A. JUDUL PROGRAM
Aplikasi Pewarna Bubuk Merah Alami Berantioksidan Dari Ekstrak Biji Buah
Pinang (Areca catechu) sebagai bahan penganti pewarna sintetik pada produk
pangan
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Masalah utama kualitas pangan selain ditentukan oleh kecukupan gizinya,
perlu diperhatikan faktor keamananya. Faktor keamanan makanan antara lain
tergantung pada bahan tambahan makanan yang digunakan,misalnya pewarna.
Penambahan pewarna ke dalam makanan kini mejadi tren dan kebiasaan yang
sulit untuk dihilangkan. Tuntutan masyarakat untuk mengkonsumsi makanan
dengan kenampakan yang menarik dari segi warna menjadikan gencarnya
penambahan
pewarna.
Berkembangnya
industri
pengolahan
pangan
cacing. Ekstrak etanolik biji buah pinang mengandung tannin terkondensasi dan
terhidrolisis, senyawa fenolik, asam galat, serta garam (Wang and Lee,1996).
Polifenol seperti flavonoid dan galat mampu menghambat reaksi antioksidan
melalui mekanisme penangkapan radikal bebas (radical scavenging) dengan cara
menyumbangkan elektron pada elektron yang tidak berpasangan dalam radikal
bebas (Pokorni et al,2001). Hasil penelitian yang dilaporkan oleh Wetwitayaklung
(2006) bahwa aktivitas antioksidan dari ekstrak metanolik pinang dengan IC50
sebesar 10,515 g/ml. Untuk Mendapatkan senyawa antioksidan dalam biji
pinang perlu dilakukan proses ekstraksi. Antosianin adalah pigmen yang sifatnya
polar dan akan larut dengan baikdalam pelarut-pelarut polar (Hui,1992).
Biasanya pewarna yang digunakan konsumen adalah pewarna bubuk
karena mempunyai daya simpan yang lebih baik dan lebih praktis digunakan.
.Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian pembuatan pewarna bubuk merah
alami dari ekstrak biji buah pinang dengan jenis dan konsentrasi bahan pengisi
yang berbeda. Keuntungan lain dari pewarna alami dari ekstrak biji buah pinang
adalah adanya aktivitas antioksidan dan aman untuk dikonsumsi.
Dalam pembuatan pewarna bubuk alami berantioksidan dari biji pinang
dipilih dekstrin dan maltodekstrin sebagai bahan pengisi yang dapat meningkatkan
berat produk, memudahkan kecerahan warna dalam air dan melindungi warna dari
faktor fisik dan kimia. Gerlat (2000) menyatakan maltodekstrin memiliki daya
larut yang tinggi,memiliki sifat higroskopik yang rendah,mampu menghambat
kristalisasi dan memiliki daya ikat yang baik.
Faktor penting lain yang mempengaruhi proses preparasi pewarna bubuk
merah alami adalah konsentrasi bahan pengisi yang digunakan. Semakin banyak
bahan pengisi yang ditambahkan akan menigkatkan total padatan bubuk sehingga
mengurangi waktu pengeringan. Hasil penelitian Mira (2007), memunjukkan
perlakuan terbaik pada pembuatan pewarna bubuk alami dari angkak adalah
menggunakan dekstrin pada konbsentrasi sebesar 5 %. Untuk mendapatkan
pewarna bubuk alami yang aman, pelarut yang digunakan dalam mengekstrak
adalah air (Koswara,1999).
Ekstraksi Biji Buah Pinang sebagai pewana bubuk alami berantioksidan
diharapkan dapat memberikan alternatif pewarna merah alami pada bahan pangan
sebagai pengganti pewarna sintetik yang aman untuk dikonsumsi serta dapat
meningkatkan nilai tambah dari biji pinang (Areca catechu).
C. PERUMUSAN MASALAH
Dari uraian yang dipaparkan diatas maka dapat dirumuskan masalah yang
diteliti yaitu :
1. Formulasi proporsi antara konsentrasi dan jenis bahan pengisi untuk
mendapatkan pewarna bubuk alami berantioksidan dari biji pinang dengan sifat
fisik, kimia dan organoleptik yang terbaik.
2. Apakah Penambahan pewarna bubuk merah alami dari ekstrak biji pinang
dapat berpengaruh terhadap kualitas fisik,kimia dan organoleptik pada produk
pangan ?
D. TUJUAN PROGRAM
1. Menetukan formulasi proporsi antara konsentrasi dan jenis bahan pengisi untuk
mendapatkan pewarna bubuk alami berantioksidan dari biji pinang dengan sifat
fisik, kimia dan organoleptik yang terbaik
2. Mengetahui pengaruh penambahan pewarna bubuk merah alami dari ekstrak
biji pinang dapat berpengaruh terhadap kualitas fisik,kimia dan organoleptik
pada produk pangan
E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran yang diharapkan dari program ini adalah diperoleh adanya
proporsi konsentrasi dan jenis bahan pengisi yang tepat pada pewarna bubuk
merah alami berantioksidan dari biji buah pinang yang dapat mengantikan
pewarna sintetik pada produk pangan.
F. KEGUNAAN PROGRAM
1. Mengangkat potensi biji pinang sebagai pewarna alami berantioksidan yang
dapat diaplikasikan pada produk pangan penganti pewarna sintetis
2. Dapat memberikan alternatif produk pewarna bubuk alami berantioksidan yang
aman dan mampu berperan memperbaiki kualitas pewarna yang beredar
dimasyarakat serta meningkatkan nilai guna dan potensi buah pinang (Areca
catechu) sebagai bahan lokal.
G. TINJAUAN PUSTAKA
1. Biji Buah Pinang
Pinang merupakan tanaman family Arecaceae yang tingginya dapat
mencapai 15 20 m dengan batang tegak lurus bergaris tengah 15 cm. Biji buah
pinang berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk
dengan warna yang lebih muda. Pada bidang irisan biji tampak perisperm
berwarna coklat tua dengan lipatan tidak beraturan menembus endosperm yang
berwarna agak keputihan (Staples and Bevacqua, 2006).
Sifat sepat dan hemostik tannin ini yang berkhasiat untuk menguatkan gusi dan
menghentikan perdarahan (Haerudin, 2003).
2. Antioksidan
Antioksidan bermanfaat bagi kesehatan dan berperan penting untuk
mempertahankan mutu produk pangan. Berbagai kerusakan seperti ketengikan,
perubahan nilai gizi, perubahan warna dan aroma, serta kerusakan fisik lain
karena oksidasi dapat dihambat oleh antioksidan (Trilaksani, 2003). Antioksidan
harus ditambahkan sedini mungkin pada produk segar karena tidak dapat
membalikkan reaksi oksidasi yang telah terjadi. Tidak ada antioksidan tunggal
yang dapat bekerja untuk mencegah kerusakan oksidatif bagi semua produk
makanan.
Berdasarkan sumbernya, antioksidan dibagi dalam dua kelompok, yaitu
antioksidan sintetik (diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia) dan antioksidan
alami (hasil ekstraksi bahan alami). Antioksidan alami secara toksilogi lebih aman
dikonsumsi dan lebih mudah diserap oleh tubuh daripada antioksidan sintesis
(Madhavi et al., 1996). Penelitian menunjukkan bahwa antioksidan alami
memiliki aktivitas antioksidatif lebih tinggi daripada antioksidan sintesis,
sehingga penggunaan antioksidan alami mulai meningkat dan menggantikan
antioksidan sintesis (Paiva and Robert, 1999).
3.Aktivitas Antioksidan Biji Pinang
Rendemen yang dihasilkan dari proses ekstraksi menggunakan pelarut
jenis methanol pada biji pinang (variasi umur biji) dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rendemen ekstrak biji pinang (variasi umur biji)
Variasi umur biji pinang Rendemen (%)
1 bulan
21,85
2 bulan
20,59
3 bulan
16,10
4 bulan
23,41
6 bulan
18,88
8 bulan
13,77
Sumber: Wetwitayaklung (2006)
Tanaman pinang berpotensi antikanker karena memiliki efek antioksidan,
dan antimutagenik (Wang et al., 1996, Lee and Choi, 1999). Nilai aktivitas
antioksidan dari ekstrak biji pinang pada tingkatan umur biji yang berbeda
menunjukkan aktivitas antioksidan yang berbeda pada Tabel 3.
umur
biji
IC50 (g/ml)
1 bulan
13,47598
2 bulan
13,21283
3 bulan
12,10392
4 bulan
10,51488
6 bulan
12,05928
8 bulan
10,63328
Arecoline HBr
-78446,7
*
Ekstrak pinang
4,5
*
BHT
13,0
*
L-asam askorbat
7,5
Sumber: - Wetwitayaklung (2006)
- * Yong (2009)
Ekstrak etanolik biji buah pinang mengandung tanin terkondensasi, tanin
terhidrolisis, flavan, dan senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin, serta garam
(Wang and Lee, 1996).
4. Pewarna Makanan
Warna adalah persepsi yang dihasilkan dari deteksi cahaya setelah cahaya
tersebut berinteraksi dengan objek (Lawless dan Heyman, 1998). Warna makanan
sering menjadi indikator flavour dan rasa dari makanan tersebut (Downhan dan
Collins, 2000).
Sejak ditemukan pewarna sintetik, penggunaan pigmen semakin menurun
meskipun tidak menghilang sama sekali. Beberapa dasawarsa terakhir ini timbul
usaha-usaha untuk mendalami seluk beluk pigmen, khususnya untuk mengetahui
perubahan-perubahan warna dari bahan makanan oleh pengaruh berbagai
perlakuan pengolahan dan pemasakan (Winarno, 1995).
Penggunaan pewarna alami lebih aman daripada pewarna sintetis dan
digolongkan sebagai pewarna yang tidak perlu mendapat sertifikasi (Fardfiaz,
dkk.,1987). Dalam memformulasikan pewarna untuk makanan olahan, pertama
kali yang harus dicari adalah pewarna alami. Penggunaan pewarna sintetik selalu
dalam kekhawatiran bahwa setiap saat bahan in bisa dinyatakan tidak layak untuk
dipakai sebagai bahan pewarna makanan.
5. Bahan Pengisi
Menurut Dewi (2000), bahan pengisi merupakan bahan
yang
ditambahkan pada proses pengolahan pangan untuk melapisi komponenkomponen flavor, meningkatkan jumlah total padatan, memperbesar volume,
mempercepat proses pengeringan dan mencegah kerusakan bahan akibat panas.
Bahan tersebut berupa padatan dengan berat molekul tinggi yang mudah
terdispersi (Hartomo dan Widiatmoko, 1994).
5.1 Maltodekstrin
Maltodekstrin merupakan larutan yang terkonsentrasi dari sakarida yang
diperoleh dari pati pati yang ada atau yang diperoleh dari hidrolisa pati dengan
penambahan asam maupun enzim. Kebanyakan produk ini ada dalam bentuk
kering dan hampir tak terasa (Blanchard and Katz, 1995). Maltodekstrin pada
dasarnya merupakan senyawa hidrolisis pati yang tidak sempurna, terdiri dari
campuran gula gula dalam bentuk sederhana (mono dan disakarida dalam
jumlah kecil, oligosakarida dengan jumlah relatif tinggi serta sejumlah kecil
oligosakarida berantai panjang (Anonymous, 2002). Nilai DE (Derajat pemecahan
pati menjadi glukosa) maltodekstrin berkisar antara 3 20 (Hui, 1992).
Maltodekstrin sangat baik digunakan sebagai bahan pengisi untuk
meningkatkan volume dalam sistem pangan. Umumnya, maltodekstrin digunakan
dalam campuran bubuk kering, makanan ringan, produk produk roti, permen,
keju, pangan beku, dan saos karena kemudahannya membentuk dispersi kelarutan
cepat, higroskopis rendah, meningkatkan volume dan sebagai pengikat.
Maltodekstrin juga dapat digunakan dalam produk produk susu (Whistler and
Miller, 1999).
5.2 Dekstrin
Dekstrin merupakan senyawa polisakaridayang sangat larut dalam air dan
karena dapat mengikat zat-zat hidrofobikmaka digunakan sebagai bahan
tambahan makananuntuk memperbaiki tekstur (Winarno,2002). Dekstrin
adalah golongan karbohidrat dengan molekul tinggi yang dibuat dengan
modifikasi pati dengan asam (Hui,1992). Menurut stepen (1995),pembuatan
dekstrin dari pati melalui empat tahap perlakuan dengan asam, pengeringan,
pemanasan dan pendinginan.
6. Ekstraksi
6.1 Metode Ekstraksi
Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organik
yang digunakan pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan
dalam isolasi senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan
akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara
di dalam dan diluar sel sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma
akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena
dapat diatur lama perendaman yang dilakuakn. Pemilihan pelarut untuk proses
maserasi akan memberikan efektifitas yang tinggi dengan memperhatikan
kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut tersebut. Secara umum pelarut
metanol merupakan pelarut yang paling banyak digunakan dalam proses isolasi
senyawa organik bahan alam, karena dapat melarutkan seluruh golongan
metabolit sekunder (Darwis, 2000).
6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Ekstraksi
Faktor-faktor yang menentukan hasil ekstraksi yaitu jangka waktu sampel
kontak dengan cairan pengekstraksi (waktu ekstraksi), perbandingan antara
sampel terhadap cairan pengekstraksi (jumlah bahan pengekstraksi), ukuran bahan
dan suhu ekstraksi. Semakin lama waktu ekstraksi, kesempatan untuk bersentuhan
makin besar sehingga hasilnya juga bertambah sampai titik jenuh larutan.
Perbandingan pelarut dengan bahan berpengaruh terhadap efisiensi ekstraksi.
Jumlah pelarut yang berlebihan tidak akan megekstrak lebih banyak, namun
dalam jumlah tertentu pelarut dapat bekerja optimal (Susanto, 1999). Kehalusan
bubuk yang sesuai akan menghasilkan ekstraksi yang sempurna dalam waktu yang
singkat. sebaliknya bahan yang digiling terlalu halus dapat menyebabkan
pemampatan (stagnasi). Ekstraksi lebih cepat dilakukan pada suhu tinggi, tetapi
dapat mengakibatkan beberapa komponen rusak. Pada suhu 50 oC menghasilkan
ekstrak yang optimum dibandingkan suhu 40 oC dan 60 oC (Voight, 1996).
Selain itu, konsentrasi pelarut juga akan mempengaruhi sifat-sifat ekstrak
yang dihasilkan. Penggunaan pelarut alkohol dengan kadar di bawah 30% akan
menyebabkan terekstraknya gum, sehingga akan mempersulit perkolasi dan
penyaringan pada tahapan selanjutnya (Susanto, 1999).
10
saring whatman 42, penyaring vakum, centrifuge Hettich EBA 8, dan rotary
vacum evaporator Buchi R 114, shaker waterbath.
Alat yang digunakan untuk analisa adalah beaker glass, gelas ukur, pipet
volume, timbangan analitis, pH meter Rex model pHs-3C, color reader
Minolta CR-10, spektrofotometer UV-2100, kuvet, tabung reaksi, shaker.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah pinang, aquades,
DPPH, Folin-Ciocalteu, maltodekstrin.
Bahan yang digunakan untuk analisa adalah larutan buffer pH 1; 4; 4,5;
dan 7, KCl, Na asetat, dan HCl (pa), aquades.
Bahan yang digunakan untuk analisa aplikasi pada produk pangan adalah
ubi jalar, asam sitrat, natrium benzoat, gula, essence sirup, karagenan.
Pelaksanaan Penelitian
Tahap pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Pengupasan buah pinang untuk memisahkan kulit sehingga diperoleh biji
pinang dan dilakukan analisa awal.
2. Pengecilan ukuran dengan blender ( 10 menit) dan timbang sebanyak 200 g.
3. Proses
ekstraksi
dilakukan
dengan
bahan
pengekstrak
air
dengan
perbandingan bahan : air (1:4) yang diasamkan dengan asam sitrat sebanyak
1% dari volume air untuk mengkondisikan pada pH pelarut asam, 3.
Ekstraksi dengan metode maserasi selama suhu ruang selama 8 jam.
4. Penyaringan vakum dengan kertas saring whatman 42.
5. Pengasaman dengan menggunakan asam sitrat 50% sampai pH 3, untuk
menjaga stabilitas filtrat antosianin yang diperoleh.
6. Ekstrak disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 6500 rpm untuk
mengendapkan kotoran dan partikel-partikel lain yang tidak diinginkan.
7. Filtrat pigmen dipekatkan dengan rotary vacuum evaporator (suhu 35oC,
tekanan 250 mbar selama 45 menit) untuk menguapkan air.
8. Filtrat
antosianin
yang
diperoleh
dianalisa,
kemudian
ditambahkan
11
12
Range Test) dengan selang kepercayaan 1% dan 5%. Sedangkan hasil non
parametrik diuji dengan uji Friedman
Buah Pinang
Kulit
Pengupasan
Analisa:
1. pH
Biji Pinang
2. Warna
3. Antosianin
4. Tanin
Pengecilan ukuran dengan blender kering, blender speed5.3Total
10Fenol
menit
Penimbangan (200g)
Air : Bahan
(1:4) dengan 1% asam
sitrat (pH 3)
Ampas
Filtrat Pigmen
Sentrifugasi (6500 rpm;15 menit)
Endapan
Pengeringan Vacuum
(55 oC;1 jam)
Air
Analisa:
1. Warna
2. Antosianin
3. pH
4. Efisiensi Ekstraksi
5. Kadar Fenol
6. Kadar Tanin
7. Aktivitas Antioksidan
Metode DPPH
Analisa:
1. Warna
2. Rendemen
3. Organoleptik rasa sepat
dan asam
4. Aktivitas Antioksidan
Metode DPPH
5.
Gambar 2. Diagram Alir Ekstraksi Antosianin dari Buah pinang.
Bubuk Pewarna
13
Ubi Jalar
Pencucian
Kulit
Pengupasan
Perendaman
Penghancuran dengan blender
Bumbu-bumbu
(bawang merah, bawang
putih, merica, kayu manis,
asam sitrat dan natrium
benzoate, garam, gula)
Pewarna Alami
Bubur
Analisa:
1. Warna
2. pH
Analisa:
1. Warna
2. Antosianin
3. pH
4. Organoleptik
Essence (perasa)
Didiamkan hingga
hangat
Pewarna Alami
Analisa:
1. Warna
2. Antosianin
3. pH
4. Organoleptik
14
I. Jadwal Kegiatan
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
Penelitian Laboratorium
Uji Produk
Analisa Data dan Hasil Uji
Penulisan Laporan
J. BIAYA
1. Bahan Habis Pakai
Jenis Bahan
1. Bahan baku penelitian:
Biji Pinang
Ubi jalar
2. Bahan tambahan:
Karagenan
Gula
Maltodekstrin
Dekstrin
Asam sitrat
Benzoat
Essence
Bumbu-bumbu (saos tomat)
3. Bahan Analisis Kimia:
Analisa pH
Analisa warna L*a*b* Twinter
Antosianin
Tanin
Total Fenol
Aktivitas Antioksidan
(DPPH)
Rendemen
Organoleptik
Total
Rp
Rp
Biaya Satuan
Kebutuhan
6.000/kg
2.000/kg
50 kg
10 kg
Rp
Rp
0,5 kg
15 kg
5 kg
5 kg
0,1 kg
0,1 kg
1 botol
-
Rp 50.000 ,00
Rp 120.000,00
Rp 500.000,00
Rp 500.000,00
Rp 85.000,00
Rp
4.500,00
Rp
7.000,00
Rp 50.000,00
Rp 100.000/kg
Rp
8.000/kg
Rp 100.000/kg
Rp 100.000/kg
Rp 850.000/kg
Rp 45.000/kg
Rp
7.000/botol
-
Jumlah
300.000,00
20.000,00
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
6.000/sampel
8.000/sampel
47.500/sampel
17.500/sampel
17.500/sampel
25.000/sampel
42 sampel
42 sampel
23 sampel
20sampel
20 sampel
36 sampel
Rp 252.000,00
Rp 336.000,00
Rp 1.092.500,00
Rp 350.000,00
Rp 350.000,00
Rp 900.000,00
Rp
Rp
6.000/sampel
10.000/sampel
18 sampel
20 sampel
Rp 108.000,00
Rp 200.000,00
Rp 5.225.000,00
Kebutuhan
Jumlah
4 bulan
Rp 200.000,00
Rp 600.000,00
Rp 800.000,00
15
3. Perjalanan
Jenis
1. Transportasi pembelian
kebutuhan bahan dan komunikasi
4. Lain-lain
Jenis
1. Biaya pengetikan
2. Kertas A4 80 gram
3. Tinta
3. Fotocopy + penjilidan
laporan
4. Dokumentasi kegiatan
5. Konsumsi
Total
Rekapitulasi Biaya
Jenis
1. Bahan habis pakai
2. Sarana dan prasarana
3. Perjalanan
4. Lain-lain
Total
Biaya
satuan
-
Biaya satuan
Kebutuhan
-
Jumlah
Rp
500.000,00
Kebutuhan
Jumlah
Rp. 1000/jam
Rp 32.000/rim
Rp. 25.000/kotak
Rp. 7.500/jilid
100 jam
2 rim
1 kotak
10 jilid
Rp.
Rp
Rp.
Rp.
100.000
64.000
25.000
75.000
Rp. 10.000/cetak
10 cetak
Rp.
Rp.
Rp.
100.000
100.000
464.000
Jumlah
Rp 5.225.000,00
Rp 800.000,00
Rp 500.000,00
Rp 464.000,00
Rp 6.989.000,00
16
K. DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2002. Maltodekstrin. http://www.encyclopedia.com. Diakses tanggal
14 Oktober 2010
Anonymaous.2007.Pinang. Http ://id.wikipedia.org wiki/pinang diakses tanggal
15 Oktober 2010
Amarowiez,R.,Naczk,M.,and shahidi,F.2000.Antioxidant Activity of Crude tannin
Of Canola and RapeseednHulls.JAOCS,77,957-961
Awika, J.M., Rooney, L.W and Wu, X. 2003. Screening methods To Measure
Antioxidant Activity of Sorghum (Sorghum bicolor) and Sorghum
Products. Journal of Agricultural and Food Chemistry. 2003. 51, 66576662
Darwis, D. 2000. Teknik Dasar Laboratorium dalam Penelitian Senyawa
Bahan Alam Hayati, Workshop Pengembangan Sumber Daya
Manusia dalam Bidang Kimia Organik Bahan Alam Hayati. FMIPA
Universitas Andalas Padang.
Dewi, A.K. 2000. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi Terhadap Sifat
Fisik, Kimia dan Organoleptik Serbuk Effervescent Temulawak (Curcuma
Xanthoririza Roxb.). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas
Brawijaya. Malang
Hui, Y. H. 1992. Encyclopedia of Food Science and Technology. Volume 2.
John Wiley and Sons Inc. New York.
Pokorni, J., Yamshlieva, N., and Gordon,M.,2001. Antioxidant in Food Practical
Applications. CRC Press.New York
Rayner, P. 1993. Colors. Dalam Mempelajari Ekstraksi Antosianin dari Kulit
Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Menggunakan Pelarut Metanol
Yang Diasamkan. (Skripsi). Metriva, M. 1995. Jurusan THP Fakultas TP
Unibraw. Malang.
Stepen,A.m.1995.Food Polysaccarides and Their Application. Marcel Dekker
Inc. New York,Basel. Hongkong
Susanto, T. 1999. Pengantar Pengolahan Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian.
Universitas Brawijaya. Malang
Winarno, F. G. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Wang,C.K., and Lee,W.H.,1996. Separation, Characteristics and Biological
Activities of phenolic in area fruit.J. agric. Food Chem.,44,2014-2019
Wetwiyaklung,P,Phaechamud,T.,Limmanvapirat,C.,Keokitichai,S.2006.The study
of antioksidan Capacity in Various part of Arechea catecu L.Nareseun
University Journal 1-14
Yong,B.2009. Free radical Scavenging effect of Ethanol Extract from Areca
Catecu. J Korea Soc.Appl.Biol.Chem.52(1),92-95(2009)
17
L. LAMPIRAN
L.1 Lampiran 1 Ketua dan Anggota Kelompok
1. Ketua pelaksana
1. Nama
2. NIM
: 0811030019
3. TTL
4. Jur/Fak
5. No. Hp
: 085755662555
6. Alamat asal
: sniperdedy@yahoo.co.id
1. Nama
: Iyuki Harnowo
2. NIM
: 0711010067
3. TTL
4. Jur/Fak
5. No. Hp
6. Alamat asal
NIM. 0811030019
: Jl. Wilis III/16 Kalangbret Kauman Tulungagung
Bagus
: sakura_mo2kokyuchan@yahoo.co.id
: Manggih Lejaringtyas
2. NIM
: 0811030120
3. TTL
4. Jur/Fak
5. No. Hp
: 085646776314
6. Alamat asal
Iyuki Harnowo
NIM. 0711010067
Dedy
: Desa Bendorejo RT 11 RW 07 kec.Pogalan Trenggalek
Praseyo
Bagus
7. Alamat Malang : Jalan Aries Munandar gang 5 No.318 malang NIM. 0811030019
Malang. 18 Oktober 2010
8. Email
: Manggih@hotmail.com
Waktu untuk kegiatan PKM : 10 jam/ minggu
Manggih Lejangringtyas
NIM. 0811030120
18
Anggota Pelaksana 3
1. Nama
2. NIM
:0911010046
3. TTL
4. Jur/Fak
5. No. Hp
: 085857530551
6. Alamat asal
7. Alamat Malang
8. Email
: albab.oelil@gmail.com
: Agni Wulansari
2. NIM
: 0811030004
3. TTL
4. Jur/Fak
5. No. Hp
: 085648870717
Dedy
6.
Praseyo
Alamat asal
Bagus
Malang.NIM.
18 Oktober
2010
0811030019
: ech_antique@yahoo.com
Agni Wulansari
NIM. 0811030004
NIP
Alamat
Telp
: (0341)463274
Dedy
Bagus
Praseyo
Tertanda NIM. 0811030019
19
L.2 Lampiran 2
1. Analisa Total Fenol (Huang dan Yen, 2002)
Sebanyak 0,5 ml larutan ditambah 0,1 ml aquades dan 50% reagen Folin
Ciocalteu (0,1 ml)
Campuran divorteks selama 3 menit
Larutan ditambahkan dengan Na2CO3 2% sebanyak 2 ml
Disimpan dalam ruang gelap selama 30 menit
Absorbansi diukur pada = 750 nm
2. Prosedur Analisa Warna Metode L*, a*, b* (Yuwono dan Susanto, 1998)
Siapkan sampel cair dalam gelas
Hidupkan color reader
Tentukan target pembacaan L, a, b color space atau L, c, h
Ukur warnanya
Keterangan: L untuk parameter kecerahan (lightness), a dan b koordinator
kromatisitas, c: kroma, h: sudut hue (warna)
3. Analisa Aktivitas Antioksidan Metode DPPH (Hatano et al., 1998)
Ekstrak sebanyak 4 ml
Tambahkan larutan DPPH sebanyak 1 ml dengan konsentrasi 0,2 mM
Diamkan selama 30 menit sebelum dilakukan analisa
Ambil larutan sebanyak 1 ml dan ukur absorbansinya pada = 517 nm
Efek penangkapan DPPH (%) = [(A0 A1) / A0] x 100%
A0 = Absorbansi kontrol A1 = Absorbansi sampel
4. Analisa Antosianin Metode Spektrofotometer (Giusti and Wrolstad, 2001)
Membuat larutan buffer KCl 0,025 M, pH 1,0 dengan cara mencampurkan
1,86 g KCl dengan 980 ml aquades dalam beaker. Mengukur pH dan
mengaturnya sampai 1,0 dengan konsentrasi HCl yang sesuai.
Dipindahkan dalam wadah 1 L dan ditambahkan aquades sampai 1 L.
Membuat larutan buffer Na asetat 0,4 M, pH 4,5 dengan mencampurkan
54,43 g CH3COONa . 3H2O dengan 960 ml aquades dalam beaker.
Mengukur pH dan mengatur sampai 4,5 dengan konsentrasi HCl yang
sesuai. Dipindahkan ke wadah 1 L dan ditambahkan aquades sampai 1 L.
Menentukan faktor pengenceran yang tepat untuk sampel dengan
pengenceran menggunakan buffer KCl pH 1,0 sampai absorbansi sampel
pada max masuk dalam kisaran linier dari spektrofotometer (absorbansi
kurang dari 1,2).
Menyiapkan 2 sampel larutan, satu dengan buffer KCl pH 1,0 dan yang
lain dengan buffer Na asetat pH 4,5. diencerkan tiap-tiap sampel untuk
menentukan faktor pengenceran. Biarkan 15 menit agar tercampur merata.
Mengukur absorbansi sampel pada max dan 700 nm.
Menghitung absorbansi sampel dengan rumus :
A = (Amax A700)pH 1,0 (Amax A700)pH 14,5
20