PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah utama kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan
tidak merata. Hal ini diimbangi dengan masalah lain, yaitu angka fertilitas dan angka
mortalitas yang relatif tinggi. Kondisi ini tidak menguntungkan dari segi pembangunan
ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari kualitas pendidikan penduduk yang masih rendah dan
angka ketergantugan yang cukup tinggi sehingga penduduk dianggap lebih sebagai beban
dari modal pembangunan. Melihat hal tersebut pemerintah berusaha membuat suatu
kebijakan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk mengenai pentingnya suatu
keluarga melakukan pengaturan pembatasan jumlah anak.
Mewujudkan derajat Kesehatan Ibu yang setinggi-tingginya adalah salah satu agenda
pembangunan yang tercakup dalam Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium
Development Goals (MDGs). Target 5a MDGs menyatakan sasaran untuk mengurangi
tiga per empat Angka Kematian Ibu (AKI) dalam kurun waktu 1990 sampai 2015,
sementara Target 5b adalah tercapainya akses universal terhadap layanan Kesehatan
Reproduksi. Ada 4 parameter yang digunakan untuk menilai akses terhadap layanan
Kesehatan Reproduksi, yaitu Kesertaan Aktif Keluarga Berencana (Contraceptive
Prevalence Rate,CPR), Tingkat Kelahiran pada Remaja pada remaja perempuan usia 1519 tahun ( , ASFR usia 15-19 tahun), Cakupan Pelayanan Antenatal, dan unmet need.
Untuk memenuhi komitmen internasional dalam mencapai target MDGs pada tahun
2015, Pemerintah Republik Indonesia merencanakan dan melaksanakan upaya
pembangunan secara bertahap dan berkesinambungan yang dituangkan dalam Rencana
Pembangunan Indonesia (SDKI) Tahun 2012 menunjukkan bahwa hasil pembangunan
yang telah dicapai masih relatif jauh dari target yang ditetapkan, baik target RPJMN
tahun 2010-2014 maupun target MDGs tahun 2015.
Tabel berikut ini menyajikan target pembangunan Kesehatan Ibu dan hasil yang telah
dicapai sampai tahun 2012. Dengan sisa waktu 2 tahun, dibutuhkan upaya khusus yang
sungguh-sungguh untuk mendekati pencapaian target MDGs pada tahun 2015.
Tabel 1.1
Target pencapaian pembangunan bidang kesehatan ibu di Indonesia.
Indikator
5.1
Acuan
tahun 1991
(Per 390
AKI
tahun 2014
118
Tahun 2015
102
100,000kelahira
2012
359
(SDKI 2012)
n hidup)
5.2 Pertolongan 40,70%
persalinan
MDGs Pencapaian
90%
90%
oleh
83,1%
(SDKI 2012)
tenaga kesehatan
terlatih.
5.3 CFR pada 49,7%
66%
perempuan
57,9&
(SDKI 2012)
30
30
48
(SDKI 2012)
remaja
perempuan usia
15-19 tahun.
5.5
Cakupan
pelayanan
antenatal
- Kunjungan
75%
95%
95%
95,7%
- 4 Kunjungan
56%
90%
90%
(SDKI 2012)
73,5%
12,7 %
6,5%
5%
(SDKI 2012)
8,5%
(SDKI 2012)
AKI adalah indikator dampak dari berbagai upaya yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat Kesehatan Ibu. Kematian ibu tidak akan terjadi tanpa adanya
kehamilan. Oleh karena itu kehamilan merupakan determinan proksi dari kematian ibu, di
samping komplikasi kehamilan dan persalinan. Untuk menurunkan kejadian kematian
ibu, kehamilan perlu diatur sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pada kondisi yang
berisiko tinggi untuk mengalami komplikasi. Kehamilan, misalnya, seharusnya tidak
terjadi pada kondisi 4 Terlalu, yaitu terlalu muda, terlalu sering, terlalu banyak dan
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
|2
terlalu tua. Dalam konteks inilah Program Kependudukan dan Keluarga Berencana
(Program KKB) dan khususnya Pelayanan Keluarga Berencana memiliki peran penting.
Dari 6 indikator Kesehatan Ibu yang menjadi target RPJMN Tahun 2010-2014 maupun
MDGs Tahun 2015, dua diantaranya berkaitan dengan Pelayanan KB, yaitu CPR dan
unmet need. Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa pencapaian kedua indikator tersebut
juga masih jauh dari yang diharapkan.
Banyak hal yang menyebabkan pencapaian Pelayanan KB belum sesuai harapan.
Salah satunya adalah berkurangnya jumlah petugas lapangan KB Berencana sehingga
menyebabkan pembinaan kesertaan ber-KB menjadi terbatas, jangkauan Pelayanan KB
tidak merata, dan belum optimalnya kualitas Pelayanan KB. Kegiatan advokasi untuk
memberikan pemahaman tentang pentingnya KB kepada berbagai pemangku kepentingan
juga belum menghasilkan komitmen yang kuat untuk mendukung penyelenggaraan
Pelayanan KB. Selain itu kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang
dilakukan kepada masyarakat belum mampu mengubah nilai tentang jumlah anak ideal
yang diinginkan maupun perilaku masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kontrasepsi
sesuai kebutuhan.
Melemahnya struktur organisasi dan menurunnya ketersediaan sumber daya untuk
Program KKB di daerah pada gilirannya mengakibatkan menurunnya kinerja Program
KKB. Kegiatan advokasi, KIE dan konseling tidak dilaksanakan sebagaimana seharusnya,
sehingga terjadi perubahan nilai pada masyarakat tentang jumlah anak ideal, yang
kemudian menyebabkan menurunnya permintaan terhadap Pelayanan KB. Melemahnya
kegiatan advokasi juga menyebabkan menurunnya dukungan dan partisipasi berbagai
pemangku kepentingan terhadap penyelenggaraan Pelayanan KB. Perlu dilakukan
langkah-langkah terobosan yang tajam untuk memperbaiki situasi ini. Di satu sisi,
penyediaan Pelayanan KB perlu ditingkatkan ketersediaan, keterjangkauan dan
kualitasnya, sementara di sisi lain permintaan masyarakat akan Pelayanan KB juga perlu
ditingkatkan.
Pada tahun 2014 akan dilaksanakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai
pemenuhan amanat Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013
tentang Jaminan Kesehatan menyatakan bahwa manfaat pelayanan promotif dan preventif
meliputi pemberian pelayanan penyuluhan kesehatan perorangan, imunisasi dasar, KB
dan skrining kesehatan. Ditegaskan bahwa Pelayanan KB yang dijamin meliputi
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
|3
Dalam pembuatan makalah ini penulis membatasi pembahasan konsep dasar dan sejarah
perkembangan KB di Indonesia dan dunia..
1.6 Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini adalah metode studi
kepustakaan dengan mempelajari buku-buku atau literatur yang berkaitan dengan konsep
dasar dan sejarah perkembangan KB di Indonesia dan dunia..
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB II
TINJAUAN TEORI
KONSEP DASAR KB
2.1
Keluarga
Berencana
(KB)
merupakan
salah
satu
usaha
Dengan Program Keluarga Berencana Nasional saat ini baru dilakukan salah
satu saja dari usaha keluarga berencana, yakni penjarangan kehamilan dengan
pemberian alat kontrasepsi. Peran Keluarga Berencana (KB) sangat penting, hal
ini bukan saja dilihat dari segi bahwa KB dapat menekan laju peningkatan
penduduk, tetapi KB juga berperan untuk menurunkan angka kematian ibu dan
bayi. Perkembangan laju peningkatan penduduk di Indonesia dewasa ini kurang
menggembirakan. Demikian pula halnya di masa yang akan datang. Tanpa
adanya usaha-usaha pencegahan perkembangan laju peningkatan penduduk yang
pesat, usaha-usaha di bidang pembangunan ekonomi dan sosial yang telah
dilaksanakan dengan maksimal akan tidak bermanfaat.
B. Tujuan KB
Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan:
a) Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan
menekan laju pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini tentunya akan
diikuti dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate)
dari 2,87 menjadi 2,69 per wanita (Hanafi, 2002). Pertambahan penduduk
yang
tidak
terkendalikan
akan
mengakibatkan
kesengsaraan
dan
c)
d)
yang
cukup
tinggi
dalam
membentuk
e)
sandang,
pangan,
papan,
(Suratun, 2008).
Nomor
249/PER/E1/2011
tentang
reproduksinya. Sehingga
Pengertian
Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)
2.
Jenis-jenis Akseptor KB
a.Akseptor Aktif adalah: Akseptor yang ada pada saat ini menggunakan
salah satu cara/alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau
mengakhiri kesuburan.
b. Akseptor Aktif Kembali adalah : Pasangan Usia Subur yang telah
menggunakan kontrasepsi selama tiga bulan atau lebih yang tidak
diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara alat
kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
|9
belum didanai oleh Pemerintah. Ketidak tersediaan pilihan yang luas akan
mempersempit akses dan akan menurunkan prevalensi pengguna kontrasepsi.
Kepuasan peserta KB akan tinggi apabila dapat terpenuhi pilihannya. Karena
pilihan memuaskan peserta maka penggunaan kontrasepsi dapat dilakukan
dengan penuh motivasi sehingga bertahan lebih lama. Namun pada
kenyataannya, termasuk di Indonesia pilihan kontrasepsi tersebut seringkali
terbatas akibat kebijakan pada pilihan jenis-jenis kontrasepsi tertentu (missal
belum menyediakan pil pasca persalinan) dan karena faktor logistic dan distribusi
yang buruk di sektor publik. Oleh karena itu, pilihan yang luas tidak hanya
tergantung pada kebijakan nasional, akan tetapi faktor pelayanan dan pengaruh
petugas pelayanan di lapangan yang menentukan pelaksanaan kebijakan tersebut.
Pilihan yang luas tentang berbagai jenis kontrasepsi seringkali sengaja tidak
dipromosikan dalam program karena per-. Pilihan dan Ketersediaan Kontrasepsi
di dunia dan Indonesia. timbangan demografis6. Pendapat umum seringkali
menganggap bahwa non-MKJP tidak efektif, atau bahkan dianggap tidak ada
gunanya. Sebagai contoh, seseorang yang sudah menjatuhkan pilihan setelah
mendapat informasi lengkap tentang kontrasepsi kemudian memilih metode
tradisional akan dibiarkan tanpa bimbingan. Demikian juga upaya-upaya untuk
mendorong keberlanjutan penggunaan metode jangka pendek, misalnya pill dan
injeksi akhir-akhir ini ditinggalkan di Indonesia. Metode hormonal jangka
pendek telah divonis buru, atau sebagai upaya yang tidak mendapat simpati
oleh pemangku kebijakan. Padahal, sebagain besar peserta KB di Indonesia
tergantung metode non-MKJP. Pendapat tersebut tentu salah karena:
1. Setiap perempuan yang sedang tidak ingin hamil maka penggunaan metode
kontrasepsi adalah lebih baik disbanding tidak menggunakan sama sekali,
2. Bagi perempuan yang sudah tidak ingin hamil lagi memang penggunaan
MKJP lebih baik dibanding metode lainnya, dan
3. Apabila efektifitas non-MKJP ditengerai sangat rendah (use-effectiveness),
tidak semua angka tersebut mendekati angka efektifitasnya secara teoritis
(theoretical effectiveness).
Atas dasar ketiga alasan tersebut, pemangku kebijakan dan pemberi pelayanan
harus mampu menjelaskan: rasionalitas penggunaan kontrasepsi sesuai tujuan
pengaturan kelahiran (menunda, menjarangkan dan menghentikan); kondisi lain
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 11
Kontrasepsi
1. Pengertian
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 12
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel
telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud
dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu,
berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan
kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan keduaduanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan
(Suratun, 2008).
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan
kontrasepsi merupakan variabel yang mempengaruhi fertilitas (Prawirohardjo,
2005 B)
Kontrasepsi atau antikonsepsi (conception control) adalah cara untuk
mencegah terjadinya konsepsi, alat atau obat-obatan (Mochtar, 1998).
Tantangan utama program KB adalah penggunaan metode kontrasepsi
jangka panjang (MKJP). MKJP adalah sterilisasi wanita dan pria, IUD dan
Implan yang memiliki efektivitas secara teoritis yang cukup tinggi dibanding
metode lainnya. Selain itu, MKJP dianggap memiliki kelangsungan
penggunaan yang terbaik. Oleh karena itu, dalam kondisi stalling fertilitas
maka pilihan terhadap MKJP dianggap satu-satunya jawaban jitu untuk
meningkatkan dampak demografis program KB, yaitu penurunan angka
fertilitas. Sebagai akibatnya, efektifitas penggunaan kontrasepsi hanya dilihat
dari sudut pandang yang sempit (demografis) tanpa mempertimbangkan hakhak
reproduksi,
kebebasan
memilih
jenis
kontrasepsi
dan
benefit
memiliki kebebasan dan memilih atas dasar informasi yang lengkap (informed
choice). Pertimbangan inilah yang seharusnya menjadi landasan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kontrasepsi yang perlu dilakukan untuk
menjawab kondisi stalling fertilitas. Makalah ini akan membahas pilihan dan
tantangan program KB untuk negara sedang berkembang dan Indonesia.
Data SDKI 20022003 menggambarkan bahwa 57% wanita berstatus kawin
saat ini memakai kontrasepsi cara KB modern dan 4% memakai cara
tradisional. Persentase wanita memakai kontrasepsi telah meningkat dari 50%
di tahun 1991 dan dari 57% di tahun 1997. Alat kontrasepsi yang paling
banyak dipakai adalah suntikan (28%), pil (13%) dan IUD atau Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) sebanyak 6% menurut SDKI 1997
proporsi drop out peserta KB (discontinuation rate) adalah 24%. Alasan
penghentian antara lain adalah 10% karena efek samping/alasan kesehatan, 6%
karena ingin hamil lagi, dan 3% karena kegagalan. Sementara itu, kebijakan
Desentralisasi di Indonesia (merupakan pengalihan kewenangan pemerintah
pusat kepada pemerintah yang lebih rendah seperti Provinsi atau
kabupaten/kota) yang menyentuh bidang kesehatan dan telah dilaksanakan
sejak tahun 2001, berdampak juga terhadap kelangsungan pelayanan KB.
Sebelum era desentralisasi, pelayanan KB dikelola BKKBN dari pusat
sampai ke daerah. Pemberian kewenangan untuk mengatur sendiri
pelaksanaan kegiatan di berbagai sektor pemerintahan baik Provinsi maupun
kabupaten/kota telah melahirkan berbagai kebijakan yang berbeda satu daerah
dengan lainnya. Salah satunya adalah penetapan lembaga kedinasan sesuai PP
8 tahun 2003 di Kabupaten/Kota yang mengakibatkan berbagai variasi pada
kelembagaan Badan Koordinasi Keluarga Berencana. Dengan adanya
perubahan struktur organisasi sesuai PP 8 tahun 2003. Maka akses informasi.
keluarga berencana (KB) yang diterima oleh pasangan usia subur (PUS), dan
remaja terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan Sehingga perlu
peningkatan kecermatan Kebijakan Keluarga Berencana, agar akses informasi
keluarga berencana (KB) yang diterima oleh pasangan usia subur (PUS), dan
Remaja terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan dapat
menurunkan angka kematian ibu dan bayi, pada akhirnya juga dapat menekan
laju pertumbuhan penduduk di Indonesia.
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 14
Dibeberapa
Negara
sedang
berkembang,
tujuan
internasional
angka
fertilitas.
namun
perlu
dicatat
bahwa
dengan
berkembangnya teknologi kontrasepsi yang disertai dengan perubahanperubahan sistim pelayanan kesehatan, termasuk sumberdaya manusia
kesehatan dan sistim distribusi alat dan obat kontrasepsi, maka telah terjadi
pergeseran pengguna jenis kontrasepsi dari tahun-ketahun. Pergeseran tersebut
disatu sisi cukup memprihatinkan karena meningkatnya pengguna metode
kontrasepsi hormonal dengan jangka pendek. Disisi lain, pergeseran tersebut
merupakan bukti bahwa semakin bervariasinya ketersediaan jenis kontrasepsi
berkaitan dengan semakin tingginya jumlah pengguna kontrasepsi. Jumlah
pengguna kontrasepsi secara keseluruhan meningkat karena tersedia metode
hormonal (misal injeksi dan implant) yang sebelumnya tidak ada. Artinya,
apabila metode tersebut tidak ada, maka kemungkinan besar pengguna
kontrasepsi tidak meningkatnya sepesat angka kecenderungan yang ada dalam
20 tahun terkahir ini. Dominasi penggunaan cara ber KB dengan metode
hormonal bukan satu-satunya cara untuk menilai keberhasilan program KB.
Dominasi tersebut juga bukan satu-satunya akar penyebab tidak menurunnya
angka fertilitas di Indonesia. Menurut Bongaart, penurunan fertilitas yang
mandeg (stalling fertility) dipengaruhi oleh 6 faktor-faktor utama, yaitu:
proporsi kawin, ketidak suburan pasca melahirkan karena laktasi, aborsi,
ketidak suburan karena secara patologis, dan penggunaan kontrasepsi5. Oleh
karena itu, meskipun penggunaan kontrasepsi menjadi determinan utama
penurunan fertilitas, faktor-faktor lain harus mendapat perhatian dalam
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 16
program KB. Variasi tersebut telah terbukti menjadi penentu dari perbedaan
fertilitas antar Negara sedang berkembang dengan Negara maju.
2. Akseptor KB menurut sasarannya
Akseptor KB menurut sasarannya terbagi menjadi tiga fase yaitu
a. Fase menunda kehamilan
Masa menunda kehamilan pertama, sebaiknya dilakukan oleh pasangan
yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Karena umur dibawah 20
tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu karena
berbagai alasan. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi
dengan pulihnya kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan
dapat terjamin 100%. Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum
mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan
yang disarankan adalah pil KB, AKDR dan cara sederhana.
b. Fase mengatur/menjarangkan kehamilan
Periode usia istri antara 20-30 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran
adalah 24 tahun. Umur terbaik bagi ibu untuk melahirkan adalah usia
antara 20-30 tahun. Kriteria kontrasepsi yang perlukan yaitu: efektifitas
tinggi, reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya
anak lagi, dapat dipakai 34 tahun sesuai jarak kelahiran yang
direncanakan, serta tidak menghambat produksi air susu ibu (ASI).
Kontrasepsi yang cocok dan disarankan menurut kondisi ibu yaitu : AKDR,
suntik KB, Pil KB atau Implan
c. Fase mengakhiri kesuburan/tidak hamil lagi
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30
tahun tidak hamil lagi. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan
kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi
kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko
tinggi bagi ibu dan anak. Disamping itu jika pasangan akseptor tidak
mengharapkan untuk mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan
disarankan adalah metode kontap, AKDR, Implan, Suntik KB dan Pil KB
(Suratun, 2008).
3. Syarat-Syarat Kontrasepsi
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 17
Kontrasepsi Alamiah
A. Kalender (Pantang Berkala)
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode
kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri
dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa
subur/ovulasi.
Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan sebagai
berikut:
1. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
2. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
3. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam
penerapannya.
4. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
5. Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender
menghindari
resiko
kesehatan
yang
berhubungan
dapat
dengan
kontrasepsi.
6. Tidak memerlukan biaya.
7. Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.
a. Efektifitas
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan
benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami
istri harus mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita
tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam
kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif
bila digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan
penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan di Sidney, metode kalender
akan efektif
2.
3.
dicegah.
Manfaat Kontrasepsi
Efektif bila digunakan dengan benar
a. Tidak mengganggu produksi ASI
b. Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya
c. Tidak Ada efek samping
d. Dapat digunakan setiap waktu
e. Tidak membutuhkan biaya Non Kontrasepsi
f. Meningkatkan keterlibatan pria dalam keluarga berencana
g. Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan
pengertian yang sangat dalam.
Keterbatasan
Efektifitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan
senggama terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4 18
kehamilan per 100 perempuan per tahun). Efektifitas akan jauh
hubungan
seksual,
suami
harus
C.
luar vagina.
d. Pastikan tidak ada tumpahan sperma selama senggama.
e. Pastikan suami tidak terlambat melaksanakannya.
f. Senggama dianjurkan tidak dilakukan pada masa subur.
Lendir servic
Metode lendir servic atau ovulasi billings ini dikembangkan oleh Drs.
John, Evelyn Billings dan Fr Maurice Catarinich di Melbourne, Australia
dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Metode ini tidak menggunakan
obat atau alat, sehingga dapat diterima oleh pasangan taat agama dan
budaya yang berpantang dengan kontrasepsi modern. Metode mukosa
serviks atau metode ovulasi merupakan metode keluarga berencana
alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi
dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva
1.
2.
Kelebihan
Metode mukosa serviks ini memiliki kelebihan, antara lain:
a. Mudah digunakan.
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 20
2.
1.
2.
3. Efektifitas Kondom
Pemakaian kontrasepsi kondom akan efektif apabila dipakai secara benar
setiap kali berhubungan seksual. Pemakaian kondom yang tidak konsisten
membuat tidak efektif. Angka kegagalan kontrasepsi kondom sangat
sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
B. Krim Jelly
Spermisida merupakan alat kontrasepsi sederhana yang mengandung zat
kimia untuk membunuh sperma, dimasukkan ke dalam vagina sebelum
melakukan hubungan seksual untuk mencegah kehamilan. Sebagai alat
kontrasepsi, spermisida dapat digunakan sendiri. Namun demikian, akan
jauh lebih efektif bila dikombinasikan dengan alat kontrasepsi lain seperti
kondom, diafragma, cervical caps ataupun spons. Bentuk spermisida
bermacam-macam, antara lain: aerosol (busa), krim dan jeli, vaginal
contraceptive film/tissue, maupun suppositoria.
Contraceptive Technology menyatakan bahwa angka kegagalan dari alat
kontrasepsi spermisida ini 18 persen per tahun apabila digunakan dengan
benar dan konsisten dan 29 persen apabila digunakan tidak sesuai petunjuk
dan kurang berkesinambungan.
C. Tisu KB
Cara pemakaian:
Sebelum membuka kemasan, terlebih dahulu cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir. Spermisida bentuk film/ tissue ini berupa kotak-kotak tipis yang
larut dalam serviks. Untuk menggunakannya, lipat film menjadi dua dan
kemudian letakkan di ujung jari. Masukkan jari Anda ke dalam vagina dan
dorong film ke dalam vagina mendekati serviks. Keadaan jari yang kering dan
cara memasukkan film secepat mungkin ke dalam vagina, akan membantu
penempelan dan jari tidak menjadi lengket. Tunggu sekitar 15 menit agar film
larut dan bekerja efektif.
D. Spermisida
Spermisida merupakan alat kontrasepsi sederhana yang mengandung zat
kimia untuk membunuh sperma, dimasukkan ke dalam vagina sebelum
melakukan hubungan seksual untuk mencegah kehamilan. Sebagai alat
kontrasepsi, spermisida dapat digunakan sendiri. Namun demikian, akan jauh
lebih efektif bila dikombinasikan dengan alat kontrasepsi lain seperti kondom,
diafragma, cervical caps ataupun spons. Bentuk spermisida bermacam-macam,
antara lain: aerosol (busa), krim dan jeli, vaginal contraceptive film/tissue,
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 23
waktu
kehamilan-kehamilan
berikutnya
sesuai
dengan
keinginan wanita. Berdasarkan atas bukti-bukti yang ada dewasa ini, pil itu
dapat diminum secara aman selama bertahun-tahun. Tetapi, bagi wanitawanita yang telah mempunyai anak yang cukup dan pasti tidak lagi
menginginkan kehamilan selanjutnya, cara-cara jangka panjang lainnya seperti
spiral atau sterilisasi, hendaknya juga dipertimbangkan. Akan tetapi, ada pula
keuntungan bagi penggunaan jangka panjang pil pencegah kehamilan.
Misalnya, beberapa wanita tertentu merasa dirinya secara fisik lebih baik
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 24
b.
endometrium
(lapisan
dalam
rahim)
sehingga
c.
sebelah kepala).
Efek Samping Pemakaian Pil
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 25
B.
2.
3.
2008).
Cara kerja KB suntik
a. Menghalangi ovulasi (masa subur)
b. Mengubah lendir serviks (vagina) menjadi kental
c. Menghambat sperma & menimbulkan perubahan pada rahim
d. Mencegah terjadinya pertemuan sel telur & sperma
e. Mengubah kecepatan transportasi sel telur.
Efek Samping
a. Siklus haid kacau
b. Perdarahan bercak (spotting), yang dapat berlangsung cukup lama.
c. Jarang terjadi perdarahan yang banyak.
d. Sering menjadi penyebab bertambahnya Berat Badan.
e. Bisa menyebabkan (tidak pada semua akseptor) terjadinya sakit
kepala, nyeri pada payudara, "moodiness", timbul jerawat dan
4.
d.
Dapat dipakai segala umur pada masa reproduktif
e.Tidak mengganggu laktasi (menyusui), baik dari segi kuantitas
maupun kualitas
f. Dapat dipakai segera setelah masa nifas
g. Meningkatkan kenyamanan hubungan suami-istri karena rasa aman
terhadap risiko kehamilan
h. Dapat dipakai segera setelah keguguran
i. Membantu mencegah terjadinya kehamilan di luar kandungan
C. Implant
Alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit lengan atas sebelah dalam
berbentuk kapsul silastik (lentur) panjangnya sedikit lebih pendek dan pada
batang korek api dan dalam setiap batang mengandung hormon levonorgestrel
yang dapat mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2006). Jenis Implant,
Jenis-jenis implant menurut Saifuddin (2006) adalah sebagai berikut :
a. Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm dengan diameter 2,4 mm, yang berisi dengan 36 mg levonorgestrel dan
lama kerjanya 5 tahun.
b. Implanon terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40
mm, dan diameter 2 mm, yang berisi dengan 68 mg 3 ketodesogestrel dan
lama kerjanya 3 tahun.
c. Jadena dan Indoplant terdiri dari 2 batang yang berisi dengan 75 mg
levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
D. IUD
IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang
dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan
selama periode tertentu. IUD merupakan cara kontrasepsi jangka panjang.
Nama populernya adalah spiral.
Jenis-jenis IUD di Indonesia
1) Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus
ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD
bentuk T yang baru. IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan
konsentrasi yang rendah selama minimal lima tahun. Dari hasil penelitian
menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan yang
tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini
adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan amenorhea.
2) Copper-7
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 27
permanen
yang
hanya
diperuntukkan bagi mereka yang memang tidak ingin atau boleh memiliki
anak (karena alasan kesehatan). Disebut permanen karena metode
kontrasepsi ini hampir tidak dapat dibatalkan (reversal) bila kemudian
Anda ingin punya anak. Pembatalan masih mungkin dilakukan, tetapi
membutuhkan operasi besar dan tidak selalu berhasil. Para ahli kebidanan
banyak merekomendasikan sterilisasi pada wanita yang berisiko tinggi
untuk hamil dan melahirkan lagi, misalnya karena beriwayat memiliki
komplikasi kehamilan dan melahirkan. Namun, tidak pada mereka yang
belum berusia 35 tahun. Pengalaman menunjukkan banyak perempuan
yang disterilkan lalu menyesali keputusannya.
a. Cara Sterilisasi
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 28
bersedia,
tantangan
program
semakin
berat
karena
harus
baru
yang
mengalami
mengalami
pemekaran
dan
perkembangan pesat.
b. Kedua, mempromosikan, mengadvokasi dan menjamin tersedianya
pelayanan KB untuk semua segmen penduduk, termasuk pria dengan
menyediakan fasilitas pelayanan MOP. Agar promosi dapat mencakup
semua segmen penduduk, kelompok remaja dan pria harus mendapat
penanganan secara khusus. Selain kebutuhan mereka berbeda, upaya
memperluas akses terhadap kelompok remaja dan pria mengundang
berbagai permasalahan yang sensitif dan perlu mendapat penanganan secara
khusus.
c. Ketiga, Pemerintah harus menjamin pelayanan KB berkualitas untuk sektor
swasta dan Pemerintah dengan upaya-upaya:
1) penjaminan jumlah dan jenis kontrasepsi yang tersedia di tempattempat pelayanan sesuai pilihan peserta dengan sistem logistik dan
distribusi kontrasepsi yang mengacu variasi kondisi daerah pelayanan,
2) meningkatkan mutu informasi tentang pengaturan kelahiran dan
kontrasepsi yang diterima oleh peserta, termasuk informasi tentang
efek samping, komplikasi, dan kegagalan serta penggunaan kontrasepsi
yang REE,
f. Keenam, tantangan yang amat penting ialah Pemberian KIE, konseling dan
pelayanan KB secara kontinyu pada daerahdaerah yang sulit dijangkau,
khususnya kebutuhan kontrasepsi dengan sistem logistik dan distribusi
yang sesuai dengan kebutuhan.
7. Hambatan
Infrastuktur pelayanan dan budaya masyarakat. Hambatannya adalah bahwa
daerah-daerah sulit terjangkau memiliki infrastruktur yang minimal (jumlah
klinik dan petugas kesehatan minimal) dan pendidikan serta budaya
masyarakatnya masih belum menerima dengan mudah tentang intervensi
kesehatan modern. Masih banyak sekelompok penduduk menentang perempuan
mengatur kelahirannya dengan kontasepsi. Apalagi menghadapi masalah remaja
yang sudah aktif seksual merupakan upaya yang sangat sulit karena akan
melawan budaya, anggama dan realitas sesunggunya. Penelitian di Nigeria
menunjukkan bahwa yang dianggap menjadi hambatan penggunaan kontrasepsi
ialah terjadinya efek samping (44%), ketidak pedulian (32,6%) misinformasi
(25,1%), miskonsepsi (22,0%), dan faktor kultural (20,3%)40. Sedangkan
prediktor penggunaan kontrasepsi modern termasuk pengetahuan tempat
pelayanan, persetujuan responden, pendidikan dan berstatus menikah.
Pengenalan perubahan perilaku dengan komunikasi menjadi faktor lain yang
diduga menjadi faktor pendongkrak penggunaan kontrasepsi modern di
negaranegara sedang berkembang, tidak terkecuali untuk Indonesia. Pembiayaan
pelayanan. Hampir semua negara sedang berkembang kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan kontrasepsinya untuk pendudukanya karena sebagian
besar masih belum memproduksi sendiri di dalam negerinya. Meskipun
demikian, hamper semua jenis kontrasepsi dapat di produksi di Indonesia. Selain
itu, produksi dalam negeri akan mengurangi ketergantungan import yang
seringkali mengancam ketersediaan atau logistic kontrasepsi. Bahkan negaranegara sedang berkembang seringkali menggantungkan diri kebutuhannya
kepada donor asing dengan komoditi kontrasepsi yang diimport dari Negara
maju, sehingga ketersediaan komoditi kontrasepsi di lapangan sangat tergantung
donor. Apalagi penyediaan metode jangka panjang selain IUD, pembiayaan yang
harus dikeluarkan pada awal penggunaan cukup tinggi sehingga menjadi
dilayani, kecuali daerah urban yang tersedia tenaga yang kompeten melayani
MKJP.
Oleh karena itu, hanya mempromosikan kontrasepsi MKJP adalah tidak tepat
dan bisa mengecoh prioritas peningkatan kualitas. Memang benar, idealnya
penggunaan MKJP harus dipromosikan, akan tetapi harus didasarkan pada
kenyataan bahwa menggeser permintaan non-MKJP ke MKJP tidak harus
dilandasi:
a) pemahaman tujuan ber-KB;
b) pemahaman REE; dan
c) ketersediaan fasilitas dan tenaga pelayanan MKJP.
Atas dasar kondisi tersebut, seharusnya prioritas utama dalam peningkatan
kualitas pelayanan ialah menjamin bahwa penggunaan injeksi dan pill dilayani
dan menggunakan kontrasepsi secara berkualitas, khususnya pengguna
kontrasepsi pemula pada pasangan usia muda. Kualitas pelayanan yang rendah
untuk kontrasepsi injeksi dan pil tersebut menjadi penyebab angka kelahiran
yang meningkat pada wanita usia 30 tahun dari tahun 2007 ke 2012. Kebijakan
untuk memberikan KIP dan koseling dalam rangka BCC belum berjalan dengan
baik yang diikuit dengan minimalnya ketersediaan materi-materi KIE tentang
penggunaan kontrasepsi di fasilitas pelayanan KB. Sebagaiakibatnya, alat
peraga untuk menjelaskan kegunaan setiap jenis kontrasepsi di fasilitas pelayaan
juga sangat minimal. Rendahnya kualitas pelayanan kontrasepsi juga ditandai
dengan masih rendahnya kesepakatan menggunakan kontrasepsi yang didasari
informasi lengkap yang diberikan oleh petugas pelayanan (informed consent).
Persentase wanita pengguna kontrasepsi yang diberitahu tentang efek samping,
atau masalah dari metode yang dipakai berupa sterilisasi, implant, suntik dan
pill masih dibawah 40 persen, sedangkan pengguna IUD baru 56,1% nya
memperoleh informasi tersebut. Persentase peserta KB yang diberitahu tenang
tindakan untuk mengatasi efek samping yang mungkin timbul pada pengguna
IUD adalah 52,7%, sedangkan metode lainnya hanya berkisar pada angka 30%.
Pelayanan oleh dokter dan rumah-sakit swasta paling tinggi dalam memberikan
informasi tersebut (mendekati 50%) dan pelayanan oleh pertugas lapangan KB,
pelayanan di Posyandu, Pos KB/PPKBD, dan apotik/toko obat hanya
memberikan informed consent kurang dari 25% dari semua peserta KB yang
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 37
untuk
menggunakan
kontrasepsi
sebagai
S.A.
Wilopo
benar
tentang
objek
yang
diketahui
dan
dapat
(membuat
bagan),
membedakan,
memisahkan,
pada
menggunakan
suatu
kriteria
kriteria-kriteria
yang
yang
ditentukan
telah
ada
sendiri
misalnya
atau
dapat
2.2
kontrasepsi yang berkualitas. Setiap orang harus dapat memilih kontrasepsi yang
disediakan sesuai dengan keputusannya. Di Indonesia, pilihan kontrasepsi hamper
semuanya telah disediakan oleh Pemerintah sehingga tren prevalensi penggunaan
kontrasepsi meningkat; dan penggunaan masing-masing jenis kontrasepsi bervariasi
sesuai dengan pilihan peserta dari waktu ke waktu.
Prevalensi penggunaan kontrasepsi tinggi pada Negara negara dengan pilihan
yang lengkap, misalnya tersedianya sterilisasi wanita dan pria, IUD, pill, injeksi
dan
kondom. Beberapa negara belum memberikan pilihan secara luas, misalnya India
metode kontrasepsi injeksi masih belum didanai oleh Pemerintah. Ketidak tersediaan
pilihan yang luas akan mempersempit akses dan akan menurunkan prevalensi
pengguna kontrasepsi. Kepuasan peserta KB akan tinggi apabila dapat terpenuhi
pilihannya. Karena pilihan memuaskan peserta maka penggunaan kontrasepsi dapat
dilakukan dengan penuh motivasi sehingga bertahan lebih lama. Namun pada
kenyataannya, termasuk di Indonesia pilihan kontrasepsi tersebut seringkali terbatas
akibat kebijakan pada pilihan jenis-jenis kontrasepsi tertentu (missal belum
menyediakan pil pasca persalinan) dan karena faktor logistic dan distribusi yang
buruk di sektor publik. Oleh karena itu, pilihan yang luas tidak hanya tergantung pada
kebijakan nasional, akan tetapi faktor pelayanan dan pengaruh petugas pelayanan di
lapangan yang menentukan pelaksanaan kebijakan tersebut. Pilihan yang luas tentang
berbagai jenis kontrasepsi seringkali sengaja tidak dipromosikan dalam program
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 44
penting. Kegiatan penyuluhan dan pelayanan masih terbatas dilakukan karena masih
ada pelarangan tentang penyebaran metode dan alat kontrasepsi.
Begitu memasuki orde baru, program KB mulai menjadi perhatian pemerintah.
Saat itu PKBI sebagai organisasi yang mengelola dan concern terhadap program KB
mulai diakui sebagai badan hukum oleh departemen kehakiman. Pemerintahan orde
baru yang menitik beratkan pada pembangunan ekonomi, mulai menyadari bahwa
program KB sangat berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi.
Kemudian pada tahun 1970 resmilah program KB menjadi program pemerintah
dengan ditandai pencanangan hari keluarga nasional pada tanggal 29 Juni 1970. Pada
tanggal tersebut pemerintah mulai memperkuat dan memperluas program KB ke
seluruh Indonesia.
Selama hampir 30 tahun program KB berjalan, dari tahun 1970-2000, baru
masyarakat Indonesia bisa menerima bahwa KB adalah kebutuhan. Berangsur-angsur
dari tahun ke tahun berkat kegigihan para pejuang KB pada masanya, masyarakat
negeri ini mulai sadar dan mengerti bahwa ternyata program KB bukanlah program
pembunuhan calon bayi. Namun program untuk mengatur kelahiran bayi supaya tidak
terlalu berdekatan dan tidak terlalu banyak.
Program KB di Indonesia dimulai sekitar tahun 1957. Pada tahun tersebut
didirikan perkumpulan Keluarga Berencana (PKB). Pada saat itu program KB masuk ke
Indonesia melalui jalur urusan kesehatan (bukan urusan kependudukan). Belum ada
political will dari pemerintah saat itu. program KB masih dianggap belum terlalu
penting. Kegiatan penyuluhan dan pelayanan masih terbatas dilakukan karena masih
ada pelarangan tentang penyebaran metode dan alat kontrasepsi.
Begitu memasuki orde baru, program KB mulai menjadi perhatian pemerintah.
Saat itu PKBI sebagai organisasi yang mengelola dan concern terhadap program KB
mulai diakui sebagai badan hukum oleh departemen kehakiman. Pemerintahan orde
baru yang menitikberatkan pada pembangunan ekonomi, mulai menyadari bahwa
program KB sangat berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi.
Kemudian pada tahun 1970 resmilah program KB menjadi program pemerintah
dengan ditandai pencanangan hari keluarga nasional pada tanggal 29 Juni 1970. Pada
tanggal tersebut pemerintah mulai memperkuat dan memperluas program KB ke
seluruh Indonesia.
Perkembangan program KB di indonesia di bagi menjadi dua periode yaitu;
1. Periode Perintisan dan Peloporan
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 46
2.
yang paling dahsyat dan mencekam. Gerakan KB yang kita kenal sekarang
bermula dari kepeloporan beberapa orang tokoh, baik di dalam maupun di luar
negeri. Sejak saat itulah berdirilah perkumpulan-perkumpulan KB di seluruh dunia,
termasuk di Indonesia yang mendirikan PKBI (perkumpulan keluarga berencana
Indonesia).
B. Peristiwa bersejarah dalam perkembangan KB di Indonesia :
a. Pada Bulan Januari 1967 diadakan simposium Kontrasepsi di Bandung yang
diikuti oleh masyarakat luas melalui media massa
b. Pada Bulan Februari 1967 diadakan diadakan kongres PKBI pertama yang
mengharapkan agar keluarga berencana sebagai program pemerintah segera
dilaksanakan
c. Pada Bulan April 1967, Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin menganggap
bahwa sudah waktunya kegiatan KB dilancarkan secara resmi di Jakarta
dengan menyelenggarakan proyek keluarga berencana DKI Jakarta Raya
d. Tanggal 16 Agustus 1967 gerakan keluarga berencana di Indonesia memasuki
era peralihan pidato pemimpin negara. Selama orde lama organisasi
pergerakan dilakukan oleh tenaga sukarela dan beroperasi secara diam-diam
karena kepala Negara waktu itu anti terhadap keluarga berencana maka dalam
orde baru gerakan keluarga berencana diakui dan dimasukan dalam program
pemerintah.
e. Bulan Oktober 1968 berdiri Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN)
yang sifatnya semi pemerintah yang dalam tugasnya diawasi dan dibimbing
oleh Mentri Negara Kesejahteraan Rakyat, merupakan kristalisasi dan
kesungguhan pemerintah dalam kebijakan keluarga berencana.
f. Peristiwa-peristiwa bersejarah di dalam perkembangan di Negara Indonesia
adalah masuknya program keluarga berencana itu kedalam repelita I. Adanya
KUHP pasal 283 yang melarang menyebarluaskan gagasan keluarga berencana
sehingga kegiatan penerangan dan pelayanan masih dilakukan secara terbatas.
C. Tahap-tahap Program KB Nasional
Adapun tahapan kebijakan pemerintah dalam penyelenggaran Program KB
Nasional di Indonesia adalah :
b. Tahun 1970 1980 dikenal dengan MANAGEMENT FOR THE PEOPLE
1. Pemerintah lebih banyak berinisiatif
2. Partisipasi masyarakat rendah sekali
3. Terkesan kurang demokratis
4. Ada unsur pemaksaan
5. Berorientasi pada target
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 49
1.
2.
bertebaran di muka bumi. Keluarga adalah inti dari suatu bangsa. Kemajuan dan
keterbelakangan suatu bangsa menjadi cermin dari keadaan keluarga-keluarga yang
hidup pada bangsa tersebut.
Manusia diperkirakan hidup di dunia sudah sekitar dua juta tahun yang lalu.
Pada waktu itu jumlahnya masih sangat sedikit. Bahkan pada 10.000 tahun
sebelum masehi, penduduk dunia diperkirakan baru sekitar 5 juta jiwa. Namun
demikian, pada tahun pertama setelah masehi, jumlah penduduk dunia telah
berkembang hampir mencapai 250 juta jiwa. Dari tahun pertama setelah masehi,
sampai kepada masa permulaan revolusi industri di sekitar tahun 1750, populasi
dunia telah meningkat dua kali lipat menjadi 728 juta jiwa. Selama 200 tahun
berikutnya (1750 1950) tambahan penduduk sebanyak 1,7 milyar jiwa. Tetapi
dalam 25 tahun berikutnya (1950 1975), ditambah lagi dengan 1,5 milyar jiwa,
yang jika dijumlahkan seluruhnya pada akhir tahun 1975 telah mencapai hampir 4
milyar jiwa. Pada tahun 1986, populasi dunia sudah mendekati angka 5 milyar,
yang diperingati secara simbolis dengan kelahiran salah satu bayi di negara
Yugoslavia tepat pada tanggal 11 Juli 1987. Pada tahun 2005 jumlah penduduk
dunia sudah mencapai angka 6,45 milyar (Duran, 1967, Todaro 1983, UN, 2001
dan 2005).
Cikal bakal lahirnya Keluarga Berencana di dunia tidak terlepas dari adanya
kekhawatiran akan terjadinya ledakan penduduk. Dengan demikian, adanya
pendapat yang menyatakan bahwa Keluarga Berencana adalah suatu hal yang baru
adalah tidak benar, sebab Keluarga Berencana sudah ada sejak jaman dahulu
walaupun di Indonesia kehadirannya dianggap masih baru dibandingkan dengan
negara-negara Barat. Di negara-negara Barat, sudah ada usaha-usaha untuk
mencegah kelangsungan hidup seorang bayi/anak yang karena tidak diinginkan,
atau pencegahan kelahiran/kehamilan karena alasan-alasan ekonomi, sosial dan
lain-lain.
Sebelum ada teknologi modern seperti saat ini, terdapat beberapa cara yang
dilakukan manusia untuk menolak anak yang tidak diinginkan. Pada zaman dahulu
cara-cara untuk menolak anak yang tidak diiinginkan ada 3 cara yaitu :
Pertama, dengan membunuh anak yang sudah lahir. Cara yang demikian ini
adalah paling kuno dan paling biadab, karena orang membunuh anaknya sendiri.
Latar belakang orang mau melakukan pembunuhan hidup-hidup terhadap anak
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 51
Keadaan keluarga kaum pekerja buruh seperti di atas banyak dijumpai oleh
seorang yang bernama Marie Stoppes. Marie Stoppes banyak mengetahui
keadaan keluarga kaum buruh di Inggris itu karena ia seorang bidan di Inggris
dan pekerjaannya mengadakan kunjungan-kunjungan rumah keluarga untuk
buruh-buruh, sehingga ia benar-benar mengetahui dan mengalami sendiri
keadaan keluarga yang sangat menyedihkan itu ditambah lagi banyak anak.
Melihat kenyataan ini timbullah ide dari Maria Stoppes untuk memperbaiki
keadaan keluarga-keluarga buruh tersebut. Salah satu jalan yang ditempuh
memberikan pertolongan pada keluarga. Stoppes yang hidup pada kurun 1880
1950 merasa prihatin dengan kehidupan kaum buruh di Inggris saat itu.
kehidupan kaum buruh di Inggris kala itu sungguh jauh dari standar layak.
Sungguh menyedihkan, selain kemiskinan, mereka pun memiliki banyak
anak. Itu yang dilihat oleh Marie Stoppes yang juga seorang bidan.
Keprihatinan Stoppes membuahkan pemikiran bahwa salah satu jalan yang bisa
memperbaiki keadaan dan kehidupan para buruh tersebut adalah dengan
melakukan pengaturan kelahiran. Saat itu di Inggris sudah dikenal pemakaian
kondom. Selain itu, Stoppes juga memberikan pengetahuan kepada para buruh
tersebut tentang cara pantang berkala.
2. Keluarga Berencana di Amerika Serikat
Margareth Sanger adalah, seorang juru rawat di Amerika yang pertama
kali menggagas program pengendalian penduduk. Margareth yang hidup
antara rentang waktu 1883-1966 mencanangkan program Birth Control. Pada
tahun 1912, Margareth bertemu dengan sebuah kasus menghadapi seorang ibu
muda yang berusia 20 tahun bernama Saddie Sachs. Saddie adalah seorang
yang sengaja menggugurkan kandungannya karena dia tidak menginginkan
anak lagi.
Karena adanya perasaan putus asa dalam merasakan derita pahit getirnya
kehidupan dan juga ketidak-tahuannya, Saddie Sachs telah nekad melakukan
pengguguran kandungannya dengan paksa, sehingga ia harus dirawat di rumah
sakit selama beberapa hari. Atas perawatan dokter dan juru rawat (termasuk
Margareth Sanger), maka Saddie Sachs sembuh, dan dokter menganjurkan
supaya ia jangan hamil lagi, sebab bila hamil lagi akan membahayakan
jiwanya. Mendengar nasehat dokter yang demikian itu Saddie Sachs menjadi
bingung apa yang harus dilakukan, pada hal ia sudah tidak ingin hamil lagi.
Suatu ketika Saddie Sachs memberanikan diri bertanya kepada dokter
yang merawatnya mengenai bagaimana caranya agar supaya ia tidak hamil
lagi. Dengan nada sendau gurau dokter menjawab bahwa Jack Sachs (suami
Saddie) disuruh tidur di atas atap. Mendengar jawaban dari dokter tersebut ia
merasa tidak puas, dan ia bertanya kepada Margareth Sanger, tetapi sayang
Margareth Sanger tidak dapat memenuhi permintaan serupa itu selain hanya
menghibur saja, karena memang ia sendiri tidak tahu apa yang harus
diperbuat.
Tiga bulan kemudian suami Saddie Sachs memanggil Margareth Sanger
karena istrinya sakit kembali dan dalam keadaan yang sangat kritis. Ternyata
penederitaan Saddie Sachs seperti yang lalu bahkan lebih berat lagi, sehingga
sebelum dokter datang menolong, ia meninggal dunia di atas pangkuan
Margareth Sanger sebagai akibat pengguguran kandungan yang disengaja
yang ia lakukan sendiri secara nekad.
Dengan rasa sedih dan kecewa Margareth Sanger menyampaikan katakata kepada beberapa dokter yang sempat ia kumpulkan, lebih kurang
demikian: Wahai para dokter yang budiman, lihatlah dengan penuh perhatian
apa yang ada dipangkuan ini. Ia adalah seorang ibu, seorang istri yang sah dari
seorang suami. Ia telah menjadi korban dari ketidak mengertian dari pihak
suami maupun dari pihak orang-orang yang lebih mengerti terutama anda
sekalian para dokter. Sebagai ibu mustahil ia akan melakukan perbuatan nekat
yang membahayakan jiwanya, apabila tidak dilandasi oleh suatu motif yang
kuat.
Motif tersebut ialah ia tidak menghendaki suatu kehamilan atau kelahiran
yang ia tidak ingini. Hal ini ia telah kemukakan pada waktu persalinan
terdahulu, sebagai seorang manusia, ia berhak untuk mengatur sedemikian
rupa. Namun ketidak acuhan dan ketidak mengertianlah akhirnya merenggut
jiwanya. Marilah, wahai para dokter, berbuatlah sesuatu sejak saat ini belajar
dari pengalaman yang pahit ini.
Sejak peristiwa tersebut ia bergerak hatinya untuk lebih giat
memperjuangkan cita-citanya dibidang emansipasi wanita khususnya di sektor
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 54
tahun 1927. Dari konferensi yang bersejarah ini timbul dua organisasi
keilmuan, yaitu; International Women for Scientific Study for Population dan
International Medical Group for the Investigation of Contraception.
Pada tahun 1948 ia turut aktif di dalam pembentukan International
Committee on Planned Parenthood. Sebagai kelanjutannya di dalam
konferensi di New Delhi dalam tahun 1952 diresmikan berdirinya
International Planned Parenthood Federation (IPPF) di bawah pimpinan
Margareth Sanger dan Lady Rama Rau dari India.
Margareth Sanger terus berusaha mencapai tujuan dan melanjutkan ideidenya. Ia selalu mengajak rekan-rekannya yang berada di dalam negerinya
sendiri dari dari para bidan-bidan sampai dokter yang sesuai dengan usahausahanya itu. Sehingga dari hasil kerja sama itu, usaha Margareth Sanger
berkembang terus sampai ke seluruh dunia termasuk di Indonesia.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
KB merupakan salah satu program yang direncanakan oleh pemerintah untuk
menekan laju pertumbuhan penduduk dengan cara mengatur jumlah dan jarak
kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
Sasaran KB ada 2 yaitu Sasaran Langsung dan SasaranTidak Langsung. Sasaran
Langsung ditujukan untuk pasangan usia subur yaitu pasangan yang wanitanya
berusia antara 15 - 49 tahun, sedangkan SasaranTidak Langsung adalah Kelompok
remaja usia 15 - 19 tahun, Organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan,
instansi-instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim ulama,
wanita, dan pemuda), yang diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam
pelembagaan NKKBS, Sasaran wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk yang
tinggi.
Manfaat Usaha KB dipandang dari segi kesehatan untuk peningkatan dan
perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi akibat kehamilan
yang dialami wanita.
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur
yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari
pemakaiannya
f. Cara penggunaannya sederhana
g. Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas
h. Dapat diterima oleh pasangan suami istri
Cara-cara kontrasepsi dapat dibagi menjadi beberapa metode :
a.
b.
f.
g.
h.
didirikan Perkumpulan Keluarga Berencana (PKB). Pada saat itu program KB masuk
ke Indonesia melalui jalur urusan kesehatan (bukan urusan kependudukan).
Kemudian pada tahun 1970 resmilah program KB menjadi program pemerintah
dengan ditandai pencanangan hari keluarga nasional pada tanggal 29 Juni 1970.
Pada masa abad XIX sebagian besar kaum pekerja buruh di kota-kota besar di
Inggris mengalami kesulitan dan keadaan hidupnya sangat buruk. Keprihatinan
Stoppes membuahkan pemikiran bahwa salah satu jalan yang bisa memperbaiki
keadaan dan kehidupan para buruh tersebut adalah dengan melakukan pengaturan
kelahiran. Saat itu di Inggris sudah dikenal pemakaian kondom. Selain itu, Stoppes
juga memberikan pengetahuan kepada para buruh tersebut tentang cara pantang
berkala.
Margareth yang hidup antara rentang waktu 1883-1966 mencanangkan
program Birth Control. Pada tahun 1912, Margareth bertemu dengan sebuah kasus
menghadapi seorang ibu muda yang berusia 20 tahun bernama Saddie Sachs. Saddie
Konsep Dasar Dan Sejarah Perkembangan KB di Indonesia dan Dunia
| 58
DAFTAR PUSTAKA
Wilopo,siswanto agus. keluarga berencana : pilihan dan tantangan untuk Negara sedang
berkembang dan Indonesia.(2014).Ketua progam studi pasca sarjana S2, ilmu kesehatan
masyarakat, fakultas kedokteran, universitas gajahmada Yogyakarta, 1-12
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: yayasan
bina