Anda di halaman 1dari 6

Andreas Julio Nembo

XII IPA 3/3

Iman dan Keluarga Menjadi Kunci Untuk Mengatasi


Bahaya Narkoba

Kasus-kasus narkoba telah menjadi epidemik di tengah masyarakat saat ini. Hal ini
bukan saja menimbulkan kekhawatiran mendalam tetapi juga berkaitan dengan
ketidakpedulian masyarakat tentang narkoba karena ketidaktahuan. Tidak sedikit pula orang
masih mengkaitkan masalah ini dengan mitos-mitos tertentu. Tetapi yang lebih parah adalah
kasus ini telah melibatkan generasi muda kita dan sikap diskriminatif terhadap para pengguna
narkoba.
Kondisi seperti ini tidak bisa didiamkan terus-menerus. Adalah tantangan bagi kita
semua untuk mengambil sikap secara bijaksana dan konkret mengimplementasikannya dalam
gerakan saling bahu-mambahu. Persoalannya bukan sekedar membongkar pemahaman yang
keliru mengenai narkoba tetapi menyangkut pola dan gaya hidup yang telah merasuk dalam
sendi-sendi kehidupan bermasyarakat. Kita perlu mengkaji pola dan gaya hidup tersebut agar
generasi muda tidak menjadi 'generasi yang hilang'.
Dalam hal ini tema pokoknya, yaitu Peranan Keluarga dan Iman dalam
Menanggulangi Penggunaan Narkoba. Karna itu bagian ini memberi gambaran bagaimana
peranan iman dan keluarga dalam ajaran agama Katolik terhadap masalah penyalahgunaan
narkoba.
Definisi Iman
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala
sesuatu yang tidak kita lihat. Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek
moyang kita. (Ibr 11:1-2).
Maka, kita mengetahui bahwa iman menjadi dasar pengharapan akan sesuatu yang
tidak kita lihat, dan iman itu timbul dari kesaksian tentang kebenaran. Karena yang

memberikan kesaksian tersebut pertama- tama adalah Allah sendiri melalui Kristus dan para
rasul-Nya, maka kita mempunyai alasan yang kuat untuk percaya. Sebab jika kesaksian
diberikan oleh manusia, maka kita tidak dapat yakin akan kebenaran sepenuhnya, namun jika
Allah sendiri yang memberikan kesaksian tersebut, maka kita dapat yakin akan
kebenarannya.
Dengan demikian iman berhubungan dekat dengan ketaatan. Tak heranlah bahkan di
Alkitab sendiri Rasul Paulus mengajarkan tentang keduanya sekaligus, yaitu tentang
ketaatan iman (Rom16:26 ; lih. Rom1:5 ; 2 Kor 10:5-6) kepada Tuhan. Maka Katekismus
Gereja Katolik mengajarkan:
KGK 1814

Iman adalah kebajikan ilahi, olehnya kita percaya akan Allah dan segala

sesuatu yang telah Ia sampaikan dan wahyukan kepada kita dan apa yang Gereja kudus
ajukan supaya dipercayai. Karena Allah adalah kebenaran itu sendiri. Dalam iman manusia
secara bebas menyerahkan seluruh dirinya kepada Allah (Dei Verbum 5). Karena itu,
manusia beriman berikhtiar untuk mengenal dan melaksanakan kehendak Allah. Orang
benar akan hidup oleh iman (Rom 1:17); Iman yang hidup bekerja oleh kasih (Gal 5:6).
Terlihatlah di sini bahwa iman yang sesungguhnya, haruslah iman yang disertai
dengan kasih, sebab tanpa kasih, iman itu mati (Yak 2:17, 26). Atau dengan perkataan lain,
iman tidak terpisahkan dari kasih, atau tanpa kasih sesungguhnya iman orang itu tidak nyata.

Keluarga Kristiani sebagai Ecclesia domestica


Makna keluarga sebagai Ecclesia Domestica (Gereja rumah tangga) dijelaskan
sebagai berikut:
1. Keluarga- keluarga Kristiani merupakan pusat iman yang hidup, tempat pertama iman akan
Kristus diwartakan dan sekolah pertama tentang doa, kebajikan- kebajikan dan cinta kasih
Kristen.
KGK 1656 keluarga-keluarga Kristen itu sangat penting sebagai pusat suatu iman
yang hidup dan meyakinkan.

KGK 1666 Keluarga Kristen adalah tempat anak-anak menerima pewartaan pertama
mengenai iman. satu sekolah untuk membina kebajikan-kebajikan manusia dan cinta
kasih Kristen.
2. Keluarga Kristiani merupakan tempat dilaksanakannya misi imamat bersama yang diterima
melalui Pembaptisan, yaitu dengan menyambut sakraman- sakramen, berdoa dan menerapkan
kasih.
KGK 1657 Disini dilaksanakan imamat yang diterima melalui Pembaptisan, yaitu
imamat bapa keluarga, ibu, anak-anak, semua anggota keluarga atas cara yang paling
indah dalam menyambut Sakramen-sakramen, dalam berdoa dan bersyukur, dengan
memberi kesaksian hidup suci, dengan pengingkaran diri serta cinta kasih yang aktif
(LG 10). Dengan demikian keluarga adalah sekolah kehidupan Kristen yang pertama.
3. Keluarga Kristiani merupakan presentasi dan pelaksanaan persekutuan Gereja, yaitu
persekutuan iman, harapan dan kasih.
KGK 2204 Keluarga Kristen adalah satu penampilan dan pelaksanaan khusus dari
persekutuan Gereja.
4. Keluarga Kristiani adalah persekutuan antar anggota- anggotanya, yang menjadi tanda dan
gambaran persekutuan Allah Trinitas.
KGK 2205 Keluarga Kristen adalah persekutuan pribadi-pribadi, satu tanda dan citra
persekutuan Bapa dan Putera dalam Roh Kudus.
5. Seperti halnya Gereja, keluarga- keluarga Kristiani mempunyai tugas mewartakan dan
menyebarluaskan Injil.
KGK 2205 Keluarga Kristen mempunyai suatu tugas mewartakan dan
menyebarluaskan Injil.

Peranan Iman dalam menanggulangi narkoba


Narkoba adalah perbuatan dosa. Jadi, cara untuk mengatasi keterikatan kita akan dosa
adalah dengan menguatkan iman kita dengan cara membiarkan kasih Kristus meraja di dalam

hati kita. Untuk itu, kita dapat melakukan retret, mempunyai kehidupan sakramen yang baik,
bertekun dalam Firman Tuhan dan doa-doa pribadi.
1. Retret atau rekoleksi menjadi pendobrak. Dengan mengikuti retret, bukan berarti seseorang
terbebas selamanya dari kebiasaan untuk melakukan dosa. Tanpa bekerjasama dengan rahmat
Allah secara terus-menerus, seseorang akan dengan mudah jatuh kembali ke dosa ini. Kalau
diumpamakan dengan penyakit yang telah parah dan ingin diobati, maka retret adalah seperti
melakukan operasi. Sama seperti setelah operasi diperlukan tahapan untuk mengubah pola
hidup dan pola makan yang teratur, maka setelah retret juga diperlukan perubahan sikap
hidup, yang harus dilakukan secara teratur dan terus menerus.
2. Menerima Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat secara teratur. Perubahan sikap hidup
dan laku spiritualitas harus dimulai dengan terus bergantung kepada rahmat Allah. Allah telah
memberikan sakramen sebagai cara yang dipilih-Nya untuk menyalurkan rahmat-Nya. St.
Leo Agung mengajarkan, Apa yang tampak pada Penebus kita, sudah dialihkan ke dalam
misteri-misteri-Nya/ sakramen-sakramen-Nya (KGK 1115). Dengan kata lain, setiap kali
kita menerima sakramen-sakramen, maka kita bertemu dengan Kristus yang menyalurkan
rahmat-Nya. Oleh karena itu, sudah seharusnya umat Allah menimba kekuatan dari rahmat
Allah yang mengalir dari sakramen-sakramen-Nya. Maka penting di sini agar kita memahami
makna sakramen, menghayatinya, dan mempersiapkan batin untuk menyambutnya, agar kita
dapat memperoleh buah-buahnya secara efektif.
3. Firman Tuhan menjadi pelita kehidupan. Sabda Tuhan mengajarkan, Segala tulisan yang
diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (2Tim 3:16). Dengan
semakin mendalami Firman Tuhan, kita akan semakin mengetahui apa yang Tuhan inginkan
dalam kehidupan kita. Firman Tuhan dapat menegur dan pada saat yang bersamaan dapat
memberikan kekuatan kepada kita untuk terus bertumbuh dalam kekudusan.
4. Memupuk kedekatan dengan Tuhan melalui doa. Doa memberikan kekuatan kepada kita,
sehingga kita diberikan kemampuan oleh Allah untuk dapat menghadapi godaan-godaan yang
terjadi dalam kehidupan kita. Kalau penerimaan Sakramen Tobat dan Sakramen Ekaristi
dilakukan secara teratur, juga dibarengi doa pribadi yang teratur dan sungguh-sunguh, maka
kita akan semakin bersatu dengan Tuhan dalam keseharian dan semakin dapat mengerti apa
yang diinginkan Allah dalam kehidupan kita, yaitu menjauhi dosa dan terus bertumbuh dalam
kekudusan (lih. 1Tes 4:3). Doa yang terus-menerus juga menjadi salah satu obatnya. Gereja

Katolik menganjurkan agar umatnya dapat melakukan ejaculation prayer, yaitu doa spontan
dengan kalimat-kalimat pendek, yang didaraskan sepanjang hari. Jika godaan datang atau di
tengah aktivitas sehari-hari, maka kita dapat memanjatkan doa singkat sesering mungkin,
seperti: Yesus, aku mengasihi-Mu; Yesus, kasihanilah aku; dll. Dengan demikian, doa
dapat mewarnai hari-hari kita dan menghindarkan kita dari perbuatan dosa.

Peranan Keluarga dalam menanggulangi narkoba


1. Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa gereja harus memberikan pelayanan pastoral
khusus bagi individu-individu yang keberadaannya tercabik-cabik oleh tragedi pribadi dan
menghancurkan serta bagi masyarakat yang merasa dirinya berkewajiban mengontrol gejala
yang semakin berbahaya, yakni penyalahgunaan narkoba
2. Beliau juga menyatakan: keluarga memiliki dan tetap masih menjadi sumber daya
kekuatan amat besar yang mampu mengangkat manusia dari anonimitasnya, mengembangkan
kesadarannya akan martabat pribadinya, memperkaya dengan perikemanusiaan yang
mendalam dan menempatkan secara aktif, dalam sifatnya yang unik, dalam tata-susunan
masyarakat (FC,80).
3. Contoh (model) keluarga kristiani tetap merupakan titik acuan utama yang dituntut bagi
setiap tindakan pencegahan, pengobatan, pemulihan vitalitas individual di dalam masyarakat.
Oleh karena itu, keluarga memiliki peran menjadikan kehidupan keluarganya sungguh
bersandarkan pada cinta pasangan suami-istri yang unik, setia dan tak terceraikan. Model
perkawinan Kristiani sebagai komunitas hidup dan cinta harus dipulihkan kembali sebab
kalau tidak, model-model yang egoistic dan individualistic akan berlaku. Hal ini menuntut
pendidikan saling memberikan dirinya sendiri dan kedermawanan yang dikaitkan dengan
pendidikan spiritual, agama dan moral yang terus menerus.
4. Sebagai Gereja Rumah Tangga (LG,11), keluarga hendaknya mampu menghadapi segala
sesuatu dalam Terang Sabda Allah (misalnya: melihat penderitaan dan pengorbanan tidak
hanya sebagai sesuatu yang negatif). Jika demikian keluarga menjadi suatu tempat
pertumbuhan dan harapan sebab setiap hari kehidupan kristiani dibangun kembali di
dalamnya melalui cinta, iman, kesabaran dan doa.

Anda mungkin juga menyukai