Anda di halaman 1dari 16

PERHITUNGAN GERHANA MATAHARI

Seri satu
Oleh : Muhammad Wasil

Bismillaahirrohmaanirrohiim.
Tulisan ini hanyalah melengkapi tulisan-tulisan tentang perhitungan gerhana
matahari baik yang beredar malalui buku-buku, makalah-makalah pelatihan maupun
lewat media website ataupun blog dan lainnya.
Perhitungan gerhana matahari system ephemeris atau seperti tulisan dari Bapak
Feryy Simatupang misalnya atau system Ephemeris Depag, adalah memperkirakan
kapan terjadinya gerhana matahari tersebut secara global, namun belum menerangkan
perhitungan di manakah gerhana tersebut dapat disaksikan atau dengan kata lain di
bumi manakah jatuhnya bayangan bulan.
Berbeda lagi perhitungan gerhana matahari system kitab-kitab klasik, seperti
Alkhulashotul Wafiyyah, atau Nurul Anwar, dalam kitab tersebut, diuraikan cara
memperkirakan kapan terjadinya gerhana, kemudian juga dilengkapi cara untuk
mengecek apakah suatu daerah apakah bisa melihat gerhana ataupun tidak, namun juga
tidak menerangkan di manakah sebenarnya jatuhnya bayangan bulan tersebut.
Tulisan ini mencoba mengupas dan menghitung tentang di permukaan bumi
manakah bayangan bulan jatuh ketika gerhana matahari terjadi. Namun tidak lagi
membahas tentang perkiraan kapan gerhana matahari tersebut, maka untuk keperluan
tersebut pembaca sekalian dipersilakan merujuk ke sumber-sumber yang penulis
sebutkan di atas, ataupun sumber lain yang sesuai.
Kemudian setelah berhasil mendapatkan nilai waktu saat terjadinya gerhana
matahari yang dimaksud, maka perhitungan yang akan diterangkan di bawah ini bisa
dilakukan untuk mendapatkan gambaran lebih lengkap tentang gerhana matahari
tersebut.
Perhitungan ini bisa dilakukan untuk waktu kapan saja selama proses gerhana
matahari tersebut berlangsung.

1. geometri gerhana

Gambar.1

Gambar. 2

Gambar. 3
Dari gambar di atas dapat kita ketahui bahwa geometri gerhana dapat kita lukiskan
dengan dua buah segitiga utama, yaitu :
1. segitiga yang terbentuk antara titik pusat bumi matahari titik pusat
bayangan pada bidang dasar segitiga tersebut
2. segitiga yang terbentuk antara titik pusat bumi bulan titik pusat bayangan
pada bidang dasar segitiga tersebut.
sudut yang terbentuk antara garis yang menghubungkan pusat bumi dengan
matahari dan garis yang menghubungkan pusat bumi dengan bulan merupakan sudut
elongasi anatara matahari dan bulan.
Jarak jatuhnya sumbu bayangan maupun unsur- unsur yang lain dipengaruhi oleh
sudut elongasi tersebut maupun jarak matahari maupun bulan dari pusat bumi.
Maka dengan mengetahui besarnya elongasi matahari dengan bulan, jarak
matahari maupun bulan dari pusat bumi, maka keadaan gerhana matahari tersebut bisa
kita hitung.

2. Data yang diperlukan untuk perhitungan


Secara terperinci data yang
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

jam dalam universal time (UT)


perata waktu (pw)
asensiorekta matahari (am)
asensiorekta bulan (ab)
deklinasi matahari (dm)
deklinasi bulan (db)
jarak matahari bumi dalam satuan radii (jm)
jarak bulan bumi dalam satuan radii (jb)
jari-jari lingkaran matahri dalam satuan radii (rm)
jari-jari lingkaran bulan dalam satuan radii (rb)

contoh :
untuk gerhana matahari tanggal 9 Maret 2016
kita ambil saat pertengahan gerhana, jam 1 : 57 : 48 UT, saat elongasi antara
matahari dan bulan mencapai nilai terkecil.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Jam
Pw
am
ab
dm
db
jm

= 1 : 57 : 48 UT
= -0,175236172
= -0j : 10m : 30,85d
= 349,829366
= 349 49 45,72
= 349,7537725
= 349 45 13,58
= -4,377411393
= -4 22 38,68
= -4,137378653
= -4 08 14,56
= 23283,534968446300

h. jb
i. rm
j. rb

= 56,554358727301
= 109,9088
= 0,27252

data ephemeris di atas penulis hitung dengan algorithma yang diambil dari :
How to compute planetary positions, By Paul Schlyter, Stockholm, Sweden
http://stjarnhimlen.se/comp/ppcomp.html

3. proses perhitungan

Gambar 4
Penjelasan gambar :

= titik Aries (haml)


KLU
= kutub langit utara
M
= matahari
B
= bulan
AM
= asensiorekta matahari
AB
= asensiorekta bulan
MM
= deklinasi matahari
BM
= deklinasi bulan
BM
= selisih asensiorekta bulan matahari, bernilai sama dengan sudut
yang terbentuk di kutub

BM
= elongasi bulan matahari
Asensiorekta dihitung sebesar panjang busur antara titik A sampai benda langit di
sepanjang lingkaran ekuator atau sebesar sudut yang terbentuk di titik O yang terbentuk
oleh garis AO dan garis yang menghubungkan O dengan benda langit bisa juga sudut di
kutub yang terbentuk oleh garis deklinasi yang melewati titik haml dan garis deklinasi
benda langit tersebut. Dapat dinyatakan dengan sudut jam maupun derajat.
3.1. selisih ansiorekta (sa)
selisih asensiorekta bulan matahari adalah besarnya sudut BOM. Dan besarnya
sama dengan sudut yang terbentuk di titk K oleh lingkaran deklinasi matahari dan
lingkaran deklinasi bulan.
rumus : sa = ab am
sa
= 349,7537725 - 349,829366

= -0,075593922

3.2. Elongasi matahari bulan (E)


Dalam ganbar.3 kita ketahui bahwa elongasi bulan matahari adalah busur yang
menghubungkan anatar titik B dan M. Dapat dihitung dengan memperhatikan sebuah
segitiga bola KBM, dimana unsur yang sudah diketahui adalah KM = 90- dm, KB = 90
db dan sudut K. Panjang busur elongasi juga bernilai sama denga sudut BOM. maka
panjang busur BM dapat diselesaikan dengan rumus cosinus sebagai berikut :
rumus : cos(E) = cos(sa) . cos(dm) . cos(db) + sin(dm) . sin(db)
cos(E)
= cos(-0,075593922) . cos(-4,377411393) . cos(-4,137378653)
+ sin(-4,377411393) . sin(-4,137378653)
cos(E)
E

= 0,99999036
= 0,25159224

= 0 15 05,73

3.3. jarak linier matahari bulan (mb)

Gambar.5
Keterangan gambar :
OM
= jarak matahari ke bumi (jm)
OB
= jarak bulan ke bumi (jb)
MOB
= sudut elongasi bulan matahari
Maka jarak MB dapat dihitung dengan aturan cosinus segitiga datar
Bahwa MB2 = OM2 + OB2 2 . OM . OB . cos O sehingga MB adalah akarnya
rumus : mb ( jm2 + jb2 2 . Jm . Jb . cos(E) )
mb
= ( 23283,5349684463002 + 56,5543587273012
2 . 23283,534968446300 . 56,554358727301 . cos(0,25159224) )
mb

= 23226,981156282700

yang perlu diperhatikan adalah jm merupakan bilangan yang sangat besar


sementara kemudian jb maupun nilai cosinus sudut elongasi merupakan bilangan yang
kecil maka akurasinya sangat dipengaruhi oleh alat yang digunakan, sebaiknya
gunakanlah kalkulator yang mempunyai jumlah digit besar atau menggunakan
computer.
3.4. sudut bulan dari bidang dasar (sb)
dari gambar.4 kita juga bisa mengetahui bahwa:
cos(BOA) = OA / OB , sehingga
OA
= OB . cos(BOA)
Sementara :
MOA
= BOA + MOB
= BOA + elongasi
Cos(BOA +elongasi) = OA / OM, sehingga
OA
= OM . cos(BOA +elongasi)
Maka:
OB . cos(BOA)
OB . cos(BOA)

= OM . cos(BOA +elongasi)
= OM . cos(BOA) . cos(elongasi) OM . sin(BOA) . sin(elongasi)
= OM . cos(BOA) . cos(elongasi) OM . sin(BOA) . sin(elongasi)

Jika kedua sisi dibagi dengan cos(BOA) maka :


OB
= OM . cos(elongasi) OM . tan(BOA) . sin(elongasi)
Sehingga :
OB OM . cos(elongasi) = - OM . tan(BOA) . sin(elongasi)
( OB OM . cos(elongasi) ) / (- OM . sin(elongasi) = tan(BOA)
Tan(BOA)
= ( OM . cos(elongasi) OB ) / ( OM . sin(elongasi) )
7

Dari persamaan di atas maka untuk menghitung besar sudut bulan dari bidang dasar
dapat dikerjakan dengan rumus sebagai berikut :
rumus : tan(sb) = ( Jm . cos(E) Jb ) / ( Jm .sin(E) )
tan(sb)
= (23283,534968446300 . cos(0,25159224) 56,554358727301 )
/ (23283,534968446300 . sin(0,25159224) )
Sb
= 89,74779517
= 89 44 52,06

3.5. sudut matahari dari bidang dasar (sm)


rumus : sm = E + sb
sm
= 0,25159224 + 89,74779517 = 89,99938741 = 89 59 57,79
3.6. jarak linier bulan ke bidang dasar (bbds)
dari gambar.4 , jika sudut BOA maupun MOA diketahui maka jarak BA maupun jarak
MA dapat diketahui juga, yaitu dengan membandingkan nilai sinus sudut-sudut
tersebut. Untuk keperluan ini bahwa sin(BOA)= OA / OB, sementara sin(BOA) dan OB
sudah diketahui maka OA = sin(BOA) . OB.
Dari persamaan di atas maka jarak linier bulan ke bidang dasar dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
rumus : bbds = sin(sb) . Jb
bbds
= sin(89,74779517) . 56,554358727301
bbds
= 56,55381083
jika sudut OB sudah diketahui, sudut BOA sudah diketahui, BA juga sudah diketahui
maka jarak OA mudah juga dihitung, bisa dengan persamaan kuadrat sisi-sisi segitiga
tersebut maupun dengan menggunakan nilai cosinus sudut BOA. Missal kita ambil
dengan menggunakan nilai cosinus, maka
3.7. jarak sumbu bayangan bulan ke titik pusat bumi di bidang dasar atau alas
(a)
rumus : a = cos (sb) . jb
a
= cos (89,74779517) . 56,554358727301
a
= 0,248940436
bisa juga didapat dari
a
= sos(sm) . jm
a
= ( jb2 bbds2)
a
= ( jm2 (bbds + mb)2)
8

secara teoritis seharusnya hasilnya sama, jika tidak sama maka hal itu dipengaruhi
oleh distorsi proses maupun alat hitungnya.
jika a > 1 maka sumbu bayangan tidak menyentuh bumi, perhitungan tidak perlu
dilanjutkan, gantilah untuk waktu yang lain
jika dalam perhitungan, a < 1

Gambar.6
Keterangan :
Sumbu bayangan menembus bumi memotong tegak lurus bidang dasar sejauh
a dari pusat bumi, bumi dengan jari-jari 1 radii, maka a adalah nilai cosinus
dari sudut proyeksi sumbu (ss)
3.8. sudut sumbu bayangan dari bidang dasar (ss)
Rumus : cos(ss) = a
cos(ss)
= 0,248940436
ss
=75,58517848 = 75 35 06,64

3.9. Jarak sumbu bayangan dari proyeksi matahari di permukaan bumi (jsm)
Rumus : jsm = sm ss
jsm
= 89,99938741 75,58517848
jsm
= 14,41420893
= 14 24 51,15

Gambar. 7
Selanjutnya yang kita lakukan adalah menghitung koordinat tersebut berdasarkan
lintang dan bujurnya.
Langkah-langhkahnya adalah
Mengetahui koordinat lintang dan bujur titik proyeksi matahari tersebut di
permukaan bumi, kemudian menentukan lintang dan bujur titik-titik tersebut
berdasar jarak dan arah dari matahari. Karena titik-titik tersebut berada di lintasan
yang merupakan perpanjangan busur elongasi bulan matahari, maka arah atau
azimutnya mengikuti arah (azimuth) bulan dari matahari. Sementara data jarak dari
masing-masing titik dari matahari sudah kita dapatkan.
Karena ekuator langit berhimpitan dengan ekuator bumi maka nilai lintang matahari
adalah sama dengan milai deklinasinya, sementara nilai bujurnya dapat kita hitung
berdasarkan sudut waktu matahari tersebut berdasarkan jam UT.

10

Gambar. 8
3.10. Lintang proyeksi matahari di permukaan bumi (lm)
Rumus : lm = dm
lm
= -4,377411393
= -4 22 38,68
3.11. Bujur proyeksi matahari di permukaan bumi (bm)
Rumus : bm = -15 . (UT + pw) + 180
bm
= -15 . (1 : 57 : 48 + -0 : 10 : 30,85) + 180
bm
= -15 . (1 : 47 : 17,15 ) + 180
bm
= 153,1785426
= 153 10 42,75
jika positif berarti Bujur Timur
jika negatif berate Bujur barat
jika > 180 maka kurangkanlah dari 360
jika < 180 maka tambahlah dengan 360

11

Selanjutnya menghitung aziumut titik bulan adalah dengan menggunakan rumus


segitiga bola, dalam gambar.8 kita bisa menghitungnya berdasarkan segitiga bola
KBM, unsur-unsurnya adalah sebagai berikut :
KB
= (90 db)
KM
= (90 dm)
BM
= elongasi
Yang dicari adalah sudut yang ada di titk M

3.12. Azimuth proyeksi bulan dari proyeksi matahari (az)


Rumus : cos(az) = (sin(dm) . cos(E) sin(db)) / ( cos(dm) . sin(E) )
cos(az)
= (sin(-4,377411393) . cos(0,25159224) sin(-4,137378653))
/ ( cos(-4,377411393) . sin(0,25159224) )
cos(az)
= 0,954039807
az
= 17,43837865
= 17 26 18,16

Selanjutnya untuk menghitung nilai lintang maupun sumbu bayangan adalah dengan
memperhatikan segitiga bola KSM, yang mana unsur- unsurnya adalah :
KM
= (90 dm)
KS
= jsm
M
= az
Yang di cari adalah KS yang sama = (90 lss) dan sudut K yang merupaka selisih
asensiorekta (selisih bujur) titik S dan titik M.
Begitu juga cara menghitung libtabng dan bujur titik-titik yang lainnya.
3.13. Lintang sumbu bayangan (lss)
Rumus : cos(lpd) = cos(jsm) . sin(dm) + sin(jsm) . cos(dm) . cos(az)
cos(lss)
= cos(14,41420893) . sin(-4,377411393)
+ sin(14,41420893) . cos(-4,377411393) . cos(17,43837865)
lss
= 9,373702042
= 9 22 25,33
3.14. Selisih asensiorekta sumbu bayangan dengan matahari (assm)
Rumus : sin(assm) = cos(lss) . sin(jsm) / sin(az)
sin(assm)
= cos(9,373702042) . sin(14,41420893) / sin(17,43837865)
assm
=4,336211822
= 4 20 10,36
Tanda negatif maupun positifnya mengikuti sa (selisih ansensiorekekta bulan
dengan matahari)

12

Karena sa bertanda nrgatif, maka assm juga hrarus negatif maka hasil di atas
diubah menjadi negatif juga.
assm
= - 4,336211822
= - 4 20 10,36

3.15. Bujur sumbu bayangan (bss)


Rumus : bss = bm + assm
bss
= 153,1785426 + (- 4,336211822)
bss
= 148,842331
= 148 50 32,39
kesimpulan proses perhitungan di atas adalah bahwa pada jam 1 : 57 : 48 UT atau
8 : 57 : 48 WIB 9 Maret 2016 sumbu bayangan gerhana matahari jatuh di titik :
9 22 25,33 LU 148 50 32,39 BT.

jam

Jika dibandingkan dengan


software StarCalc 5.73
Pertengahan gerhana = 1 : 56 : 57 UT
Bujur: 148 51.6' T; Lintang: 10 6.6' U
www.eclipse.gsfc.nasa.gov/SEplot/SEplot2001/SE2016MAR097.GIF
Greates Eclipse = O1 : 57: 10.1 UT
Lat = 10 07,1 N
Long = 148 48,0 E
Untuk waktu dan bujur hasilnya berdekatan, untuk lintangnya selisih agak banyak
walaupun tidak sampai 1 derajat.

4. Membuat daftar
Untuk mendapatkan gambaran daerah yang disapu oleh sumbu bayangan bulan
ketika gerhana matahari kita tidak cukup membuat perhitungan di atas hanya untuk
waktu sesaat saja, namun kita perlu membuat seperti perhitungan di atas untuk waktuwaktu yang lain selama gerhana berlansung, karena untuk waktu yang berbeda tentu
mendapat hasil yang berbeda.
Maka kita bisa membuat daftar titik-titik tersebut misalnya mulai saat perkiraan
mulai gerhana sampai saat gerhana berakhir dibuat dalam interval waktu 10 menit atau
lebih pendek, semakin pendek intervalnya berarti kita mendapatkan koordinat titik-titik
tersebut lebih banyak.
Dengan program computer semacam MS Excel pekerjaan tersebut tentunya lebih
mudah untuk dibuat. Tentunya kita memerlukan semacam generator ephemeris,
sehingga kita bisa mendapatkan data-data yang diperlukan untuk perhitungan sesuai
waktu-waktu yang ditentukan. Contoh :

13

TITIK JATUH SUMBU BAYANGAN GERHANA MATAHARI 8 9 MARET 2016


8 MARET 2026 JAM 23 : 19 : 35,79 UT 9 MARET 2016 JAM 4 : 35 : 59,31 UT
Interval : 13 menit 10,98 detik

jam
UT
23 19 35,79
23 32 46,77
23 45 57,75
23 59 08,73
0 12 19,71
0 25 30,69
0 38 41,67
0 51 52,65
1 05 03,63
1 18 14,61
1 31 25,59
1 44 36,57
1 57 47,55
2 10 58,53
2 24 09,51
2 37 20,49
2 50 31,47
3 03 42,45
3 16 53,43
3 30 04,41
3 43 15,39
3 56 26,37
4 09 37,35
4 22 48,33
4 35 59,31

Sumbu
Lintang
0 ' "

Bujur
0 ' "

***
***
***
***
***
-3 16 13,80
-2 01 48,93
-0 26 54,64
1 18 26,73
3 11 04,33
5 09 35,79
7 13 24,78
9 22 20,84
11 36 32,26
13 56 24,87
16 22 45,44
18 56 51,87
21 40 58,77
24 39 33,85
28 05 17,39
***
***
***
***
***

***
***
***
***
***
109 09 09,88
119 52 38,49
126 57 06,83
132 28 08,36
137 07 27,47
141 16 02,32
145 07 04,09
148 50 24,80
152 34 44,57
156 28 58,01
160 43 45,21
165 33 56,34
171 23 45,50
179 02 09,67
-169 03 12,32
***
***
***
***
***

14

Dari daftar yang kita buat, sekarang kita mendapatkan gambaran awal mengenai daerah
yang dilewati sumbu gerhana matahari tersebut, jika pembaca punya peta titik tersebut
bisa diletakkan pada peta tersebut, kemudian titik-titik tersebut bisa dihubungkan satu
dengan yang lain sehingga menjadi sebuah garis. Namun perlu diingat ini belum
menggambarkan seluruh daerah yang disapu oleh gerhana. Meskipun begitu sudah
dapat dijadikan acuan awal proses selanjutnya.

5. Memperkirakan puncak gerhana pada suatu titik


Puncak gerhana yang terlihat dari suatu titik di permukaan bumi,(sekitar daerah
yang dilewati oleh garis jatuhnya sumbu bayangan ) adalah saat jarak antara titik
tersebut dan titik jatuhnya bayangan merupakan jarak terpendek.
Contoh : mengetahui saat puncak gerhana untuk sebuah titik di daerah Yogyakarta, kita
misalkan titik 7 45 37 LS 110 19 49 BT.
Berdasar daftar di atas kita bisa memperkirakan saat tersebut adalah antara :
jam 0 : 25 : 30,69 UT dan 0 : 38 : 41,67 UT
0 25 30,69
0 38 41,67

-3 16 13,80
-2 01 48,93

109 09 09,88
119 52 38,49

Dengan perhitungan kasar, kita anggap saja saat jarak terpendek tersebut adalah saat
titik sumbu bayangan tersebut jatuh bertepatan dengan nilai bujur 110 19 49 BT.
Kita bisa membuat sebuah interpolasi dari daftar sebagai berikut :
Selisih bujur = 119 52 38,49 - 109 09 09,88 = 10 43' 28,610''
Selisih waktu = 0 : 38 : 41,67 - 0 : 25 : 30,69 = 0,21971666666666667 = 0 : 13 : 10,980
Laju = selisih bujur/ selisih waktu
= 10 43' 28,610''/ 0 : 13 : 10,980 = 48,81110773976586 = 48 48' 39,988''
Laju = 48 48' 39,988''/ jam
110 19 49 - 109 09 09,88 = 1,17753333333333333 = 1 10' 39,120''
1 10' 39,120'' / 48 48' 39,988'' = 0,02412429030726566 jam = 0j 1m 26,847d
0 : 25 : 30,69 + 0j 1m 26,847d = 0 : 26 : 57,537 UT
Kesimpulan, bahwa puncak gerhana untuk titik 7 45 37 LS 110 19 49 BT
( halaman rumah penulis ) adalah jam 0 : 26 : 57,537 UT atau 6 : 26 : 57,537 WIB.
WALLAHU ALAM BISH SHOWAB.
15

Catatan akhir :
1.
hitungan ini hanya berlaku untuk gerhana matahari yang bertipe sentral
atau gerhana yang sumbu bayangannya menyentuh bumi.
2.
saat pertama kali bayangan menyentuh bumi adalah bukan awal
gerhana tersebut, begitu juga saat sumbu lepas dari bumi juga bukan
akhir prosesi gerhana.
3.
penulis hanya memaparkan cara dan proses pokok, data yang mau
dipakai bisa dengan sumber data lain yang mungkin lebih akurat, begitu
juga proses dan sitemnya perhitungannya bisa dikembangkan lebih
lanjut.
4.
insya Alloh bersambung.

Yogyakarta, 01 Mei 2012 M


/ 9 Jumadits Tsaniyah 1433 H
Muhammad Wasil
Penyuka Ilmu Falak
Tinggal di
Mlangi Rt 04/33 Nogotirto
Gamping Sleman
Yogyakarta 55292

16

Anda mungkin juga menyukai