Anda di halaman 1dari 2

https://serbasejarah.wordpress.

com/2009/04/01/perang-padri-gerakanharimau-nan-salapan/

Lembaga
Harimau Nan Salapan yaitu lingkaran elit pemimpin Paderi yang terdiri dari 8
(delapan) orang tokoh penggerak utama (prime-mover) Gerakan Paderi di
Minangkabau pada awal abad ke-19. Meerka adalah
Haji Miskin, Pandai Sikek (Ketua)
1. Tuanku Nan Renceh di. Kamang,
2. Tuanku di Kubu Sanang;
3. Tuanku di Ladang Lawas,
4. Tuanku di Koto di Padang Luar,
5. Tuanku di Galung,
6. Tuanku di Koto Ambalau,
7. Tuanku di Lubuk Aur.
8. Tuangku Pamansingan

Harap dicek lagi


Tuanku Nan Tuo di Ampat Angkat. Oleh sebab itu Tuanku Nan Renceh yang lebih
berani dan lebih lincah telah berkali-kali menjumpai Tuanku Nan Tuo untuk meminta
agar ia bersedia menjadi imam atau pemimpin gerakan ini. Tetapi setelah bertukarpikiran berulang kali, Tuanku Nan Tuo menolak tawaran itu. Sebab pendirian Harimau
Nan Salapan hendak dengan segera menjalankan syariat Islam di setiap nagari yang
telah ditaklukkannya. Kalau perlu dengan kekuatan dan kekuasaan.
Tetapi Tuanku Nan Tuo mempunyai pendapat Yang berbeda; ia berpendapat apabila
telah ada orang beriman di satu nagari walaupun baru seorang, tidaklah boleh nagari itu
diserang. Maka yang penting menurut pandangannya ialah menanamkan pengaruh yang
besar pada setiap nagari. Apabila seorang ulama di satu nagari telah besar pengaruhnya,

ulama itu dapat memasukkan pengaruhnya kepada penghulu-penghulu, imam-khatib


mantri dan dubalang.
Pendapat yang berbeda dan bahkan bertolak belakang antara Tuanku Nan Tuo dengan
Harimau Nan Salapan sulit untuk dipertemukan, sehingga tidak mungkin Tuanku Nan
Tuo dapat diangkat menjadi imam atau pemimpin gerakan ini. Untuk mengatasi
masalah ini, Harimau Nan Salapan mencoba mengajak Tuanku di Mansiangan, yaitu
putera dari Tuanku Mansiangan Nan Tuo, yakni guru daripada Tuanku Nan Tuo Ampat
Angkat. Rupanya Tuanku yang muda di Mansiangan ini bersedia diangkat menjadi
imam atau pemimpin gerakan Harimau Nan Salapan, dengan gelar Tuanku Nan Tuo.
Karena yang diangkat menjadi imam itu adalah anak daripada gurunya sendiri, sulitlah
bagi Tuanku Nan Tuo Ampat Angkat itu untuk menentang gerakan ini. Padahal
hakikatnya yang menjadi imam dari gerakan Hariman Nan Salapan adalah Tuanku Nan
Renceh; sedangkan Tuanku di Mansiangan hanya sebagai simbol belaka.
Kaum Harimau Nan Salapan senantiasa memakai pakaian putih-putih sebagai lambang
kesucian dan kebersihan, dan kemudian gerakan ini terkenal dengan nama Gerakan
Padri.
Setelah berhasil mengangkat Tuanku di Mansiangan menjadi imam gerakan Padri ini,
maka Tuanku Nan Renceh selaku pimpinan yang paling menonjol dari Harimau Nan
Salapan mencanangkan perjuangan padri ini dan memusatkan gerakannya di daerah
Kameng. Untuk dapat melaksanakan syariat Islam secara utuh dan murni, tidak ada
alternatif lain kecuali memperoleh kekuasaan politik. Sedangkan kekuasaan politik itu
berada di tangan para penghulu. Oleh karena itu untuk memperoleh kekuasaan politik
itu, tidak ada jalan lain kecuali merebut kekuasaan dari tangan para penghulu. Karena
Kamang menjadi pusat perjuangan Padri, maka kekuasaan penghulu Kamang harus
diambil alih oleh kaum Padri, dan berhasil dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai