tidak bermanfaat.
B. Tujuan KB
Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan:
a) Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan
menekan laju pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini tentunya akan
diikuti dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate)
dari 2,87 menjadi 2,69 per wanita (Hanafi, 2002). Pertambahan penduduk
yang

tidak

terkendalikan

akan

mengakibatkan

kesengsaraan

dan

menurunkan sumber daya alam serta banyaknya kerusakan yang


ditimbulkan dan kesenjangan penyediaan bahan pangan dibandingkan
jumlah penduduk. Hal ini diperkuat dengan teori Malthus (1766-1834) yang
menyatakan bahwa pertumbuhan manusia cenderung mengikuti deret ukur,
sedangkan pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret hitung.
b)

Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan


anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama
serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.

c)

Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah


lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini
memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.

d)

Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan


yang akan

menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai

pengetahuan dan pemahaman

yang

cukup

tinggi

dalam

membentuk

keluarga yang bahagia dan berkualitas.


Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
|7

e)

Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia

dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga


keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi
pendidikan dan produktif dari segi ekonomi
C.

berkualitas artinya suatu

sandang,

pangan,

papan,

(Suratun, 2008).

UU Yang Mengatur Tentang Kb


Berikut ini adalah peraturan perundang-undangan menjadi dasar pelaksanaan
Program KKB dan penyelenggaraan Pelayanan KB pada berbagai tingkat
administratif:
a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 6 Tahun 2013 tentang Kriteria
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
b. Peraturan Kepala BKKBN

Nomor

249/PER/E1/2011

tentang

Kebijakan Penyediaan Alat dan Obat Kontrasepsi dalam Program


Kependudukan dan Keluarga Berencana
c. Instruksi Presiden Nomor 2A Tahun 2012 tentang Strategi dan

Kegiatan dalam Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu


d. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran.
e. Undang-undangRepublikIndonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
D. Sasaran program KB
a. Sasaran Langsung
Pasangan usia subur yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15 - 49
tahun, Karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan
hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan
kehamilan. PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif
lestari sehingga memberi efek langsung penurunan fertilisasi (Suratun,
2008).
b. Sasaran Tidak Langsung
1. Kelompok remaja usia 15 - 19 tahun, remaja ini memang bukan
merupakan target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung
tetapi merupakan kelompok yang beresiko untuk melakukan hubungan
seksual akibat telah berfungsinya alat-alat

reproduksinya. Sehingga

program KB disini lebih berupaya promotif dan preventif untuk


Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
|8

mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan serta kejadian


aborsi.
2. Organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansiinstansi pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim
ulama, wanita, dan pemuda), yang diharapkan dapat memberikan
dukungannya dalam pelembagaan NKKBS (Hartanto, 2004).
3. Sasaran wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi
(Prawirohardjo, 2005 A).
E. Manfaat Usaha KB dipandang dari segi kesehatan
Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah
satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin
tinggi akibat kehamilan yang dialami wanita (Suratun, 2008). Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 20022003 menunjukkan angka kematian ibu
307/100.000 dengan perkiraan 2 orang ibu meninggal setiap jam waktu
melahirkan. Data SDKI 20022003 menunjukkan yaitu 37% terlalu banyak
melahirkan (> 3 anak), 13,9% terlalu tua punya anak (> 35 tahun), 9,4% terlalu
rapat jarak melahirkan ( 2 tahun) dan 0,3% terlalu muda punya anak (<
20tahun). Apabila program KB berhasil diperkirakan dapat memberikan
kontribusi penurunan AKI sebesar 20%.
F.

Akseptor Keluarga Berencana


1.

Pengertian
Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)

2.

Jenis-jenis Akseptor KB
a.Akseptor Aktif adalah: Akseptor yang ada pada saat ini menggunakan
salah satu cara/alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau
mengakhiri kesuburan.
b. Akseptor Aktif Kembali adalah : Pasangan Usia Subur yang telah
menggunakan kontrasepsi selama tiga bulan atau lebih yang tidak
diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara alat
kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
|9

berhenti/istirahat kurang lebih tiga bulan berturut-turut dan bukan


karena hamil.
c.Akseptor KB Baru adalah: Akseptor yang baru pertama kali
menggunakan alat/obat kontrasepsi atau PUS yang kembali
menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus.
d. Akseptor KB Dini adalah: Para ibu yang menerima salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.
e.Akseptor Langsung : Para Istri yang memakai salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.
f. Akseptor dropout adalah: Akseptor yang menghentikan pemakaian
kontrasepsi lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2007).
G. Pengertian Pasangan Usia Subur
Pasangan usia subur yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15-49
tahun, Karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan
hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan.
PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif lestari sehingga
memberi efek langsung penurunan fertilisasi (Suratun, 2008).
Pasangan usia subur yaitu pasangan yang istrinya berumur 15-49 tahun atau
pasangan suami-istri berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri
berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid (datang bulan) (BKKBN, 2009).
H. Faktor penentu untuk mencapai akses universal untuk pelayanan
kesehatan reproduksi, khususnya penggunaan kontrasepsi adalah kepastian
bahwa setiap orang dapat menjangkau pelayanan (akses), ketersediaan akses, dan
keterjangkauan biaya pelayanan kontrasepsi yang berkualitas. Setiap orang harus
dapat memilih kontrasepsi yang disediakan sesuai dengan keputusannya. Di
Indonesia, pilihan kontrasepsi hampir semuanya telah disediakan oleh
Pemerintah sehingga tren prevalensi penggunaan kontrasepsi meningkat; dan
penggunaan masing-masing jenis kontrasepsi bervariasi sesuai dengan pilihan
peserta dari waktu ke waktu. Prevalensi penggunaan kontrasepsi tinggi pada
Negaranegara dengan pilihan yang lengkap, misalnya tersedianya sterilisasi
wanita dan pria, IUD, pill, injeksi dan kondom. Beberapa negara belum
memberikan pilihan secara luas, misalnya India metode kontrasepsi injeksi masih
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 10

belum didanai oleh Pemerintah. Ketidak tersediaan pilihan yang luas akan
mempersempit akses dan akan menurunkan prevalensi pengguna kontrasepsi.
Kepuasan peserta KB akan tinggi apabila dapat terpenuhi pilihannya. Karena
pilihan memuaskan peserta maka penggunaan kontrasepsi dapat dilakukan
dengan penuh motivasi sehingga bertahan lebih lama. Namun pada
kenyataannya, termasuk di Indonesia pilihan kontrasepsi tersebut seringkali
terbatas akibat kebijakan pada pilihan jenis-jenis kontrasepsi tertentu (missal
belum menyediakan pil pasca persalinan) dan karena faktor logistic dan distribusi
yang buruk di sektor publik. Oleh karena itu, pilihan yang luas tidak hanya
tergantung pada kebijakan nasional, akan tetapi faktor pelayanan dan pengaruh
petugas pelayanan di lapangan yang menentukan pelaksanaan kebijakan tersebut.
Pilihan yang luas tentang berbagai jenis kontrasepsi seringkali sengaja tidak
dipromosikan dalam program karena per-. Pilihan dan Ketersediaan Kontrasepsi
di dunia dan Indonesia. timbangan demografis6. Pendapat umum seringkali
menganggap bahwa non-MKJP tidak efektif, atau bahkan dianggap tidak ada
gunanya. Sebagai contoh, seseorang yang sudah menjatuhkan pilihan setelah
mendapat informasi lengkap tentang kontrasepsi kemudian memilih metode
tradisional akan dibiarkan tanpa bimbingan. Demikian juga upaya-upaya untuk
mendorong keberlanjutan penggunaan metode jangka pendek, misalnya pill dan
injeksi akhir-akhir ini ditinggalkan di Indonesia. Metode hormonal jangka
pendek telah divonis buru, atau sebagai upaya yang tidak mendapat simpati
oleh pemangku kebijakan. Padahal, sebagain besar peserta KB di Indonesia
tergantung metode non-MKJP. Pendapat tersebut tentu salah karena:
1. Setiap perempuan yang sedang tidak ingin hamil maka penggunaan metode
kontrasepsi adalah lebih baik disbanding tidak menggunakan sama sekali,
2. Bagi perempuan yang sudah tidak ingin hamil lagi memang penggunaan
MKJP lebih baik dibanding metode lainnya, dan
3. Apabila efektifitas non-MKJP ditengerai sangat rendah (use-effectiveness),
tidak semua angka tersebut mendekati angka efektifitasnya secara teoritis
(theoretical effectiveness).
Atas dasar ketiga alasan tersebut, pemangku kebijakan dan pemberi pelayanan
harus mampu menjelaskan: rasionalitas penggunaan kontrasepsi sesuai tujuan
pengaturan kelahiran (menunda, menjarangkan dan menghentikan); kondisi lain
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 11

yang menjadi alasan pemilihan kontrasepsi secara subyektif (misal alasan


larangan agama untuk cara kontrasepsi tertentu); dan kontraindikasi medis yang
harus dipertimbangkan. Selain itu, yang paling penting adalah: bagaimana upaya
program agar untuk semua pengguna jenis kontrasepsi agar use-effectiveness
mendekati theoretical effectiveness. Upaya inilah yang harus dilakukan melalui
upaya peningkatan kualitas pelayanan kontrasepsi. diantara mereka memilih
metode tersebut karena alasan Di negara sedang berkembang, beberapa
perempuan menggantungkan pada metode tradisional (5,6%). Di Indonesia,
prevalensi metode tradisional mencapai 4%. Efektifitas metode tradisional sangat
bervariasi tergantung cara mempraktekan metode tersebut. Pada penggunaan
yang sesuai dengan petunjuk, atau dipraktekan secara ideal maka kegagalan
berbagai metode tradisional bervariasi antara 0,4-5% pada penggunaan tahun
pertama. Angka ini melonjak menjadi 24% dalam penggunaan sehari-hariya
(typical use). Demikian juga coitus intereptus memiliki kegagalan yang hampir
sama (22%) apabila tidak dijalankan sesuai petunjuk yang benar.
Pada pasangan yang tidak menggunakan kontrasepsi apapun, 85 persennya
akan hamil dalam tahun pertama . Jadi sesungguhnya pilihan tradisionalpun
masih dapat melindungi dari kehamilan dibanding tidak menggunakan
kontrasepsi apapun. Apalagi kalau penggunaan tersebut dibimbing oleh petugas
kesehatan yang mampu maka angka kegagalan menjadi lebih rendah. Dengan
demikian, apabila seseorang sudah menjatuhkan pilihan pada metode tradisional
maka sebaiknya dilakukan pembinaan, termasuk persuasi agar dikemudian hari
dapat mengganti kontrasepsi menjadi non-tradisional (modern) sesuai tujuan
mengatur jumlah anak yang dimiliki. Pada saat ini, petugas pelayanan KB di
negara sedang berkembang, termasuk di Indonesia jarang sekali memberikan
bimbingan penggunaan metode tradisional. Bahkan beberapa pengelola program
memberikan stigma negatif pada pengguna kontrasepsi tradisional. Padahal di
Indonesia, beberapa perintah agama yang dianutnya. Mereka juga tidak
memahami angka-angka kegagalan metode tradisional dibandingkan metode
modern yang digunakan secara baik.
I.

Kontrasepsi
1. Pengertian
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 12

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel
telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud
dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu,
berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan
kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan keduaduanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan
(Suratun, 2008).
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan
kontrasepsi merupakan variabel yang mempengaruhi fertilitas (Prawirohardjo,
2005 B)
Kontrasepsi atau antikonsepsi (conception control) adalah cara untuk
mencegah terjadinya konsepsi, alat atau obat-obatan (Mochtar, 1998).
Tantangan utama program KB adalah penggunaan metode kontrasepsi
jangka panjang (MKJP). MKJP adalah sterilisasi wanita dan pria, IUD dan
Implan yang memiliki efektivitas secara teoritis yang cukup tinggi dibanding
metode lainnya. Selain itu, MKJP dianggap memiliki kelangsungan
penggunaan yang terbaik. Oleh karena itu, dalam kondisi stalling fertilitas
maka pilihan terhadap MKJP dianggap satu-satunya jawaban jitu untuk
meningkatkan dampak demografis program KB, yaitu penurunan angka
fertilitas. Sebagai akibatnya, efektifitas penggunaan kontrasepsi hanya dilihat
dari sudut pandang yang sempit (demografis) tanpa mempertimbangkan hakhak

reproduksi,

kebebasan

memilih

jenis

kontrasepsi

dan

benefit

nonkontraseptif bagi pengguna alat atau obat kontrasepsi. Dalam Program


Aksi Kependudukan Kairo tahun 1994 (The 1994 Cairo ICPD Program of
Action) telah dirumuskan bahwa:Diakui bahwa metode yang memadai untuk
individu dan pasangan adalah bervariasi menurut umur, paritas, pilihan
besarnya keluarga dan faktor-faktor lain (misalnya: tahapan reproduksi dan
tujuan), sehingga kebijakan dan program harus menjamin bahwa setiap pria
dan wanita memperoleh informasi dan akses seluas mungkin berbagai metode
keluarga berencana yang aman dan efektif, sehingga memungkinkan mereka
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 13

memiliki kebebasan dan memilih atas dasar informasi yang lengkap (informed
choice). Pertimbangan inilah yang seharusnya menjadi landasan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kontrasepsi yang perlu dilakukan untuk
menjawab kondisi stalling fertilitas. Makalah ini akan membahas pilihan dan
tantangan program KB untuk negara sedang berkembang dan Indonesia.
Data SDKI 20022003 menggambarkan bahwa 57% wanita berstatus kawin
saat ini memakai kontrasepsi cara KB modern dan 4% memakai cara
tradisional. Persentase wanita memakai kontrasepsi telah meningkat dari 50%
di tahun 1991 dan dari 57% di tahun 1997. Alat kontrasepsi yang paling
banyak dipakai adalah suntikan (28%), pil (13%) dan IUD atau Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) sebanyak 6% menurut SDKI 1997
proporsi drop out peserta KB (discontinuation rate) adalah 24%. Alasan
penghentian antara lain adalah 10% karena efek samping/alasan kesehatan, 6%
karena ingin hamil lagi, dan 3% karena kegagalan. Sementara itu, kebijakan
Desentralisasi di Indonesia (merupakan pengalihan kewenangan pemerintah
pusat kepada pemerintah yang lebih rendah seperti Provinsi atau
kabupaten/kota) yang menyentuh bidang kesehatan dan telah dilaksanakan
sejak tahun 2001, berdampak juga terhadap kelangsungan pelayanan KB.
Sebelum era desentralisasi, pelayanan KB dikelola BKKBN dari pusat
sampai ke daerah. Pemberian kewenangan untuk mengatur sendiri
pelaksanaan kegiatan di berbagai sektor pemerintahan baik Provinsi maupun
kabupaten/kota telah melahirkan berbagai kebijakan yang berbeda satu daerah
dengan lainnya. Salah satunya adalah penetapan lembaga kedinasan sesuai PP
8 tahun 2003 di Kabupaten/Kota yang mengakibatkan berbagai variasi pada
kelembagaan Badan Koordinasi Keluarga Berencana. Dengan adanya
perubahan struktur organisasi sesuai PP 8 tahun 2003. Maka akses informasi.
keluarga berencana (KB) yang diterima oleh pasangan usia subur (PUS), dan
remaja terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan Sehingga perlu
peningkatan kecermatan Kebijakan Keluarga Berencana, agar akses informasi
keluarga berencana (KB) yang diterima oleh pasangan usia subur (PUS), dan
Remaja terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan dapat
menurunkan angka kematian ibu dan bayi, pada akhirnya juga dapat menekan
laju pertumbuhan penduduk di Indonesia.
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 14

Dibeberapa

Negara

sedang

berkembang,

tujuan

internasional

conference on population and development (ICPD) di kairo pada tahun 1994


dan MDG tahun 2000 untuk mencapai akses universal terhadap belum bisa
terwujud. Menjamin akses ke layanan kesehatan seksual dan reproduksi,
termasuk pelayanan strategi penting untuk meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan perempuan dan mengurangi kemiskinan. Selain sebagai upaya
pengendalian pertumbuhan penduduk, keluarga berencana tidak hanya
ditujukan untuk mencegah kematian ibu, bayi, dan anak, KB juga untuk
memberdayakan perempuan sehingga terlibat penuh dalam pembangunan
sosial ekonomi. Presentasi ini akan membahas ranah kontrasepsi di Negara
sedang berkembang saat ini, termasuk pilihan yang tersedia untuk perempuan
dan para pasangan,serta tantangannya di Indonesia. pada presentasi diberikan
saran-saran untuk meningkatkan akses dan strategi-strategi menjajikan untuk
memastikan semua orang memiliki akses universal terhadap pilihan kesehatan
reproduksi.
Selama lebih dari empat dawarsa terakhir ini, telah terjadi beberapa
kemajuan yang signifikan dalam perkembangan teknologi kontrasepsi baru.
Misalnya perubahan dari kontrasepsi oral kombinasi dengan estrogen dosis
tinggi ke dosis yang lebih rendah, dari alat intra uterine device (IUD) tanpa
bahan aktif apapun ke IUD dengan bahan tembaga, bahkan ke IUD yang
mengandung hormone levonorgestrel, atau dikenal dengan Intra Uterine
Systems (IUS). Selain itu telah dikembangkan pula kontrasepsi suntikan
depotmedroxy progesterone acetat (DMPA), suntikan kombinasi antara DMPA
dan norethindrone enanthate (NE-TN), kontresepsi pacth dan spray
(ditempelkan dan disemprotkan di permukaan kulit ) mengandung hormone
kombiinasi antara estrogen dan progesterone. Perkembangan tersebut tidak
semuanya dapat dinikmati oleh beberapa pria dan wanita di Negara sedang
berkembang.
Variasi distribusi penggunaan dan jenis kontrasepsi tersebut menjadi
salah satu penyebab terjadinya perbedaan angka pertumbuhan penduduk yang
menjadi penentu dinamika kependudukan Menurut publikasi PBB, pengguna
kontrasepsi tertinggi adalah suntik dan terendah adalah vasektomi. Di
Indonesia, menurut data SDKI 2012 , 58 % pasangan usia subur menggunakan
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 15

kontasepsi modern dan 4 % menggunakan kontrasepsi modern dan 4 %


menggunakan kontrasepsi tradisional sehingga pengguna kontrasepsi ialah 62
%. Variasi tingkat fertilitas tidak hanya terjadi antar Negara, variasi juga
terjadi antar propinsi di Indonesia. mengingat penggunaan kontrasepsi adalah
hak setiap pasangan, variasi tersebut menjadi indikasi belum terpenuhinya
hak-hak produksi untuk setiap orang karena masih bervariasinya antar Negara
dan daerah. variasi tersebut perlu dikurangi karena akan menjadi sumber
variasi dalam kesenjangan sosial-ekonomi penduduk.
Sejak awal tahun 80an pemerintah Indonesia telah melaksanakan
program KB secara nasional dengan komitmen politis yang tinggi.
keberhasilan program dapat dilihat dengan meningkatnya peserta KB dan
menurunnya

angka

fertilitas.

namun

perlu

dicatat

bahwa

dengan

berkembangnya teknologi kontrasepsi yang disertai dengan perubahanperubahan sistim pelayanan kesehatan, termasuk sumberdaya manusia
kesehatan dan sistim distribusi alat dan obat kontrasepsi, maka telah terjadi
pergeseran pengguna jenis kontrasepsi dari tahun-ketahun. Pergeseran tersebut
disatu sisi cukup memprihatinkan karena meningkatnya pengguna metode
kontrasepsi hormonal dengan jangka pendek. Disisi lain, pergeseran tersebut
merupakan bukti bahwa semakin bervariasinya ketersediaan jenis kontrasepsi
berkaitan dengan semakin tingginya jumlah pengguna kontrasepsi. Jumlah
pengguna kontrasepsi secara keseluruhan meningkat karena tersedia metode
hormonal (misal injeksi dan implant) yang sebelumnya tidak ada. Artinya,
apabila metode tersebut tidak ada, maka kemungkinan besar pengguna
kontrasepsi tidak meningkatnya sepesat angka kecenderungan yang ada dalam
20 tahun terkahir ini. Dominasi penggunaan cara ber KB dengan metode
hormonal bukan satu-satunya cara untuk menilai keberhasilan program KB.
Dominasi tersebut juga bukan satu-satunya akar penyebab tidak menurunnya
angka fertilitas di Indonesia. Menurut Bongaart, penurunan fertilitas yang
mandeg (stalling fertility) dipengaruhi oleh 6 faktor-faktor utama, yaitu:
proporsi kawin, ketidak suburan pasca melahirkan karena laktasi, aborsi,
ketidak suburan karena secara patologis, dan penggunaan kontrasepsi5. Oleh
karena itu, meskipun penggunaan kontrasepsi menjadi determinan utama
penurunan fertilitas, faktor-faktor lain harus mendapat perhatian dalam
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 16

program KB. Variasi tersebut telah terbukti menjadi penentu dari perbedaan
fertilitas antar Negara sedang berkembang dengan Negara maju.
2. Akseptor KB menurut sasarannya
Akseptor KB menurut sasarannya terbagi menjadi tiga fase yaitu
a. Fase menunda kehamilan
Masa menunda kehamilan pertama, sebaiknya dilakukan oleh pasangan
yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Karena umur dibawah 20
tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu karena
berbagai alasan. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi
dengan pulihnya kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan
dapat terjamin 100%. Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum
mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan
yang disarankan adalah pil KB, AKDR dan cara sederhana.
b. Fase mengatur/menjarangkan kehamilan
Periode usia istri antara 20-30 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran
adalah 24 tahun. Umur terbaik bagi ibu untuk melahirkan adalah usia
antara 20-30 tahun. Kriteria kontrasepsi yang perlukan yaitu: efektifitas
tinggi, reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya
anak lagi, dapat dipakai 34 tahun sesuai jarak kelahiran yang
direncanakan, serta tidak menghambat produksi air susu ibu (ASI).
Kontrasepsi yang cocok dan disarankan menurut kondisi ibu yaitu : AKDR,
suntik KB, Pil KB atau Implan
c. Fase mengakhiri kesuburan/tidak hamil lagi
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30
tahun tidak hamil lagi. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan
kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi
kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko
tinggi bagi ibu dan anak. Disamping itu jika pasangan akseptor tidak
mengharapkan untuk mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan
disarankan adalah metode kontap, AKDR, Implan, Suntik KB dan Pil KB
(Suratun, 2008).
3. Syarat-Syarat Kontrasepsi
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 17

Hendaknya Kontrasepsi memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:


b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

a. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya


Efek samping yang merugikan tidak ada
Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan
Tidak mengganggu hubungan persetubuhan
Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat selama pemakaiannya
Cara penggunaannya sederhana
Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas
Dapat diterima oleh pasangan suami istri (Mochtar, 1998).
4. Macam-macam kontrasepsi
1.

Kontrasepsi Alamiah
A. Kalender (Pantang Berkala)
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode
kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri
dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa
subur/ovulasi.
Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan sebagai
berikut:
1. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
2. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
3. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam

penerapannya.
4. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
5. Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender
menghindari

resiko

kesehatan

yang

berhubungan

dapat
dengan

kontrasepsi.
6. Tidak memerlukan biaya.
7. Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.

a. Efektifitas
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan
benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami
istri harus mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita
tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam
kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif
bila digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan
penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan di Sidney, metode kalender
akan efektif

tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan metode

Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia


| 18

simptothermal. Angkakegagalan penggunaan metode kalender adalah


14 per 100 wanita
per tahun.
b. Faktor Penyebab Metode Kalender Tidak Efektif
Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif
adalah:
1. Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel
sperma dalam saluran reproduksi (sperma mampu bertahan selama
3 hari).
2. Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan
ovulasi, diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan
perhitungan masa tidak subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi
tidak tepat.
3. Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus
menstruasi sendiri.
4. Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi
dengan perubahan jenis mukus/lendir serviks yang menyertainya.
5. Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari
berakhirnya perdarahan menstruasi. Hal ini menyebabkan
penentuan masa tidak subur menjadi tidak tepat.
B.

Coitus interuptus (Senggama Terputus)


Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana
1.

pria mengeluarkan penis dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.


Cara Kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga
sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga kehamilan dapat

2.

3.

dicegah.
Manfaat Kontrasepsi
Efektif bila digunakan dengan benar
a. Tidak mengganggu produksi ASI
b. Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya
c. Tidak Ada efek samping
d. Dapat digunakan setiap waktu
e. Tidak membutuhkan biaya Non Kontrasepsi
f. Meningkatkan keterlibatan pria dalam keluarga berencana
g. Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan
pengertian yang sangat dalam.
Keterbatasan
Efektifitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan
senggama terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4 18
kehamilan per 100 perempuan per tahun). Efektifitas akan jauh

Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia


| 19

menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat


pada penis.
4. Cara Coitus Interuptus
a. Sebelum melakukan hubungan seksual, pasangan harus saling
membangun kerjasama dan pengertian terlebih dahulu. Keduanya
harus mendiskusikan dan sepakat untuk menggunakan metode
senggama terputus.
b. Sebelum melakukan

hubungan

seksual,

suami

harus

mengosongkan kandung kemih dan membersihkan ujung penis


untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya.
c. Apabila merasa akan ejakulasi, suami segera mengeluarkan
penisnya dari vagina pasangannya dan mengeluarkan sperma di

C.

luar vagina.
d. Pastikan tidak ada tumpahan sperma selama senggama.
e. Pastikan suami tidak terlambat melaksanakannya.
f. Senggama dianjurkan tidak dilakukan pada masa subur.
Lendir servic
Metode lendir servic atau ovulasi billings ini dikembangkan oleh Drs.
John, Evelyn Billings dan Fr Maurice Catarinich di Melbourne, Australia
dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Metode ini tidak menggunakan
obat atau alat, sehingga dapat diterima oleh pasangan taat agama dan
budaya yang berpantang dengan kontrasepsi modern. Metode mukosa
serviks atau metode ovulasi merupakan metode keluarga berencana
alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi
dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva

1.

menjelang hari-hari ovulasi.


Efektifitas
Keberhasilan metode ovulasi billings ini tergantung pada
instruksi yang tepat, pemahaman yang benar, keakuratan dalam
pengamatan dan pencatatan lendir serviks, serta motivasi dan
kerjasama dari pasangan dalam mengaplikasikannya. Angka kegagalan
dari metode mukosa serviks sekitar 3-4 perempuan per 100 perempuan
per tahun. Teori lain juga mengatakan, apabila petunjuk metode
mukosa serviks atau ovulasi billings ini digunakan dengan benar maka
keberhasilan dalam mencegah kehamilan 99 persen.

2.

Kelebihan
Metode mukosa serviks ini memiliki kelebihan, antara lain:
a. Mudah digunakan.
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 20

b. Tidak memerlukan biaya.


c. Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana
D.

alami lain yang mengamati tanda-tanda kesuburan.


Suhu basa
Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama
istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal
dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum
melakukan aktivitas lainnya.
1. Tujuan
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa
subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa
termometer basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara oral,
per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta
waktu yang sama selama 5 menit. Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36
derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu
dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan kembali pada
suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi.
Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari,
kemudian akan turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali
pada suhu tubuh normal sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena
produksi progesteron menurun. Apabila grafik (hasil catatan suhu
tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh, kemungkinan tidak terjadi
masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan suhu tubuh. Hal ini
terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang memproduksi
progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubuh dan
terus berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi
kehamilan. Karena, bila sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus
luteum akan terus memproduksi hormon progesteron. Akibatnya suhu

2.

tubuh tetap tinggi.


Keuntungan
Keuntungan dari penggunaan metode suhu basal tubuh antara lain:
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami
istri tentang masa subur/ovulasi.
2. Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur
mendeteksi masa subur/ovulasi.
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 21

3. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan


kesempatan untuk hamil.
4. Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat
mengalami masa subur/ovulasi seperti perubahan lendir serviks.
5. Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu
sendiri.
3.`Keterbatasan
Sebagai metode KBA, suhu basal tubuh memiliki keterbatasan
sebagai berikut:
a. Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
b. Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
c. Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan
tidur, merokok, alkohol, stres, penggunaan narkoba maupun
selimut elektrik.
d. Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang
sama.
e. Tidak mendeteksi awal masa subur.
f. Membutuhkan masa pantang yang lama.
2.

Kontrasepsi Tidak Efektif


A. Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan
diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani)
yang dipasang pada penis saat berhubungan. Kondom terbuat dari karet
sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal,
yang digulung berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari ketebalannya,

1.

2.

yaitu 0,02 mm.


Jenis Kondom
Ada beberapa jenis kondom, diantaranya:
a.Kondom biasa.
b. Kondom berkontur (bergerigi).
c.Kondom beraroma.
d. Kondom tidak beraroma.
Kondom untuk pria sudah lazim dikenal, meskipun kondom wanita
sudah ada namun belum populer.
Cara Kerja Kondom
Alat kontrasepsi kondom mempunyai cara kerja sebagai berikut:
1. Mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi wanita.
2. Sebagai alat kontrasepsi.
3. Sebagai pelindung terhadap infeksi atau tranmisi mikro organisme
penyebab PMS.
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 22

3. Efektifitas Kondom
Pemakaian kontrasepsi kondom akan efektif apabila dipakai secara benar
setiap kali berhubungan seksual. Pemakaian kondom yang tidak konsisten
membuat tidak efektif. Angka kegagalan kontrasepsi kondom sangat
sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
B. Krim Jelly
Spermisida merupakan alat kontrasepsi sederhana yang mengandung zat
kimia untuk membunuh sperma, dimasukkan ke dalam vagina sebelum
melakukan hubungan seksual untuk mencegah kehamilan. Sebagai alat
kontrasepsi, spermisida dapat digunakan sendiri. Namun demikian, akan
jauh lebih efektif bila dikombinasikan dengan alat kontrasepsi lain seperti
kondom, diafragma, cervical caps ataupun spons. Bentuk spermisida
bermacam-macam, antara lain: aerosol (busa), krim dan jeli, vaginal
contraceptive film/tissue, maupun suppositoria.
Contraceptive Technology menyatakan bahwa angka kegagalan dari alat
kontrasepsi spermisida ini 18 persen per tahun apabila digunakan dengan
benar dan konsisten dan 29 persen apabila digunakan tidak sesuai petunjuk
dan kurang berkesinambungan.
C. Tisu KB
Cara pemakaian:
Sebelum membuka kemasan, terlebih dahulu cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir. Spermisida bentuk film/ tissue ini berupa kotak-kotak tipis yang
larut dalam serviks. Untuk menggunakannya, lipat film menjadi dua dan
kemudian letakkan di ujung jari. Masukkan jari Anda ke dalam vagina dan
dorong film ke dalam vagina mendekati serviks. Keadaan jari yang kering dan
cara memasukkan film secepat mungkin ke dalam vagina, akan membantu
penempelan dan jari tidak menjadi lengket. Tunggu sekitar 15 menit agar film
larut dan bekerja efektif.
D. Spermisida
Spermisida merupakan alat kontrasepsi sederhana yang mengandung zat
kimia untuk membunuh sperma, dimasukkan ke dalam vagina sebelum
melakukan hubungan seksual untuk mencegah kehamilan. Sebagai alat
kontrasepsi, spermisida dapat digunakan sendiri. Namun demikian, akan jauh
lebih efektif bila dikombinasikan dengan alat kontrasepsi lain seperti kondom,
diafragma, cervical caps ataupun spons. Bentuk spermisida bermacam-macam,
antara lain: aerosol (busa), krim dan jeli, vaginal contraceptive film/tissue,
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 23

maupun suppositoria. Contraceptive Technology menyatakan bahwa angka


kegagalan dari alat kontrasepsi spermisida ini 18 persen per tahun apabila
digunakan dengan benar dan konsisten dan 29 persen apabila digunakan tidak
sesuai petunjuk dan kurang berkesinambungan.
E. Patch
Kontrasepsi Patch dirancang untuk melepaskan 20g ethinyl estradiol dan 150
g norelgestromin. Mencegah kehamilan dengan cara yang sama seperti
kontrasepsi oral (pil). Digunakan selama 3 minggu, dan 1 minggu bebas patch
untuk siklus menstruasi. Penggunaan kontrasepsi ini memang dapat
meningkatkan kepatuhan pasien dan meminimalkan efek samping seperti mual
dan muntah. Sedangkan untuk efek sampingnya serupa dengan penggunaan
kontrasepsi oral dan juga dapat menyebabkan iritasi kulit.
Metode kontrasepsi ini bekerja melalui penghantaran hormon melalui kulit ke
aliran darah sehingga tidak efektif digunakan oleh wanita yang memiliki berat
badan di atas 70 kg. Selain itu, sepengetahuan kami, hingga kini, metode
kontrasepsi ini belum tersedia di Indonesia.
3. Kontrasepsi Efektif
A. Pil KB
Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil telah
diperkenalkan sejak 1960. Pil diperuntukkan bagi wanita yang tidak hamil dan
menginginkan cara pencegah kehamilan sementara yang paling efektif bila
diminum secara teratur. Minum pil dapat dimulai segera sesudah terjadinya
keguguran, setelah menstruasi, atau pada masa post-partum bagi para ibu yang
tidak menyusui bayinya. Jika seorang ibu ingin menyusui, maka hendaknya
penggunaan pil ditunda sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak (atau selama
masih menyusui) dan disarankan menggunakan cara pencegah kehamilan yang
lain.
Pil dapat digunakan untuk menghindari kehamilan pertama atau
menjarangkan

waktu

kehamilan-kehamilan

berikutnya

sesuai

dengan

keinginan wanita. Berdasarkan atas bukti-bukti yang ada dewasa ini, pil itu
dapat diminum secara aman selama bertahun-tahun. Tetapi, bagi wanitawanita yang telah mempunyai anak yang cukup dan pasti tidak lagi
menginginkan kehamilan selanjutnya, cara-cara jangka panjang lainnya seperti
spiral atau sterilisasi, hendaknya juga dipertimbangkan. Akan tetapi, ada pula
keuntungan bagi penggunaan jangka panjang pil pencegah kehamilan.
Misalnya, beberapa wanita tertentu merasa dirinya secara fisik lebih baik
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 24

dengan menggunakan pil daripada tidak. Atau mungkin menginginkan


perlindungan yang paling efektif terhadap kemungkinan hamil tanpa
pembedahan. Kondisi-kondisi ini merupakan alasan-alasan yang paling baik
a.

untuk menggunakan pil itu secara jangka panjang.


Jenis-jenis Pil
1. Pil gabungan atau kombinasi
Tiap pil mengandung dua hormon sintetis, yaitu hormon estrogen dan
progestin. Pil gabungan mengambil manfaat dari cara kerja kedua
hormon yang mencegah kehamilan, dan hampir 100% efektif bila
diminum secara teratur.
2. Pil berturutan
Dalam bungkusan pil-pil ini, hanya estrogen yang disediakan selama
1415 hari pertama dari siklus menstruasi, diikuti oleh 56 hari pil
gabungan antara estrogen dan progestin pada sisa siklusnya.
Ketepatgunaan dari pil berturutan ini hanya sedikit lebih rendah
daripada pil gabungan, berkisar antara 9899%. Kelalaian minum 1
atau 2 pil berturutan pada awal siklus akan dapat mengakibatkan
terjadinya pelepasan telur sehingga terjadi kehamilan. Karena pil
berturutan dalam mencegah kehamilan hanya bersandar kepada
estrogen maka dosis estrogen harus lebih besar dengan kemungkinan
risiko yang lebih besar pula sehubungan dengan efek-efek sampingan
yang ditimbulkan oleh estrogen.
3. Pil khusus Progestin (pil mini)
Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis dan memiliki
sifat pencegah kehamilan, terutama dengan mengubah mukosa dari
leher rahim (merubah sekresi pada leher rahim) sehingga
mempersulit pengangkutan sperma. Selain itu, juga mengubah
lingkungan

b.

endometrium

(lapisan

dalam

rahim)

sehingga

menghambat perletakan telur yang telah dibuahi.


Kontra indikasi Pemakaian Pil
Kontrasepsi pil tidak boleh diberikan pada wanita yang menderita
hepatitis, radang pembuluh darah, kanker payudara atau kanker
kandungan, hipertensi, gangguan jantung, varises, perdarahan abnormal
melalui vagina, kencing manis, pembesaran kelenjar gondok (struma),
penderita sesak napas, eksim, dan migraine (sakit kepala yang berat pada

c.

sebelah kepala).
Efek Samping Pemakaian Pil
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 25

Pemakaian pil dapat menimbulkan efek samping berupa perdarahan di


luar haid, rasa mual, bercak hitam di pipi (hiperpigmentasi), jerawat,
penyakit jamur pada liang vagina (candidiasis), nyeri kepala, dan
penambahan berat badan.
Suntik KB
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan

B.

dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan


ini di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif,
pemakaiannya yang praktis, harganya relatif murah dan aman.Sebelum
disuntik, kesehatan ibu harus diperiksa dulu untuk memastikan kecocokannya.
Suntikan diberikan saat ibu dalam keadaan tidak hamil. Umumnya pemakai
suntikan KB mempunyai persyaratan sama dengan pemakai pil, begitu pula
bagi orang yang tidak boleh memakai suntikan KB, termasuk penggunaan cara
1.

KB hormonal selama maksimal 5 tahun.


Jenis KB suntik
Jenis-jenis alat KB suntik yang sering digunakan di Indonesia antara
lain:
a. Suntikan / bulan ; contoh : cyclofem
b. Suntikan /2 bulan : Noristerat
c. Suntikan/3 bulan ; contoh : Depo provera, Depogeston (Harnawati,

2.

3.

2008).
Cara kerja KB suntik
a. Menghalangi ovulasi (masa subur)
b. Mengubah lendir serviks (vagina) menjadi kental
c. Menghambat sperma & menimbulkan perubahan pada rahim
d. Mencegah terjadinya pertemuan sel telur & sperma
e. Mengubah kecepatan transportasi sel telur.
Efek Samping
a. Siklus haid kacau
b. Perdarahan bercak (spotting), yang dapat berlangsung cukup lama.
c. Jarang terjadi perdarahan yang banyak.
d. Sering menjadi penyebab bertambahnya Berat Badan.
e. Bisa menyebabkan (tidak pada semua akseptor) terjadinya sakit
kepala, nyeri pada payudara, "moodiness", timbul jerawat dan

4.

berkurangnya libido seksual.


Keuntungan dan kerugian KB suntik
a.Cocok untuk mencegah kehamilan atau menjarangkan kehamilan
b.

dalam jangka panjang dan kesuburan dapat pulih kembali


Tidak terpengaruh "faktor lupa" dari pemakai (tidak seperti

memakai PIL KB)


c.Tidak mengganggu hubungan suami istri
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 26

d.
Dapat dipakai segala umur pada masa reproduktif
e.Tidak mengganggu laktasi (menyusui), baik dari segi kuantitas
maupun kualitas
f. Dapat dipakai segera setelah masa nifas
g. Meningkatkan kenyamanan hubungan suami-istri karena rasa aman
terhadap risiko kehamilan
h. Dapat dipakai segera setelah keguguran
i. Membantu mencegah terjadinya kehamilan di luar kandungan
C. Implant
Alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit lengan atas sebelah dalam
berbentuk kapsul silastik (lentur) panjangnya sedikit lebih pendek dan pada
batang korek api dan dalam setiap batang mengandung hormon levonorgestrel
yang dapat mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2006). Jenis Implant,
Jenis-jenis implant menurut Saifuddin (2006) adalah sebagai berikut :
a. Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm dengan diameter 2,4 mm, yang berisi dengan 36 mg levonorgestrel dan
lama kerjanya 5 tahun.
b. Implanon terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40
mm, dan diameter 2 mm, yang berisi dengan 68 mg 3 ketodesogestrel dan
lama kerjanya 3 tahun.
c. Jadena dan Indoplant terdiri dari 2 batang yang berisi dengan 75 mg
levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
D. IUD
IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang
dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan
selama periode tertentu. IUD merupakan cara kontrasepsi jangka panjang.
Nama populernya adalah spiral.
Jenis-jenis IUD di Indonesia
1) Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus
ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD
bentuk T yang baru. IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan
konsentrasi yang rendah selama minimal lima tahun. Dari hasil penelitian
menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan yang
tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini
adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan amenorhea.
2) Copper-7
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 27

IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan


pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm
dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas
permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus
pada jenis Copper-T.
3) Multi Load
IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan
kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke
bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas
permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3
ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.
4) Lippes Loop
IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau
huruf S bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada
ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran
panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B
27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan
30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka
kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini
ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan
usus, sebab terbuat dari bahan plastik. Yang banyak dipergunakan dalam
4.

program KB masional adalah IUD jenis ini.


Kontrasepsi Permanen
1. Tubektomi
Sterilisasi adalah metode kontrasepsi

permanen

yang

hanya

diperuntukkan bagi mereka yang memang tidak ingin atau boleh memiliki
anak (karena alasan kesehatan). Disebut permanen karena metode
kontrasepsi ini hampir tidak dapat dibatalkan (reversal) bila kemudian
Anda ingin punya anak. Pembatalan masih mungkin dilakukan, tetapi
membutuhkan operasi besar dan tidak selalu berhasil. Para ahli kebidanan
banyak merekomendasikan sterilisasi pada wanita yang berisiko tinggi
untuk hamil dan melahirkan lagi, misalnya karena beriwayat memiliki
komplikasi kehamilan dan melahirkan. Namun, tidak pada mereka yang
belum berusia 35 tahun. Pengalaman menunjukkan banyak perempuan
yang disterilkan lalu menyesali keputusannya.
a. Cara Sterilisasi
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 28

Tuba falopi adalah saluran sepanjang sekitar 10 cm yang


menghubungkan ovarium dengan uterus. Pada saat ovulasi, sel telur
dikeluarkan dari ovarium dan bergerak menuju uterus. Bila ada sperma
di tuba falopi, ovum akan terbuahi dan menjadi embrio yang kemudian
melekat di uterus. Dalam pembedahan yang disebut tubektomi, kedua
saluran tuba falopi yang menghubungkan ovarium dan rahim (uterus)
tersebut dipotong dan ujung-ujungnya ditutup dengan cincin atau
dibakar (kauter). Metode lain yang tidak melakukan pemotongan
adalah dengan mengikat atau menjepit saluran tuba falopi (tubal
ring/tubal clip). Hal ini menyebabkan sel telur tidak dapat terjangkau
sperma. Pembedahan biasanya dilakukan dengan pembiusan umum
atau lokal (spinal/epidural). Dokter dapat menggunakan alat bantu
berupa teleskop khusus yang disebut laparoskop. Teleskop berupa pipa
kecil bercahaya dan berkamera ini dimasukkan melalui sebuah sayatan
kecil di perut untuk menentukan lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan
lainnya kemudian dibuat untuk memasukkan alat pemotong tuba falopi
Anda. Biasanya, ujung-ujung tuba falopi kemudian ditutup dengan
jepitan. Cara yang lebih tradisional yang disebut laparotomi tidak
menggunakan teleskop dan membutuhkan sayatan yang lebih besar.
Sterilisasi dapat dilakukan kapan saja, termasuk setelah persalinan atau
bersamaan dengan prosedur pembedahan perut yang lain, seperti
operasi Caesar.
b. Efektivitas sterilisasi
Indeks efektivitas sterilisasi (disebut indeks mutiara) adalah 0.5 1.
Nilai ini menunjukkan jumlah kehamilan yang tidak diinginkan pada
100 wanita yang menggunakan metode kontrasepsi itu selama setahun.
Artinya, hanya ada satu kehamilan yang tidak diinginkan per 10002000 wanita yang telah disterilisasi. Pada kasus yang sangat jarang
terjadi itu, tuba falopi wanita kembali menyambung setelah dipotong
atau ditutup.
c. Potensi komplikasi
Risiko sterilisasi, seperti halnya operasi lainnya, terutama berkaitan
dengan anestesi. Ahli bedah juga dapat tanpa sengaja merusak ligamen
peritoneal selama operasi. Jika ligamen peritoneal rusak, produksi
hormon pada ovarium menurun dan menopause bisa dimulai dini.
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 29

Potensi komplikasi lainnya (sangat jarang) adalah kehamilan ektopik


dan gangguan menstruasi. Hormon, gairah seks dan siklus haid
seharusnya tidak berubah setelah sterilisasi. Beberapa wanita dan
pasangannya bahkan lebih bergairah secara seksual, karena mereka
tidak lagi takut dengan kehamilan yang tidak direncanakan.
d. Yang boleh ber-KB tubektomi
Siapa saja yang boleh tubektomi? Berikut adalah syarat-syaratnya:
1. Perempuan usia diatas 26 tahun
2. Memiliki keturunan lebih dari dua
3. Sudah memiliki keinginan dan keyakinan untuk tidak menambah
anak lagi
4. Perempuan yang jika hamil, akan menimbulkan resiko kesehatan
yang serius dan membahayakan.
5. Memahami prosedur dan tindakan tubektomi, serta sukarela setuju
dengan prosedur tubektomi.
e. Yang tidak boleh ber-KB tubektomi
1. Perempuan yang sedang hamil atau terdeteksi hamil
2. Terjadi perdarahan vaginal yang belum jelas penyebabnya.
2. Vasektomi
Vasektomi adalah kontrasepsi bedah untuk pria dengan cara memutus
saluran spermanya. Operasi vasektomi menghambat saluran spermatozoa
(vas deferens) yang membawa sperma keluar. Operasi ini biasanya
dilakukan di klinik atau rumah sakit dengan melibatkan pemotongan dan
mengikat mati (cauterizing) saluran sperma.
a. Keuntungan
1. Vasektomi adalah operasi kecil yang aman, sangat efektif dan
bersifat permanen.
2. Baik dilakukan pada laki-laki yang memang sudah tidak ingin
memiliki anak.
3. Vasektomi lebih murah dan lebih sedikit komplikasi dibandingkan
dengan sterilisasi tuba.
4. Pria memiliki kesempatan untuk gantian KB dengan istrinya.
5. Tidak mempengaruhi kemampuan seorang pria dalam menikmati
hubungan seksual.
b. Kerugian
1. Beberapa laki-laki takut vasektomi ini akan mempengaruhi
kemampuannya berhubungan intim atau menyebabkan gangguan
ereksi.

Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia


| 30

2. Ada sedikit rasa sakit dan ketidaknyaman beberapa hari setelah


operasi, rasa sakit ini biasanya bisa hilang dengan konsumsi obat
ringan.
3. Seringkali harus melakukan kompres dengan es selama 4 jam untuk
mengurangi pembengkakan, pendarahan dan rasa tak nyaman serta
harus memakai celana yang dapat mendukung skrotum selama 2
hari.
4. Operasi tidak efektif dengan segera. Pasien diharuskan memakai
kondom terlebih dahulu untuk membersihkan tabung dari sisa
sperma yang ada. Untuk mengetahui sudah steril atau belum,
biasanya dilakukan pemeriksaan mikroskop setelah 20-30 kali
ejakulasi.
5. Vasektomi tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi seksual
menular termasuk HIV.
6. Penyesalan setelah vasektomi lebih besar jika laki-laki masih berusia
di bawah 25 tahun, terjadi perceraian atau ada anaknya yang
meninggal.
7. Dibutuhkan waktu 1-3 tahun untuk benar-benar memastikan apakah
vasektomi bisa bekerja efektif 100 persen atau tidak.
5. Akses dan Pilihan pada Penggunaan Kontrasepsi
Akses dan pilihan kontrasepsi masih terbatas untuk Negara sedang berkembang,
khususnya bagi penduduk miskin. Meskipun

tidak banyak publikasi

menganalisa pengaruh akses dan pilihan jenis kontrasepsi, data empirik


menunjukkan bahwa angka prevalensi lebih tinggi pada negara-negara yang
menyediakan pilihan jenis kontrasepsi lebih banyak dibanding Negara yang
masih terbatas pilihannya. Hasil review terhadap survai yang dilakukan di 80
negara menunjukkan bahwa prevalensi penggunan 5 jenis kontrasepsi
berkorelasi dengan berbaS. A. Wilopo / Contraceptive Technology Update 2014,
1: 112 sebagai ukuran akses terhadap pelayanan kontrasepsi. Semakin
meningkat akses diikuiti dengan peningkatan kesimbangan antara penggunaan
dan akses. Oleh karena itu semakin banyak jenis kontrasepsi diperkenalkan
kedalam program maka semakin meningkat angka prevalensi penggunaan
kontrasepsi.

Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia


| 31

Di Thailand, setelah pill KB diperkenalkan dan boleh diberikan oleh tenaga


kesehatan setingkat bidan, maka prevalensi penggunaan kontrasepsi meningkat
hampir dua-kali disbanding sebelum pil KB diperkenalkan. Di Mesir, setelah
IUD cara lama dicabut digantikan dengan IUD mengandung tembaga (the new
Copper-T IUD) maka peserta KB meningkat hampir duakalinya. Di Indonesia,
sejak diperkalkannya pil dan injeksi yang bisa diberikan dengan mudah oleh
perawat dan bidan maka angka prevalensi di Indonesia mengalami peningkatan
secara nyata. Perbaikan pilihan dan perluasan akses akan menurunkan angka
unmet need, meskipun tetap saja akan masih timbul kekhawatiran terhadap efeksamping, komplikasi dan kegagalan. Selain itu, wanita banyak yang kesulitan
untuk bernegosiasi dengan pasangannya dan beberapa faktor lain yang menjadi
penghambat akan menurunkan efektifitas penggunaan kontrasepsi. Beberapa
hambatan tersebut dapat diatasi dengan perbaikan teknologi kontrasepsi,
misalnya dengan pengurangan angka efek-samping, komplikasi dan kegagalan
serta mengurangi ketergantungannya terhadap frekuensi hubungan seksual atau
kesepakatan dengan pasangannya (misal penggunaan kondom).
6.

Distribusi Pengguna Kontrasepsi


Penggunaan kontrasepsi telah meningkat secara pesat dan hamper
merata di seluruh dunia. Penggunaan kontrasepsi di Negara sedang
berkembang relatif tidak merata di bandingkan kondisi dunia. Negara-negara
di Benua Afrika relatif jauh ketinggalan dibanding Asia, apalagi dibandingkan
dengan Amerika serikat.
Indonesia sudah memiliki prevalensi penggunaan kontrasepsi modern
diatas 57% sehingga sudah mendekati negara-negara Australia dan diatas
India. Di Asia, hanya Thailand dan Singapore memiliki prevalensi pengguna
kontrasepsi diatas Indonesia (>70%) dan sudah sejajar dengan USA dan Uni
Soviet. Peta 1 dan 2 menggambarkan distribusi prevalensi pengguna semua
jenis kontrasepsi dan pengguna kontrasepsi modern.
Tantangan dan Hambatan Penggunaan Kontrasepsi
Modern, Tantangan utama adalah bagaimana setiap pasangan yang sudah ingin
hamil selalu menggunakan kontrasepsi secara berkualitas. Bagi mereka yang
sudah tidak ingin anak lagi, tantangannya ialah bagaimana agar mereka
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 32

menggunakan MKJP agar dampak demografisnya tercapi secara maksimal.


Namun demikian, apabila pilihan klien pada non-MKJP dan pelayanan MKJP
tidak

bersedia,

tantangan

program

semakin

berat

karena

harus

mempertahankan kontinuitas mereka dengan menggunakan


metode jangka pendek. Tantangan inilah yang tidak siap dilakukan di Negara
sedang berkembang, termasuk Indonesia. Masing-masing tantangan ini akan
dibahas pada bagian berikut ini.
6. Tantangan
a. Pertama, Pemerintah harus membangun dan melaksanakansistem dan
mekanisme operasional pelayanan secara khusus untuk daerah yang sulit
dijangkau pelayanan, yaitu pelayanan untuk penduduk miskin dan
berpendidikan rendah; penduduk bertempat tinggal di daerah tertinggal,
terpencil, perbatasan, kepulauan (DTPK); daerah kumuh perkotaan; dan
daerahdaerah

baru

yang

mengalami

mengalami

pemekaran

dan

perkembangan pesat.
b. Kedua, mempromosikan, mengadvokasi dan menjamin tersedianya
pelayanan KB untuk semua segmen penduduk, termasuk pria dengan
menyediakan fasilitas pelayanan MOP. Agar promosi dapat mencakup
semua segmen penduduk, kelompok remaja dan pria harus mendapat
penanganan secara khusus. Selain kebutuhan mereka berbeda, upaya
memperluas akses terhadap kelompok remaja dan pria mengundang
berbagai permasalahan yang sensitif dan perlu mendapat penanganan secara
khusus.
c. Ketiga, Pemerintah harus menjamin pelayanan KB berkualitas untuk sektor
swasta dan Pemerintah dengan upaya-upaya:
1) penjaminan jumlah dan jenis kontrasepsi yang tersedia di tempattempat pelayanan sesuai pilihan peserta dengan sistem logistik dan
distribusi kontrasepsi yang mengacu variasi kondisi daerah pelayanan,
2) meningkatkan mutu informasi tentang pengaturan kelahiran dan
kontrasepsi yang diterima oleh peserta, termasuk informasi tentang
efek samping, komplikasi, dan kegagalan serta penggunaan kontrasepsi
yang REE,

Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia


| 33

3) meningkatkan secara berkelanjutan tentang kompetensi petugas


pelayanan klinis dan calon petugas pemberi pelayanan KB (bidan dan
dokter) sejak dalam masa pendidikan sampai bekerja di lapangan,
4) mewujudkan agar hubungan interpersonal antara petugas pelayanan dan
peserta tidak bersifat formalitas dan transaksional tetapi penuh
empati dan secara kekeluargaan,
5) melakukan tindakan rujukan terhadap wanita dengan kejadian
efek samping, komplikasi dan kegagalan sesuai standar pelayan
rujukan yang ditetapkan.
6) meningkatkan kondisi tempat dan sarana pelayanan sehingga
memenuhi standar minimal fasilitas pelayanan yang berkualitas.
d. Keempat, mempromosikan dan mendorong pelayanan kontrasepsi
agar memenuhi kriteria rasional efektif dan efisien (REE), yaitu
memberikan jenis kontrasepsi sesuai dengan tujuan untuk menunda
kelahiran anak pertama (postponing), menjarangkan jarak kelahiran
(spacing), atau untuk wanita yang tidak ingin punya anak lagi (stopping)
serta indikasi medis yang benar. Upaya ini harus diikuti dengan menjamin
ketersedian pelayanan metode kontrasepsi jangka panjang (MOP/MOW,
IUD, dan implan) yang bermutu bagi wanita yang tidak ingin anak lagi.
Selain itu, perlu membantu pengguna metode kontrasepsi dalam bentuk
pemberian konseling dan penyediaan kontrasepsi alternatif agar tidak
mengalami diskontinuitas sehingga tidak terjadi putus pakai, atau
mengalami keterlambatan dalam berganti metode satu ke metode lainnya.
e. Kelima, dalam rengka menurunkan unmet need maka perlu melakukan
monitoring peserta KB dalam sistem informasi yang terpadu dengan sistem
informasi kesehatan lainnya, khususnya mereka yang putus pakai (drop out)
karena efek samping, komplikasi dan kegagalan serta ganti cara metode
kontrasepsi. Untuk itu perlu memastikan bagi peserta yang akan ganti cara
mendapat pelayanan tepat waktu dan kontrasepsi tersedia sesuai dengan
permintaan. Upaya ini harus disertai pemberian informasi melalui KIE dan
konseling tentang efek samping, komplikasi dan kegagalan penggunaan
kontrasepsi sehingga disadari dan diterima kelebihan dan kekurangan setiap
alat kontrasepsi sehingga yang pernah memakai konrasepsi akan memakai
kembali.

Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia


| 34

f. Keenam, tantangan yang amat penting ialah Pemberian KIE, konseling dan
pelayanan KB secara kontinyu pada daerahdaerah yang sulit dijangkau,
khususnya kebutuhan kontrasepsi dengan sistem logistik dan distribusi
yang sesuai dengan kebutuhan.
7. Hambatan
Infrastuktur pelayanan dan budaya masyarakat. Hambatannya adalah bahwa
daerah-daerah sulit terjangkau memiliki infrastruktur yang minimal (jumlah
klinik dan petugas kesehatan minimal) dan pendidikan serta budaya
masyarakatnya masih belum menerima dengan mudah tentang intervensi
kesehatan modern. Masih banyak sekelompok penduduk menentang perempuan
mengatur kelahirannya dengan kontasepsi. Apalagi menghadapi masalah remaja
yang sudah aktif seksual merupakan upaya yang sangat sulit karena akan
melawan budaya, anggama dan realitas sesunggunya. Penelitian di Nigeria
menunjukkan bahwa yang dianggap menjadi hambatan penggunaan kontrasepsi
ialah terjadinya efek samping (44%), ketidak pedulian (32,6%) misinformasi
(25,1%), miskonsepsi (22,0%), dan faktor kultural (20,3%)40. Sedangkan
prediktor penggunaan kontrasepsi modern termasuk pengetahuan tempat
pelayanan, persetujuan responden, pendidikan dan berstatus menikah.
Pengenalan perubahan perilaku dengan komunikasi menjadi faktor lain yang
diduga menjadi faktor pendongkrak penggunaan kontrasepsi modern di
negaranegara sedang berkembang, tidak terkecuali untuk Indonesia. Pembiayaan
pelayanan. Hampir semua negara sedang berkembang kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan kontrasepsinya untuk pendudukanya karena sebagian
besar masih belum memproduksi sendiri di dalam negerinya. Meskipun
demikian, hamper semua jenis kontrasepsi dapat di produksi di Indonesia. Selain
itu, produksi dalam negeri akan mengurangi ketergantungan import yang
seringkali mengancam ketersediaan atau logistic kontrasepsi. Bahkan negaranegara sedang berkembang seringkali menggantungkan diri kebutuhannya
kepada donor asing dengan komoditi kontrasepsi yang diimport dari Negara
maju, sehingga ketersediaan komoditi kontrasepsi di lapangan sangat tergantung
donor. Apalagi penyediaan metode jangka panjang selain IUD, pembiayaan yang
harus dikeluarkan pada awal penggunaan cukup tinggi sehingga menjadi

Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia


| 35

penghambat dalam penggunaan MKJP. Menciptkan Lingkungan yang Kondusif


pada Program KB. Menciptakan lingkungan yang kondusif dalam program KB
adalah prasarat keberhasilan untuk meningkatkan akses terhadap pelayanan
kontrasepsi modern. Karakteritik Keberhasilan
Program KB harus mencakup beberapa aspek berikut:
1. Kebijakan mendukung dan sensitif gender
2. Evidence-based programming
3. Kepemimpinan yang kuat dan manajemen prima
4. Strategi komunikasi yang efektif
5. Jaminan ketersedian kontrasepsi dan sistem logistik
6. Kinerja staff yang tinggi
7. Pelayanan terfokus pada klien
8. Kemudahan akses pelayanan
9. Pelayanan terjangkau
10. Pelayanan terintergrasi yang tepat
Beberapa faktor tersebut telah terbukti menjadi kunci keberhasilan dalam
membangun lingkungan program yang kondusif di bidang keluarga berencana.
Kualitas Pelayanan Rendah. Di negara sedang berkembang, kualitas pelayanan
yang rendah dapat dilihat dari masih tingginnya angka efek samping,
komplikasi, dan kegagalan penggunaan kontrasepsi. Gap antara efektifitas
kontrasepsi secara teoritis dan praktis di lapangan menunjukkan rendahnya
kualitas pelayanan. Kebijakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan telah
dikesampingkan karena konsentrasi pada jumlah pengguna kontrasepsi (dengan
sistem target), terutama pengguna metode MKJP. Memang benar bahwa MKJP
lebih efektif dan efisien dibanding metode non- MKJP, namun kebijakan telah
mengabaikan bahwa sebagian peserta KB saat ini (>75%) pengguna metode
hormonal. Kebijakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan penggunaan
kontrasepsi hormonal pada fasilitas pelayanan KB tidak dijalankan lagi. Dimasa
lalu, kebijakan dalam hal penggunaan kontrasepsiadalah dengan moto:
menggunakan kontrasepsi yang berkualitas lebih baik dibanding tidak
menggunakan kontrasepsi sama sekali sehingga tidak terbatas pada penggunaan
kontrasepsi MKJP. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa permintaan
pelayanan lebih banyak metode non-MKJP,permintaan MKJP belum tentu bisa
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 36

dilayani, kecuali daerah urban yang tersedia tenaga yang kompeten melayani
MKJP.
Oleh karena itu, hanya mempromosikan kontrasepsi MKJP adalah tidak tepat
dan bisa mengecoh prioritas peningkatan kualitas. Memang benar, idealnya
penggunaan MKJP harus dipromosikan, akan tetapi harus didasarkan pada
kenyataan bahwa menggeser permintaan non-MKJP ke MKJP tidak harus
dilandasi:
a) pemahaman tujuan ber-KB;
b) pemahaman REE; dan
c) ketersediaan fasilitas dan tenaga pelayanan MKJP.
Atas dasar kondisi tersebut, seharusnya prioritas utama dalam peningkatan
kualitas pelayanan ialah menjamin bahwa penggunaan injeksi dan pill dilayani
dan menggunakan kontrasepsi secara berkualitas, khususnya pengguna
kontrasepsi pemula pada pasangan usia muda. Kualitas pelayanan yang rendah
untuk kontrasepsi injeksi dan pil tersebut menjadi penyebab angka kelahiran
yang meningkat pada wanita usia 30 tahun dari tahun 2007 ke 2012. Kebijakan
untuk memberikan KIP dan koseling dalam rangka BCC belum berjalan dengan
baik yang diikuit dengan minimalnya ketersediaan materi-materi KIE tentang
penggunaan kontrasepsi di fasilitas pelayanan KB. Sebagaiakibatnya, alat
peraga untuk menjelaskan kegunaan setiap jenis kontrasepsi di fasilitas pelayaan
juga sangat minimal. Rendahnya kualitas pelayanan kontrasepsi juga ditandai
dengan masih rendahnya kesepakatan menggunakan kontrasepsi yang didasari
informasi lengkap yang diberikan oleh petugas pelayanan (informed consent).
Persentase wanita pengguna kontrasepsi yang diberitahu tentang efek samping,
atau masalah dari metode yang dipakai berupa sterilisasi, implant, suntik dan
pill masih dibawah 40 persen, sedangkan pengguna IUD baru 56,1% nya
memperoleh informasi tersebut. Persentase peserta KB yang diberitahu tenang
tindakan untuk mengatasi efek samping yang mungkin timbul pada pengguna
IUD adalah 52,7%, sedangkan metode lainnya hanya berkisar pada angka 30%.
Pelayanan oleh dokter dan rumah-sakit swasta paling tinggi dalam memberikan
informasi tersebut (mendekati 50%) dan pelayanan oleh pertugas lapangan KB,
pelayanan di Posyandu, Pos KB/PPKBD, dan apotik/toko obat hanya
memberikan informed consent kurang dari 25% dari semua peserta KB yang
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 37

dilayani. Kebijakan untuk menjelaskan kemungkinan terjadinya efek samping,


komplikasi dan kegagalan KB belum efektif seperti yang ditetapkan.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa dilihat dari dimensi pemberian
informed consent, maka kualitas pelayanan masih sangat rendah. Jadi
kebijakan pemberian informed consent sebagai pertanda bahwa pelayanan
kontrasepsi didahului dengan pemberian informasi yang lengkap kepada calon
peserta KB tidak berjalan seperti seharusnya. Kebijakan pemberian kontrasepsi
yang rasional sesuai dengan tujuan ber KB tidak lagi menjadi prioritas dalam
peningkatan kualitas pelayanan. Proporsi peserta KB yang tidak ingin memiliki
anak lagi dan masih menggunakan kontrasepsi non-MKJP masih sekitar
24%. Sementara mereka yang hanya ingin menunda kelahiran kurang dari 3
tahun yang menggunakan implan dan IUD masih sekitar 8%. Salah satu
sebabnya ialah karena kebijakan sosialisasi kontrasepsi yang rasional efektif dan
efisien (REE) tidak lagi dilakukan. Bahkan ditengarai bahwa masyarakat umum
belum mampu membedakan kegunaan dan efektifitas masingmasing jenis
kontrasepsi sehingga penggunaan kontrasepsi masih berdasarkan pemahaman
subjektif dari masing-masing individu. Rendahnya kualitas pelayanan terkait
dengan kompetensi teknis medis petugas pelayanan, khususnya dalam pelayanan
MKJP. Sementara itu, berbagai upaya peningkatan kompetensi terhadap bidan
dan dokter dalam melakukan pelayanan MKJP pada wanita yang sudah tidak
menginginkan anak lagi masih terbatas sasaran dan hasilnya. Pelatihan terhadap
tenaga medis dalam melayani MKJP pada 5 tahun terakhir ternyata belum
berhasil mendongkrak prevalensi pengguna MKJP. Misalnya, prevalensi
pengguna MOW hanya bergeser dari 3% pada tahun 2007 dari 3,2% pada tahun
2012, sedangkan untuk MOP untuk periode yang sama masih tetap pada posisi
0,2%. Prevalensi pengguna IUD mneurun dari 4,9% ke 3,9% dan implan naik
dari 2,8% ke 3,3% pada periode 2007-2012. Kedepan peningkatan kompetensi
ini pelu diarahkan tidak hanya pelatihan bagi tenaga yang di lapangan (in
service training), tetapi harus dimulai sejak di meja pendidikan (pre-service
training). Selain itu, proses seleksi bagi tenaga di lapangan harus benar-benar
diarahkan bagi mereka tenaga kesehatan yang memiliki peluang tinggi untuk
melayani di lapangan. Kebijakan logistik dan distribusi kontrasepsi yang
menjadi salah situ isu penting dalam menentukan kualitas pelayanan KB masih
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 38

perlu pembenahan yang serius. Kebijakan pemberian kontrasepsi gratis pada


penduduk miskin belum tepat sasaran.
Sebagian penduduk miskin masih harus mengeluarkan biaya untuk
mendapatkan kontrasepsi, sementara sebagian penduduk tak tergolong miskin
menggunakan kontrasepsi secara gratis. Ketidak berhasilan kebijakan tersebut
karena:
a) penduduk miskin yang mendapat pelayanan di luar sektor pemerintah tidak
dapat menggunakan kontrasepsi gratis dari pemerintah karena distribusi
kontrasepsi gratis (program) umumnya hanya melalui fasilitas pelayanan
pemerintah, dan
b) fasilitas
pelayanan pemerintah (Puskesmas dan RS) hanya menyediakan
kontrasepsi

gratis untuk penduduk miskin, sedangkan kontrasepsi mandiri

(tidak gratis) untuk penduduk tak tergolong miskin umumnya tidak


disediakan di fasilitas milik pemerintah. Selain itu, sejak memasuki era
desentralisasi di Indonesia, distribusi kontrasepsi melalui kantor KB daerah
yang tidak sama dengan distribusi obat-obat untuk Puskesmas mengalami
kendala yang serius, khususnya biaya distribusi ke fasilitas kesehatan primer.
8. Peningkatan Penggunaan Kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi pada dasarnya melalui 3 tahapan.
1) Pertama, semua wanita, keluarga dan masyarakat telah menerima kenyataan
bahwa pilihan untuk memiliki anak dengan jumlah tertentu merupakan
kondisi yang harus diperhitungkan dalam kehidupannya (children within
calculus of choice).
2) Kedua, setiap pasangan suami istri harus telah memahami keuntungan dan
kerugian

untuk

menggunakan

kontrasepsi

sebagai

S.A.

Wilopo

Contraceptive Technology Update 2014, 1: 112 11 metode untuk mengatur


kehamilan (accept advantage and disadavantage contraceptive methods).
3) Ketiga, metode kontrasepsi terpilih oleh setiap pasangan tersedia di semua
fasilitas pelayanan KB dengan kualitas yang baik dan terjangkau oleh mereka
(contraceptive methods are available and accessable with a good quality).
9. Cara-cara kontrasepsi
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 39

Cara-cara kontrasepsi dapat dibagi menjadi beberapa metode :


a. Pembagian menurut jenis kelamin pemakai
1. Cara atau alat yang dipakai oleh suami (pria)
2. Cara atau alat yang dipakai oleh istri (wanita)
b. Menurut pelayanannya
1. Cara medis dan non-medis
2. Cara klinis dan non-klinis
c. Pembagian menurut efek kerjanya
1. Tidak mempengaruhi fertilitas
2. Menyebabkan infertilitas temporer (sementara)
3. Kontrasepsi permanen dengan infertilitas menetap
d. Pembagian menurut cara kerja alat/cara kontrasepsi
1. Menurut keadaan biologis: senggama terputus, metode kalender, suhu
badan dll
2. Memakai alat mekanis : kondom, diafragma,
3. Memakai obat kimiawi : spermisida
4. Kontrasepsi intrauterina : IUD
5. Hormonal : pil KB, suntikan KB, dan alat kontrasepsi bawah kulit
(AKBK)
6. Operatif : tubektomi dan vasektomi
e. Pembagian umum dan banyak dipakai adalah
1. Metode merakyat : senggama terputus, pembilasan pasca senggama,
perpanjangan masa laktasi
2. Metode tradisional : pantang berkala, kondom, diafragma dan
spermisida
3. Metode modren
a) Kontrasepsi hormonal : pil KB, suntik KB, alat kontrasepsi bawah
kulit.
b) Kontrasepsi intrauterina : IUD
4. Metode permanen operasi : tubektomi pada wanita dan vasektomi pada
pria (Mochtar, 1998).
10. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PUS Tidak Menggunakan Alat
Kontrasepsi
Beberapa hal yang merupakan faktor sehingga pasangan usia subur tidak
menggunakan alat kontrasepsi antara lain:
1. Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 40

Pengetahuan adalah Hasil tau dari manusia, yang sekedar menjawab


pertanyaan what, misalnya, apa air, apa manusia, apa alam dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2005).
Menurut Soekidjo Notoadmodjo, pengetahuan dibagi menjadi enam
tingkatan yang tercakup dalam domain kognitif yaitu :
a. Tahu (know)
Dapat diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari
sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu (know) ini
merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara

benar

tentang

objek

yang

diketahui

dan

dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah


faham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat menyimpulkan
dan menyebutkan contoh, menjelaskan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumusrumus dan metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi
yang lain.
d. Analisis (analysis)
Arti dari analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti
menggambarkan

(membuat

bagan),

membedakan,

memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.


e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian kepada suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu adalah kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan,
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 41

dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah


ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini
didasarkan

pada

menggunakan

suatu

kriteria

kriteria-kriteria

yang

yang

ditentukan

telah

ada

sendiri

misalnya

atau
dapat

membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang


kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat,
dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
2. Efek Samping
Efek samping adalah perubahan fisik atau psikis yang timbul akibat dari
penggunaan alat/obat kontrasepsi, tetapi tidak berpengaruh serius terhadap
kesehatan klien (BKKBN, 2002)
Menurut Hartanto (2004), dengan belum tersedianya metode kontrasepsi
yang benar-benar100% sempurna, maka ada 3 (tiga) hal yang sangat
penting untuk diketahui oleh calon akseptor KB yakni: efektivitas,
keamanan dan efek samping. Reaksi efek samping yang sering terjadi
sebagai akibat penggunaan alat kontrasepsi adalah:
a. Gangguan Haid (Amenorhoe): tidak datangnya haid setiap bulan pada
akseptor KB yang menggunakan suntik KB 3 (tiga) bulan berturutturut.
b. Perubahan Berat Badan: biasanya kenaikan berat badan lebih sering
disebabkan karena pemakaian alat kontrasepsi pil dibanding suntik
KB.
c. Pusing dan Sakit Kepala: timbul rasa sakit pada kepala namun ini
hanya bersipat sementara (Hartanto,2004).
3. Pendapatan Keluarga
Pendapatan adalah jumlah penghasilan seluruh anggota keluarga.
Pendapatan berhubungan langsung dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga,
penghasilan yang tinggi dan teratur membawa damfak positif bagi keluarga
karena keseluruhan kebutuhan sandang, pangan, papan dan transportasi
serta kesehatan dapat terpenuhi. Namun tidak demikian dengan keluarga
yang pendapatannya rendah akan mengakibatkan keluarga mengalami
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 42

kerawanan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya yang salah satunya


adalah pemeliharaan kesehatan (Keraf, 2001).
4. Agama
Agama adalah Merupakan keyakinan yang dianut seseorang yang dijadikan
pegangan dalam menjalani kehidupan. Agama menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah suatu prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga
disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian
dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Para pemuka agama menyadari bahwa dalam membangun bangsa,
pengaturan masalah kependudukan merupakan masalah utama yang perlu
ditangani dengan cermat. Mereka memahami bahwa KB tidak bertentangan
dengan agama dan merupakan salah satu upaya untuk memerangi
kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan ketidak pedulian masyarakat.
Agama-agama di Indonesia umumnya mendukung KB. Agama Hindu
memandang bahwa setiap kelahiran harus membawa manfaat. Untuk itu
kelahiran harus diatur jaraknya dengan berKB. Agama Buddha, yang
memandang setiap manusia pada dasarnya baik, tidak melarang umatnya
berKB demi kesejahteraan keluarga. Agama Kristen Protestan tidak
melarang umatnya berKB. Namun sedikit berbeda dengan agama Katolik
yang memandang kesejahteraan keluarga diletakkan dan diwujudkan dalam
pemahaman sesuai dengan kehendak Allah. Untuk mengatur kelahiran
anak, suami-istri harus tetap menghormati dan menaati moral Katolik dan
umat
Katolik dibolehkan berKB dengan metode alami yang memanfaatkan masa
tidak subur. Jadi jelas bahwa Islam membolehkan KB karena penting untuk
menjaga kesehatan ibu dan anak, menunjang program pembangunan
kependudukan lainnya dan menjadi bagian dari hak asazi manusia. Program
KB di Indonesia, seperti halnya negara Islam lain, adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup penduduknya dan agama
bukan penghambat untuk mencapai cita-cita ini. Mengingat peran penting
tokoh agama dalam mendukung Program KB Nasional, BKKBN di semua
tingkat hendaknya memperkuat kemitraannya dengan mereka. Tokoh-tokoh
agama yang muda melalui lembaga masing-masing atau bersama-sama agar
diberdayakan dan diajak serta dalam mendukung program KB Nasional
(Samekto, 2008).
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 43

2.2

Konsep Dasar KB di Dunia


KB pertama dicetuskan di Negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris
sejak 1912. Laju pertumbuhan penduduk tidak hanya menjadi permasalahan yang
cukup berarti di Negara berkembang bahkan Negara adidaya pun juga tak luput dari
masalah laju pertumbuhan penduduk. Jdi, Negara-negara berkembang bahkan Negara
adidaya pun juga tak luput dari masalah laju pertumbuhan penduduk. Jadi , Negaranegara berkembang mengikuti langkah Negara maju dalam menangani pertumbuhan
penduduk dengan progam KB.
Pilihan dan Ketersediaan Kontrasepsi di dunia

Faktor penentu untuk

mencapai akses universal untuk pelayanan kesehatan reproduksi, khususnya


penggunaan kontrasepsi adalah kepastian bahwa setiap orang dapat menjangkau
pelayanan

(akses), ketersediaan akses, dan keterjangkauan biaya pelayanan

kontrasepsi yang berkualitas. Setiap orang harus dapat memilih kontrasepsi yang
disediakan sesuai dengan keputusannya. Di Indonesia, pilihan kontrasepsi hamper
semuanya telah disediakan oleh Pemerintah sehingga tren prevalensi penggunaan
kontrasepsi meningkat; dan penggunaan masing-masing jenis kontrasepsi bervariasi
sesuai dengan pilihan peserta dari waktu ke waktu.
Prevalensi penggunaan kontrasepsi tinggi pada Negara negara dengan pilihan
yang lengkap, misalnya tersedianya sterilisasi wanita dan pria, IUD, pill, injeksi

dan

kondom. Beberapa negara belum memberikan pilihan secara luas, misalnya India
metode kontrasepsi injeksi masih belum didanai oleh Pemerintah. Ketidak tersediaan
pilihan yang luas akan mempersempit akses dan akan menurunkan prevalensi
pengguna kontrasepsi. Kepuasan peserta KB akan tinggi apabila dapat terpenuhi
pilihannya. Karena pilihan memuaskan peserta maka penggunaan kontrasepsi dapat
dilakukan dengan penuh motivasi sehingga bertahan lebih lama. Namun pada
kenyataannya, termasuk di Indonesia pilihan kontrasepsi tersebut seringkali terbatas
akibat kebijakan pada pilihan jenis-jenis kontrasepsi tertentu (missal belum
menyediakan pil pasca persalinan) dan karena faktor logistic dan distribusi yang
buruk di sektor publik. Oleh karena itu, pilihan yang luas tidak hanya tergantung pada
kebijakan nasional, akan tetapi faktor pelayanan dan pengaruh petugas pelayanan di
lapangan yang menentukan pelaksanaan kebijakan tersebut. Pilihan yang luas tentang
berbagai jenis kontrasepsi seringkali sengaja tidak dipromosikan dalam program
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 44

karena per timbangan demografis6. Pendapat umum seringkali menganggap bahwa


non-MKJP tidak efektif, atau bahkan dianggap tidak ada gunanya. Sebagai contoh,
seseorang yang sudah menjatuhkan pilihan setelah mendapat informasi lengkap
tentang kontrasepsi kemudian memilih metode tradisional akan dibiarkan tanpa
bimbingan. Demikian juga upaya-upaya untuk mendorong keberlanjutan penggunaan
metode jangka pendek, misalnya pill dan injeksi akhir-akhir ini ditinggalkan di
Indonesia. Metode hormonal jangka pendek telah divonis buru, atau sebagai upaya
yang tidak mendapat simpati oleh pemangku kebijakan. Pendapat tersebut tentu salah
karena:
1. Setiap perempuan yang sedang tidak ingin hamil maka penggunaan metode
kontrasepsi adalah lebih baik disbanding tidak menggunakan sama sekali,
2. Bagi perempuan yang sudah tidak ingin hamil lagi memang penggunaan MKJP
lebih baik dibanding metode lainnya, dan
3. Apabila efektifitas non-MKJP ditengerai sangat rendah (use-effectiveness), tidak
semua angka tersebut mendekati angka efektifitasnya secara teoritis (theoretical
effectiveness).Atas dasar ketiga alasan tersebut, pemangku kebijakan dan pemberi
pelayanan harus mampu menjelaskan: rasionalitas penggunaan kontrasepsi sesuai
tujuan pengaturan kelahiran (menunda, menjarangkan dan menghentikan);
kondisi lain yang menjadi alasan pemilihan kontrasepsi secara subyektif (misal
alasan larangan agama untuk cara kontrasepsi tertentu); dan kontraindikasi medis
yang harus dipertimbangkan. Selain itu, yang paling penting adalah: bagaimana
upaya program agar untuk semua pengguna jenis kontrasepsi agar use effectiveness
mendekati theoretical effectiveness. Upaya inilah yang harus dilakukan melalui
upaya peningkatan kualitas pelayanan kontrasepsi. Padahal, sebagain besar peserta
KB di Indonesia tergantung metode non-MKJP
BAB III
TINJAUAN TEORI SEJARAH KB
3.1 Perkembangan KB di Indonesia
Program KB di Indonesia dimulai sekitar tahun 1957. Pada tahun tersebut didirikan
perkumpulan Keluarga Berencana (PKB). Pada saat itu program KB masuk ke
Indonesia melalui jalur urusan kesehatan (bukan urusan kependudukan). Belum ada
political will dari pemerintah saat itu. Program KB masih dianggap belum terlalu
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 45

penting. Kegiatan penyuluhan dan pelayanan masih terbatas dilakukan karena masih
ada pelarangan tentang penyebaran metode dan alat kontrasepsi.
Begitu memasuki orde baru, program KB mulai menjadi perhatian pemerintah.
Saat itu PKBI sebagai organisasi yang mengelola dan concern terhadap program KB
mulai diakui sebagai badan hukum oleh departemen kehakiman. Pemerintahan orde
baru yang menitik beratkan pada pembangunan ekonomi, mulai menyadari bahwa
program KB sangat berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi.
Kemudian pada tahun 1970 resmilah program KB menjadi program pemerintah
dengan ditandai pencanangan hari keluarga nasional pada tanggal 29 Juni 1970. Pada
tanggal tersebut pemerintah mulai memperkuat dan memperluas program KB ke
seluruh Indonesia.
Selama hampir 30 tahun program KB berjalan, dari tahun 1970-2000, baru
masyarakat Indonesia bisa menerima bahwa KB adalah kebutuhan. Berangsur-angsur
dari tahun ke tahun berkat kegigihan para pejuang KB pada masanya, masyarakat
negeri ini mulai sadar dan mengerti bahwa ternyata program KB bukanlah program
pembunuhan calon bayi. Namun program untuk mengatur kelahiran bayi supaya tidak
terlalu berdekatan dan tidak terlalu banyak.
Program KB di Indonesia dimulai sekitar tahun 1957. Pada tahun tersebut
didirikan perkumpulan Keluarga Berencana (PKB). Pada saat itu program KB masuk ke
Indonesia melalui jalur urusan kesehatan (bukan urusan kependudukan). Belum ada
political will dari pemerintah saat itu. program KB masih dianggap belum terlalu
penting. Kegiatan penyuluhan dan pelayanan masih terbatas dilakukan karena masih
ada pelarangan tentang penyebaran metode dan alat kontrasepsi.
Begitu memasuki orde baru, program KB mulai menjadi perhatian pemerintah.
Saat itu PKBI sebagai organisasi yang mengelola dan concern terhadap program KB
mulai diakui sebagai badan hukum oleh departemen kehakiman. Pemerintahan orde
baru yang menitikberatkan pada pembangunan ekonomi, mulai menyadari bahwa
program KB sangat berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi.
Kemudian pada tahun 1970 resmilah program KB menjadi program pemerintah
dengan ditandai pencanangan hari keluarga nasional pada tanggal 29 Juni 1970. Pada
tanggal tersebut pemerintah mulai memperkuat dan memperluas program KB ke
seluruh Indonesia.
Perkembangan program KB di indonesia di bagi menjadi dua periode yaitu;
1. Periode Perintisan dan Peloporan
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 46

a. Sebelum 1957 Pembatasan kelahiran secara tradisional (penggunaan


ramuan, pijet, absistensi/ wisuh/ bilas liang senggama setelah coitus).
b. Perkembangan birth control - Berdiri klinik YKK (Yayasan Kesejahteraan
Keluarga) di Yogyakarta. Di Semarang : berdiri klinik BKIA dan terbentuk
PKBI tahun 1963. Di Jakarta : Prof. Sarwono P, memulai di poliklinik
bagian kebidanan RSUP. Jawa dan luar pulau Jawa (Bali, Palembang,
Medan).
Periode Persiapan dan Pelaksanaan
Terbentuk LKBN (Lembaga Keluarga Berencanan Nasional) yang mempunyai

2.

tugas pokok mewujudkan kesejahteraan sosial, keluarga dan rakyat.


Bermunculan proyek KB sehingga mulai diselenggarakan latihan untuk
PLKB (Petugas Lapangan keluarga Berencana).
Seperti diketahui salah satu permasalahan yang terjadi di Negara-negara berkembang
adalah tingginya laju pertumbuhan pendududuk yang mempengaruhi taraf hidup
sehingga dibuatkan sebuah program untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dengan menekan laju pertumbuhan penduduk mealalui program KB.
KB sebelum dikembangkan di Indonesia merupakan dari program mengontrol angka
kelahiran yang di diterapkan di Amerika Serikat dan Inggris. Di Negara maju tersebut,
program KB disebut dengan Birth Control. Seperti halnya di Indonesia pada awal-awal
diperkenalkan program KB, program Birth control juga sempat mendapatkan
pertentangan, bahkan harus sampai keluar masuk tahanan karena program Birth Control
atau KB ini.
Sebenarnya program KB ini sudah diterapkan sebelum Indonesia merdeka. Kita
sudah terlanjur berpandang bahwa pemasalahan laju pertumbuhan penduduk hanya
berlaku di Negara-negara berkembang. Padahal pertumbuhan penduduk adalah
permasalahan yang hanya bisa diteka dengan mengontrol angka kelahiran.
Nampaknya hal ini memang tidak mudah dilakukan. Selama berpuluh tahun para
pejuang KB di lini lapangan terus memperjuangkan dan menyadarkan masyarakat
bahwa program KB ini adalah salah satu program yang dapat menghantarkan mereka
memiliki keluarga yang berkualitas.
A. Dasar Pembentukan Organisasi KB
Kasadaran manusia tentang pentingnya masalah kependudukan dimulai sejak
bumi dihuni oleh ratusan juta manusia.

Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia


| 47

Plato (427-347) menyarankan agar pranata sosial dan pemerintahan sebaiknya


direncanakan dengan pertumbuhan penduduk yang stabil sehingga terjadi
keseimbangan antara jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi.
Malthus (1766-1834) pada zaman industri sedang berkembang manusia jangan
terlalu banyak berhayal bahwa dengan kemampuan tehnologi mereka akan dapat
memenuhi segala kebutuhan karena pertumbuhan manusia laksana deret ukur,
sedangkan pertumbuhan dan kemampuan sumber daya alam untuk memenuhinya
berkembang dalam deret hitung. Dengan demikian dalam suatu saat manusia akan
sulit untuk memenuhi segala kebutuhannya karena sumber daya alam yang sangat
terbatas.
Pernyataan Malthus yang merupakan kekawatiran terhadap pertumbuhan
penduduk telah muncul ke permukaan di negara besar, seperti Cina, India dan
termasuk Indonesia.
Tahun 1978, WHO dan UNICEF melakukan pertemuan di Alma Ata yang
memusatkan perhatian terhadap tingginya angka kematian maternal perinatal.
Dalam pertemuan tersebut disepakati untuk menetapkan konsep Primary Health
Care yang memberikan pelayanan antenatal, persalinan bersih dan aman,
melakukan upaya penerimaan keluarga berencana, dan meningkatkan pelayanan
rujukan.
Tahun 1984, Population Conference di Mexiko, menekankan arti pentingnya
hubungan antara tingginya fertilitas dan interval yang pendek terhadap kesehatan
dan kehidupan ibu dan perinatal.
Perkembangan laju peningkatan pertumbuhan penduduk di Indonesia sangat
mengkhawatirkan. Tanpa adanya usaha-usaha pencegahan perkembangan laju
peningkatan penduduk yang terlalu cepat, usaha-usaha di bidang pembangunan
ekonomi dan sosial yang telah dilaksanakan dengan maksimal akan tidak
berfaedah.
Dapat dikemukakan bahwa untuk dapat menyelamatkan nasib manusia di
muka bumi tercinta ini, masih terbuka peluang untuk meningkatkan kesehatan
reproduksi malalui gerakan yang lebih intensif pada pelaksanaan keluarga
berencana.
Tanpa gerakan KB yang makin intensif maka manusia akan terjebak pada
kemiskinan, kemelaratan, dan kebodohan yang merupakan malapetaka manusia
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 48

yang paling dahsyat dan mencekam. Gerakan KB yang kita kenal sekarang
bermula dari kepeloporan beberapa orang tokoh, baik di dalam maupun di luar
negeri. Sejak saat itulah berdirilah perkumpulan-perkumpulan KB di seluruh dunia,
termasuk di Indonesia yang mendirikan PKBI (perkumpulan keluarga berencana
Indonesia).
B. Peristiwa bersejarah dalam perkembangan KB di Indonesia :
a. Pada Bulan Januari 1967 diadakan simposium Kontrasepsi di Bandung yang
diikuti oleh masyarakat luas melalui media massa
b. Pada Bulan Februari 1967 diadakan diadakan kongres PKBI pertama yang
mengharapkan agar keluarga berencana sebagai program pemerintah segera
dilaksanakan
c. Pada Bulan April 1967, Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin menganggap
bahwa sudah waktunya kegiatan KB dilancarkan secara resmi di Jakarta
dengan menyelenggarakan proyek keluarga berencana DKI Jakarta Raya
d. Tanggal 16 Agustus 1967 gerakan keluarga berencana di Indonesia memasuki
era peralihan pidato pemimpin negara. Selama orde lama organisasi
pergerakan dilakukan oleh tenaga sukarela dan beroperasi secara diam-diam
karena kepala Negara waktu itu anti terhadap keluarga berencana maka dalam
orde baru gerakan keluarga berencana diakui dan dimasukan dalam program
pemerintah.
e. Bulan Oktober 1968 berdiri Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN)
yang sifatnya semi pemerintah yang dalam tugasnya diawasi dan dibimbing
oleh Mentri Negara Kesejahteraan Rakyat, merupakan kristalisasi dan
kesungguhan pemerintah dalam kebijakan keluarga berencana.
f. Peristiwa-peristiwa bersejarah di dalam perkembangan di Negara Indonesia
adalah masuknya program keluarga berencana itu kedalam repelita I. Adanya
KUHP pasal 283 yang melarang menyebarluaskan gagasan keluarga berencana
sehingga kegiatan penerangan dan pelayanan masih dilakukan secara terbatas.
C. Tahap-tahap Program KB Nasional
Adapun tahapan kebijakan pemerintah dalam penyelenggaran Program KB
Nasional di Indonesia adalah :
b. Tahun 1970 1980 dikenal dengan MANAGEMENT FOR THE PEOPLE
1. Pemerintah lebih banyak berinisiatif
2. Partisipasi masyarakat rendah sekali
3. Terkesan kurang demokratis
4. Ada unsur pemaksaan
5. Berorientasi pada target
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 49

b. Tahun 1989 1990 terjadi perubahan pola menjadi MANAGEMENT WITH


THE PEOPLE
1. Pemaksaan dikurangi
2. Dimulainya Program Safari KB pada awal 1980-an
c. Tahun 1985 1988 pemerintah menetapkan program KB Lingkaran Biru,
dengan kebijakan :
1. Masyarakat bebas memilih kontrasepsi yang ingin dipakainya, meskipun
tetap masih dipilihkan jenis kontrasepsinya
2. Dari 5 jenis kontrasepsi, dipilihkan satu setiap jenisnya
d. Tahun 1988 terjadi perkembangan kebijakan, pemerintah menerapkan Program
KB Lingkaran Emas, yaitu :
1. Pilihan alat kontrasepsi sepenuhnya diserahkan kepada peserta, asal jenis
kontrasepsinya sudah terdaftar di Departemen Kesehatan
2. Masyarakat sudah mulai membayar sendiri untuk alat kontrasepsinya
e. Tahun 1990 terjadi Peningkatan kesejahteraan keluarga melalui peningkatan
pendapatan keluarga (income generating)
f. Pada tanggal 29 Juni 1994 Presiden Suharto di Sidoardjo melaksanakan
plesterisasi/lantainisasi rumah-rumah secara gotong royong di seluruh

1.

Indonesia untuk keluarga Pra-Sejahtera


D. Organisasi KB
PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia)
Terbentuk tanggal 23 Desember 1957, di jalan Sam Ratulangi No. 29 Jakarta.
Atas prakarsa dari dr. Soeharto yang didukung oleh Prof. Sarwono
Prawirohardjo, dr. H.M. Judono, dr. Hanifa Wiknjosastro serta Dr. Hurustiati
Subandrio. Pelayanan yang diberikan berupa nasehat perkawinan termasuk
pemeriksaan kesehatan calon suami isteri, pemeriksaan dan pengobatan

2.

kemandulan dalam perkawinan dan pengaturan kehamilan.


BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)
Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1970 tentang pembentukan badan untuk
mengelola program KB yang telah dicanangkan sebagai program nasional.
Penanggung jawab umum penyelenggaraan program ada pada presiden dan
dilakukan

sehari-hari oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat yang

dibantu Dewan Pembimbing Keluarga Berencana.


3.2 Sejarah KB di Dunia
A. Perkembangan Keluarga Berencana di Dunia
Dalam sejarah peradaban manusia, keluarga dikenal sebagai suatu persekutuan
terkecil, pertama dan utama dalam masyarakat. Dari persekutuan inilah manusia
berkembang biak menjadi suatu komunitas masyarakat dalam wujud marga,
kabilah dan suku yang seterusnya menjadi umat dan bangsa-bangsa yang
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 50

bertebaran di muka bumi. Keluarga adalah inti dari suatu bangsa. Kemajuan dan
keterbelakangan suatu bangsa menjadi cermin dari keadaan keluarga-keluarga yang
hidup pada bangsa tersebut.
Manusia diperkirakan hidup di dunia sudah sekitar dua juta tahun yang lalu.
Pada waktu itu jumlahnya masih sangat sedikit. Bahkan pada 10.000 tahun
sebelum masehi, penduduk dunia diperkirakan baru sekitar 5 juta jiwa. Namun
demikian, pada tahun pertama setelah masehi, jumlah penduduk dunia telah
berkembang hampir mencapai 250 juta jiwa. Dari tahun pertama setelah masehi,
sampai kepada masa permulaan revolusi industri di sekitar tahun 1750, populasi
dunia telah meningkat dua kali lipat menjadi 728 juta jiwa. Selama 200 tahun
berikutnya (1750 1950) tambahan penduduk sebanyak 1,7 milyar jiwa. Tetapi
dalam 25 tahun berikutnya (1950 1975), ditambah lagi dengan 1,5 milyar jiwa,
yang jika dijumlahkan seluruhnya pada akhir tahun 1975 telah mencapai hampir 4
milyar jiwa. Pada tahun 1986, populasi dunia sudah mendekati angka 5 milyar,
yang diperingati secara simbolis dengan kelahiran salah satu bayi di negara
Yugoslavia tepat pada tanggal 11 Juli 1987. Pada tahun 2005 jumlah penduduk
dunia sudah mencapai angka 6,45 milyar (Duran, 1967, Todaro 1983, UN, 2001
dan 2005).
Cikal bakal lahirnya Keluarga Berencana di dunia tidak terlepas dari adanya
kekhawatiran akan terjadinya ledakan penduduk. Dengan demikian, adanya
pendapat yang menyatakan bahwa Keluarga Berencana adalah suatu hal yang baru
adalah tidak benar, sebab Keluarga Berencana sudah ada sejak jaman dahulu
walaupun di Indonesia kehadirannya dianggap masih baru dibandingkan dengan
negara-negara Barat. Di negara-negara Barat, sudah ada usaha-usaha untuk
mencegah kelangsungan hidup seorang bayi/anak yang karena tidak diinginkan,
atau pencegahan kelahiran/kehamilan karena alasan-alasan ekonomi, sosial dan
lain-lain.
Sebelum ada teknologi modern seperti saat ini, terdapat beberapa cara yang
dilakukan manusia untuk menolak anak yang tidak diinginkan. Pada zaman dahulu
cara-cara untuk menolak anak yang tidak diiinginkan ada 3 cara yaitu :
Pertama, dengan membunuh anak yang sudah lahir. Cara yang demikian ini
adalah paling kuno dan paling biadab, karena orang membunuh anaknya sendiri.
Latar belakang orang mau melakukan pembunuhan hidup-hidup terhadap anak
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 51

sendiri adalah untuk menutup malu, tekanan ekonomi, kepentingan lain


(mengambil yang diperlukan dan membuang yang tidak perlu). Negara-negara
yang mengalami peristiwa ini antara lain Yunani Kuno, Arab Jahiliah, Tiongkok
Kuno dan Mesir Kuno.
Kedua, dengan cara pengguguran kandungan (abortus provacatus). Cara ini
lebih lunak bila dibandingkan dengan cara membunuh anak yang sudah lahir.
Namun cara ini banyak mengakibatkan ibu-ibu yang melakukan pengguguran
kandungan juga ikut mati, karena menjadi korban dari perbuatan yang dilakukan.
Cara yang dipergunakan untuk menggugurkan kandungan yaitu dengan jalan
meminum ramuan atau dengan jalan dipijat oleh seorang dukun. Karena
perkembangan jaman dan juga karena ditentang agama atau adat maka kedua cara
tersebut di atas sudah ditinggalkan orang dan merupakan suatu perbuatan yang
dilarang.
Ketiga, dengan cara mencegah atau mengatur kehamilan. Dalam mencegah
dan mengatur kehamilan ini dengan menggunakan alat. Ada dua cara yang
dilakukan orang untuk mencegah dan mengatur terjadinya kehamilan yaitu dengan
alat kontrasepsi, dan tanpa alat, misalnya dengan azal, pantang berkala. Usaha
ketiga ini yang banyak dilakukan orang sampai sekarang, yaitu dengan cara
mencegah atau mengatur kehamilan.
1. Keluarga Berencana di Inggris
Keluarga Berencana mula-mula timbul dari kelompok orang-orang yang
menaruh perhatian kepada masalah KB, yaitu pada awal abad XIX di Inggris,
Keluarga Berencana mulai dibicarakan orang.
Pada masa abad XIX sebagian besar kaum pekerja buruh di kota-kota besar
di Inggris mengalami kesulitan dan keadaan hidupnya sangat buruk. Mereka
sangat kekurangan, miskin dan melarat. Hal ini sebagai akibat dari adanya
undang-undang perburuhan yang belum sempurna, jaminan sosial buruh tidak
mendapatkan perhatian dan jam kerja buruh tidak dibatasi, sehingga hal ini
menambah keadaan keluarga buruh sangat menderita. Di samping itu yang
sangat menyolok adanya waktu untuk istirahat dan rekreasi atau hiburan pada
buruh sama sekali hampir tidak ada. Salah satu hiburannya di waktu istirahat di
rumah hanyalah ketemu keluarganya. Dengan kata lain bahwa hiburan para
buruh ketika itu satu-satunya hanyalah dengan istri.
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 52

Keadaan keluarga kaum pekerja buruh seperti di atas banyak dijumpai oleh
seorang yang bernama Marie Stoppes. Marie Stoppes banyak mengetahui
keadaan keluarga kaum buruh di Inggris itu karena ia seorang bidan di Inggris
dan pekerjaannya mengadakan kunjungan-kunjungan rumah keluarga untuk
buruh-buruh, sehingga ia benar-benar mengetahui dan mengalami sendiri
keadaan keluarga yang sangat menyedihkan itu ditambah lagi banyak anak.
Melihat kenyataan ini timbullah ide dari Maria Stoppes untuk memperbaiki
keadaan keluarga-keluarga buruh tersebut. Salah satu jalan yang ditempuh
memberikan pertolongan pada keluarga. Stoppes yang hidup pada kurun 1880
1950 merasa prihatin dengan kehidupan kaum buruh di Inggris saat itu.
kehidupan kaum buruh di Inggris kala itu sungguh jauh dari standar layak.
Sungguh menyedihkan, selain kemiskinan, mereka pun memiliki banyak
anak. Itu yang dilihat oleh Marie Stoppes yang juga seorang bidan.
Keprihatinan Stoppes membuahkan pemikiran bahwa salah satu jalan yang bisa
memperbaiki keadaan dan kehidupan para buruh tersebut adalah dengan
melakukan pengaturan kelahiran. Saat itu di Inggris sudah dikenal pemakaian
kondom. Selain itu, Stoppes juga memberikan pengetahuan kepada para buruh
tersebut tentang cara pantang berkala.
2. Keluarga Berencana di Amerika Serikat
Margareth Sanger adalah, seorang juru rawat di Amerika yang pertama
kali menggagas program pengendalian penduduk. Margareth yang hidup
antara rentang waktu 1883-1966 mencanangkan program Birth Control. Pada
tahun 1912, Margareth bertemu dengan sebuah kasus menghadapi seorang ibu
muda yang berusia 20 tahun bernama Saddie Sachs. Saddie adalah seorang
yang sengaja menggugurkan kandungannya karena dia tidak menginginkan
anak lagi.
Karena adanya perasaan putus asa dalam merasakan derita pahit getirnya
kehidupan dan juga ketidak-tahuannya, Saddie Sachs telah nekad melakukan
pengguguran kandungannya dengan paksa, sehingga ia harus dirawat di rumah
sakit selama beberapa hari. Atas perawatan dokter dan juru rawat (termasuk
Margareth Sanger), maka Saddie Sachs sembuh, dan dokter menganjurkan
supaya ia jangan hamil lagi, sebab bila hamil lagi akan membahayakan

Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia


| 53

jiwanya. Mendengar nasehat dokter yang demikian itu Saddie Sachs menjadi
bingung apa yang harus dilakukan, pada hal ia sudah tidak ingin hamil lagi.
Suatu ketika Saddie Sachs memberanikan diri bertanya kepada dokter
yang merawatnya mengenai bagaimana caranya agar supaya ia tidak hamil
lagi. Dengan nada sendau gurau dokter menjawab bahwa Jack Sachs (suami
Saddie) disuruh tidur di atas atap. Mendengar jawaban dari dokter tersebut ia
merasa tidak puas, dan ia bertanya kepada Margareth Sanger, tetapi sayang
Margareth Sanger tidak dapat memenuhi permintaan serupa itu selain hanya
menghibur saja, karena memang ia sendiri tidak tahu apa yang harus
diperbuat.
Tiga bulan kemudian suami Saddie Sachs memanggil Margareth Sanger
karena istrinya sakit kembali dan dalam keadaan yang sangat kritis. Ternyata
penederitaan Saddie Sachs seperti yang lalu bahkan lebih berat lagi, sehingga
sebelum dokter datang menolong, ia meninggal dunia di atas pangkuan
Margareth Sanger sebagai akibat pengguguran kandungan yang disengaja
yang ia lakukan sendiri secara nekad.
Dengan rasa sedih dan kecewa Margareth Sanger menyampaikan katakata kepada beberapa dokter yang sempat ia kumpulkan, lebih kurang
demikian: Wahai para dokter yang budiman, lihatlah dengan penuh perhatian
apa yang ada dipangkuan ini. Ia adalah seorang ibu, seorang istri yang sah dari
seorang suami. Ia telah menjadi korban dari ketidak mengertian dari pihak
suami maupun dari pihak orang-orang yang lebih mengerti terutama anda
sekalian para dokter. Sebagai ibu mustahil ia akan melakukan perbuatan nekat
yang membahayakan jiwanya, apabila tidak dilandasi oleh suatu motif yang
kuat.
Motif tersebut ialah ia tidak menghendaki suatu kehamilan atau kelahiran
yang ia tidak ingini. Hal ini ia telah kemukakan pada waktu persalinan
terdahulu, sebagai seorang manusia, ia berhak untuk mengatur sedemikian
rupa. Namun ketidak acuhan dan ketidak mengertianlah akhirnya merenggut
jiwanya. Marilah, wahai para dokter, berbuatlah sesuatu sejak saat ini belajar
dari pengalaman yang pahit ini.
Sejak peristiwa tersebut ia bergerak hatinya untuk lebih giat
memperjuangkan cita-citanya dibidang emansipasi wanita khususnya di sektor
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 54

pengaturan kehamilan. Dari pengalaman-nya sebagai juru rawat, Margaret


Sanger cukup mengetahui kebutuhan ibu-ibu untuk tidak memiliki anak
banyak karena alasan ekonomi, kesehatan dan sosial.
Terkadang, ibu-ibu yang dia hadapi tersebut putus asa dan kemudian
menemui ajalnya sebagai akibat aborsi yang dilakukan mereka. Dari
pengalamannya tersebut, kemudian ia terjun dalam gerakan Birth Control di
Amerika.
Program Birth Control yang digagasnya banyak mengalami tentangan dari
beberapa pihak. Namun Margareth tetap gigih dan tidak putus asa. Ia
mengajak para dokter dan juga bidan untuk bergabung dalam pergerakan
tersebut. Ia pun kemudian belajar ke eropa mengenai alat kontrasepsi, dan
menerbitkan sebuah buku berjudul Family Limitation. Penerbitan buku
tersebut mendapat tentangan dari berbagai kalangan. Margareth kemudian
ditangkap (meskipun akhirnya dibebaskan kembali) setelah menerbitkan buku
tersebut.
Margareth Sanger terus memperjuangkan program Birth control di
Amerika. Dia membuka klinik birth control pertama disana. Hal ini mendapat
tentangan dari tokoh-tokoh setempat. Namun Margareth tidak putus asa.
Meskipun dia ditangkap beberapa kali, Margareth terus berjuang. Hingga
akhirnya perjuangan Margareth mulai menampakkan hasil.
Pada tahun 1921, kongres nasional pengaturan kelahiran pertama akhirnya
diselenggarakan di Amerika. Hasilnya dibentuklah American Birth Control
League. Dan Margareth Sanger diangkat sebagai ketuanya. Selanjutnya pada
tahun 1923 mulai dibuka biro klinik pengaturan kelahiran. Hal ini membuka
jalan terhadap pembukaan ratusan klinik sejenis di Amerika.
Margareth Sanger tidak membatasi perjuangan di dalam Birth Control di
America saja, tetapi ia mengembangkan dan mengorbankan gagasannya
dengan terus menerus ke seluruh dunia. Di samping keberaniannya yang luar
biasa sebagai pembaharuan sosial, ia mempunyai pandangan jauh ke depan
dan kemampuan mengorganisasi yang besar. Terbukti ia mengorganisasikan
konferensi internasional pada tahun 1925 di New York yang menghasilkan
pembentukan International Federation of Birth Control Leagues. Atas
inisiatifnya juga mengadakan World Population Conference di Jenewa pada
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 55

tahun 1927. Dari konferensi yang bersejarah ini timbul dua organisasi
keilmuan, yaitu; International Women for Scientific Study for Population dan
International Medical Group for the Investigation of Contraception.
Pada tahun 1948 ia turut aktif di dalam pembentukan International
Committee on Planned Parenthood. Sebagai kelanjutannya di dalam
konferensi di New Delhi dalam tahun 1952 diresmikan berdirinya
International Planned Parenthood Federation (IPPF) di bawah pimpinan
Margareth Sanger dan Lady Rama Rau dari India.
Margareth Sanger terus berusaha mencapai tujuan dan melanjutkan ideidenya. Ia selalu mengajak rekan-rekannya yang berada di dalam negerinya
sendiri dari dari para bidan-bidan sampai dokter yang sesuai dengan usahausahanya itu. Sehingga dari hasil kerja sama itu, usaha Margareth Sanger
berkembang terus sampai ke seluruh dunia termasuk di Indonesia.

Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia


| 56

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
KB merupakan salah satu program yang direncanakan oleh pemerintah untuk
menekan laju pertumbuhan penduduk dengan cara mengatur jumlah dan jarak
kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
Sasaran KB ada 2 yaitu Sasaran Langsung dan SasaranTidak Langsung. Sasaran
Langsung ditujukan untuk pasangan usia subur yaitu pasangan yang wanitanya
berusia antara 15 - 49 tahun, sedangkan SasaranTidak Langsung adalah Kelompok
remaja usia 15 - 19 tahun, Organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan,
instansi-instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim ulama,
wanita, dan pemuda), yang diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam
pelembagaan NKKBS, Sasaran wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk yang
tinggi.
Manfaat Usaha KB dipandang dari segi kesehatan untuk peningkatan dan
perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi akibat kehamilan
yang dialami wanita.
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur
yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari

Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia


| 57

kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat


adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma.
Akseptor KB menurut sasarannya terbagi menjadi tiga fase yaitu
a. Fase menunda kehamilan
d. Fase mengatur/menjarangkan kehamilan
e. Fase mengakhiri kesuburan/tidak hamil lagi
Syarat-syarat Kontrasepsi sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.

Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya


Efek samping yang merugikan tidak ada
Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan
Tidak mengganggu hubungan persetubuhan
Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat selama

pemakaiannya
f. Cara penggunaannya sederhana
g. Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas
h. Dapat diterima oleh pasangan suami istri
Cara-cara kontrasepsi dapat dibagi menjadi beberapa metode :
a.
b.
f.
g.
h.

Pembagian menurut jenis kelamin pemakai


Menurut pelayanannya
Pembagian menurut efek kerjanya
Pembagian menurut cara kerja alat/cara kontrasepsi
Pembagian umum dan banyak dipakai
Program KB di Indonesia dimulai sekitar tahun 1957. Pada tahun tersebut

didirikan Perkumpulan Keluarga Berencana (PKB). Pada saat itu program KB masuk
ke Indonesia melalui jalur urusan kesehatan (bukan urusan kependudukan).
Kemudian pada tahun 1970 resmilah program KB menjadi program pemerintah
dengan ditandai pencanangan hari keluarga nasional pada tanggal 29 Juni 1970.
Pada masa abad XIX sebagian besar kaum pekerja buruh di kota-kota besar di
Inggris mengalami kesulitan dan keadaan hidupnya sangat buruk. Keprihatinan
Stoppes membuahkan pemikiran bahwa salah satu jalan yang bisa memperbaiki
keadaan dan kehidupan para buruh tersebut adalah dengan melakukan pengaturan
kelahiran. Saat itu di Inggris sudah dikenal pemakaian kondom. Selain itu, Stoppes
juga memberikan pengetahuan kepada para buruh tersebut tentang cara pantang
berkala.
Margareth yang hidup antara rentang waktu 1883-1966 mencanangkan
program Birth Control. Pada tahun 1912, Margareth bertemu dengan sebuah kasus
menghadapi seorang ibu muda yang berusia 20 tahun bernama Saddie Sachs. Saddie
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 58

adalah seorang yang sengaja menggugurkan kandungannya karena dia tidak


menginginkan anak lagi.
Program Birth Control yang digagasnya banyak mengalami tentangan dari
beberapa pihak. Margareth Sanger terus memperjuangkan program Birth control di
Amerika. Dia membuka klinik birth control pertama disana.
Pada tahun 1921, kongres nasional pengaturan kelahiran pertama akhirnya
diselenggarakan di Amerika. Hasilnya dibentuklah American Birth Control League.
Dan Margareth Sanger diangkat sebagai ketuanya.
4.2 Saran
Progam KB sangat berperan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Menjamin akses ke layanan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk pelayanan
strategi penting untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan perempuan dan
mengurangi kemiskinan. Selain sebagai upaya pengendalian pertumbuhan penduduk,
keluarga berencana tidak hanya ditujukan untuk mencegah kematian ibu, bayi, dan
anak, KB juga untuk memberdayakan perempuan sehingga terlibat penuh dalam
pembangunan sosial ekonomi. Untuk itu sebagai tenaga kesehatan perlu ikut serta
berpartisipasi dalam progam ini, misalnya dengan mengadakan penyuluhan tentang
program KB.

Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia


| 59

DAFTAR PUSTAKA
Wilopo,siswanto agus. keluarga berencana : pilihan dan tantangan untuk Negara sedang
berkembang dan Indonesia.(2014).Ketua progam studi pasca sarjana S2, ilmu kesehatan
masyarakat, fakultas kedokteran, universitas gajahmada Yogyakarta, 1-12
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: yayasan
bina

pustaka sarwono prawirohardjo.

Arjoso, S. Rencana Strategis BKKBN. Maret, 2005.


wilopo,siswanto agus. keluarga berencana : pilihan dan tantangan untuk Negara sedang
berkembang dan Indonesia.(2014).Ketua progam studi pasca sarjana S2, ilmu kesehatan
masyarakat, fakultas kedokteran, universitas gajahmada Yogyakarta, 1-12

Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Editor, BiranAffandi, dkk.Ed. 3, Cetakan


kedua. PT BinaPustakaSarwonoPrawirohardjo, Jakarta. 2012

Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia


| 60

Anda mungkin juga menyukai