Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS
Pasien Nama
: Ny. D
Umur
: 62 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Slahung, Ponorogo
Pekerjaan
: IRT
Status perkawinan
: Kawin
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Tanggal masuk RS
: 3 September 2014
Tanggal pemeriksaan
: 4 September 2014
ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Mual-mual
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Dr. Harjono Ponorogo dengan
keluhan mual. Mual dirasakan kurang lebih sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit, mual tidak disertai dengan muntah. Keluhan mual muncul
setelah pasien mengkonsumsi obat OAT dari puskesmas sejak ?. Mual
disertai dengan batuk berdahak berwarna putih sudah sejak ? Pasien
mengaku nafsu makan menurun, kadang keringat malam, dan terdapat
penurunan berat badan. Mual yang dirasakan tidak disertai dengan sesak,
nyeri dada (-), demam (-), flu (-), nyeri ulu hati (-),
Pasien juga mengaku memiliki riwayat operasi benjolan pada leher
kiri sekitar kurang lebih 18 hari yang lalu, benjolan sebesar apa? Benjolan
nyeri gak ? benjolan tumbuh sejak kapan? BAK dan BAB dalam batas
normal.
: disangkal
: disangkal
Riwayat TBC
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
ga pernah batuk?
Riwayat alergi
: disangkal
Riwayat opname
nginep kah?
Riwayat operasi
: diakui
D. Riwayat Pribadi
Riwayat Merokok
Minum-minuman beralkohol
Minum jamu
: disangkal
: disangkal
: disangkal
E. Riwayat keluarga
Riwayat Hipertensi
Riwayat Diabetes mellitus
: disangkal
: disangkal
Riwayat TBC
: disangkal
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
A. Vital sign
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 78x/ menit
Respirasi rate
: 19x/ menit
Suhu
: 36,5 0 C
B. Pemeriksaan fisik :
Kepala
Leher
hidung (-)
Retraksi supra sternal (-), deviasi trachea (-), peningkatan
JVP (-), pembesaran kelenjar limfe (-/+) post op msh ada
Thorax
benjolan kah?
Paru-paru
Inspeksi
Ketinggalan gerak :
Fremitus
depan:
Kanan Kiri
belakang:
kanan kiri
depan :
Kanan Kiri
belakang:
kanan kiri
N
N
N
Perkusi :
N
N
N
depan :
Kanan
Sonor
Sonor
Sonor
N
N
N
N
N
N
belakang:
Kiri
kanan
Sonor
Sonor
Sonor
kiri
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Auskultasi :
depan:
Kanan
Vesikuler N
Vesikuler N
Vesikuler N
Kiri
Vesikuler N
Vesikuler N
Vesikuler N
belakang:
kanan
Vesikuler N
Vesikuler N
Vesikuler N
kiri
Vesikuler N
Vesikuler N
Vesikuler N
Ekstremitas :
Urogenital
Nilai Normal
0 - 0,35 mm/dl
0,2 - 0,12 mm/dl
0 - 38 U/L
0 - 40 U/L
98 - 279 U/L
3,4 - 7 mg/dl
<140 mg/dl
4,0 10,0
11,0 16,0
2,0 7,0
50,0 70,0
0,8 4,0
20,0 40,0
3,50 5,50
37,0 50,0
100
300
: ?????
POMR
Assessment
Planning terapi
Planning monitoring
diagnosis
TB limfadenitis
- Rontgen
- Inf D5 14 tpm
cervikalis
- O2 2L/m
- Injeksi cefotaxim
3x1 gr
sinistra
Planning
Thorax PA
- Pemeriksaan
Sputum
- Hasil pmx PA
PA
- DL, LED
- Foto toraks
- Terapi sesuai
- Vit B complex
3x1 tablet
-Observasi TTV
- Observasi gejala
klinis
- Observasi tandatanda metastasis
- Bronkoskopi
- Bronkografi
- LED dan DL
- Foto toraks
- Sputum BTA
- OAT sesuai
kategori
- TTV
- Gejala klinis
- Antibiotik :
- Rontgen
Ciprofloxacin tab
- Sputum BTA
500 mg 2x1
- DL LED
1. Medika mentosa
Pengobatan TB kategori 3 kriterianya yaitu TB Paru (kasus baru) dengan
pemeriksaan BTA negatif dan terdapat TB di luar paru dengan kasus
ringan.
Paduan obat yang diberikan : 2 RHZ / 4 R3H3
Alternatif : 2 RHZ/ 4RH atau 6 RHE
2. Non medika mentosa
Edukasi kepada pasien :
a. Penderita disarankan menggunakan masker agar percikan pada saat
batuk atau bersin tidak menyebarkan kuman ke udara
b. Penderita disarankan tinggal dalam ruangan yang memilki ventilasi
yang baik dan terpapar sinar matahari langsung serta tidak boleh
lembab
c. Penderita tidak diperbolehkan menekan-nekan benjolan pada leher
kanan
d. Penderita dianjurkan untuk tidak keluar pada malam hari dan tidak
boleh terlalu capek.
LEMBAR FOLLOW UP
Tanggal
Subjektif
Objektif
Assesment
Planning
8
- Tb kelenjar
coli sisnistra
susah tidur
37,10 C
- Inf RL 14 tpm
- Injeksi Cefotaxim
3x1 gr
- Injeksi Ranitidin
Thorak :
2x1 amp
-Injeksi
Metoclopramid
3x1 amp
-Antasida syr 3x1
Palpasi : ketinggalam
cth
gerak (-)
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : vesikuler N /
vesikuler N, Rh(-/-), Wh
(-/-)
5.9.
Mual (+) ,
2014
(-),
36,50 C
Thorak :
Inspeksi : simetris (+),
- Tb kelenjar
coli sisnistra
- Inf RL 14 tpm
- Injeksi Cefotaxim
3x1 gr
- Injeksi Ranitidin
2x1 amp
-Injeksi
Metoclopramid
3x1 amp
Palpasi : ketinggalam
gerak (-)
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : vesikuler N /
vesikuler N, Rh(-/-), Wh
9
(-/-)
6.9.2014
Mual (-)
- Tb kelenjar
Inf RL 14 tpm
coli sisnistra
- Injeksi Cefotaxim
(-),
36,3 C
3x1 gr
Thorak :
Inspeksi : simetris (+),
- Injeksi Ranitidin
2x1 amp
-Injeksi
Metoclopramid
3x1 amp
Palpasi : ketinggalam
gerak (-)
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : vesikuler N /
vesikuler N, Rh(-/-), Wh
(-/-)
BAB II
10
ANALISIS KASUS
PEMERIKSAAN FISIK
ANAMNESIS
Thorak :
riwayat
minum
riawat
operasi
Lab Lengkap
LED
GDA
OAT
LAB
Foto Thoraks
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : vesikuler N /
vesikuler N, Rh(-/-), Wh (-/-)
Diagnosis Banding:
Limfadenitis TB
Limfoma
Limfadenopati
Pemeriksaan
Penunjang
Ro Thoraks
Lab Lengkap
Cek Sputum
Biopsi kalenjar getah
bening
LED
Diagnosis
I.
PROGNOSIS
11
Prognosis baik jika penderita patuh menjalani pengobatan secara rutin dan
tidak putus obat.
BAB III
PEMBAHASAN DAN TEORI YANG MENDUKUNG
Tinjauan Pustaka Kasus
1. Definisi
Limfadenitis merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau getah
bening. Jadi, limfadenitis tuberkulosis (TB) merupakan peradangan pada
kelenjar
limfe
atau
(Ioachim, 2009).
12
(McClay, 2008).
terpajan
dasar
atau
melalui
kontak
2. Epidemiologi
Limfadenitis tuberkulosis perifer merangkum ~ 10% dari kasus-kasus
tuberkulosis
di
Amerika
Serikat.
Karakteristik
epidemiologi
termasuk
3. Etiologi
Infeksi Mikrobakterium tuberculosis sp.
13
4. Patofisiologi
Secara umum penyakit tuberkulosis dapat diklasifikasikan menjadi TB
pulmoner dan TB ekstrapulmoner. TB pulmoner
dapat
diklasifikasikan
sedangkan
TB
Basil
tuberkulosis juga dapat menginfeksi organ lain selain paru, yang disebut
sebagai
TB
ekstrapulmoner.
Menurut
Raviglione
(2010),
organ
bening,
pleura,
dengan cara inhalasi droplet. Sampai di paru, basil TB ini akan difagosit oleh
makrofag dan akan mengalami dua kemungkinan. Pertama, basil TB akan
mati difagosit oleh makrofag. Kedua, basil TB akan dapat bertahan hidup
dan bermultiplikasi dalam makrofag sehingga basil TB akan dapat menyebar
secara limfogen, perkontinuitatum, bronkogen, bahkan hematogen.
Demikian itu, patogenesis Lifadenitis tuberkulosis inguinalis terisolasi
dapat dijelaskan oleh reaktivasi lokal infeksi dormant, akibat dari penyebaran
limfogen Mycobacterium dari fokus paru subklinis. Penyebaran basil TB ini
pertama sekali secara limfogen menuju kelenjar limfe regional hilus , dimana
penyebaran basil TB tersebut akan menimbulkan reaksi inflamasi di
sepanjang
saluran
limfe
(limfangitis)
dan
kelenjar
limfe
regional
14
hal penting. Pertama, fokus Ghon berarti dalam tubuh seseorang sudah
terdapat imunitas seluler yang spesifik terhadap basil TB. Kedua, fokus
Ghon merupakan suatu lesi penyembuhan yang didalamnya berisi basil TB
dalam keadaan laten yang dapat bertahan hidup dalam beberapa tahun dan bisa
tereaktivasi kembali menimbulkan penyakit (Datta, 2004).Jika terjadi reaktivasi
atau reinfeksi basil TB pada orang yang sudah memiliki imunitas seluler,
hal ini disebut dengan TB post-primer. Adanya imunitas seluler akan
membatasi penyebaran basil TB lebih cepat daripada TB primer disertai
dengan pembentukan jaringan keju (kaseosa). Sama seperti pada TB primer,
basil TB pada TB post-primer dapat menyebar terutama melalui aliran limfe
menuju kelenjar limfe lalu ke semua organ (Datta, 2004). Kelenjar limfe hilus,
mediastinal, dan paratrakeal merupakan tempat penyebaran pertama dari infeksi
TB pada parenkim paru (Mohapatra, 2009).
Basil
TB
juga
dapat
15
6. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis definitif adalah dengan kultur atau amplifikasi nucleic
amplifikasi Mycobacterium tuberculosis; demonstrasi basil tahan asam
dan
sirkulasi.
Pemeriksaan dengan ELISA (Enzyme-Linked Immunoadsorbent
Assay) dilaporkan memiliki sensitivitas 60-80 % , tetapi pemeriksaan
16
2009).
2. Bakteriologis
Kultur kuman tuberkulosis merupakan baku emas dalam diagnosis.
Tantangan yang dihadapi saat ini adalah bagaimana mengonfirmasi diagnosis
klinis dan radiologis secara mikrobakteriologis. Masalah terletak pada
bagaimana mendapatkan spesimen dengan jumlah basil yang adekuat.
Pemeriksaan mikroskopis dengan pulasan Ziehl-Nielsen membutuhkan 104
basil per mililiter spesimen, sedangkan kultur membutuhkan 103 basil per
mililiter
spesimen.
Kesulitan
lain
dalam
menerapakan
pemeriksaan
hari. Kendala yang sering timbul adalah kontaminasi oleh kuman lain, masih
tingginya harga alat dan juga karena sistem ini memakai zat radioaktif. Untuk
itu dipikirkan bagaimana membuang sisa-sisa radioaktifnya (Newanda, 2009).
7. Terapi
Terapi antimycobacteria oral (OAT) tetap menjadi dasar dari perawatan,
tetapi respon lebih lambat dibandingkan dengan dalam tuberculosis paru; sakit
terus-menerus dan pembengkakan itu sering, dan reaksi paradox meningkat dapat
terjadi di 20% dari pasien. Peran steroid kontroversial. Pada awal perjalanan
penyakit biopsy eksisional layak diberi pertimbangan bagi kedua-dua diagnosis
optimal dan manajemen untuk tanggapan yang lambat terhadap terapi OAT.
(Fontanilla JM, Barnes A, von Reyn CF, 2011)
18
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Farmakologi FK UGM. 2008. Farmakoterapi Antiinfeksi/Antibiotika.
Petunjuk Kuliah Diskusi Untuk Kalangan Sendiri.
Bezabih M, Mariam DW, Selassie SG. Fine needle aspiration cytology of
suspected
tuberculous lymphadenitis. Cytopathology 2002; 13 (5) : 284-90.
Dandapat MC, Mishra BM, Dash SP, Kar PK. Peripheral lymph node
tuberculosis: a
review of 80 cases. Br J Surg 1990; 77 (8) : 911-2.
Fontanilla JM, Barnes A, von Reyn CF, Current diagnosis and management of
peripheral
tuberculous lymphadenitis. Clin Infect Dis. 2011;53(6):555.
Koch, AL. 2003. Bacterial Wall as Target for Attack: Past, Present, and Future
Research. Clinical Microbiology Reviews. Clin Microbiol Rev. 2003
October; 16(4): 673687
Madigan M; Martinko J (editors). (2005). Brock Biology of Microorganisms (11th
ed.). Prentice Hall.
Madoff, LC. 2008. Introduction to Infectious Diseases: HostPathogen
Interactions. Harrisons Internal of Medicine. Ney York: BooksOvid
Miller, N. 2008. Antibiotic Guideline. New York
Newanda, JM. 2009. Spondilitis tuberkulosa. (Online),
(http://newandajm.wordpress.com/2009/09/03/spondilitis-tuberkulosa/.
Onuigbo
WI.
Nigeria. Br
Tuberculous
J Su
19
20