Anda di halaman 1dari 59

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen adalah ilmu tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara
efisien, efektif, rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya ( swanburg, 2000 ). Manajemen keperawatan merupakan kegiatan yang
berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staf, kepemimpinan,
dan pengendalian aktivitas aktivitas upaya keperawatan. Fungsi manajerial di ruang
rawat dikoordinatori oleh kepala ruang rawat.
Kepala ruangan sebagai manajer harus dapat menjamin pelayanan yang diberikan
oleh perawat pelaksana dalam memberikan pelayanan yang aman dan mementingkan
kenyamanan pasien (Rachman, 2006). Kemampuan manajerial yang dimiliki oleh kepala
ruangan dapat mengacu pada penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP). Terdapat empat pilar dalam metode MAKP yaitu : pendekatan manajemen
keperawatan, system penghargaan (compensatory reward), hubungan professional
(professional Relationship), manajemen asuhan keperawatan (patient Care Delivery
system).
Pada pendekatan manajemen keperawatan terdiri dari 4 tahapan proses yaitu
perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), pengarahan (Directing), dan
pengendalian (Controling). Pelayanan keperawatan dilakukan oleh banyak orang
sehingga perlu menerapkan yaitu dalam bentuk manajemen keperawatan. Manajemen
harus dilaksanakan dengan disiplin untuk menjamin pelayanan yang diberikan kepada
pasien atau keluarga secara professional.
Tujuan MAKP adalah menjaga konsistensi asuhan keperawatan, mengurangi
konflik tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim
keperawatan, menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan,
memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan, menjelaskan dengan
tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim keperawatan.

Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, tuntutan masyarakat terhadap


mutu pelayanan keperawatan juga semakin meningkat oleh sebab itu pelayanan
keperawatan memegang peranan penting dalam menentukan mutu pelayanan
keperawatan rumah sakit, dan juga merupakan tulang punggung dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan karena pelayanan keperawatan diberikan secara berkesinambungan
untuk dapat memberikan pelayanan yang komprehensif, efisien, dan efektif serta
bermutu diperlukan keterampilan manajemen dalam mengelola pelayanan keperawatan.
Sehingga keperawatan harus selalu mengembangkan diri dan meningkatkan mutu baik
manajemen pelayanan keperawatan maupun manajemen asuhan keperawatan.
Dengan adanya tuntutan ini maka seluruh masyarakat, keperawatan harus selalu
memperbaiki diri dalam meningkatkan mutu baik manajemen pelayanan keperawatan
maupun manajemen asuhan keperawatan. Dalam hal ini rumah sakit turut bertanggung
jawab untuk meningkatkan terus menerus kemampuan sumber daya manusia tenaga
kesehatan termasuk didalamnya perawat.
Melalui model MAKP dapat diterapkan rencana kebutuhan tenaga keperawatan
secara profesional, metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan, cara
pendokumentasian asuhan keperawatan dan ruang MAKP dapat digunakan sebagai
tempat belajar bagi mahasiswa keperawatan untuk pendidikan profesional. Selain itu,
mahasiswa juga dapat berkolaborasi dengan perawat yang berkompeten dalam
memperbaiki sarana dan prasarana dalam ruangan, agar ruang Kedokteran Militer Lantai
6 dapat lebih baik lagi.
Dalam laporan ini dibahas tentang kegiatan dan tindakan yang telah dilakukan
kelompok berdasarkan rencana yang kelak disusun dari masalah yang diangkat
berdasarkan hasil pengkajian, wawancara, kuesioner, dan observasi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan konsep yang telah diterima dari pendidikan tentang
manajemen keperawatan secara professional berdasarkan metode MAKP diruang Lt 6
Dokmil RSPAD Gatot Soebroto.

2. Tujuan Khusus
a. Menerapkan konsep, teori, dan prinsip manajemen keperawatan dalam pengelolaan
pelayanan keperawatan dan pengelolaan manajemen asuhan keperawatan pada
pasien dan keluarganya ditingkat unit atau ruang rawat disuatu tatanan pelayanan
kesehatan.
b. Berperan sebagai agen pembaharu dan model peran dalam kepemimpinan dan
pengelolaan pelayanan keperawatan professional tingkat dasar.
c. Fungsi perencanaan dapat dilakukan secara optimal di ruang DOKMIL Lt.6
d. Fungsi pengorganisasian dapat dilakukan secara optimal di ruang DOKMIL Lt.6
e. Fungsi pengarahan dapat dilakukan secara optimal di ruang DOKMIL Lt.6
f. Fungsi pengendalian dapat dilakukan secara optimal di ruang DOKMIL Lt.6
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien

dan

keluarga

mendapatkan

pelayanan

yang

memuaskan

sehingga

meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan keperawatan dan


memberikan kesan yang baik terhadap pelayanan yang diterapkan.
2. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model MAKP yang
diaplikasikan di ruang DOKMIL Lt.6.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan penerapan model
MAKP di ruang DOKMIL Lt.6.
c. Didapatkannya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga dapat
memodifikasi metode MAKP yang akan dilaksanakan diruangan.
3. Bagi Perawat
a. Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui masalahmasalah yang ada diruang di ruang DOKMIL Lt.6 yang berkaitan dengan
pelaksanaan MAKP.
b. Dapat terlaksananya

manajemen

ruangan

yang

professional

sehingga

meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit.


c. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan rekan sejawat, perawat
dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
3

d. Tumbuh dan terbinanya akuntanbilitas dan disiplin diri perawat.


4. Bagi Institusi Rumah Sakit dan Pendidikan
Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan dengan
pelaksanaan model MAKP yang diterapkan diruangan di ruang DOKMIL Lt.6.

BAB II
TINJAUAN LAHAN

A. Pengertian Manajemen
Manajemen

adalah

suatu

ilmu

dan

seni

perencanaan,

pengarahan,

pengorganisasian, dan pengontrolan dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang
ditentukan sebelumnya (Liang Lie). Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain (Gilies, 1989).
Manajemen adalah suatu proses interaksi sosial tehnik yang terjadi dalam
organisasi yang formal dengan tujuan untuk mencapai tujuan organisasi yang ditentukan
melalui penggunaan sumber-sumber lain (Donovan, 2002). Sedangkan manajemen
asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam menjalankan kegiatan
keperawatan dengan mengguanakan metode proses keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan klien atau menyelesaikan masalah klien (Keliat, 2000).
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan,
dan rasa aman kepada pasien, keluarga, dan masyarakat (Gillies, 2002).
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu metoda yang sistematis dalam
memberikan asuhan keperawatan dan memenuhi kebutuhan pasien secara holistik.
B. Konsep Model Pratek Keperawatan Profesional
Pelayanan prima keperawatan dalam bentuk Model Asuhan Keperawatan
Profesional, yang pada awalnya dikembangkan oleh Sudarsono (2000) di Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo dan beberapa rumah sakit umum lain di Indonesia. MAKP adalah
suatu sistem (struktur, proses, dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang
diperlukan untuk menopang pemberian asuhan keperawatan tersebut.
Berdasarkan pengalaman Sudarsono (2000) dikembangkan beberapa jenis MAKP
sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang ada, yaitu:

1. Model Praktek Keperawatan Profesional III


Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan ada
perawat yang sudah menyandang gelar doktor dalam pengalaman klinik, sehingga
praktik keperawatan berdasarkan evidence based. Di ruangan tersebut dilakukan
penelitian keperawatan, khususnya penelitian klinis serta memanfaatkan hasil riset
dalam memberikan asuhan keperawatan.
2. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Tenaga perawat yang bekerja diruangan ini mempunyai kemampuan spesialis
keperawatan yang dapat memberikan konsultasi kepada perawat primer. Di
ruangan ini digunakan hasil-hasil keperawatan dan melakukan penelitian
keperawatan.
3. Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model ini merupakan 3 komponen utama yaitu, ketenagaan, metode pemberian
asuhan keperawatan, dan pendokumentasian keperawatan. Metode yang
digunakan pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan
metode tim yang disebut tim primer.
4. Model Asuhan Keperawatan Profesional Pemula
Model ini menyerupai MAKP I, mempunyai 3 komponen utama seperti MAKP I
tetapi baru tahap awal pengembangan yang akan menuju profesional 1.
C. Pilar-pilar atau Nilai-nilai Model Pratek Keperawatan Profesional
Pilar-pilar profesional diaplikasikan dalam bentuk aktivitas-aktivitas pelayanan
profesional yang di paparkan sebagai berikut:
1. Manajemen keperawatan
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara
matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa mendatang dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan (Siagian,1990). Perencanaan dapat juga diartikan
sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan. Sehingga
perencanaan yang matang akan memberi petunjuk dan mempermudah dalam
melaksanakan suatu kegiatan.
6

Kegiatan perencanaan dalam praktek keperawatan professional merupakan


upaya meningkatkan profesionalisme dalam pelayanan keperawatan sehingga mutu
pelayanan bukan saja dapat dipertahankan tapi bisa terus meningkat sampai
tercapai derajat kepuasan tertinggi bagi penerima jasa pelayanan keperawatan dan
pelaksana pelayanan itu sendiri. Jenis-jenis perencanaan terdiri dari rencana jangka
panjang, rencana jangka menengah dan rencana jangka pendek. Perencanaan
jangka panjang disebut juga perencanaan strategis yang disusun untuk 3(tiga)
sampai 10(sepuluh) tahun. Perencanaan jangka menengah dibuat dan berlaku 1
sampai 5 tahun, sedangkan perencanaan jangka pendek dibuat 1(satu) jam sampai
dengan satu tahun. Hirarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi,
filosofi, peraturan, kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 1998).
Prasarat Perencanaan
Sederhana, jelas tujuan, hasil yang akan dicapai, berdasarkan kebjakan dan
prosedur yang berlaku, prioritas, libatan aktif, praktis, fleksibel, berkesinambungan
dan mempunyai kejelasan metode evaluasi
Dasar pertimbangan :
5 W + 1 H : what, where, when, why, who, how
Langkah-langkah dalam perencanaan :
1. Pengumpulan data
2. Analisa lingkungan (analisa SWOT) : strength, wweaknee, oportunities, threts
3. Pengorganisasian data : pilih data yang mendukung dan yang menghambat
4. Menetapkan masalah dan prioritas masalah
5. Pembuatan rencana : tentukan objektif, uraian kegiatan, prosedur, target waktu,
penanggung jawab, sasaran, biaya, peralatan, metode.
Jenis Perencanaan
1. Perencanaa strategis, Perencanaan yang menyangkut penentuan tujuan dan
kebijakan umum yang berjangka panjang berdasarkan analisis internal dan
eksternal
2. Perencanaan operasional, Perencanaan yang menyangkut penentuan target dan
sasaran yang meliputi rencana kerja dan anggaran
3. Perencanaan spesifik, Perencanaan yang telah ditentukan secara jelas baik
sasaran, jadual, prosedur kegiatan, dan alokasi anggaran
4. Perencanaan pengarahan, Perencanaan yang hanya memberikan kebijakan
umum dan tidak menentukan sasaran, program atau anggaran secara khusus.
b. Pengorganisasian (Organising)
7

Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan,


penugasan

satu

kelompok

tenaga

keperawatan,

menentukan

cara

dari

pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang


bertanggungjawab untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian kegiatan
dan tenaga perawat diruang MAKP menggunakan pendekatan sistem penugasan
Modifikasi keperawatan Tim-Primer. Secara vertikal ada Kepala Ruangan, Ketua
Tim, dan Perawat Pelaksana. Setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah
pasien. Pengorganisasian di Ruang MAKP terdiri dari:
1.

Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu
organisasi (Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur organisasi menunjukan
adanya pembagian kerja dan menunjukan bagaimana fungsi-fungsi atau
kegiatan yang berbeda-beda diintegritaskan atau dikoordinasikan.

2.

Daftar Dinas Ruangan


Daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas, penannggung jawab
dinas/shift.

3. Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter, nama
perawat dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi pearawat saat
menjalankan dinas di tiap shift.
Ketenagaan
Ketenagaan : anggota organisasi/badan usaha yang memperoleh imbalan.
Tujuan manajemen ketenagaan di ruang rawat : mendaya gunakan tenaga
keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan pelayanan
bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa.
Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan : kategori klien yang dirawat,
ratio perawat dan metode penugasan.
Kategori keperawatan :
1. Keperawatan mandiri/self care : klien memerlukan bantuan minimal dalam
melakukan tindakan keperawatan dan pengobatan

2. Keperawatan sebagian /partial care : klien memerlukan bantuan sebagian


dalam tindakan keperawatan dan pengobatan tertentu seperti pemberian
obat intravena
3. Keperawatan penuh/total care : klien memerlukan bantuan secara penuh
dalam perawatan diri dan memerlukan observasi ketat
4. Keperawatan intensive/intensive care : klien memerlukan observasi dan
tindakan
Metode penugasan
Metode penugasan adalah cara untuk membagi pekerjaan yang ada disuatu unit
perawatan kepada tenaga yang ada di unit tersebut.
Jenis-jenis metode penugasan:
1. Metode fungsional.
Metode inl dibagi menjadi beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada
bagian tersebut secara umum, sbb :
a. Kepala Ruangan, tugasnya : Merencanakan pekeriaan, menentukan
kebutuhan

perawatan

pasein,

membuat

penugasan,

melakulan

supervisi, menerima instruksi dokter.


b. Perawat staf :
1) Melakukan askep langsung pada pasien
2) Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga
keperawatan
c. Perawat Pelaksaaa :
Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang,
pasein dalam masa pemulihan kesehatan dan pasein dengan penyakit
kronik dan membantu tindakan sederhana (ADL)
d. Pembantu Perawat :
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk
mandi, membenahi tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.
e. Tenaga Administrasi ruangan
Menjawab

telpon,

menyampaikan

pesan,

memberi

informasi,

mengerjakan

pekerjaan administrasi ruangan, mencatat pasien masuk

dan

membuat

pulang,

duplikat

rostertena

ruangan,

membuat

permintaan lab untuk obat - obatan/persediaan yang diperlukan atas


instruksi kepala ruangan. Kerugian metode fungsional :

Pasien mendapat banyak perawat.


1) Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
2) Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan
3) Pelayanan terputus-putus
Kelebihan dari metode fungslonal :
1) Sederlana
2) Efisien
2. Metode penugasaan pasien/metode kasus.
Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh kepala ruangan untuk
memberi asuhan langsung kepada pasien yang ditugaskan contohnya di
ruang isolasi dan ICU.
Namun metode ini mempunyai kekurangan, yaitu :
a. Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas
sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh.
b. Membutuhkan banyak tenaga.
Adapun kelebihannya yaltu :
a. Kebutuhan terperuhi
b. Pasien merasa puas
c. Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.

3. Metode penugasan tim


Metode ini menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien. Ketenagaan dari tim
ini terdiri dari :
a. Ketua tim
b. Pelakaana perawatan
c. Pembantu perawatan
Adapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan asuhan yang lebih
baik dengan menggunakan tenaga yang tersedia.
Metode tim ini mempunyai kelebihan, yaitu :
a. Saling memberi pengalaman antar sesama tim
b. Pasien dilayani secara komfrehesif
c. Terciptanya kaderisasi kepemimpinan
d. Tercipta kerja sama yang baik
Namun, metode tim ini juga mempunyai kekurangan, yaitu :

10

Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi
tanggung jawabnya.
4. Metode Perawatan Primer
Adalah pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus
menerus

antara

pasien

merencanakan, melakukan dan

dan

perawat

yang

ditugaskan

untuk

mengkoordinasikan askep selama pasien

dirawat.
Tugas perawat primer adalah :
a. Menerima pasien
b. Mengkaji kebutuhan
c. Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan dan evaluasi
d. Mengkoordinasi pelayanan
e. Menerima dan menyesuaikan rencana
f. Menyiapkan penyuluhan pulang
Konsep dasar :
a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
b. Ada otonomi
c. Ada keterlibatan pasien dan keluarganya
Ketenagaan :
a. Setiap perawat primer adalah perawat bed. Side
b. Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat
c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
d. Perawat profesional sebagai primer d.an perawat non profesional
sebagai asisten.
Kepala bangsal :
a. Sebagai konsultan dan pengendali mtu perawat primer
b. Orientasi dan merencanaka karyawan baru
c. Menyusun jadwal dinas
d. Memberi penugasan pada perawat asisten
Kelebihan dari metode perawat primer ini adalah :
a. Mendorong kemandirian perawat
b. Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
c. Berkomunikasl !angsung denga! Dokter
d. Perawatan adalah perawatan komfrehensif
Sedangkan kelemahannya/kekurangannya adalah :
a. Perlu kualitas dan
b. Kuantitas tenaga perawat
5. Metode Modul (Distrik)
Adalah metode gabungan antara Metode penugasan tim dengan Metode
perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat merawat
pasien dari datang sampai pulang.
Perhitungan tenaga :
Rumus gilies:
11

Jam kept u.psn/hr x rata-rata sensusu psn/hr x hr/th


Hr/th hr libur prwt x jam kerja/hr
= jam kept u. Psn/th
Jm kerja prwwt per hr

= jumlah perawat di suatu unit

Catatan :
a. Waktu perawatan menurut gilies 1989
1. Waktu perawatan langsung :
Self care = x 4 jam
= 2 jam
Partial care = x 4 jam
= 3 jam
Total care = 1-1 jam x 4 jam = 4-6 jam
Intensive care = 2x4 jam
= 8 jam
Rata-rata keperawatan langsung 4-5 jam
2. Waktu keperawatan tak langsung 38mnt/psn/hr
3. Waktu penyuluhan = 15 mnt/psn/hari
b. Rasio perawat ahli : tampil = 55% : 45%
c. Proporsi dines pagi : sore : malam = 47% : 36% ;17%
Rumus Douglas :
perawat = pasien x derajat ketergantungan

Tabel

ketergantungan pasien :
Pasien
1
2

Minimal care
Partial care
Total care
pagi Sore malam Pagi sore malam pagi sore Malam
0.17 0.14
0.07
0.27 0.15
0.10
0.36 0.30
0.20
0.34 0.28
0.14
0.54 0.30
0.20
0.72 0.60
0.40

Rumus depkes 2003


Berdasarkan :
d. Tingkat ketergantungan pasien
e. Rata-rata pasien perhari
1) Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien
2) Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
3) Jam kerja efektif setiap perawat
Cara perhitungan:
1. Hitung jumlah perawat yang harus tersedia
Jumlah jam perawat
=A
Jam kerja efektif per shift
2. Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/cuti.hari besar dan tugas-tugas
non keperawatan
loss day/hari libur/cuti/hari besar
jumlah hari minggu/th + cuti + hari besar x hasil A
jumlah hari kerja efektif
tugas non keperawatan
jumlah tenaga kprwtn + B x 25
=C
12

=B

100
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan
A+B+C
c. Pengarahan (Directing)
Pengarahan adalah langkah ketiga dari fungsi manajemen, yaitu penerapan
perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai padanan
pengarahan adalah pengkoordinasian dan pengaktifan. Apapun istilah yang
digunakan pada akhirnya akan pada melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan sebelumnya (Marquis & Houston, 1998).
Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu
kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan
pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya sebagai
berikut:

menciptakan

iklim

motivasi,

mengelola

waktu

secara

efisien,

mendemonstrasikan ketrampilan komunikasi yang terbaik, mengelola konflik dan


memfasilitasi kolaborasi, melaksanakan sistem pendelegasian dan supervisi, dan
negosiasi. Di ruangan MAKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatankegiatan sebagai berikut:
1. Menciptakan budaya motivasi
2. Manajemen waktu dan Rencana Harian
3. Komunikasi efektif melalui kegiatan
a) Operan antar shift
b) Pre-conference Tim
c) Post-confrerence Tim
4. Manajemen konflik
5. Pendelegasian dan supervise
d. Pengendalian (Controlling)
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan.
Fayol (1998) mendefinisikan kontrol sebagai Pemeriksaan apakah segala
sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang
dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan yang bertujuan untuk
menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi
lagi.
Menurut Mockler (1984) pengendalian manajemen adalah usaha sistematis
untuk menetapkan standar prestasi kerja dengan tujuan perencanaan, untuk
13

mendesain sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan prestasi yang


sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan, dan mengambil tindakan yang
diperlukan untuk memastikan bahwa sumber daya digunakan dengan cara yang
seefektif dan seefisien mungkin untuk mencapai tujuan.
Jadi, pengendalian manjemen adalah proses untuk memastikan bahwa
aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi
untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian dan penampilan. Langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam pengendalian meliputi: menetapkan standard dan
menetapkan metode mengukur prestasi kerja, melakukan pengukuran prestasi
kerja, menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar, dan mengambil
tindakan korektif. Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti dan
untuk menunjukan standar yang telah ditetapkan atau tersedia adalah audit yang
merupakan penilaian pekerjaan yang telah dilakukan, terdapat tiga kategori audit
keperawatan yaitu:
1) Audit struktur
2) Audit proses
3) Audit hasil
2. Compensatory Reward
Pada pilar kedua ini menjelaskan tentang manajemen sumber daya manusia
(SDM) keperawatan yang berfokus pada pengelolaan tenaga keperawatan agar dapat
produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Seorang perawat akan
mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan yang professional apabila
perawat tersebut sejak awal bekerja diberikan program pengembangan staf yang
terstruktur. Metoda dalam menyusun tenaga keperawatan seharusnya teratur,
sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga
keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien sesuai dengan pengaturan tertentu.
Fungsi Manajemen SDM meliputi; analisis pekerjaan, pengembangan
organisasi, staffing, hubungan pekerja, dan evaluasi. Menurut Jernigan & Huber
(2000) ada 8 (delapan) proses yang berhubungan dengan manajemen SDM yaitu:
rekuitmen, seleksi, orientasi, evaluasi/penilaian kinerja konseling dan coaching,
retensi dan produktifitas. Pengembangan staf serta hubungan pekerja (labor relations).
Fungsi dan proses manajemen SDM secara bersama-sama akan membentuk satu
14

elemen yang dibutuhkan untuk mengelola dan memaksimalkan talent atau bakat dan
potensi seseorang dalam organisasi.
Manajemen SDM di ruang model asuhan keperawatan professional (MAKP)
berfokus pada proses rekuitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja,
dan pengembangan staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang
MAKP dan setiap ada penambahan perawat baru.
3. Professional Relationship
Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan merupakan
standar dari hubungan pemberi pelayanan keperawatan tim kesehatan dan penerima
pelayanan keperawatan yaitu klien dan keluarga. Menurut Cameron (1997) dalam
Elizaberth & Kathleen, (2003). Pada pelaksanaan hubungan profesional dapat terjadi
secara internal yaitu hubungan antara pemberi pelayanan kesehatan misalnya antara
perawat dengan rekan sejawat, perawat dengan tim kesehatan lainnya, sedangkan
hubungan eksternal yaitu hubungan yang terjadi antara pemberi dan penerima
pelayanan kesehatan.
Kedua hubungan tersebut adalah dua siklus yang tidak dapat dipisahkan dalam
pemberian pelayanan kesehatan. Pada pilar ketiga ini berfokus pada hubungan
professional secara internal artinya hubungan yang terjadi antara perawat dengan
perawat, perawat dengan tim kesehatan lainnya. Hubungan yang terjadi diantara tim
tidak lepas dari komunikasi secara professional di dalam bekerjasama secara tim.
Adapun bentuk komunikasi hubungan professional yaitu:
a. Horizontal adalah komunikasi yang terjadi antara sesama manajer
b. Vertikal adalah komunkasi yang terjadi antara pimpinan atas dan bawahan
c. Diagonal adalah komunikasi yang terjadi antara berbagai jenjang dan masih
dalam lingkungan yang sama.
Di ruang MAKP komunikasi horizontal dapat terjadi antara ketua tim dan perawat
pelaksana, komunikasi vertikal dapat terjadi antara kepala ruangan dengan ketua tim
dan perawat pelaksana, dan antara ketua tim dengan perawat pelaksana. Komunikasi
diagonal dilakukan antara perawat dan profesii lain. Hubungan yang terjadi di ruang
model pratek keperawatan professional yaitu:
a. Rapat perawat ruangan
b. Case conference
15

c. Rapat tim kesehatan


d. Visit dokter
4. Patient Care Delivery
Manajemen asuhan keperawatan merupakan praktek keperawatan profesional
didasari oleh keterampilan intelektual, interpersonal dan tehnikal dengan menerapkan
metode yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Proses keperawatn terdiri
dari pengkajian, rencana tindakan keperawatan untuk setiap diagnosa keperawatan,
format implementasi tindakan keperawatan dan petunjuk tehnik proses keperawatan.
Standar asuhan keperawatan adalah pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi. Aplikasi asuhan keperawatan dilakukan dengan
penerapan diagnosis keperawatan tunggal menurut NANDA. NANDA 2009-2012 ada
206 diagnosa keperawatan, identifikasi 10 diagnosa keperawatan yang sering terjadi,
membuat standar interaksi dengan penerapan strategi pelaksanaan interaksi dalam
melakukan tindakan keperawatan.
Pilar ke empat ini membahas mengenai manajemen asuhan keperawatan.
Praktek keperawatan profesional dengan ciri praktek yang didasari dengan
keterampilan

intelektual,

teknikal,

interpersonal

dapat

dilaksanakan

dengan

menerapkan suatu metode asuhan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.


Metode asuhan untuk praktek profesional tersebut adalah proses keperawatan, yang
dimana suatu rangkaian asuhan yang terdiri dari pengkajian, menyusun diagnosa
keperawatan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi tindakan.
Salah satu pilar praktek profesional keperawatan adalah pelayanan keperawatan
dengan menggunakan patient care delivery system yang diterapkan di MAKP adalah
asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan:
1) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertermi.
2) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan nyeri akut.
3) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan perubahan perfusi
jaringan perifer.
4) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan perubahan perfusi
jaringan serebral.
5) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan tidak toleransi
aktifitas.

16

6) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan pola nafas tidak
efektif.
7) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan tidak efektifnya
bersihan jalan nafas.
8) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
pertukaran gas.
9) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan penurunan curah
jantung.
10) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.
11) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan perubahan nutrisi
lebih dari kebutuhan tubuh.
12) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan kekurangan
volume cairan.
13) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan anxietas.
14) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan keterbatasan
aktivitas.
15) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
pemenuhan cairan
16) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan kurang
pengetahuan.
Berdasarkan hasil survey tersebut maka di MAKP patient care delivery system
diterapkan dalam bentuk:
a. Pedoman proses keperawatan
b. Pedoman asuhan keperawatan pada 16 kasus
c. Pedoman pendidikan kesehatan pasien pulang dan keluarga.
Discharge Planning
a. Pengertian
Kozier (2004) mendefenisikan discharge planning

sebagai proses

mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang
lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum.
Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima di suatu
agen pelayanan kesehatan, terkhusus di rumah sakit dimana rentang waktu pasien
untuk menginap semakin diperpendek.

Discharge planning

yang efektif

seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi


17

yang komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan


diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai
dengan apa yang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan.
b. Pemberi Layanan Discharge planning
Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dan
melibatkan multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan

yang

terlibat dalam memberi layanan kesehatan kepada pasien (Perry & Potter, 2006).
Seseorang yang merencanakan

pemulangan atau koordinator

berkelanjutan (continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit

asuhan
yang

berfungsi sebagai konsultan untuk proses discharge planning bersamaan dengan


fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan kesehatan, dan memotivasi staf
rumah sakit untuk merencanakan dan mengimplementasikan discharge planning
(Discharge Planning Association, 2008).

c. Penerima Discharge Planning


Semua pasien yang dihospitalisasi memerlukan

discharge planning

(Discharge Planning Association, 2008). Namun ada beberapa kondisi yang


menyebabkan pasien beresiko tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan yang berkelanjutan setelah pasien pulang, seperti pasien yang
menderita penyakit terminal atau pasien dengan kecacatan permanen (Rice, 1992
dalam

Perry & Potter, 2005). Pasien dan seluruh anggota keluarga harus

mendapatkan informasi tentang semua rencana pemulangan (Medical Mutual of


Ohio, 2008).
d. Tujuan Discharge Planning
Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik
untuk mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah

pulang

(Capernito, 1999). Juga bertujuan memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin


keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit dan

komunitas dengan

memfasilitasi komunikasi yang efektif (Discharge Planning Association, 2008).


18

The Royal Marsden Hospital (2004) menyatakan bahwa tujuan


dilakukannya discharge planning antara lain untuk mempersiapkan pasien dan
keluarga secara fisik dan psikologis untuk di transfer ke rumah atau ke suatu
lingkungan yang dapat disetujui, menyediakan informasi tertulis dan verbal
kepada pasien dan pelayanan kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka
dalam proses pemulangan, memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan
memastikan semua fasilitas pelayanan

kesehatan yang diperlukan telah

dipersiapkan untuk menerima pasien, mempromosikan tahap kemandirian yang


tertinggi kepada pasien, teman- teman, dan keluarga dengan menyediakan,
memandirikan aktivitas perawatan diri.
e. Prinsip Discharge Planning
Ketika

melakukan

discharge planning

dari suatu lingkungan ke

lingkungan yang lain, ada beberapa prinsip yang harus diikuti/diperhatikan.


Berikut ini adalah beberapa prinsip yang dikemukakan oleh The Royal Marsden
Hospital (2004), yaitu:
1) Discharge planning harus merupakan proses multidisiplin, dimana sumbersumber untuk mempertemukan kebutuhan pasien dengan pelayanan kesehatan
ditempatkan pada satu tempat.
2) Prosedur discharge planning harus dilakukan secara konsisten dengan kualitas
tinggi pada semua pasien .
3) Kebutuhan pemberi asuhan (care giver) juga harus dikaji.
4) Pasien harus dipulangkan kepada suatu lingkungan yang aman dan adekuat.
5) Keberlanjutan perawatan antar lingkungan harus merupakan hal yang
terutama.
6) Informasi tentang penyusunan pemulangan harus diinformasikan antara tim
kesehatan dengan pasien/ care giver, dan kemampuan terakhir disediakan
dalam bentuk tertulis tentang perawatan berkelanjutan.
7) Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya pasien harus dipertimbangkan ketika
menyusun discharge planning.
f. Proses Pelaksanaan Discharge Planning

19

Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien, psikologis,


sosial, budaya, dan ekonomi. Perry dan Potter (2006) membagi proses discharge
planning atas tiga fase, yaitu akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan.
Pada fase akut, perhatian utama medis berfokus pada usaha discharge planning .
Sedangkan pada fase transisional, kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat, tetapi
tingkat urgensinya semakin

berkurang dan pasien mulai dipersiapkan untuk

pulang dan merencanakan kebutuhan perawatan masa depan. Pada fase pelayanan
berkelanjutan,
pelaksanaan

pasien mampu untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan


aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan setelah

pemulangan.
Perry dan Potter (2005) menyusun format discharge planning sebagai berikut :
1. Pengkajian
a)

Sejak pasien masuk, kaji kebutuhan pemulangan pasien dengan


menggunakan riwayat keperawatan, berdiskusi dengan pasien dan care
giver; fokus pada pengkajian berkelanjutan terhadap

kesehatan fisik

pasien, status fungsional, sistem pendukung sosial,

sumber-sumber

finansial, nilai kesehatan, latar belakang budaya

dan etnis, tingkat

pendidikan, serta rintangan terhadap perawatan.


b) Kaji kebutuhan pasien dan keluarga terhadap pendidikan
berhubungan

dengan

bagaimana

menciptakan

terapi

kesehatan
di

rumah,

penggunaan alat-alat medis di rumah, larangan sebagai akibat gangguan


kesehatan, dan kemungkinan terjadinya

komplikasi.

Kaji cara

pembelajaran yang lebih diminati pasien (seperti membaca, menonton


video, mendengarkan petunjuk- petunjuk). Jika materi tertulis yang
digunakan, pastikan materi

tertulis yang layak tersedia. Tipe materi

pendidikan yang berbeda- beda dapat mengefektifkan cara pembelajaran


c)

yang berbeda pada pasien.


Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga terhadap setiap faktor
lingkungan di dalam rumah yang mungkin

menghalangi

dalam

perawatan diri seperti ukuran ruangan, kebersihan jalan menuju pintu,


lebar jalan, fasilitas kamar mandi, ketersediaan alat-alat yang berguna
(seorang perawat perawatan di rumah dapat dirujuk untuk membantu
dalam pengkajian).
20

d) Berkolaborasi dengan dokter dan staf pada profesi lain (seperti dokter
pemberi terapi) dalam mengkaji kebutuhan untuk rujukan

kepada

pelayanan perawatan rumah yang terlatih atau fasilitas perawatan yang


e)

lebih luas.
Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan

perawatan

kesehatan di luar rumah sakit. Mencakup pengkajian

terhadap

kemampuan keluarga untuk mengamati care giver dalam memberikan


perawatan kepada pasien. Dalam hal ini sebelum mengambil keputusan,
mungkin perlu berbicara secara terpisah dengan pasien dan keluarga untuk
mengetahui kekhawatiran yang sebenarnya atau keragu-raguan diantara
f)

keduanya.
Kaji penerimaan pasien terhadap masalah kesehatan berhubungan dengan

pembatasan.
g) Konsultasikan tim pemberi layanan kesehatan yang lain tentang
kebutuhan setelah pemulangan (seperti ahli gizi, pekerja sosial, perawat
klinik spesialis, perawat pemberi perawatan kesehatan di

rumah).

Tentukan kebutuhan rujukan pada waktu yang berbeda.


2. Perencanaan
Hasil yang diharapkan jika seluruh prosedur telah lengkap dilakukan adalah
sebagai berikut :
a)
Pasien atau keluarga sebagai

care giver

mampu menjelaskan

bagaimana keberlangsungan pelayanan kesehatan di rumah (atau


fasilitas lain), penatalaksanaan atau pengobatan apa yang dibutuhkan,
dan kapan mencari pengobatan akibat masalah yang timbul.
b) Pasien mampu mendemonstrasikan aktivitas perawatan diri (atau
anggota keluarga mampu melakukan aturan perawatan).
c) Rintangan kepada pergerakan pasien dan ambulasi telah diubah dalam
setting rumah. Hal-hal yang dapat membahayakan pasien akibat kondisi
kesehatannya telah diubah.
3. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu penatalaksanaan
yang dilakukan sebelum hari pemulangan, dan

penatalaksanaan yang

dilakukan pada hari pemulangan.


a. Persiapan sebelum hari pemulangan pasien
1) Menganjurkan cara untuk merubah keadaan rumah demi memenuhi
kebutuhan pasien.
21

2) Mempersiapkan pasien dan keluarga dengan memberikan informasi


tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan

komunitas. Rujukan

dapat dilakukan sekalipun pasien masih di rumah.


3) Setelah menentukan segala hambatan untuk belajar serta
untuk

kemauan

belajar, mengadakan sesi pengajaran dengan pasien dan

keluarga secepat mungkin selama dirawat di rumah sakit (seperti tanda


dan gejala terjadinya komplikasi,

kepatuhan terhadap pengobatan,

kegunaan alat-alat medis, perawatan lanjutan, diet, latihan, pembatasan


yang disebabkan

oleh penyakit atau pembedahan). Pamflet, buku-

buku, atau rekaman video dapat diberikan kepada pasien. Pasien juga
dapat diberitahu tentang sumber-sumber informasi yang ada di
internet.
4) Komunikasikan respon pasien dan keluarga terhadap penyuluhan dan
usulan perencanaan pulang kepada anggota tim kesehatan lain yang
b.

terlibat dalam perawatan pasien.


Penatalaksanaan pada hari pemulangan
Jika beberapa aktivitas berikut ini dapat dilakukan sebelum

hari

pemulangan, perencanaan yang dilakukan akan lebih efektif. Adapun


aktivitas yang dilakukan pada hari pemulangan antara lain :
1) Biarkan pasien dan keluarga bertanya dan diskusikan isu-isu yang
berhubungan dengan perawatan di rumah. Kesempatan

terakhir

untuk mendemonstrasikan kemampuan juga bermanfaat.


2) Periksa instruksi pemulangan dokter, masukkan dalam terapi, atau
kebutuhan akan alat-alat medis yang khusus. (Instruksi harus
dituliskan sedini mungkin) Persiapkan kebutuhan dalam perjalanan
dan sediakan alat-alat yang dibutuhkan sebelum pasien sampai di
rumah (seperti tempat tidur rumah sakit, oksigen, feeding pump).
3) Tentukan apakah pasien dan keluarga telah dipersiapkan dalam
kebutuhan transportasi menuju ke rumah.
4) Tawarkan bantuan untuk memakaikan baju pasien dan mengepak
semua barang milik pasien. Jaga privasi pasien sesuai kebutuhan.
5) Periksa seluruh ruangan dan laci untuk memastikan barang-barang
pasien. Dapatkan daftar pertinggal barang-barang berharga yang
telah ditandatangani oleh pasien, dan
administrator yang tersedia untuk
berharga kepada pasien.

22

instruksikan penjaga atau

menyampaikan barang-barang

6) Persiapkan pasien dengan prescription atau resep pengobatan pasien


sesuai dengan yang diinstruksikan oleh dokter.

Lakukan

pemeriksaan terakhir untuk kebutuhan informasi atau


pengobatan yang aman untuk administrasi diri.
7) Berikan informasi tentang petunjuk untuk janji

fasilitas

follow up

ke

kantor dokter.
8) Hubungi kantor agen bisnis untuk menentukan apakah pasien
membutuhkan daftar pengeluaran untuk kebutuhan pembayaran.
Anjurkan pasien dan keluarga mengunjungi kantornya.
9) Dapatkan kotak untuk memindahkan barang-barang pasien. Kursi
roda untuk pasien yang tidak mampu ke mobil ambulans. Pasien
yang pulang dengan menggunakan

ambulans diantarkan oleh

usungan ambulans.
10) Bantu pasien menuju kursi roda atau usungan dan gunakan sikap
tubuh dan teknik

pemindahan yang sopan. Dampingi pasien

memasuki unit dimana transportasi yang dibutuhkan

sedang

menunggu. Kunci roda dari kursi roda. Bantu pasien pindah ke


mobil pribadi atau kendaraan untuk transportasi. Bantu keluarga
menempatkan barang-barang pribadi pasien ke dalam kendaraan.
11) Kembali ke bagian, dan laporkan waktu pemulangan kepada
departemen pendaftaran/penerimaan. Ingatkan bagian

kebersihan

untuk membersihkan ruangan pasien.


c. Evaluasi
1) Minta pasien dan anggota keluarga menjelaskan tentang penyakit,
pengobatan yang dibutuhkan, tanda-tanda fisik atau gejala yang harus
dilaporkan kepada dokter.
2) Minta pasien atau anggota keluarga mendemonstrasikan setiap
pengobatan yang akan dilanjutkan di rumah.
3) Perawat yang melakukan perawatan rumah memperhatikan keadaan
rumah, mengidentifikasi rintangan yang dapat membahayakan bagi
pasien, dan menganjurkan perbaikan.
g. Unsur-Unsur Discharge Planning
Discharge Planning Association (2008) mengatakan bahwa unsur- unsur yang
harus ada pada sebuah form perencanaan pemulangan antara lain :
1. Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang
dibutuhkan, dan pengobatan yang harus dihentikan.
23

sangat

2. Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek samping
yang umum terjadi.
3. Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan pemeriksaan
lain, dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau bilamana waktu
akan diadakannya.
4. Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan aktivitas,
latihan, diet makanan yang dianjurkan dan pembatasannya.
5. Petunjuk perawatan diri (perawatan luka, perawatan kolostomi, ketentuan
insulin, dan lain-lain).
6. Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya

yang akan

dihadapi setelah dipulangkan. Nama pemberi layanan, waktu, tanggal, dan


lokasi setiap janji untuk control .
7. Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor telepon yang bisa
dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan.
8. Bagaimana mengatur perawatan lanjutan (jadwal pelayanan di rumah, perawat
yang menjenguk, penolong, pembantu jalan; walker , kanul, oksigen, dan lainlain) beserta dengan nama dan

nomor telepon setiap institusi yang

bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan.


h. Cara Mengukur Discharge Planning
Sebuah discharge planning

dikatakan baik apabila pasien telah dipersiapkan

untuk pulang, pasien telah mendapatkan penjelasan-penjelasan yang diperlukan,


serta instruksi-instruksi yang harus dilakukan, serta apabila pasien diantarkan
pulang sampai ke mobil atau alat transportasi lainnya (The Royal Marsden
Hospital, 2004).

Kesuksesan tindakan discharge planning menjamin pasien

mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah
meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry & Potter, 2006).
i. Kesiapan Pasien Menghadapi Pemulangan
Menurut Martinsusilo (2007), ada dua komponen utama dari kesiapan
yaitu kemampuan dan keinginan. Kemampuan adalah pengetahuan, pengalaman,
dan keterampilan yang dimiliki seorang ataupun kelompok untuk melakukan
kegiatan atau tugas tertentu. Sedangkan keinginan berkaitan dengan keyakinan,
komitmen, dan motivasi untuk

menyelesaikan tugas atau kegiatan tertentu.

24

Kesiapan merupakan kombinasi dari kemampuan dan keinginan yang berbeda


yang ditunjukkan seseorang pada tiap-tiap tugas yang diberikan.
Berdasarkan hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesiapan pasien
menghadapi pemulangan adalah kemampuan yang mencakup
pengalaman, dan keterampilan serta keinginan yang

pengetahuan,

mencakup keyakinan,

komitmen, dan motivasi pasien pasca bedah akut abdomen untuk melakukan
aktifitas atau kegiatan yang diajarkan serta dianjurkan oleh perawat dan klinisi
lain. Pasien dinyatakan siap menghadapi pemulangan apabila pasien mengetahui
pengobatan, tanda-tanda bahaya, aktivitas yang dilakukan, serta

perawatan

lanjutan di rumah (The Royal Marsden Hospital, 2004).


j. Kriteria Pemulangan
Perry dan Potter (2005) mengatakan bahwa pada saat pulang, pasien harus
mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan sumber yang
memenuhi perawatan dirinya. Kesuksesan tindakan

dibutuhkan untuk
discharge planning

menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan
realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry & Potter,
2006).
Oleh karena itu pasien dinyatakan siap menghadapi pemulangan apabila
pasien mengetahui pengobatan, tanda-tanda bahaya, aktivitas yang dilakukan,
serta perawatan lanjutan di rumah (The Royal Marsden Hospital, 2004). Pasien
dan keluarga memahami diagnosa, antisipasi tingkat fungsi, obat-obatan

dan

tindakan pengobatan untuk kepulangan, antisipasi perawatan tindak lanjut, dan


respons yang diambil pada kondisi kedaruratan (Perry & Potter, 2005).

25

D. Pengumpulan Data
1.

Data Demografi
Tabel 1.1
Distribusi Proporsi Perawat Berdasarkan Usia Perawat
Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto, Juni 2015

No
1
2
3
4

Usia
20-30
31-40
41-50
51-60
Jumlah

Jumlah

Presentase (%)

5
13
4
2
24

21
54
17
8
100

DIAGRAM 1.1
Proporsi Usia Perawat Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto Tahun 2015

26

Berdasarkan tabel diatas, jumlah perawat berdasarkan usia di RS Gatot Subroto


terdapat usia 20-30 tahun sebanyak 5 orang (21%), 31-40% tahun sebanyak 13 orang
(54%), 41-50 tahun sebanyak 4 orang (17%), 51-60 sebanyak 2 orang (8%).

Tabel 1.2
Distribusi Proporsi Perawat Berdasarkan Jenis Kelamin Perawat Di Ruang Lt.6
Dokmil RS Gatot Subroto, Juni 2015
No
1
2

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah

Jumlah
1
23
24
DIAGRAM 1.2

Presentase (%)
4
96
100

Proporsi Jenis Kelamin Perawat Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto Tahun 2015

Berdasarkan tabel diatas, jumlah perawat berdasarkan jenis kelamin di RS Gatot Subroto
terdapat 1 orang laki-laki (4 %) dan perempuan terdapat 23 orang (96 %).

27

Tabel 1.3
Distribusi Proporsi Perawat Berdasarkan Status Pernikahan
Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto, Juni 2015

No
1
2
3
4

StatuS Pernikahan
Belum menikah
Menikah
Janda
Duda
Jumlah

Jumlah
0
24
0
0
24

Presentase (%)
0
100
0
0
100

DIAGRAM 1.3
Proporsi Status Pernikahan Perawat Di Ruang Lt.6 Dokmil
RS Gatot Subroto Tahun 2015

28

Berdasarkan tabel diatas, jumlah perawat berdasarkan status pernikahan di RS Gatot Subroto
terdapat 0 orang yang belum menikah (0 %), terdapat 24 orang yang menikah (100 %),
terdapat 0 orang yang janda (0 %) dan terdapat 0 orang yang duda ( 0 %).

Tabel 1.4
Distribusi Proporsi Perawat Berdasarkan Pendidikan Formal
Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto, Juni 2015
No
1
2
3
4

Pendidikan Formal
Spk
Spk+Bidan
DIII
S1
Jumlah

Jumlah
0
0
23
1
24

Presentase (%)
0
0
96
4
100

DIAGRAM 1.4
Proporsi Pendidikan Perawat Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto Tahun 2015

Berdasarkan tabel diatas, jumlah perawat berdasarkan status pendidikan formal di RS Gatot
Subroto terdapat 0 orang berpendidikan SPK (0 %), terdapat 0 orang yang berpendidikan
29

SPK+BIDAN (0 %), terdapat 23 orang yang berpendidikan D III (96 %) dan terdapat 1 orang
yang berpendidikan SI (4 %).

Tabel 1.5
Distribusi Proporsi Perawat Berdasarkan Masa Kerja Di Ruang Lt.6 Dokmil
RS Gatot Subroto, Juni 2015

No
1
2
3

Tindakan apa yang dilakukan


2-10 tahun
11-20 tahun
>21 tahun
Jumlah

Jumlah
9
10
5
24

Presentase (%)
38
42
21
100

Diagram 1.5
Proporsi Masa Kerja Perawat Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto Tahun 2015

30

Berdasarkan tabel diatas, jumlah perawat berdasarkan status masa kerja di RS Gatot Subroto
yang masa kerjanya selama 2-10 tahun sebanyak 9 orang (38%), 11-20 tahun sebanyak 10
orang (42%), >21 tahun sebanyak 5 orang (21%).

Tabel 1.6
Distribusi Proporsi Perawat Berdasarkan Status Kepegawaian
Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto, Juni 2015
No
1
2
3

Status Kepegawaian
Pns
Phl
Lain-lain
Jumlah

Jumlah

Presentase (%)

24
0
0
24

100
0
0
100

Diagram 1.6
Proporsi Status Kepegawaian Perawat Di Ruang Lt.6 Dokmil
RS Gatot Subroto Tahun 2015

31

Berdasarkan tabel diatas, jumlah perawat berdasarkan status kepegawaian di RS Gatot


Subroto terdapat PNS sebanyak 24 orang (100%), PHL sebanyak 0 (0%), Lain-lain 0 (0%).

Tabel 1.7
Distribusi Proporsi Perawat Berdasarkan Pernah Mengikuti Pelatihan
Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto, Juni 2015

No
1
2

Pernah Mengikuti Pelatihan


Tidak
Pernah
Jumlah

Jumlah
1
23
24

Presentase (%)
4
96
100

Diagram 1.7
Proporsi Perawat Mengikuti Pelatihan Di Ruang Lt.6 Dokmil
RS Gatot Subroto Tahun 2015

32

Berdasarkan tabel diatas, jumlah perawat berdasarkan status pernah mengikuti pelatihan di
RS Gatot Subroto yang tidak pernah mengikuti pelatihan sebanyak 1 orang (4%), pernah
mengikuti pelatihan sebanyak 23 orang (96%).

2.

Fungsi Perencanaan
Diagram 2.1
Proporsi Fungsi Perencanaan
Di Ruang Dokmil Lantai Vi Rspad Gatot Soebroto
Tahun 2015

33

Interpretasi : dari hasil pengkajian kuesioner fungsi pengorganisasian ruang dokmil lantai
VI selalu sebanyak 72 %, sering sebanyak 26 %, kadang-kadang sebanyak 1 %, dan tidak
pernah sebanyak 0 %.

3. Fungsi Pengorganisasian
Diagram 3.1
Proporsi Fungsi Pengorganisasian
Di Ruang Dokmil Lantai Vi Rspad Gatot Soebroto
Tahun 2015

34

Interpretasi : dari hasil pengkajian kuesioner fungsi pengorganisasian ruang dokmil lantai
VI selalu sebanyak 59 %, sering sebanyak 22 %, kadang-kadang sebanyak 17 %, dan tidak
pernah sebanyak 2 %.

4. Fungsi Pengarahan
Diagram 4.1
Proporsi Fungsi Pengendalian
Di Ruang Dokmil Lantai Vi Rspad Gatot Soebroto
Tahun 2015
35

Interpretasi : dari hasil pengkajian kuesioner fungsi pengorganisasian ruang dokmil lantai
VI selalu sebanyak 55 %, sering sebanyak 36 %, kadang-kadang sebanyak 9 %, dan tidak
pernah sebanyak 0 %.

5.

Fungsi Pengendalian
Diagram 5.1
Proporsi Fungsi Pengendalian
Di Ruang Dokmil Lantai Vi Rspad Gatot Soebroto
Tahun 2015
36

Interpretasi : dari hasil pengkajian kuesioner fungsi pengorganisasian ruang dokmil lantai
VI selalu sebanyak 56 %, sering sebanyak 23 %, kadang-kadang sebanyak 19 %, dan tidak
pernah sebanyak 2 %.

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 09 Juni 27 Juni 2015 meliputi


ketenagaan, sarana dan prasarana, BOR (Bed Occuption Rate), dan MPKP. Data yang
diperoleh didapat dari observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner kepada kepala
ruangan, ketua tim, perawat pelaksana, dan pasien serta keluarga. Data tersebut dianalisis

37

dengan analisa SWOT sehingga didapatkan beberapa rumusan masalah, kemudian dipilih
satu sebagai prioritas masalah.
Penerapan manajemen keperawatan dianalisa berdasarkan 4 pilar manejemen yaitu:
1.

Management Approach
Berdasarkan hasil pengumpulan data, tentang usaha untuk pemberian pelayanan yang
berkualitas dan profesional di ruang Kedokteran Militer lantai VI dimana ditemukan
data :
a. Perencanaan
Perencanaan di ruang Kedokteran Militer lantai VI telah dilakukan tetapi masih
terdapat beberapa hal yang belum dilaksanakan dengan optimal. Berdasarkan hasil
observasi yang telah dilakukan ditemukan beberapa hal yang belum dilakukan
secara maksimal yaitu:
1) Visi, misi, dan falsafah ruangan masih merupakan visi dan misi bidang
keperawatan. Walaupun demikian visi, misi dan falsafah bidang keperawatan
dikaitkan dengan kegiatan yang dilakukan di ruang Kedokteran Militer lantai
VI.
2) Sebanyak 75% kepala ruangan mendokumentasikan rencana harian, bulanan,
dan tahunan.
3) Sebanyak 75% ketua tim sudah mendokumentasikan rencana harian dan
bulanan.
4) Berdasarkan data yang diambil dari 9 orang perawat pelaksana terdapat 5 orang
yang sering membuat rencana kerja harian, 3 orang selalu membuat rencana
kerja harian dan 1 orang yang kadang-kadang membuat rencana kerja harian.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian di ruangan Kedokteran Militer lantai VI telah dilakukan. Hal ini
dibuktikan dengan :
1) Terdapat struktur organisasi

E. Analisa Program
1. Analisa SWOT
STRENGTH

WEAKNESS

Management
Approach
Perencanaan

38

OPPORTUNITY

THREATS

Kegiatan ruangan
berdasarkan
pendekatan manajemen

Ada
beberapa
perawat
pelaksana
yang
belum
membuat RKH (Rencana
Kerja Harian)

Penetapan perawat
ruangan berdasarkan
kemampuan yang
dimiliki

Perawat pelaksana 75% Adanya


program
sudah mendokumentasikan pelatihan dan kursus
rencana harian, bulanan, dan untuk perawat
tahunan. Walaupun belum
optimal sepenuhnya cara
pendokumentasian
yang
benar

Timbulnya
ketidakpuasan pasien
terhadap pelayanan
keperawatan.

Hubungan kerja di
ruangan ditata secara
professional

Sebagian besar perawat di


ruangan Lt.6 Dokmil
berpendidikan D3
Keperawatan

Adanya mahasiswa
yang praktek
manajemen
keperawatan di
ruangan Lt.6 Dokmil

Tidak terdapatnya
kesenjangan pendapat
antara perawat senior
dan junior

Asuhan keperawatan
ditata berdasarkan
standar

Adanya buku
tentang asuhan
keperawatan
berdasarkan penyakit

Adanya Rumah Sakit


pemerintah yang ada
di sekitar RS Gatot
Subroto

Pengorganisasian

Adanya buku
tentang standar
operasional prosedur

Pola pikir masyarakat


yang kritis

Struktur organisasi di
ruang terdiri dari Karu,
Katim, PP (Perawat
Pelaksana)
Jadwal dinas dibuat
berdasarkan tim
Proporsi jumlah
perawat yang dinas
pagi > sore > malam
Ketua tim menyusun
daftar dinas bersama
kepala ruangan
Pengarahan
Operan berjalan tepat
waktu
Kepala ruangan
memimpin operan dari
39

Terbukanya
kesempatan
melanjutkan
pendidikan pada
jenjang selanjutnya

Adanya tuntutan
masyarakat yang lebih
tinggi untuk
mendapatkan
pelayanan kesehatan

dinas malam ke dinas


pagi dan dinas pagi ke
dinas sore
Kepala ruangan dan
ketua tim menciptakan
iklim motivasi

Pengendalian
Kepala ruangan
mengevaluasi indicator
mutu umum berupa
BOR/TOI/ALOS setiap
akhir bulan

Kepala ruangan
melakukan audit
dokumentasi
keperawatan pada
pasien pulang dan pada
pasien yang masih
dirawat

Adanya kesempatan
pengembangan karir
dan pelatihanpelatihan

Sebanyak 100% ketua


tim mengobservasi
pelaksanaan asuhan
keperawatan pada
pasien yang dilakukan
oleh perawat pelaksana
Compensatory
reward
Kepala ruangan
melakukan penilaian
kinerja perawat dan
merekomendasikan
dalam mengikuti
pendidikan lanjutan
dan pelatihan
Kepala ruangan
merencanakan dan
melaksanakan
pengembangan staf

40

Professional
Relationship
Sebanyak 100%
perawat pelaksana
melakukan kolaborasi
dengan dokter dan
tenaga kesehatan
lainnya
Ketua tim
melaksanakan
kolaborasi dengan
dokter dan tenaga
kesehatan lainnya
Telah dilaksanakan
presentasi kasus secara
berkala
Patient Care
Delivery
Sebanyak 80% perawat
pelaksana diruangan
Lt.6 Dokmil mampu
melaksanakan lebih
dari 8 asuhan/masalah
keperawatan
Tersedia format
diagnosa keperawatan
dan intervensinya
diruangan

Belum terlaksananya rapat


tim kesehatan secara berkala
secara optimal

Perawat pelaksana sudah


mendokumentasikan
intervensi keperawatan yang
diberikan tetapi belum
maksimal
Pendidikan kesehatan belum
maksimal dilakukan oleh
perawat ruangan tapi
dilakukan karena belum
terdapat media (leaflet atau
flip chart) dll

Strenght
1. Ruang Kedokteran Militer lantai VI merupakan ruangan bagian dari ruangan yang
ada di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, dimana ruang ini
merupakan ruang perawatan bedah yang merawat pasien dengan post operasi dan
fasilitas yang memadai untuk menangani perawatan luka pada pasien post operasi.
Serta pasien yang masih aktif sebagai anggota TNI yang mengalami luka tempur.
2. Standar kinerja pedoman para staf diruangan Kedokteran Militer lantai VI
berdasarkan SAK dan SOP yang telah dimiliki ruangan.
41

3. Setiap staf perawat sudah mempunyai uraian tugas masing-masing dan tertulis.
Setiap tenaga keperawatan melaksanakannya sesuai tugasnya dengan jelas. Metode
yang digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan didalam ruangan
Kedokteran Militer lantai VI ini dengan MAKP Tingkat I yang terdiri kepala
ruangan dan ketua tim.
4. Operan secara rutin setiap shift, cara operannya setiap pasien satu persatu
disebutkan diagnosa medis, diagnosa keperawatan dan rencana tindakan
lanjutannya, evaluasi tindakan yang telah dilakukan.
5. Setiap bulan dilakukan perhitungan BOR, TOI, dan LOS.
6. Seluruh perawat diruangan wajib membuat rencana keperawatan sebelum
melakukan tindakan keperawatan tindakan keperawatan.
7. Isi operan yang biasa dilakukan diruangan telah disampaikan dengan lengkap
mulai dari keadaan umum, diagnosa medis, data yang mendukung, tindakan yang
telah dan belum dilakukan, dan evaluasi perkembangan klien.
8. Alur komando dan komunikasi dari struktur diruang rawat inap sudah bagus
dimulai dari kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana.
Weakness
1. Perumusan visi dan misi ruangan sudah ada.
2. Sudah adanya SAK yang dikhususkan untuk perawatan bedah.
3. Sudah adaya klasifikasi SOP khusus untuk ruang perawatan bedah.
4. Sudah adanya bagan struktur organisasi yang tampak pada ruangan.
5. Kurangnya tenaga keperawatan
6. Sudah dapat penilaian secara tertulis dalam supervisi.
7. Pre dan post conference belum dilakukan secara maksimal.
8. Case conference (ronde keperawatan) sudah dilakukan secara maksimal.
Opportunity
42

1. Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto merupakan rumah sakit tipe A.
2. RSPAD Gatot Soebroto merupakan rumah sakit pendidikan yang menerima
mahasiswa, siswa dan pelatihan untuk melakukan praktek dan dapat membantu
mengawasi pemenuhan kebutuhan klien.
Treat
1. Menurut kepala ruangan diruang Kedokteran Militer lantai VI masih kekurangan
tenaga keperawatan, karena dalam teori bahwa 1 perawat lebih efektif bertanggung
jawab 2 pasien.
2. Ruangan Kedokteran Militer lantai VI kurang dipatuhinya tata tertib kunjungan
pasien, sehingga pengunjung bisa bebas keluar masuk walaupun jam besuk sudah
ditempelkan dipintu sehingga keamanan tidak bisa dijamin.
3. Kurangnya sarana dan prasarana, misalnya handrub yang tidak ada di depan pintu
kamar yang bertujuan untuk mengurangi infeksi nosokomial.
4. Peran perawat yang kurang sesuai dengan profesinya (perawat masih melakukan
mengantar dan mengambil makanan pasien ke dapur umum yang seharusnya
dilakukan oleh bagian gizi).
2. Saran Analisa SWOT
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto diharapkan dapat
mengadakan pelatihan-pelatihan, seminar-seminar atau pendidikan lainnya untuk
perawat diruang rawat Dokmil lantai VI dibidang perawatan bedah yang dapat
meningkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan terutama asuhan keperawatan
pada pasien post operasi.
Visi, misi filosofi, motto ruangan sebaiknya dipajang diruangan agar dapat
diinternalisasi ke dalam nilai-nilai yang dianut perawat dan sebagai acuan perawat
melaksanakan asuhan keperawatan sehingga visi, misi, filosofi dan motto ruangan
tercapai sesuai dengan target.
Kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana agar melaksanakan tugas
sesuai dengan standar kinerja ruangan. Kepala ruangan atau ketua tim diharapkan
memberikan motivasi, reward ataupun reinforcement positif agar perawat pelaksana
menjalankan implementasi keperawatan sesuai SOP.
43

Kepala ruangan beserta tim diharapkan mengoptimalkan fungsi manajemen


yang telah berjalan dengan baik melakukan fungsi perencanaan, pengorganisasian
pengarahan dan pengendalian dengan optimal.
3. Analisa Ruangan
a. Sejarah Singkat Rumah Sakit Gatot Soebroto
Dahulu RSPAD Gatot Soebroto ditkesad merupakan rumah sakit tentara
Belanda, dikenal dengan groot militare hospital welterveden. Kemudian pada
tanggal 8 maret 1942 pernah menjadi rumah sakit militer angkatan darat. Jepang
dengan nama rikugun byoin. Sejak kemerdekan 17 agustus 1945 dikuasai oleh
tentara KNIL dan namanya diubah menjadi militaire geneeskundige dienst yang
dikenal dengan nama "leger hospital Batavia".
Pada tanggal 26 Juli 1950 diserahkan kepada Djawatan Kesehatan
Angkatan Darat menjadi rumah sakit tentara pusat. Moment bersejarah ini
selanjutnya diperingati sebagai hari jadi RSPAD Gatos Soebroto. Mengingat jasajasa Letnan Jenderal Gatot Soebroto yang memberikan segala-galanya bagi
RSPAD agar menjadi kebanggaan prajurit dan upaya meningkatkan kesejahteraan
prajurit angkatan darat maka dipakailah nama Gatot Soebroto dibelakang nama
Rumah Sakit Angkatan Darat ini.
Keberadaan pemeriksaan diagnostic mutakir serta keasrian bangunan dan
pelayanan terhadap kesehatan begitu tinggi maka sejak 1977. RSPAD Gatot
Soebroto ditkesad ditunjuk menjadi salah satu tempat pemeriksaan dan perawatan
pejabat tinggi sampai sekarang. Mengingat peran serta rumah sakit terhadap
pelayanan kesehatan masyarakat maka sejak tahun 1989, RSPAD Gatot Soebroto
mulai membuka diri untuk pelayanan swasta sampai sekarang, dikenal sebagai
pavilion dr. R. Darmawan, PS untuk rawat inap. Kemudian tahun 1991 didirikan
bangunan 6 lantai di paviliun Kartika untuk rawat jalan dan rawat inap.
Selanjutnya diresmiakn pavilion dr Iman Sudjudi melayani kesehatan ibu dan
bayi, pavilion anak untuk perawatan anak serta non peviliun untuk perawatan
kelas tiga.
Saat ini, pelayanan kesehatan dilayani dokter spesialis dan sub spesialis
dengan di dukung pelayanan unggulan seperti : Minimal Invasive Arthroscopy,
Endoscopy Spine Surgery, MSCT 64 slice, MRI 1,5 Tesla, Linac CT simulator,
Digital Substraction Angiography 3 D (DSA-3D), USG 4 Dimensi.

44

Dengan mengutamakan pelayanan prima dan patient safety kami berusaha


memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi seluruh masyarakat.
1) Visi RS GATOT SOEBROTO
Menjadi Rumah Sakit Kebanggaan Prajurit
2) Misi RS GATOT SOEBROTO
Misi-nya adalah:
1) Menyelenggarakan fungsi perumahsakitan tingkat pusat dan rujukan tertinggi
bagi rumah sakit TNI AD dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD
2) Menyelenggarakan dukungan dan pelayanan kesehatan yang profesional dan
bermutu serta menyeluruh bagi Prajurit/ PNS TNI AD dan keluarganya dalam
3)

rangka meningkatkan kesiapan dan kesejahteraan.


Ruang Rawat Inap Kedokteran Militer Lantai VI
Ruang rawat inap lantai VI kedokteran militer merupakan salah satu ruang
perawatan dewasa yang difokuskan untuk pasien bedah khususnya para
anggota yang dalam pertempuran. Jumlah tenaga diruang ini berjumlah 24
orang perawat. Ruang dokmil ini juga dibantu dengan tenaga non medis 5
orang dalam beberapa pelaksanaan kebutuhan dasar pasien.
Diagnosa medis untuk pasien diruang dokmil dari data yang paling sering
muncul melalui matriks keperawatan adalah fraktur, tumor, kecelakaan latihan,
penyakit bedah lainnya. Diagnosa Keperawatan yang ada diruang dokmil
biasanya seperti nyeri, gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh, bersihan jalan nafas tak efektif, gangguan pola nafas, gangguan
pertukaran gas, penurunan curah jantung, keterbatasan aktivitas, intoleransi
aktivitas, kelebihan volume cairan, gangguan perfusi jaringan cerebral,
gangguan integritas kulit, kerusakan integritas kulit, dan cemas serta diagnosa
lainnya yang biasanya muncul pada pasien dengan penyakit bedah.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur
berdasarkan jumlah pasien ruang dokmil adalah 27 tempat tidur.

BOR keseluruhan di ruang RS. GATOT SOEBROTO UNIT KEDOKTERAN MILITER


No

Pasien Awal

1
2
3
4
5
6

14
13
12
12
15
15

Pasien Masuk
Pasien Keluar
Pasien
Baru
Pindahan Pulang
Pindahan Meninggal Akhir
1
13
1
12
12
4
1
15
3
3
15
1
4
13
45

7
13
8
13
9
14
10
11
11
10
12
14
13
15
14
17
15
17
16
18
17
12
18
11
19
17
20
17
21
19
22
14
23
12
24
10
25
8
26
15
27
12
28
11
29
10
30
10
31
10
Jumlah

2
4
1
3
3
5
2
1

2
2
3
2
1
2
3
2
1

6
2
4

1
1

1
2
4
1
1
51

7
1
1
2
5
3
3
2
7
2
2
3
4
2
70

LAPORAN NOSOKOMIAL DOKMIL LANTAI VI

Operasi

= 50

Operasi Emergency

=1

Operasi Elektif

= 49

BOR DAN LOS MEI 2015


Pasien masuk + mutasi = 51+4 = 55
Pasien keluar+pasien meninggal = 70+4 =74
46

1
1

13
14
11
10
14
15
17
17
18
12
11
17
17
19
14
12
10
8
15
12
11
10
10
10
9
406

Pasien meninggal = 0
Jumlah hari RS = 415
Jumlah hari perawatan pasien keluar = 406
Kekuatan tempat tidur = 27
Jumlah hari = 31
BOR =

Jumlah Hari Perawatan RS

X 100%

Jumlah Tempat Tidur X Jumlah Hari

415

x 100%

(27X31)
= 49,58%

LOS =

Jumlah Lama Rawat


Jumlah Pasien Keluar

406

= 5,4

74
BTO = Jumlah Pasien Keluar + Meninggaal
Jumlah Tempat Tidur
=

74
27

= 2,7

TOI = (Jumlah TT x Hari) Hari Perawatan RS


Jumlah Pasien Keluar+Meninggal
=

837 - 415
74
47

= 5,7

Denah kedokteran militer

IK
Pintu

WC

masuk

k.1
2

k.1
0

k.8

k.6

k.4

k.2

Ruan
g
ganti

Nurse
stasio
n

DOKMIL
k.1
1

k.9

k.7

k.5

k.3

k.1

Ruan
g
kuliah
dokte
r

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 9 Juni 2015 meliputi ketenagaan,


sarana dan prasarana, BOR (Bed Occuption Rate),MPKP. Data yang diperoleh didapat
dari observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner kepada kepala ruangan, ketua
tim, perawat pelaksana, dan pasien serta keluarga. Data tersebut dianalisis dengan
analisa SWOT sehingga didapatkan beberapa rumusan masalah, kemudian dipilih satu
sebagai prioritas masalah.
Penerapan manajemen keperawatan dianalisa berdasarkan 4 komponen manejemen :
Management Approach
Berdasarkan hasil pengumpulan data, tentang usaha untuk pemberian pelayanan yang
berkualitas dan proesional di Ruang Kedokteran Militer dimana ditemukan data:
c. Perencanaan
Penyusunan visi, misi, dan falsafah ruangan, serta rencana jangka pendek
(Rencana Harian, Rencana Bulanan) tidak sepenuhnya dilakukan, dimana
didapatkan data bahwa:
1) Visi, misi dan falsafah ruangan merupakan visi dan misi bidang
keperawatan
2) Kepala ruangan sudah mendokumentasikan rencana harian, bulanan, dan
tahunan.
3) Sebanyak 100% ketua tim sudah mendokumentasikan rencana harian dan
bulanan.

48

dapur

4) Sebanyak 100% ketua tim sudah melakukan supervise pada perawat


pelaksana.
5) Sebanyak 100% ketua tim sudah melakukan konfrensi kasus.
d. Pengorganisasian
Katim menyusun jadwal dinas bersama kepala ruangan. Alokasi pasien
dilakukan pertim tetapi belum dilakukan per perawat pelaksana, dimana
didapatkan data bahwa:
1) Sebanyak 100% ketua tim sudah membagi pasien dengan perawat primer
yang merawatnya serta perawat pelaksana sesuai jadwal dinas.
2) 50% katim selalu membagikan tugas kepada perawat pelaksana, akan
tetapi 50% lainnya hanya kadang-kadang saja melakukan pembagian tugas
berdasarkan masing-masing jumlah pasien.
3) 50% katim selalu menilai hasil kinerja perawat pelaksana, sedangkan 50%
lainnya kadang-kadang saja melakukannya.
4) 100% katim sudah membagikan alokasi pasien kepada perawat pelaksana.
e. Pengarahan
1) Operan dilakukan, namun sebanyak 100% ketua tim sudah menyebutkan
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ada pada pasien
2) Sebanyak 50% ketua tim sudah melaksanakan post conference terhadap
perawat pelaksana
3) Sebanyak 50% ketua tim sudah melaksanakan supervisi secara berkala dan
terjadwal
4) 50% ketua tim masih sudah melaksanakan konferensi kasus secara
terjadwal, yang ada hanya dari ruangan saja dan itu juga djadwalkan oleh
bidang keperawatan.
f. Pengendalian
1) Kepala ruangan belum melaksanakan survey kepuasan pasien dan keluarga
pasien.
2) Kepala ruangan sudah membuat indikator umum dan khusus berkala setiap
bulannya.
3) Sebanyak 100% ketua tim sudah melakukan observasi pada pelaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien yang dilakukan oleh perawat pelaksana
4) Sebanyak 100% ketua tim sering memberikan umpan balik pada perawat
pelaksana.

Compensatory Reward

49

Berdasarkan hasil pengumpulan data, management keperawatan khususnya


management sumber daya manusia dimana terfokus pada pengelolaan tenaga
keperawatan agar dapat produktif, melalui hal tersebut telah didapatkan data dimana:
a. Kepala ruangan sudah mulai melakukan penilaian kinerja ketua tim dan
perawat pelaksana. Juga kepala ruangan serta dari pihak RS sangat
memperhatikan tentang masalah SDM bagi tenaga keperawatan dengan
memberikan rekomendasi perawat untuk melanjutkan ke pendidikan
selanjutnya atau mengikuti pelatihan dalam rangka pengembangan staf.
b. Sebanyak 100% ketua tim sudah melakukan observasi atau penilaian kinerja
perawat pelaksana untuk direkomendasikan pada kepala ruangan untuk
mengikuti pendidikan lanjut atau pelatihan.
c. Kepala ruangan melakukan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana
dengan memberikan rekomendasi perawat untuk melanjutkan ke pendidikan
selanjutnya atau mengikuti pelatihan dalam rangka pengembangan staf.
d. Sebanyak 100% ketua tim sudah melakukan observasi atau penilaian kinerja
perawat pelaksana untuk direkomendasikan pada kepala ruangan untuk
mengikuti pendidikan lanjut atau pelatihan.

Profesional Relationship
Berdasarkan hasil pengumpulan data di ruang Dokmil lantai VI dimana
hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan yang merupakan
standar antara tim kesehatan dan pasien serta keluarga. Pada pelaksanaannya
didapatkan hasil:
a. Kepala ruangan melakukan kolaborasi dengan dokter dan tenaga kesehatan
lainnya
b. Kepala ruangan sudah melaksanakan konferensi kasus secara terjadwal,
jadwal konferensi ditentukan dari bidang keperawatan.
c. Sebanyak 100% ketua tim telah melakukan kolaborasi dengan dokter dan
tenaga kesehatan lainnya
d. Sebanyak 100% perawat pelaksana selalu melakukan tindakan kolaborasi
dengan tim kesehatan lainnya

Patient Care Delivery


Berdasarkan hasil pengumpulan data, didapatkan data bahwa pelayanan keperawatan
denga menggunakan asuhan keperawatan di ruangan Dokmil adalah:
a. Kepala ruangan mampu melaksanakan 18 asuhan keperawatan dasar pada
pasien
b. Sebanyak 100% ketua tim sudah mampu melaksanakan 18 asuhan
keperawatan dasar pada pasien.
50

c. Sebanyak 75% perawat pelaksana sudah mampu melaksanakan 18 asuhan


keperawatan dasar pada pasien, tapi belum berdasarkan Standar Operasional
Prosedur.
d. Sebanyak 75% perawat pelaksana yang memberikan pendidikan kesehatan
kepada pasien dan keluarganya sesuai dengan penyakitnya.
Pengumpulan data menghasilkan masalah yang muncul berdasarkan proses
perhitungan berupa skoring didapatkan hasil berdasarkan cara memprioritaskan masalah
manajemen keperawatan di ruangan berupa kuesioner, observasi.
A. Analisa Data
Setelah didapatkan hasil berdarkan pengumpulan data dapat dilihat bahwa
pengelolaan managemnt keperawatandi ruangan Edelweisssudah mulai menggunakan
standar MAKP namun, masih terdapat beberapa kesenjangan

yang kita bahas

berdasarkan analisa SWOT.


B. Perumusan Masalah
1. Management Approach
a. Perencanaan
1) Kepala ruangan sudah menyusun visi, misi dan falsafah ruangan
2) Sudah optimalnya penyusunan rencana jangka panjang dan pendek oleh
Kepala Ruangan, Ketua Tim dan Perawat Pelaksana
b. Pengorganisasian
1) Ketua tim sudah mengalokasikan pasien sesuai dengan perawat primer dan
perawat pelaksana sesuai dengan jadwal dinas.
2) Kurangnya SDM perawat.
3) Peran perawat yang kurang sesuai dengan profesinya ( perawat masih
melakukan mengantar dan mengambil makanan kedapur umum yang
seharusnya dilakukan oleh bagian gizi)
c. Pengarahan
1) Sudah terlaksananya operan secara terstruktur berdasarkan diagnosa
keperawatan pasien
2) Sudah terlaksananya pre dan post conference di dalam tim
3) Sudah terlaksananya supervisi secara terjadwal
d. Pengendalian
1) Sudah terlaksananya survey kepuasan bagi perawat, dan tenaga kesehatan
lainnya
2) Dari hasil observasi yang dilakukan di lantai VI dokmil ditemukan bahwa
sebagian perawat sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan,
kadang-kadang lupa mencuci tangan
3) Belum tersediannya handrub pada tiap-tiap tempat tidur pasien dan tiap
pintu masuk kamar pasien.
51

4) Kurang dipatuhinya tata tertib kunjungan pasien


2. Professional Relationship
a. Sudah terlaksananya konferensi kasus secara terjadwal
b. Sudah terlaksananya rapat keperawatan dan rapat tim secara berkala yang
dipimpin oleh kepala ruangan.
3. Patient Care Delivery
a. Sudah optimalnnya pelaksanaan discharge planning, khususnya pada
pemberian pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga.
b. Kurang optimalnya pemberian asuhan keperawatan yang sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur.

C. Planning Of Action (POA)


No. Kegiatan

Tujuan

Waktu

52

PJ

Evaluasi

Melakukan

role Setelah dilakukan role play 2015

Ns.Amei

Setelah dilakukan role

play sebagai Ketua diharapkan ketua tim dan

Nuryani.

play kepada

Tim dan perawat perawat pelaksana dapat

S.Kep

dan perawat pelaksana

pelaksana

saat memberikan

asuhan

di dapatkan hasil 70%

dengan

saat keperawatan yang sesuai

perawat sudah mampu

memberikan

dengan

asuhan

Operasional Prosedur
Dengan kriteria hasil : 100

keperawatan yang
sesuai

dengan

Standart

asuhan

keperawatan
dengan

sesuai
standard

operasional prosedur

dapat

memberikan

Operasional

melakukan

% perawat primer dan


perawat acosiate

Standart

asuhan

keperawatan yang sesuai

Prosedur

dengan
2

katim

standard

Dari

operasional prosedur
hasil Mencegah
penularan 2015

Ns. Amei Setelah dilakukan role

observasi

yang penyakit

Nuryani

play kepada perawat

S.Kep

dan

dilakukan di lantai
VI

dokmil Sosialisasi

mahasiswa

dapatkan hasil 70%

ditemukan bahwa untukmeningkatkan

perawat

sebagian

motivasi

mahasiswa

perawat sebelum

mengurangi

dan

nosokomial

tindakan

melakukan

keperawatan,

sebelum

kadang-kadang

melakukan

lupa

perawat

sesudah terjadinya

melakukan

di

cuci
dan

dan
sudah

resiko

mampu

infeksi

cara mencuci tangan

dengan

yang benar.

tangan
sesudah
tindakan

mencuci keperawatan

tangan
Menetapkan

protap

mencuci tangan di ruang


stella lantai III gedung baru
RSU Sari Mutiara Medan

53

melakukan

Memberikan
pelatihan

Setelah dilakukan role play 2015

kepada diharapkan Perawat Primer

katim dan perawat dan

Perawat

pelaksana

pelaksana

mampu

melaksanakan

mengenai

penkes

pendidikan

dengan

kesehatan

keperawatan yang muncul.


Dengan
kriteria
hasil

pulang

sesuai
diagnosa

sebanyak 100 % ( 8 orang


perawat)

mengikuti

pendidikan

kesehatan

perawat
dan

dari

dilakukan

Nuryani.

pelatihan

S.Kep

kepada

pendidikan
katim

perawat

dan

pelaksana

didapatkan hasil 100%


katim

dan

perawat

pelaksana

mengerti

dan

memahami

mengenai

konsep

dasar dari pendidikan


kesehatan

konsep

pendidikan

kesehatan
role Setelah dilakukan role play 2015

Melakukan

Setelah

mengerti

memahami

dasar
4

dapat

Ns.Amei

Setelah dilakukan role

play sebagi ketua diharapkan ketua tim dan

play ketua tim dan

tim dan perawat perawat

perawat

pelaksana

primer

dalam melaksanakan

mampu
discharge

pelaksana

didapatkan hasil 60%

pelaksanaan

planning khususnya pada

katim

pendidikan

pemberian kesehatan bagi

pelaksana

mampu

melakukan

penkes

kesehatan kepada pasien dan keluarga.


pasien
keluarga

dan Dengan

hasil

dengan sebanyak 100 % ketua tim

menggunakan

dan

perawat

media leaflet dan mampu


flip chart

kriteria

pendidikan

kepada

dan

pasien

keluarga

pelaksana

menggunakan

melaksanakan

dan flip chart

kesehatan

kepada pasien dan keluarga


menggunakan leaflet dan
flip chart

54

perawat

dan

dengan
leaflet

55

56

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam
menjalankan kegiatan keperawatan dengan menggunakan metode proses keperawatan
untuk memenuhi kebutuhan klien atau menyelesaikan masalah klien.
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses, dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang diperlukan untuk menopang
pemberian asuhan keperawatan tersebut. MAKP mengacu pada empat pilar, yaitu:
1. Management Approach yang terdiri dari :
a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
c. Pengarahan
d. Pengendalian
2. Compensatory Reward
3. Professional Relationship
4. Patient Care Delivery System
Keempat pilar keperawatan ini merupakan pembentuk manajemen keperawatan.
Setelah melakukan observasi dan wawancara selama 3 hari, mahasiswa menemukan
sedikit kesenjangan dalam pelaksanaan pilar 4 yaitu patient care delivery di ruangan
Kedokteran Militer Lantai VI dalam pendokumentasian manajemen asuhan
keperawatan.
Selama praktek manajemen keperawatan, mahasiswa STIKes Jayakarta telah
melaksanakan bermain peran dari tanggal 8 Juni 2015 27 Juni 2015 untuk
pelaksanaan model asuhan keperawatan profesional di ruangan, dimana mahasiswa
bermain peran sebagai kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. Pada saat
pelaksanaan bermain peran, mahasiswa mengadakan operan, pre dan post conference
sesuai dengan pedoman model praktek keperawatan professional. Selain itu, setiap
mahasiswa membuat rencana jangka pendek yaitu rencana harian sesuai dengan

perannya masing-masing. Pada saat bermain peran sebagai ketua tim, mahasiswa
melakukan supervisi kepada mahasiswa yang berperan sebagai perawat pelaksana.
Selain itu mahasiswa juga membuat daftar alokasi pasien pada perawat primer dan
perawat pelaksana sesuai jadwal dinas. Berdasarkan hasil evaluasi perawat-perawat
diruangan Lt.6 Dokmil sudah menerapkan model asuhan keperawatan profesional
walaupun dalam pelaksanaannya belum optimal karena beberapa kendala seperti ku
keterbatasan waktu dan tenaga.
Hal ini diharapkan dapat menjadi suatu pedoman untuk dapat melaksanakan
Model Asuhan Keperawatan Professional di ruangan Lt.6 Dokmil demi pengembangan
kualitas pelayanan dan profesionalisme dalam keperawatan.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat menggali data yang nyata yang lebih banyak mengenai Model
Asuhan

Keperawatan

Profesional

dalam

setiap

praktek

sebagai

bahan

pembelajaran untuk dapat diaplikasikan.


b. Mahasiswa mampu menerapkan proses asuhan keperawatan secara efisien sesuai
standar asuhan keperawatan..
c. Mahasiswa dapat menerapkan Model Asuhan Keperawatan Profesional dalam
setiap praktek lapangan yang dilakukan.
2. Bagi Perawat Ruangan
a. Bagi Perawat
1) Perawat dapat mengidentifikasikan masalah dan menemukan penyelesaian
dengan cara Model Asuhan Keperawatan Profesional.
2) Perawat dapat melaksanakan manajemen keperawatan diruangan secara
profesional sehingga mutu pelayanan Rumah Sakit dapat ditingkatkan secara
berkelanjutan.
3) Perawat dapat membina hubungan baik antara perawat dengan rekan sejawat,
perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
b. Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan dalam
melakukan asuhan keperawatan secara mandiri.

57

3. Bagi Institusi Rumah Sakit dan Pendidikan


Menjadi bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan dalam
pelaksanaan model Metode Praktek Keperawatan Profesional yang diterapkan.

58

59

Anda mungkin juga menyukai