TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum
Jembatan merupakan suatu konstruksi atau struktur bangunan yang
menghubungkan rute/lintasan transportasi yang terpisah baik oleh sungai, rawa,
danau, selat, saluran, jalan raya, jalan kereta api, atau perlintasan lainnya.
Berdasarkan UU 38 Tahun 2004, bahwa jalan dan juga termasuk jembatan
sebagai bagian dari sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting
terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan
yang dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai
keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah. Salah satunya adalah
untuk kemudahan akses jalan diperkebunan, karena medan perkebunan yang
relatif tergolong dataran tinggi dan banyak sungai-sungai kecil.
2.2 Sejarah Jembatan Pelengkung (Arch Bridge)
Tahun 1746 William Edwards seorang tukang batu, dikontrak untuk
membangun jembatan dengan nilai 500 di atas Taff di Pontypridd. Usahanya
untuk memenuhi kontrak ini mengalami beberapa kesulitan untuk mendesain
jembatan batu.
Jembatan pertama terdiri dari tiga atau empat bentang, dan berdiri selama
dua tahun dua bulan. Salah satu pondasi jembatan tersebut berdiri di sungai, dan
banjir mengakibatkan jembatan roboh, karena akibat pondasi jembatan yang
tergerus air banjir. William Edward, yang diharuskan oleh kontrak untuk
menyediakan jembatan yang akan berdiri selama tujuh tahun, maka diterapkan
bentang jembatan diatas sungai dengan lengkungan tunggal (bentang lebih dari 42
m). Ketika jembatan lengkung hampir selesai, kayu penopang jembatan runtuh,
baik dikarenakan berat batu yang terlalu besar, atau karena banjir lagi yang
mengakibatkan beban tak terduga.
Jembatan ketiga, 1754, adalah batuan ringan yang dibangun dengan pusat
lengkung yang lebih kuat. Jembatan ini selesai pada bulan September, dan terus
dilanjutkan untuk pembangunan spandrel dan diisi untuk membuat jalan.
Sementara pekerjaan tersebut dilakukan, pada bulan November, lengkungan
runtuh karena crown terdesak ke atas.
William Edward mengetahui akibat keruntuhan pada jembatan, dan dia
mengubah desainnya keempat yang merupakan jembatan terakhir yang masih
berdiri (Gambar 2.2). Struktur pelengkung yang dihasilkan sangatlah ramping,
memiliki ketebalan hanya sekitar 760 mm di crown dan sedikit lebih besar
dipangkal jembatan, dimana isian dilubangi untuk memberikan silinder yang
terbuka. Tembok pembatas membuat elevasi jembatan pada gambar 2.2 tampak
lebih besar dari kenyataan. Itu mungkin baik untuk menganggap bahwa batas
keamanan sutruktur ramping ini sangat kecil, dan mungkin tidak menyebabkan
kejutan seperti jembatan ketiga yang runtuh saat konstruksi. Jika jembatan ketiga
memang runtuh seperti yang dijelaskan dikarenakan dislokasi besar tanpa
overstressing pada material, maka akan tampak bahwa setiap perkiraan keamanan
jembatan tidak bergantung pada kekuatan material. Sebaliknya, keamanan
pelengkung mungkin bisa dinyatakan berhubungan dengan bentuk, hal itu akan
menjadi salah satu masalah geometri, dan bukan dari tekanan dan tegangan
sebuah teori struktur modern.
2. One-hinged arch,
10. Spandrel
5. Two-hinged arch,
6. Three-hinged arch,
braced
(cantilever)
arch,
11. Open spandrel deck arch.
Jembatan lengkung dapat dibuat dari bahan batu, bata, kayu, besi cor, baja
maupun beton bertulang dan dapat digunakan untuk bentang yang kecil maupun
bentang yang besar. Jembatan lengkung tipe closed spandrel deck arch biasa
digunakan untuk bentang hanya sekitar 0.5 m sampai 2 m dan biasa disebut
dengan gorong-gorong. Untuk bentang besar jembatan lengkung dapat digunakan
untuk bentang sampai 500 m.
(sumber: http://e-journal.uajy.ac.id/3189/3/2TS10583.pdf)
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Oleh karena itu, beban titik W ditempatkan di puncak lengkungan,
(Gambar.2.8) dan ini adalah kasus yang dianggap oleh Pippard maka momen
lentur Mx di setiap bagian dapat ditulis dengan sebutan nilai gaya horizontal pada
abutment H. Bentuk keharusan lengkungan tentu saja diketahui, dan Pippard
mengambil lengkungan menjadi parabola; yaitu analisis terbatas untuk kasus yang
rq/rc = 3/4 pada (Gambar. 2.7). Energi regangan U untuk lengkungan sekarang
dapat dirumuskan dengan cara biasa yaitu:
1
x= l
2
U=2
x=0
Mx 2
2 EI
ds
(2.1)
1
x= l
2
x=0
Mx 2 Mx
EI H
ds = 0
(2.2)
I = Io dx
(2.3)
x=0
Mx
Mx
H
dx = 0
(2.4)
(l)
HL= 128 a
Sejalan dengan itu, nilai momen lentur pada crown lengkungan adalah:
(2.5)
ML=
7
128 Wl
(2.6)
Gambar 2.9
Selanjutnya, analisis Pippard terbatas untuk beban titik di pertengahan
bentang. Lokasi 'terburuk' untuk beban titik diselidiki lebih lanjut di bawah.
Pippard menyadari bahwa dalam teori pada lengkungan paling lemah saat beban
titik di sekitar seperempat bentang dari di crown. Namun, ia berpendapat-cukupuntuk penggunaan hasilnya untuk beban terpusat pada distribusi beban dari
permukaan jalan melalui urugan ke pelengkung. Jika sudut baji konventional
diambil 90 untuk penyebaran beban, maka lebar efektif pelengkung ketika beban
terjadi di crown adalah 2h. Lebar pelengkung yang lebih besar akan mampu untuk
menahan beban titik di seperempat bentang, karena beban akan tersebar melalui
ketebalan urugan yang lebih besar.
Nilai-nilai numerik yang dihasilkan dari persamaan (2.5) dan (2.6) harus
sesuai jumlah yang timbul dari beban mati dari pelengkung dan urugan. Pippard
mengambil lebar jembatan yang sesuai 2h; maksudnya, ia menganalisis 'rusuk'
yang terkandung dalam jembatan, setidaknya pada crown, dengan menahan beban
hidup. Lebih lanjut dia menganggap bahwa urugan tidak memiliki kekuatan
struktural, sehingga beban vertikal dianggap langsung membebani pada
pelengkung (ini adalah asumsi yang dibuat oleh Inglis, tertulis dalam Bab 3,
Gambar. 3.5), dan urugan memiliki unit yang sama berat sebagai cincin
pelengkung. Lebih lanjut analisis energi regangan kemudian memberikan nilainilai gaya horizontal beban mati dan momen lentur pada mahkota sebagai berikut:
2
HD =
l h a h+d
+
a 21 4
(2.7)
Dan
1
2
MD = 168 l h
(2.8)
Sehingga akibat dari kombinasi titik beban hidup di mahkota dan beban mati dari
pelengkung (lebar 2h) adalah gaya horizontal dan momen lentur pusat dengan
nilai-nilai sebagai berikut:
H=
{ (
1
a h+d
25
lh
+
+
W
a
21
4
128
(2.9)
Dan
Mc =
1 lah 7
l
W
4
42 32
(2.10)
analisis beban mati. Garis leleh beban mati adalah kurva simetris halus yang
terletak dekat dengan garis pusat pelengkung parabola (karena harus untuk
meminimalkan energi regangan); untuk nilai-nilai h, d dan a, (2.7) dan (2.8)
menunjukkan bahwa garis leleh terletak di bawah garis tengah lengkungan di
crown dengan hanya beberapa persen dari kenaikan a. Dengan demikian untuk
jembatan kecil dengan h=d=1/4a, mengatakan bahwa persamaan (2.7) dan (2.8)
memberikan MD/HD = a/29.
Selain itu, dua jumlah sensitif kombinasi dalam persamaan (2.10), dan itu
adalah nilai ini momen lentur yang digunakan oleh Pippard untuk memperoleh
aturan tentang penilaian. Nilai W yang besar dan lebih besar dikenakan pada
crown jembatan, sehingga resultan garis leleh menyimpang lebih dan lebih dari
garis tengah pelengkung; istilah pertama dalam persamaan (2.10) tetap konstan,
sedangkan yang kedua peningkatan. Implikasinya adalah bahwa tegangan tarik
akhirnya akan berkembang.
Jadi kriteria pertama diterapkan oleh Pippard berasal dari middle-third rule.
Atau lebih tepatnya, Pippard berpendapat bahwa kriteria bersifat membatasi
mungkin didasarkan pada middle-half rule, dimana kasus tersebut membatasi nilai
W yang akan diberikan oleh solusi
Mc
Hd
1
4
(2.11)
Yang mengarah ke
W1=
f=
3 Mc
H
2
2 dh hd
(2.13)
w2=
(2.14)
Pippard mempelajari ekspresi (2.12) dan (2.14), yang memberikan nilai
batas dari W pada asumsi tegangan tarik sama dengan nol (pada kenyataannya
dengan aturan middle-half untuk memungkinkan beberapa tegangan tarik yang
tidak ditentukan) dan tegangan tekan terbatas. Dia mengambil berbagai contoh
numerik, dan dia telah memiliki hasil tes skala penuh yang dibuat oleh Research
Station Building. Sebagai akibatnya, ia menganggap itu aman untuk membuang
persamaan (2.12), dan menggunakan sifat batas persamaan (2.14). Artinya, nilai
W2 (untuk nilai-nilai konstanta yang dipilih oleh Pippard) umumnya lebih besar
dari W1, dan Pippard bahkan memperbolehkan middle-third rule untuk diabaikan.
Untuk pelengkung kecil penutup h sering kurang dari 2 ft, sehingga efektif
sesuai pelengkung akan kurang dari 4 ft lebar; dua rusuk tersebut dapat dianggap
seperti yang ada secara mandiri disepanjang pelengkung sebenarnya.
Dengan demikian beban gandar WA aman untuk kendaraan dari lebar
lintasan yang normal dapat diambil sebagai:
WA = 2W2
(2.15)
Dari persamaan (2.14) dan (2.15) Pippard membuat tabel untuk pelengkung
standar tunggal profil parabola dengan bentang/rasio l/a = 4. Berat isi pelengkung
dan bahan urugan/pengisi diambil sebesar
(sumber: The Masonry Arch 1982, Jacques Heyman, M.A., Ph.D., F.I.C.E., F.S.A)