Anda di halaman 1dari 1

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah berkata dalam hadits Abu Hurairah

radhiyallahu anhu
Telah ditulis bagi setiap Bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia akan melakukannya, kedua mata
zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lidah(lisan) zinanya adalah
berbicara, tangan zinanya adalah memegang, kaki zinanya adalah melangkah, sementara kalbu
berkeinginan dan berangan-angan, maka kemaluan lah yang membenarkan atau mendustakan.

(Muttafaq 'alaih)
Hadits ini menunjukkan bahwa memandang lawan jenis selain mahramnya yang tidak
-

halal untuk dipandang meskipun tanpa syahwat adalah zina mata.


Mendengar ucapan dan Berbicara dengan lawan jenis selain mahramnya dalam bentuk
menikmati bila terus/sering berbicara dengan lawan jenis atau menggoda/merayunya
adalah zina telinga dan lisan.
Maka janganlah kalian (para istri Nabi Shallallahu alaihi wa sallam) berbicara dengan
suara yang lembut, sehingga lelaki yang memiliki penyakit dalam kalbunya menjadi
tergoda dan ucapkanlah perkataan yang maruf (baik). (Al-Ahzab: 32)

Mengayunkan langkah menuju dambaan yang menarik hatinya adalah zina kaki.
Contoh : Ketika hendak menghadiri majlis atau syuro karena ada orang yg menarik

hatinya ini juga sudah termasuk zina kaki.


Sementara kalbu berkeinginan dan mengangan-angankan si pujaan hati yang
memikatnya, maka itulah zina kalbu.
Contoh : Seperti halnya mengharapkan/merindukan memilikinya suatu hari nanti yang
bukan mahramnya, menyebut-nyebut namanya baik disaat sendirian maupun disaat
ramai.
Maka janganlah kalian kuasai hati-hati kalian dari hawa nafsu terhadap dunia dan

isinya melainkan hanya untuk mengingat Allah.


Menyentuh lawan jenis selain mahramnya yang tidak dihalalkan untuk disentuh baik
dengan memegang atau yang lainnya adalah zina tangan.

Tidak. Demi Allah, tidak pernah sama sekali tangan Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam menyentuh tangan wanita (selain mahramnya), melainkan beliau membaiat
mereka dengan ucapan (tanpa jabat tangan). (HR. Muslim)

Dari hadist ini kita tahu bahwa bersentuhan dengan yang selain mahramnya itu tidak
-

diperkenankan walaupun tanpa syahwat, pasti begitu pula dengan bagian lain.
Kemudian boleh jadi kemaluannya mengikuti dengan melakukan perzinaan yang
berarti kemaluannya telah membenarkan; atau dia selamat dari zina kemaluan yang

berarti kemaluannya telah mendustakan.


Sumber: Syarh Riyadhis Shalihin Imam Nawawi, pada bab ke-290
Sesungguhanya apabila seseorang telah terhindar dari perkara tersebut niscaya kita akan
seenantiasa berada dalam naungan Ridha dan Rahmat-Nya.
Sebagaimana dalam mengarungi medan dakwah apabila terhindar dari perkara tersebut maka
terhindar pula esensi dakwah yang diperoleh dari hal-hal yang merendahkan tujuan
kemurnian dakwah.
Wallahualam Bishowab

Anda mungkin juga menyukai