Nurul Huda
Clara Meliyanti Kusharto
Merry Aitonami
Pendahuluan
Metodologi Penelitian
Kesimpulan
Pendahuluan
Latar Belakang
Protein
Albumin
(60 %)
Hipoalbuminemia
Makanan cair
berbasis tepung ikan
lele
Fungsi albumin
Indikator :
sintesa protein
status gizi
Terapi diet :
Ekstrak ikan gabus, putih telur,
makanan cair komersial,
obat-obatan
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengembangkan makanan cair berbasis tepung ikan lele (Clarias gariepinus)
sebagai alternatif sumber protein.
Tujuan Khusus
Mempelajari cara pembuatan makanan cair dan menentukan formula terbaik
dari makanan cair yang berbasis tepung ikan lele
Mengevaluasi sifat organoleptik makanan cair berbasis tepung ikan lele
Menganalisis sifat fisik kimia makanan cair berbasis tepung ikan lele (Clarias
gariepenus)
Menganalisis pengaruh penambahan tepung ikan lele (Clarias gariepenus)
terhadap sifat fisik (viskositas, total padatan terlarut, osmolaritas) formula.
Menganalisis pengaruh penambahan tepung ikan lele (Clarias gariepenus)
terhadap sifat kimia (kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein dan kadar
karbohidrat) formula.
Menghitung kontribusi zat gizi makanan cair terpilih terhadap Angka
Kecukupan Gizi (AKG) dewasa.
Melakukan uji klinis tepung ikan lele (Clarias gariepenus) di RSUD Cibinong
Manfaat Penelitian
Metodologi
Penelitian
Metode Penelitian
Waktu dan tempat
Tahap penelitian
Metode Penelitian
Pengolahan dan
analisis data
windows
SATUAN
FORMULASI
F2
25
F3
25
F1
30
35
35
30
Gula pasir
63
63
62
10
10
20
Maltodekstrin
50
45
30
30
40
50
Putih telur
70
70
70
Minyak zaitun
Minyak kacang
Minyak kelapa
SATUAN
FORMULASI
F1
F2
F3
Energi
kkal
1003
1010
1001
Protein
45.9 (18 %)
50.3 (20 %)
55.6 (22 %)
Lemak total
27.4 (24 %)
27.7 (25 %)
27.9 (25 %)
SAFA
6.69
7.34
5.61
MUFA
7.09
6.86
5.66
PUFA
3.96
3.38
4.18
KH
145 (57 %)
141 (56 %)
133 (53 %)
Uji Organoleptik
Uji hedonik dan mutu hedonik
netral,
agak suka,
suka,
sangat suka,
amat sangat
suka
Uji Kimia :
Kadar air
Kadar abu
Kadar protein
Kadar lemak
Kadar karbohidrat
Rancangan Percobaan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua kali pengulangan :
Yij = + Ti + ij
Yij
i
j
Ti
ij
Hasil &
Pembahasan
5,86
83,3 %
4.89
4.10
60%
20%
4,8
4,68
50%
33,3%
Hasil sidik ragam : perlakuan tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap rata-rata
tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur makanan cair.
7.35
7.00
5,25
6.00
5.00
80%
4,84
4.00
63,3%
53,3%
rasa
3.00
2.00
1.00
0.00
F1
F2
F3
83,3%
3.91
60%
30%
Hasil sidik ragam : perlakuan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap rata-rata tingkat
kesukaan panelis terhadap aroma makanan cair.
Hasil uji lanjut Duncan : rata-rata tingkat kesukaan aroma formula F1 berbeda nyata
dengan formula F2 dan formula F3.
5.72
warna
4.51
4.76
F2
F3
5
4
3
2
1
0
F1
6.06
5.12
4.85
4
3
2
1
0
F1
F2
F3
rasa
6.83
5.66
5.07
4
3
2
1
0
F1
F2
F3
5.07
5.07
5
4.9
4.8
4.65
4.7
4.6
4.5
4.4
F1
F2
F3
Hasil sidik ragam : perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai mutu
aroma ketiga formula
Formula Terpilih
Viskositas (cP)
Ulangan 1
5,5
7,5
6
Ulangan 2
5,5
7,5
6
Rata-rata
5,5
7,5
6
Rata-rata
17,5
19
16,5
Osmolaritas (mOsmol/kg)
Ulangan 1
Ulangan 2
445
440
435
433
469
471
Rata-rata
442,5
434
470
Perlakuan
F1
F2
F3
Rata-rata
77,70
76,68
80,48
Menurut Winarno (1992) kadar air susu adalah 85-90 %. Jika dibandingkan
dengan susu sapi kadar air makanan cair ini lebih rendah.
Rata-rata
0,99
1,14
0,96
Rata-rata
3,52
4,48
3,08
Hasil analisis lemak untuk ketiga formula berbeda dengan kadar lemak
yang diperoleh dari Food Processor Program (FP2) yaitu 2,7 g/100 ml
Hasil uji sidik ragam : perlakuan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap kadar
lemak makanan cair.
Uji lanjut Duncan : menunjukkan bahwa kadar lemak F2 berbeda nyata
dengan formula F1 dan formula F3.
Rata-rata
FP2
4,36
4,87
5,73
4,59
5,03
5,56
Rata-rata
F1
13,63
13,20
13,41
F2
12,61
13,02
12,81
F3
9,47
10,11
9,79
Menurut
BPOM (2011)
AKG dewasa
(30-49 tahun):
pria 60 g
wanita 50 g
Makanan
cair
minimal
mengandung protein 12 g per
saji.
Kandungan protein makanan cair
(formula F1) : 4,36 g/100ml
Makanan cair formula F1 dapat
dikonsumsi sebagai selingan
sebanyak 275 ml/hari
adalah formula F1 yang memiliki warna agak gelap, tekstur agak kental,
rasa netral dan aroma amis.
2. Hasil uji sidik ragam menunjukkan adanya pengaruh perlakuan dengan
tingkat kesukaan panelis terhadap (p<0,05) terhadap warna, rasa dan
aroma.
3. Komposisi sifat fisik kimia makanan cair terpilih (formula F1) yaitu kadar
air 77,7 %, kadar abu 0,99 %, protein 4,36 g, lemak 3,52 g karbohidrat
13,4 g, viskositas 5,5 cP, total padatan terlarut 17,5 %, osmolaritas 442,5
mOsmol.
4. Makanan cair F1 dapat dikonsumsi sebagai selingan sebanyak 275
ml/hari dapat memenuhi kebutuhan protein sekitar 20 % dari total
kebutuhan protein berdasarkan AKG dewasa.
Daftar Pustaka
Aitonam M. 2011. Pengaruh Pemberian Makanan Cair yang Diperkaya dengan Tempe terhadap
Respons Glukosa Darah Penyandang Diabetes Melitus di RSCM Jakarta [tesis]. Bogor:Institut
Pertanian Bogor.
Apriyantono A, D Fardiaz, NL Puspitasari , Sedarnawati, Budiyanto. 1988. Analisis Pangan.
Bogor:IPB Press.
Asikin, A dkk. 1998. Pemberian Ikan Gabus Pada Pasien Bedah di RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang. Malang : FK Unibraw.
Darmoutomo, Endang. 2001. Terapi Hipoalbuminemia. Jakarta: Majalah Gizi Medik Indonesia.
Hamid, Sydihatidkk. 1999. Pemberian Ekstrak Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus) untuk
Meningkatkan Kadar Albumin Pasien Pasca Bedah di RSUP Dr.M. Djamil [tesis]. Padang:AKZI
Depkes Padang.
Muchtadi D. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Bogor:Pusat Antar Universitas Pangan dan GiziIPB
Muchtadi D. 1992. Metode Kimia Biokimia dan Biologi Dalam Evaluasi Nilai Gizi Pangan.
Bogor:Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi-IPB
Nurachmah, Elly. 2001. Nutrisi dalam Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto
Nurtitus, Florentinus. 2007. Terapi Diet Pada Pasien Hipoalbuminemia. Semarang : ASDI Dalam
Makalah PIN ke III.
Rupii. 2007. Patofisiologi Hipoalbuminemia. Semarang : ASDI Dalam Makalah PIN ke III.
Setyaningsih D, Apriyantono A, dan Sari MP. 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan
agro. Bogor:IPB Press.