Anda di halaman 1dari 24

FRAKTUR TULANG DAN FRAKTUR COLLES

BAB 1
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur
disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa
trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Fraktur lebih
sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering
berhubungan dengan olah-raga, pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan
kendaraan bermotor. Sedangkan pada orang tua, wanita lebih sering mengalami fraktur
daripada laki-laki yang berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis yang terkait
dengan perubahan hormon pada monopouse (Reeves, Roux, Lockhart, 2001).
Fraktur merupakan ancaman potensial atau aktual kepada integritas seseorang akan
mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis yang dapat menimbulkan respon berupa
nyeri. Nyeri tersebut adalah keadaan subjektif dimana seseorang memperlihatkan ketidak
nyamanan secara verbal maupun non verbal. Respon seseorang terhadap nyeri dipengaruhi
oleh emosi, tingkat kesadaran, latar belakang budaya, pengalaman masa lalu tentang nyeri
dan pengertian nyeri. Nyeri mengganggu kemampuan seseorang untuk beristirahat,
konsentrasi, dan kegiatan yang biasa dilakukan (Engram, 1999).

Page 1

Menurut (Tanra, 2007 dalam Akbar, 2009), jumlah penderita mengalami fraktur di
Amerika Serikat sekitar 25 juta orang pertahun. Dari jumlah ini, mayoritas mereka masih
menderita nyeri karena pengelolaannya yang belum adekuat. Pengelolaan nyeri fraktur bukan
saja merupakan upaya mengurangi penderitaan pasien, tetapi juga meningkatkan kualitas
hidupnya.
Rasa nyeri bisa timbul hampir pada setiap area fraktur. Bila tidak diatasi dapat
menimbulkan efek yang membahayakan yang akan mengganggu proses penyembuhan dan
dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas, untuk itu perlu penanganan yang lebih
efektif untuk meminimalkan nyeri yang dialami pasien. Secara garis besar ada dua
manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen farmakologi dan non farmakologi.
Berikut akan dibahas mengenai pembagian fraktur,diagnosa,dan manajemen fraktur.

I.2. Tujuan Masalah


Tujuan penulisan referat ini adalah untuk menguraikan masalah fraktur tulang, ditinjau dari
definisi,etiologi,klassifikasi,diagnosa,komplikasi,dan penanganannya.

Page 2

BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Fraktur
Definisi ;
Fraktur merupakan terputusnya kontinyuitas dari tulang, lempeng epifisis, atau tulang rawan
sendi.
Pada trauma yang menyebabkan fraktur bisa disertai terjadinya kerusakan penyerta yang
lain pada Brain, Spinal cord, thoracic or abdominal, viscera, a major artery or peripheral
nerve dan jaringan lunak yang lain.
Etiologi fraktur ;
Trauma langsung atau tidak langsung
Kekerasan akibat tarikan otot
Fraktur karena suatu penyakit (fraktur patologis)
Klasifikasi Fraktur :
a. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
1).

Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.

Page 3

2).

Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara


fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.

b. Berdasarkan komplit atau ketidak klomplitan fraktur.


1).

Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua
korteks tulang seperti terlihat pada foto.

2).

Fraktru Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:

a)

Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)

b)

Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang
spongiosa di bawahnya.

c)

Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi
pada tulang panjang.

c.
1).

Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma.


Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat
trauma angulasi atau langsung.

2).

Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang
dan meruakan akibat trauma angulasijuga.

3).

Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma
rotasi.

4).

Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang
ke arah permukaan lain.

5).

Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada
insersinya pada tulang.

d. Berdasarkan jumlah garis patah.


1)

Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
Page 4

2)

Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.

3)

Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang
sama.

e. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.


1).

Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak
bergeser dan periosteum masih utuh.

2).

Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi
fragmen, terbagi atas:

a)

Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan overlapping).

b)

Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).

c)

Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).

f.

Berdasarkan posisi fraktur


Tulang terbagi menjadi tiga bagian :

1.

1/3 proksimal

2.

1/3 medial

3.

1/3 distal

g.

Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.

h. Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.


Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan
lunak sekitar trauma, yaitu:
a.

Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.

b.

Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.

Page 5

c.

Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan
pembengkakan.

d.

Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman sindroma
kompartement.

DIAGNOSIS :
History :
Jatuh, akibat trauma, nyeri pada daerah tertentu, terasa Crepitasi, keadaan kesadaran
setelah jatuh, kemampuan komunikasi pasien, penyebab trauma, waktu terjadinya trauma,
dan tempat terjadinya trauma.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum Penderita : Kesadaran (GCS), Tensi, Nadi, Pernafasan
Kepala :
Nyeri, memar, luka reflek pupil mata perdarahan mulut, hidung, telinga serta deformitas
yang lain.
Bisa terjadi fraktur cranial, maxilla, mandibula, nasal, Odem cerebri, contossio cerebri,
commosio cerebri, sub aracnoid, bleeding, subdural bleeding, fraktur basis cranii,
gangguan jalan nafas dari hidung maupun mulut.
Leher :
Nyeri, bengkak, luka, gangguan neurologis tetraparese, tetraplegi, akibat lesi saraf
setingkat cervical. Disini bisa terjadi fraktur cervical, dislokasi cervical atau hanya
contosio musculorum.
Page 6

Thoracal :
Nyeri, sesak, luka, bengkak, disini bisa terjadi fraktur costae, fraktur vertebra thoracal,
pneumothorax, hemato thorax, contosio pulmonum, emphysema, para plegi atau para
parese inferior akibat lesi saraf selevel vertebra thoracal.
Abdomen
Terdapat nyeri, perubahan bising usus, lingkar abdomen jadi besar, terdapat jejas pada
kulit abdomen, disini bisa terjadi internal bleeding akibat dari rupture hepar, lien, ginjal
dan perforasi usus juga bisa terjadi fraktur dislokasi vertebra lumbal dan para parese atau
plegi inferior.
Pelvis :
Bisa terjadi fraktur tulang pelvis, fraktur dislokasi sendi panggul, rupture buli-buli,
urethra.
Inspeksi :
Terdapat

deformitas, pembengkakan,

angulasi, rotasi,

pemendekan,

ecchymosis,

pergerakan semu, mungkin terdapat luka dari daerah yang patah.


Palpasi :
Terdapat nyeri, crepitasi, gerakan semu dari daerah yang patah.

Page 7

Radiologi :
Harus meliputi seluruh panjang tulang, melampaui kedua sendi proximal dan distal, arah
foto antero posterior dan lateral. Atau dari arah lain, mungkin perlu foto extermitas
sebelahnya untuk perbandingan.
Diagnosa :
Suspect fraktur bila terdapat deformitas, nyeri, fungsiolaesa, Diagnose pasti bila terdapat
crepitasi, false movement, foto.

Proses penyembuhan tulang patah :


Pada daerah yang patah mula-mula terjadi haematoma, kemudian terjadi Internal atau
external callus dari endosteum atau periosteum dan terbentuklah newbone formation pada
fase ini masih terlihat radiolucent clinical union, bila pada foto sudah terlihat callus tapi
garis patah masih kelihatan.
Consolidation (radiographic union), callus terlihat tebal dan kuat dan mulai terdapat
resorbsi tulang (Wolffs Law) dan terjadi remodeling.
Faktor yang mempercepat penyembuhan fraktur
a.umur
b.Imobilisasi fragmen tulang
c.nutrisi yang baik

Page 8

d. asupan darah yang memadai

Tata Laksana Fraktur


Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula
(reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang
(imobilisasi).
1. Pada fraktur dengan dislokasi fragmen patahan yang minimal, cukup dilakukan
dengan proteksi saja, misalnya dengan menggunakan mitela. Contoh kasusnya
adalah fraktur iga, fraktur klavikula pada anak.
2. Imobilisasi luar tanpa reposisi. Contohnya fraktur tungkai bawah tanpa dislokasi
yang penting
3. Reposisi dengan cara memanipulasi yang diikuti imobilisasi. Ini dilakukan pada
fraktur dengan dislokasi fragmen yang berarti, seperti pada fraktur tulang radius
distal
4. Reposisi dengan traksi terus menerus selama masa tertentu lalu diikuti imobilisasi.
Hal ini dilakukan pada patah tulang yang bila direposisi akan terdilokasi kembali
di dalam gips, biasanya fraktur yang dikelilingi oleh otot yang kuat (tulang femur).
5. Reposisi yang diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar (fiksator eksterna)
6. Reposisi secara non operatif diikuti dengan pemasangan fiksator tulang secara
operatif, misalnya reposisi fraktur kolum femur

Page 9

7. Reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi interna (Open Reduction Internal
Fixation, ORIF)
8. Eksisi fragmen patahan tulang dan menggantinya dengan protesis.
Khusus untuk fraktur terbuka, perlu diperhatikan bahaya infeksi, baik infeksi umum
maupun infeksi lokalpada tulang yang bersangkutan. Pencegahannya yaitu debridemen
dan pemberian antibiotik profilaksis serta imunisasi tetanus.
Komplikasi fraktur
1. Komplikasi segera
a. Lokal
-

Kulit dan otot : berbagai vulnus (abrasi, laserasi, sayatan, dll), kontusio,
avulsi

Vaskular : terputus, kontusio, perdarahan

Organ dalam : jantung, paru paru, hepar, limpa (pada fraktur kosta), buli
buli (pada fraktur pelvis)

Neurologis : otak, medula spinalis, kerusakan saraf perifer

b. Umum
-

Trauma multipel, syok

2. Komplikasi dini
a. Lokal

Page 10

Nekrosis kulit-otot, sindrom kompartemen, trombosis, infeksi sendi,


osteomielitis

b. Umum
-

ARDS, emboli paru, tetanus

3. Komplikasi lama
a. Lokal
- tulang :malunion, nonunion, delayed union, osteomielitis, gangguan
pertumbuhan, patah tulang rekuren
- sendi : ankilosis, penyakit degeneratif sendi pasca trauma
- miositis osifikan
- Distrofi refleks
- kerusakan saraf
b. umum
- batu ginjal (akibat imobilisasi lamadi tempat tidur dan hiperkalsemia
- neurosis pascatrauma

II.2.FRAKTUR PADA ANAK


Epiphysiolysis menurut Salter Harris ada 5 type :
1.

Garis patah persis garis pertumbuhan ( Epiphyseal plate )


Page 11

2.

Garis patah lewat garis pertumbuhan dan menyeberang ke Metaphyse dan ini
terbanyak

3.

Garis patah lewat garis pertumbuhan dan menyeberang ke Epiphyse (intra articuler)

4.

Garis patah menyeberang dari Metaphyse ke Epiphyse (intra articuler)

5.

Garis patah lewat garis pertumbuhan dan merusaknya karena gaya kompresi, dan ini
mempunyai prognose terburuk

II.3.FRAKTUR PADA ORANG DEWASA


Fraktur Cervical
Nyeri leher akibat trauma, bisa terdapat tetraparese, tetraplegia
Foto : terdapat fraktur / dislokasi vertebra cervical
Bisa menyebabkan kematian oleh karena paralise otot pernafasan
Penanganan : dengan reposisi dan stabilisasi dengan Minerva Gyp, atau operasi

Page 12

Fraktur Vertebra Thoracal :


- Karena trauma terdapat nyeri tulang vertebra thoracal, bisa disertai gangguan
neurologis para parese / plegia inferior
- Pada foto : terdapat fraktur / dislokasi vertebra thoracal
- Penanganannya : dengan reposisi dan stabilisasi dengan body jaket, atau operasi

Fraktur vertebra Lumbal :


- Karena trauma terdapat nyeri tulang vertebra lumbal, bisa disertai para parese / plegi
inferior
- Pada foto : terdapat fraktur / dislokasi vertebra lumbalis
- Penanganannya : reposisi dan stabilisasi dengan body jaket atau Hemispica

Fraktur Clavicula :
- Karena trauma terdapat nyeri daerah clavicula
- Bisa disertai lesi Plexus Brachialis
- Pada foto terdapat fraktur tulang Clavicula
- Penanganannya : reposisi stabilisasi dengan ransel verban atau operasi

Dislokasi sendi bahu :


- Karena trauma terdapat nyeri daerah sendi bahu, bila diraba terdapat cekungan
didaerah bahu

Page 13

- Bisa disertai lesi nervus axillaries, pada foto terdapat gambaran Dislokasi, terbanyak
kearah anterior
- Penanganannya : dengan reposisi dan di stabilisasi dengan Velpeau bandage

Fraktur Humerus :
- Karena trauma terdapat nyeri tulang lengan atas, terjadi deformitas, dan false
movement, kadang terdapat crepitasi dan lesi nervus radialis, klinis terdapat droop
hand, pergelangan tangan tidak bisa extensi
- Foto terdapat fraktur humerus
- Penanganan : dengan dipasang U slab atau operasi

Fraktur Supracondyler humeri :


ada 2 tipe
- Tipe Extensi, frakmen distal displacement ke posterior, penanganannya direposisi
dengan general anastesi, kemudian di imobilisasi posisi flexi siku 95, juga di evaluasi
pulsasi a. radialis.
Atau dioperasi dipasang internal fiksasi
- Tipe Flexi, frakmen distal displacement ke anterior, penanganannya dengan general
anastesi direposisi dan immobilisasi posisi extensi dari cubiti dengan back slab, atau
dioperasi dipasang internal fiksasi.

Dislokasi Cubiti :

Page 14

penanganannya dengan general anastesi, di reposisi dan di immobilisasi posisi flexi sendi
siku, selama 2 minggu.

Fraktur Montega :
Fraktur ulna bagian proximal dan disertai dislokasi Caput radii, fraktur ini tidak stabil dan
biasanya diperlukan operasi
Fraktur Antebrachi :
Tulang radius dan ulna keduanya fraktur.
Bila terjadi di bagian proximal, maka setelah reposisi, posisi Imobilisasi posisi supinasi.
Bila fraktur di tengah, maka posisi imobilisasi posisi midposition.
Bila fraktur di bagian distal, maka posisi imobilisasi pronasi.
Itu semua karena ada pengaruh otot Pronator tetes pada Antebrachi. Pada orang dewasa
biasanya langsung di operasi.
Fraktur Galleazi :
Fraktur radius bagian distal disertai dislokasi radio ulna joint bagian distal, fraktur ini
tidak stabil biasanya perlu operasi.
Fraktur Colles :
Fraktur radius satu inchi dari sendi pergelangan tangan fragmen distal displacement ke
postero lateral, bisa disertai atau tidak fraktur procecus styloideus ulna. Terjadi
Dinnerfork Deformity (garpu makan sore). Pergelangannya dengan anastesi di reposisi,
Page 15

refrakturasi dan imobilisasi posisi flexi ulnair deviasi dari pergelangan tangan dengan
circular gyp selama 6 minggu.
Komplikasi : bisa terjadi Frozen shoulder (sendi bahu kaku)
Smiths Fraktur :
Fraktur Radius distal satu inchi dari sendi pergelangan tangan, fragmen distal
displacement ke anterior, setelah reposisi maka imobilisasi posisi extensi wrist dan
supinasi elbow dengan long arm cast above elbow selama 6 minggu.
Bennets Fraktur :
Fraktur basis mecarpal satu, setelah reposisi di imobilisasi dengan thumb cast.

Boxers Fraktur :
Fraktur dari neck metacarpal ke lima biasanya karena main olah raga boxer.

Mallets Fraktur :
Ujung jari berbentuk seperti kepala burung (flexi distal interphalangeal joint), ini karena
terjadi avulsi dari tendon extensor atau rupture tendon extensor jari yang bersangkutan.
Fraktur Metacarpal dan fraktur phalanx,
setelah reposisi maka imobilisasi. Posisi lumbrical yaitu extensi wrist, flexi metacarpo
phalangeal joint dan extensi proximal dan distal interphalangeal joint.
Page 16

Fraktur Pelvis :
Bisa terjadi banyak perubahan dan membuat kematian. Harus cepat di reposisi dan
stabilisasi supaya tidak terjadi banyak perdarahan.
Fraktur Dislokasi sendi panggul
Dislokasi Hip joint terbanyak kearah posterior, posisi kaki memendek, adduksi dan
endorotasdi, bisa disertai lesi nervus Ischiadicus klinis terdapat droop foot. Setelah di
reposisi maka di imobilisasi dengan skin traction selama dua minggu. Dislokasi
merupakan kasus emergency maka harus cepat di reposisi sebab bisa terjadi avascular
necrosis dari articuler cartilage.
Fraktur Femur :
Bisa terjadi banyak perdarahan bahkan sampai dua liter
Bisa terjadi shock, dan emboli lemak
Penanganannya : dipasang skeletal traksi dengan beban + 1/7(sepertujuh) dari berat badan
atau lebih tepatnya diberi beban kemudian diukur true length kaki kiri sama dengan
kanan.
Traksi dipertahankan sampai terjadi styki, kurang lebih satu bulan.
Setelah itu dipasang hemispica selama 3 4 bulan
Untuk anak-anak cukup dipasang skin traksi saja, dan selanjutnya sama dengan diatas.
Pada orang dewasa biasanya lebih baik langsung di operasi untuk dipasang internal
fiksasi.
Fraktur Patela :
Page 17

Bila nondisplace cukup dipasang kocker gyp, bila displace perlu operasi dipasang tension
band wiring
Fraktur Cruris :
Setelah reposisi dengan general anastesi maka di imobilisasi dengan long leg cast, disini
sering terjadi compartement syndrome yang ditandai adanya nyeri yang amat sangat bila
jari kaki digerakkan. Bila hal tersebut terjadi maka gyp perlu dibuka dari ujung ke ujung
bahkan bila perlu dilakukan faciotomi, bila hasil reposisi jelek maka perlu dioperasi.
Fraktur Ankle :
Reposisi dengan general anastesi kemudian pasang gyp sepatu. Bila hasil reposisi jelek,
maka perlu operasi.
Fraktur Metatarsal dan fraktur phalanx
Perlu direposisi dan imobilisasi dengan back slab, bila posisi jelek maka perlu operasi.

II.4.Fraktur Colles

Fraktur yang terjadi pada bagian metafisis tulang radius bagian distal ini sering
terjadi pada wanita berusia diatas 50 tahun, karena proses penuaan dan
osteoporosis.

Gejala Klinis

Page 18

Biasanya fraktur ini terjadi pada saat seseorang jatuh dengan menumpu pada
telapak tangan dengan lengan bawah pada keadaan pronasi (menghadap ke
bawah). Keadaan ini (dorsifleksi tangan dan deviasi dari radial) menyebabkan
kekhasan lokasi dan karakeristik dari fraktur ini.
Pada pemeriksaan fisik, terlihat jelas adanya perubahan bentuk yang
menyerupai garpu, dikenal sebagai dinner fork deformity. Terdapat
pembengkakan pada pergelangan tangan dan nyeri pada pergerakan atau
penekanan. Terbatasnya gerakan sendi pergelangan tangan juga menunjukkan
adanya fraktur ini.

Pemeriksaan Tambahan

Pada pemeriksaan foto polos daerah fraktur, dapat dilihat karakteristik gambaran patahan
fraktur ini,
yaitu :

Garis patahan yang transversal, 2 cm distal dari radius

Prosesus styloid ulnaris biasanya avulsi

Biasanya hanya terdapat dua fragmen patahan tulang, tapi pada keadaan tertentu dapat
terjadi banyak patahan yang dinamakan kominutif

Page 19

Tipe colles fraktur, yaitu :

Stabil, yang ditandai dengan hanya terdapat 1 garis patahan transversal

Tidak stabil, terdapat banyak garis patahan (kominutif) dan crushing dari tulang
cancellous

Penatalaksanaan

Pada jenis fraktur yang undisplaced, dapat dilakukan imobilisasi dengan


menggunakan below- elbow cast selama 4 minggu

Pada jenis fraktur yang displaced :


- Dilakukan reduksi tertutup
- Imobilisasi, dapat dengan cara :
*) Plaster cast, selama 3 minggu
*) Three quarter slab
*) External fixation, yang dapat digunakan pada fraktur yang sangat tidak
stabil dan pada orang berusia lebih dari 60 tahun

Komplikasi

Page 20

Kekakuan jari

Kekakuan bahu

Malunion (salah menyambung)

Subluksasi residual dari sendi radioulnar

Sudecks reflex sympathetic dystrophy

Late rupture of the tendon of the extensor pollicis longus

Page 21

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

III.1. Kesimpulan
Fraktur merupakan terputusnya kontinyuitas dari tulang, lempeng epifisis, atau tulang
rawan sendi. Klassifikasi dari fraktur didasarkan atas beberapa hal yaitu berdasarkan sifat
fraktur, komplit atau ketidak-komplitan, bentuk garis patah dan hubungan dengan mekanisme
trauma, jumlah garis patah, pergeseran fragmen tulang, posisi fraktur, fraktur kelelahan dan
fraktur patologis.
Etiologi dari fraktur adalah karena trauma langsyng atau tiak langsung, kekerasan
akibat tarikan otot, dan karena suatu penyakit. Gejala klinis dapat berbeda-beda
tergantung

pada

lokasi

terjadinya

fraktur.

Diagnosis

ditegakkan

dari

hasil

anamnesa,pemeriksaan fisik, dan radiologis.


Penatalaksanaannya secara umum dengan reposisi dan stabilisasi namun pada
colles fraktur berdasarkan pada jenis fraktur; undisplaced dengan below-elbow cast
sedangkan yang displaced dengan melakukan reduksi tertutup, dan imobilisasi (plaster
cast,three quarter slab,external fixation). Komplikasi yang dapat terjadi yaitu kekakuan
jari, kekakuan bahu,malunion,subluksasi,sudecks reflex sympathetic dystrophy,late
rupture of the tendon of the extensor pollicis longus.

Page 22

III.2.Saran

Penanganan fraktur perlu perhatian sebab banyak komplikasi yang ditimbulkan. Serta
dokter harus mampu memberi penjelasan kepada penderita mengenai perawatan setelah
operasi agar dapat meningkatkan kualitas penderita.

Page 23

DAFTAR PUSTAKA
1. R.Sjamsuhidayat,Wim De Jong. (2010).Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi Revisi.Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Page 24

Anda mungkin juga menyukai