BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen adalah ilmu tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara
efisien, efektif, rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya ( swanburg, 2000 ). Manajemen keperawatan merupakan kegiatan yang
berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staf, kepemimpinan,
dan pengendalian aktivitas aktivitas upaya keperawatan. Fungsi manajerial di ruang
rawat dikoordinatori oleh kepala ruang rawat.
Kepala ruangan sebagai manajer harus dapat menjamin pelayanan yang diberikan
oleh perawat pelaksana dalam memberikan pelayanan yang aman dan mementingkan
kenyamanan pasien (Rachman, 2006). Kemampuan manajerial yang dimiliki oleh kepala
ruangan dapat mengacu pada penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP). Terdapat empat pilar dalam metode MAKP yaitu : pendekatan manajemen
keperawatan, system penghargaan (compensatory reward), hubungan professional
(professional Relationship), manajemen asuhan keperawatan (patient Care Delivery
system).
Pada pendekatan manajemen keperawatan terdiri dari 4 tahapan proses yaitu
perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), pengarahan (Directing), dan
pengendalian (Controling). Pelayanan keperawatan dilakukan oleh banyak orang
sehingga perlu menerapkan yaitu dalam bentuk manajemen keperawatan. Manajemen
harus dilaksanakan dengan disiplin untuk menjamin pelayanan yang diberikan kepada
pasien atau keluarga secara professional.
Tujuan MAKP adalah menjaga konsistensi asuhan keperawatan, mengurangi
konflik tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim
keperawatan, menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan,
memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan, menjelaskan dengan
tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Menerapkan konsep, teori, dan prinsip manajemen keperawatan dalam pengelolaan
pelayanan keperawatan dan pengelolaan manajemen asuhan keperawatan pada
pasien dan keluarganya ditingkat unit atau ruang rawat disuatu tatanan pelayanan
kesehatan.
b. Berperan sebagai agen pembaharu dan model peran dalam kepemimpinan dan
pengelolaan pelayanan keperawatan professional tingkat dasar.
c. Fungsi perencanaan dapat dilakukan secara optimal di ruang DOKMIL Lt.6
d. Fungsi pengorganisasian dapat dilakukan secara optimal di ruang DOKMIL Lt.6
e. Fungsi pengarahan dapat dilakukan secara optimal di ruang DOKMIL Lt.6
f. Fungsi pengendalian dapat dilakukan secara optimal di ruang DOKMIL Lt.6
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien
dan
keluarga
mendapatkan
pelayanan
yang
memuaskan
sehingga
manajemen
ruangan
yang
professional
sehingga
BAB II
TINJAUAN LAHAN
A. Pengertian Manajemen
Manajemen
adalah
suatu
ilmu
dan
seni
perencanaan,
pengarahan,
pengorganisasian, dan pengontrolan dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang
ditentukan sebelumnya (Liang Lie). Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain (Gilies, 1989).
Manajemen adalah suatu proses interaksi sosial tehnik yang terjadi dalam
organisasi yang formal dengan tujuan untuk mencapai tujuan organisasi yang ditentukan
melalui penggunaan sumber-sumber lain (Donovan, 2002). Sedangkan manajemen
asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam menjalankan kegiatan
keperawatan dengan mengguanakan metode proses keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan klien atau menyelesaikan masalah klien (Keliat, 2000).
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan,
dan rasa aman kepada pasien, keluarga, dan masyarakat (Gillies, 2002).
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu metoda yang sistematis dalam
memberikan asuhan keperawatan dan memenuhi kebutuhan pasien secara holistik.
B. Konsep Model Pratek Keperawatan Profesional
Pelayanan prima keperawatan dalam bentuk Model Asuhan Keperawatan
Profesional, yang pada awalnya dikembangkan oleh Sudarsono (2000) di Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo dan beberapa rumah sakit umum lain di Indonesia. MAKP adalah
suatu sistem (struktur, proses, dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang
diperlukan untuk menopang pemberian asuhan keperawatan tersebut.
Berdasarkan pengalaman Sudarsono (2000) dikembangkan beberapa jenis MAKP
sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang ada, yaitu:
satu
kelompok
tenaga
keperawatan,
menentukan
cara
dari
Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu
organisasi (Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur organisasi menunjukan
adanya pembagian kerja dan menunjukan bagaimana fungsi-fungsi atau
kegiatan yang berbeda-beda diintegritaskan atau dikoordinasikan.
2.
3. Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter, nama
perawat dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi pearawat saat
menjalankan dinas di tiap shift.
Ketenagaan
Ketenagaan : anggota organisasi/badan usaha yang memperoleh imbalan.
Tujuan manajemen ketenagaan di ruang rawat : mendaya gunakan tenaga
keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan pelayanan
bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa.
Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan : kategori klien yang dirawat,
ratio perawat dan metode penugasan.
Kategori keperawatan :
1. Keperawatan mandiri/self care : klien memerlukan bantuan minimal dalam
melakukan tindakan keperawatan dan pengobatan
perawatan
pasein,
membuat
penugasan,
melakulan
telpon,
menyampaikan
pesan,
memberi
informasi,
mengerjakan
dan
membuat
pulang,
duplikat
rostertena
ruangan,
membuat
10
Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi
tanggung jawabnya.
4. Metode Perawatan Primer
Adalah pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus
menerus
antara
pasien
dan
perawat
yang
ditugaskan
untuk
dirawat.
Tugas perawat primer adalah :
a. Menerima pasien
b. Mengkaji kebutuhan
c. Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan dan evaluasi
d. Mengkoordinasi pelayanan
e. Menerima dan menyesuaikan rencana
f. Menyiapkan penyuluhan pulang
Konsep dasar :
a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
b. Ada otonomi
c. Ada keterlibatan pasien dan keluarganya
Ketenagaan :
a. Setiap perawat primer adalah perawat bed. Side
b. Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat
c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
d. Perawat profesional sebagai primer d.an perawat non profesional
sebagai asisten.
Kepala bangsal :
a. Sebagai konsultan dan pengendali mtu perawat primer
b. Orientasi dan merencanaka karyawan baru
c. Menyusun jadwal dinas
d. Memberi penugasan pada perawat asisten
Kelebihan dari metode perawat primer ini adalah :
a. Mendorong kemandirian perawat
b. Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
c. Berkomunikasl !angsung denga! Dokter
d. Perawatan adalah perawatan komfrehensif
Sedangkan kelemahannya/kekurangannya adalah :
a. Perlu kualitas dan
b. Kuantitas tenaga perawat
5. Metode Modul (Distrik)
Adalah metode gabungan antara Metode penugasan tim dengan Metode
perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat merawat
pasien dari datang sampai pulang.
Perhitungan tenaga :
Rumus gilies:
11
Catatan :
a. Waktu perawatan menurut gilies 1989
1. Waktu perawatan langsung :
Self care = x 4 jam
= 2 jam
Partial care = x 4 jam
= 3 jam
Total care = 1-1 jam x 4 jam = 4-6 jam
Intensive care = 2x4 jam
= 8 jam
Rata-rata keperawatan langsung 4-5 jam
2. Waktu keperawatan tak langsung 38mnt/psn/hr
3. Waktu penyuluhan = 15 mnt/psn/hari
b. Rasio perawat ahli : tampil = 55% : 45%
c. Proporsi dines pagi : sore : malam = 47% : 36% ;17%
Rumus Douglas :
perawat = pasien x derajat ketergantungan
Tabel
ketergantungan pasien :
Pasien
1
2
Minimal care
Partial care
Total care
pagi Sore malam Pagi sore malam pagi sore Malam
0.17 0.14
0.07
0.27 0.15
0.10
0.36 0.30
0.20
0.34 0.28
0.14
0.54 0.30
0.20
0.72 0.60
0.40
=B
100
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan
A+B+C
c. Pengarahan (Directing)
Pengarahan adalah langkah ketiga dari fungsi manajemen, yaitu penerapan
perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai padanan
pengarahan adalah pengkoordinasian dan pengaktifan. Apapun istilah yang
digunakan pada akhirnya akan pada melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan sebelumnya (Marquis & Houston, 1998).
Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu
kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan
pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya sebagai
berikut:
menciptakan
iklim
motivasi,
mengelola
waktu
secara
efisien,
elemen yang dibutuhkan untuk mengelola dan memaksimalkan talent atau bakat dan
potensi seseorang dalam organisasi.
Manajemen SDM di ruang model asuhan keperawatan professional (MAKP)
berfokus pada proses rekuitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja,
dan pengembangan staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang
MAKP dan setiap ada penambahan perawat baru.
3. Professional Relationship
Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan merupakan
standar dari hubungan pemberi pelayanan keperawatan tim kesehatan dan penerima
pelayanan keperawatan yaitu klien dan keluarga. Menurut Cameron (1997) dalam
Elizaberth & Kathleen, (2003). Pada pelaksanaan hubungan profesional dapat terjadi
secara internal yaitu hubungan antara pemberi pelayanan kesehatan misalnya antara
perawat dengan rekan sejawat, perawat dengan tim kesehatan lainnya, sedangkan
hubungan eksternal yaitu hubungan yang terjadi antara pemberi dan penerima
pelayanan kesehatan.
Kedua hubungan tersebut adalah dua siklus yang tidak dapat dipisahkan dalam
pemberian pelayanan kesehatan. Pada pilar ketiga ini berfokus pada hubungan
professional secara internal artinya hubungan yang terjadi antara perawat dengan
perawat, perawat dengan tim kesehatan lainnya. Hubungan yang terjadi diantara tim
tidak lepas dari komunikasi secara professional di dalam bekerjasama secara tim.
Adapun bentuk komunikasi hubungan professional yaitu:
a. Horizontal adalah komunikasi yang terjadi antara sesama manajer
b. Vertikal adalah komunkasi yang terjadi antara pimpinan atas dan bawahan
c. Diagonal adalah komunikasi yang terjadi antara berbagai jenjang dan masih
dalam lingkungan yang sama.
Di ruang MAKP komunikasi horizontal dapat terjadi antara ketua tim dan perawat
pelaksana, komunikasi vertikal dapat terjadi antara kepala ruangan dengan ketua tim
dan perawat pelaksana, dan antara ketua tim dengan perawat pelaksana. Komunikasi
diagonal dilakukan antara perawat dan profesii lain. Hubungan yang terjadi di ruang
model pratek keperawatan professional yaitu:
a. Rapat perawat ruangan
b. Case conference
15
intelektual,
teknikal,
interpersonal
dapat
dilaksanakan
dengan
16
6) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan pola nafas tidak
efektif.
7) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan tidak efektifnya
bersihan jalan nafas.
8) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
pertukaran gas.
9) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan penurunan curah
jantung.
10) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.
11) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan perubahan nutrisi
lebih dari kebutuhan tubuh.
12) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan kekurangan
volume cairan.
13) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan anxietas.
14) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan keterbatasan
aktivitas.
15) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
pemenuhan cairan
16) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan kurang
pengetahuan.
Berdasarkan hasil survey tersebut maka di MAKP patient care delivery system
diterapkan dalam bentuk:
a. Pedoman proses keperawatan
b. Pedoman asuhan keperawatan pada 16 kasus
c. Pedoman pendidikan kesehatan pasien pulang dan keluarga.
Discharge Planning
a. Pengertian
Kozier (2004) mendefenisikan discharge planning
sebagai proses
mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang
lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum.
Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima di suatu
agen pelayanan kesehatan, terkhusus di rumah sakit dimana rentang waktu pasien
untuk menginap semakin diperpendek.
Discharge planning
yang efektif
yang
terlibat dalam memberi layanan kesehatan kepada pasien (Perry & Potter, 2006).
Seseorang yang merencanakan
asuhan
yang
discharge planning
Perry & Potter, 2005). Pasien dan seluruh anggota keluarga harus
pulang
komunitas dengan
melakukan
discharge planning
19
pulang dan merencanakan kebutuhan perawatan masa depan. Pada fase pelayanan
berkelanjutan,
pelaksanaan
pemulangan.
Perry dan Potter (2005) menyusun format discharge planning sebagai berikut :
1. Pengkajian
a)
kesehatan fisik
sumber-sumber
dengan
bagaimana
menciptakan
terapi
kesehatan
di
rumah,
komplikasi.
Kaji cara
menghalangi
dalam
d) Berkolaborasi dengan dokter dan staf pada profesi lain (seperti dokter
pemberi terapi) dalam mengkaji kebutuhan untuk rujukan
kepada
lebih luas.
Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan
perawatan
terhadap
keduanya.
Kaji penerimaan pasien terhadap masalah kesehatan berhubungan dengan
pembatasan.
g) Konsultasikan tim pemberi layanan kesehatan yang lain tentang
kebutuhan setelah pemulangan (seperti ahli gizi, pekerja sosial, perawat
klinik spesialis, perawat pemberi perawatan kesehatan di
rumah).
care giver
mampu menjelaskan
penatalaksanaan yang
komunitas. Rujukan
kemauan
buku, atau rekaman video dapat diberikan kepada pasien. Pasien juga
dapat diberitahu tentang sumber-sumber informasi yang ada di
internet.
4) Komunikasikan respon pasien dan keluarga terhadap penyuluhan dan
usulan perencanaan pulang kepada anggota tim kesehatan lain yang
b.
hari
terakhir
22
menyampaikan barang-barang
Lakukan
fasilitas
follow up
ke
kantor dokter.
8) Hubungi kantor agen bisnis untuk menentukan apakah pasien
membutuhkan daftar pengeluaran untuk kebutuhan pembayaran.
Anjurkan pasien dan keluarga mengunjungi kantornya.
9) Dapatkan kotak untuk memindahkan barang-barang pasien. Kursi
roda untuk pasien yang tidak mampu ke mobil ambulans. Pasien
yang pulang dengan menggunakan
usungan ambulans.
10) Bantu pasien menuju kursi roda atau usungan dan gunakan sikap
tubuh dan teknik
sedang
kebersihan
sangat
2. Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek samping
yang umum terjadi.
3. Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan pemeriksaan
lain, dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau bilamana waktu
akan diadakannya.
4. Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan aktivitas,
latihan, diet makanan yang dianjurkan dan pembatasannya.
5. Petunjuk perawatan diri (perawatan luka, perawatan kolostomi, ketentuan
insulin, dan lain-lain).
6. Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya
yang akan
mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah
meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry & Potter, 2006).
i. Kesiapan Pasien Menghadapi Pemulangan
Menurut Martinsusilo (2007), ada dua komponen utama dari kesiapan
yaitu kemampuan dan keinginan. Kemampuan adalah pengetahuan, pengalaman,
dan keterampilan yang dimiliki seorang ataupun kelompok untuk melakukan
kegiatan atau tugas tertentu. Sedangkan keinginan berkaitan dengan keyakinan,
komitmen, dan motivasi untuk
24
pengetahuan,
mencakup keyakinan,
komitmen, dan motivasi pasien pasca bedah akut abdomen untuk melakukan
aktifitas atau kegiatan yang diajarkan serta dianjurkan oleh perawat dan klinisi
lain. Pasien dinyatakan siap menghadapi pemulangan apabila pasien mengetahui
pengobatan, tanda-tanda bahaya, aktivitas yang dilakukan, serta
perawatan
dibutuhkan untuk
discharge planning
menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan
realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry & Potter,
2006).
Oleh karena itu pasien dinyatakan siap menghadapi pemulangan apabila
pasien mengetahui pengobatan, tanda-tanda bahaya, aktivitas yang dilakukan,
serta perawatan lanjutan di rumah (The Royal Marsden Hospital, 2004). Pasien
dan keluarga memahami diagnosa, antisipasi tingkat fungsi, obat-obatan
dan
25
D. Pengumpulan Data
1.
Data Demografi
Tabel 1.1
Distribusi Proporsi Perawat Berdasarkan Usia Perawat
Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto, Juni 2015
No
1
2
3
4
Usia
20-30
31-40
41-50
51-60
Jumlah
Jumlah
Presentase (%)
5
13
4
2
24
21
54
17
8
100
DIAGRAM 1.1
Proporsi Usia Perawat Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto Tahun 2015
26
Tabel 1.2
Distribusi Proporsi Perawat Berdasarkan Jenis Kelamin Perawat Di Ruang Lt.6
Dokmil RS Gatot Subroto, Juni 2015
No
1
2
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah
1
23
24
DIAGRAM 1.2
Presentase (%)
4
96
100
Proporsi Jenis Kelamin Perawat Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto Tahun 2015
Berdasarkan tabel diatas, jumlah perawat berdasarkan jenis kelamin di RS Gatot Subroto
terdapat 1 orang laki-laki (4 %) dan perempuan terdapat 23 orang (96 %).
27
Tabel 1.3
Distribusi Proporsi Perawat Berdasarkan Status Pernikahan
Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto, Juni 2015
No
1
2
3
4
StatuS Pernikahan
Belum menikah
Menikah
Janda
Duda
Jumlah
Jumlah
0
24
0
0
24
Presentase (%)
0
100
0
0
100
DIAGRAM 1.3
Proporsi Status Pernikahan Perawat Di Ruang Lt.6 Dokmil
RS Gatot Subroto Tahun 2015
28
Berdasarkan tabel diatas, jumlah perawat berdasarkan status pernikahan di RS Gatot Subroto
terdapat 0 orang yang belum menikah (0 %), terdapat 24 orang yang menikah (100 %),
terdapat 0 orang yang janda (0 %) dan terdapat 0 orang yang duda ( 0 %).
Tabel 1.4
Distribusi Proporsi Perawat Berdasarkan Pendidikan Formal
Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto, Juni 2015
No
1
2
3
4
Pendidikan Formal
Spk
Spk+Bidan
DIII
S1
Jumlah
Jumlah
0
0
23
1
24
Presentase (%)
0
0
96
4
100
DIAGRAM 1.4
Proporsi Pendidikan Perawat Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto Tahun 2015
Berdasarkan tabel diatas, jumlah perawat berdasarkan status pendidikan formal di RS Gatot
Subroto terdapat 0 orang berpendidikan SPK (0 %), terdapat 0 orang yang berpendidikan
29
SPK+BIDAN (0 %), terdapat 23 orang yang berpendidikan D III (96 %) dan terdapat 1 orang
yang berpendidikan SI (4 %).
Tabel 1.5
Distribusi Proporsi Perawat Berdasarkan Masa Kerja Di Ruang Lt.6 Dokmil
RS Gatot Subroto, Juni 2015
No
1
2
3
Jumlah
9
10
5
24
Presentase (%)
38
42
21
100
Diagram 1.5
Proporsi Masa Kerja Perawat Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto Tahun 2015
30
Berdasarkan tabel diatas, jumlah perawat berdasarkan status masa kerja di RS Gatot Subroto
yang masa kerjanya selama 2-10 tahun sebanyak 9 orang (38%), 11-20 tahun sebanyak 10
orang (42%), >21 tahun sebanyak 5 orang (21%).
Tabel 1.6
Distribusi Proporsi Perawat Berdasarkan Status Kepegawaian
Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto, Juni 2015
No
1
2
3
Status Kepegawaian
Pns
Phl
Lain-lain
Jumlah
Jumlah
Presentase (%)
24
0
0
24
100
0
0
100
Diagram 1.6
Proporsi Status Kepegawaian Perawat Di Ruang Lt.6 Dokmil
RS Gatot Subroto Tahun 2015
31
Tabel 1.7
Distribusi Proporsi Perawat Berdasarkan Pernah Mengikuti Pelatihan
Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto, Juni 2015
No
1
2
Jumlah
1
23
24
Presentase (%)
4
96
100
Diagram 1.7
Proporsi Perawat Mengikuti Pelatihan Di Ruang Lt.6 Dokmil
RS Gatot Subroto Tahun 2015
32
Berdasarkan tabel diatas, jumlah perawat berdasarkan status pernah mengikuti pelatihan di
RS Gatot Subroto yang tidak pernah mengikuti pelatihan sebanyak 1 orang (4%), pernah
mengikuti pelatihan sebanyak 23 orang (96%).
2.
Fungsi Perencanaan
Diagram 2.1
Proporsi Fungsi Perencanaan
Di Ruang Dokmil Lantai Vi Rspad Gatot Soebroto
Tahun 2015
33
Interpretasi : dari hasil pengkajian kuesioner fungsi pengorganisasian ruang dokmil lantai
VI selalu sebanyak 72 %, sering sebanyak 26 %, kadang-kadang sebanyak 1 %, dan tidak
pernah sebanyak 0 %.
3. Fungsi Pengorganisasian
Diagram 3.1
Proporsi Fungsi Pengorganisasian
Di Ruang Dokmil Lantai Vi Rspad Gatot Soebroto
Tahun 2015
34
Interpretasi : dari hasil pengkajian kuesioner fungsi pengorganisasian ruang dokmil lantai
VI selalu sebanyak 59 %, sering sebanyak 22 %, kadang-kadang sebanyak 17 %, dan tidak
pernah sebanyak 2 %.
4. Fungsi Pengarahan
Diagram 4.1
Proporsi Fungsi Pengendalian
Di Ruang Dokmil Lantai Vi Rspad Gatot Soebroto
Tahun 2015
35
Interpretasi : dari hasil pengkajian kuesioner fungsi pengorganisasian ruang dokmil lantai
VI selalu sebanyak 55 %, sering sebanyak 36 %, kadang-kadang sebanyak 9 %, dan tidak
pernah sebanyak 0 %.
5.
Fungsi Pengendalian
Diagram 5.1
Proporsi Fungsi Pengendalian
Di Ruang Dokmil Lantai Vi Rspad Gatot Soebroto
Tahun 2015
36
Interpretasi : dari hasil pengkajian kuesioner fungsi pengorganisasian ruang dokmil lantai
VI selalu sebanyak 56 %, sering sebanyak 23 %, kadang-kadang sebanyak 19 %, dan tidak
pernah sebanyak 2 %.
37
dengan analisa SWOT sehingga didapatkan beberapa rumusan masalah, kemudian dipilih
satu sebagai prioritas masalah.
Penerapan manajemen keperawatan dianalisa berdasarkan 4 pilar manejemen yaitu:
1.
Management Approach
Berdasarkan hasil pengumpulan data, tentang usaha untuk pemberian pelayanan yang
berkualitas dan profesional di ruang Kedokteran Militer lantai VI dimana ditemukan
data :
a. Perencanaan
Perencanaan di ruang Kedokteran Militer lantai VI telah dilakukan tetapi masih
terdapat beberapa hal yang belum dilaksanakan dengan optimal. Berdasarkan hasil
observasi yang telah dilakukan ditemukan beberapa hal yang belum dilakukan
secara maksimal yaitu:
1) Visi, misi, dan falsafah ruangan masih merupakan visi dan misi bidang
keperawatan. Walaupun demikian visi, misi dan falsafah bidang keperawatan
dikaitkan dengan kegiatan yang dilakukan di ruang Kedokteran Militer lantai
VI.
2) Sebanyak 75% kepala ruangan mendokumentasikan rencana harian, bulanan,
dan tahunan.
3) Sebanyak 75% ketua tim sudah mendokumentasikan rencana harian dan
bulanan.
4) Berdasarkan data yang diambil dari 9 orang perawat pelaksana terdapat 5 orang
yang sering membuat rencana kerja harian, 3 orang selalu membuat rencana
kerja harian dan 1 orang yang kadang-kadang membuat rencana kerja harian.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian di ruangan Kedokteran Militer lantai VI telah dilakukan. Hal ini
dibuktikan dengan :
1) Terdapat struktur organisasi
E. Analisa Program
1. Analisa SWOT
STRENGTH
WEAKNESS
Management
Approach
Perencanaan
38
OPPORTUNITY
THREATS
Kegiatan ruangan
berdasarkan
pendekatan manajemen
Ada
beberapa
perawat
pelaksana
yang
belum
membuat RKH (Rencana
Kerja Harian)
Penetapan perawat
ruangan berdasarkan
kemampuan yang
dimiliki
Timbulnya
ketidakpuasan pasien
terhadap pelayanan
keperawatan.
Hubungan kerja di
ruangan ditata secara
professional
Adanya mahasiswa
yang praktek
manajemen
keperawatan di
ruangan Lt.6 Dokmil
Tidak terdapatnya
kesenjangan pendapat
antara perawat senior
dan junior
Asuhan keperawatan
ditata berdasarkan
standar
Adanya buku
tentang asuhan
keperawatan
berdasarkan penyakit
Pengorganisasian
Adanya buku
tentang standar
operasional prosedur
Struktur organisasi di
ruang terdiri dari Karu,
Katim, PP (Perawat
Pelaksana)
Jadwal dinas dibuat
berdasarkan tim
Proporsi jumlah
perawat yang dinas
pagi > sore > malam
Ketua tim menyusun
daftar dinas bersama
kepala ruangan
Pengarahan
Operan berjalan tepat
waktu
Kepala ruangan
memimpin operan dari
39
Terbukanya
kesempatan
melanjutkan
pendidikan pada
jenjang selanjutnya
Adanya tuntutan
masyarakat yang lebih
tinggi untuk
mendapatkan
pelayanan kesehatan
Pengendalian
Kepala ruangan
mengevaluasi indicator
mutu umum berupa
BOR/TOI/ALOS setiap
akhir bulan
Kepala ruangan
melakukan audit
dokumentasi
keperawatan pada
pasien pulang dan pada
pasien yang masih
dirawat
Adanya kesempatan
pengembangan karir
dan pelatihanpelatihan
40
Professional
Relationship
Sebanyak 100%
perawat pelaksana
melakukan kolaborasi
dengan dokter dan
tenaga kesehatan
lainnya
Ketua tim
melaksanakan
kolaborasi dengan
dokter dan tenaga
kesehatan lainnya
Telah dilaksanakan
presentasi kasus secara
berkala
Patient Care
Delivery
Sebanyak 80% perawat
pelaksana diruangan
Lt.6 Dokmil mampu
melaksanakan lebih
dari 8 asuhan/masalah
keperawatan
Tersedia format
diagnosa keperawatan
dan intervensinya
diruangan
Strenght
1. Ruang Kedokteran Militer lantai VI merupakan ruangan bagian dari ruangan yang
ada di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, dimana ruang ini
merupakan ruang perawatan bedah yang merawat pasien dengan post operasi dan
fasilitas yang memadai untuk menangani perawatan luka pada pasien post operasi.
Serta pasien yang masih aktif sebagai anggota TNI yang mengalami luka tempur.
2. Standar kinerja pedoman para staf diruangan Kedokteran Militer lantai VI
berdasarkan SAK dan SOP yang telah dimiliki ruangan.
41
3. Setiap staf perawat sudah mempunyai uraian tugas masing-masing dan tertulis.
Setiap tenaga keperawatan melaksanakannya sesuai tugasnya dengan jelas. Metode
yang digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan didalam ruangan
Kedokteran Militer lantai VI ini dengan MAKP Tingkat I yang terdiri kepala
ruangan dan ketua tim.
4. Operan secara rutin setiap shift, cara operannya setiap pasien satu persatu
disebutkan diagnosa medis, diagnosa keperawatan dan rencana tindakan
lanjutannya, evaluasi tindakan yang telah dilakukan.
5. Setiap bulan dilakukan perhitungan BOR, TOI, dan LOS.
6. Seluruh perawat diruangan wajib membuat rencana keperawatan sebelum
melakukan tindakan keperawatan tindakan keperawatan.
7. Isi operan yang biasa dilakukan diruangan telah disampaikan dengan lengkap
mulai dari keadaan umum, diagnosa medis, data yang mendukung, tindakan yang
telah dan belum dilakukan, dan evaluasi perkembangan klien.
8. Alur komando dan komunikasi dari struktur diruang rawat inap sudah bagus
dimulai dari kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana.
Weakness
1. Perumusan visi dan misi ruangan sudah ada.
2. Sudah adanya SAK yang dikhususkan untuk perawatan bedah.
3. Sudah adaya klasifikasi SOP khusus untuk ruang perawatan bedah.
4. Sudah adanya bagan struktur organisasi yang tampak pada ruangan.
5. Kurangnya tenaga keperawatan
6. Sudah dapat penilaian secara tertulis dalam supervisi.
7. Pre dan post conference belum dilakukan secara maksimal.
8. Case conference (ronde keperawatan) sudah dilakukan secara maksimal.
Opportunity
42
1. Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto merupakan rumah sakit tipe A.
2. RSPAD Gatot Soebroto merupakan rumah sakit pendidikan yang menerima
mahasiswa, siswa dan pelatihan untuk melakukan praktek dan dapat membantu
mengawasi pemenuhan kebutuhan klien.
Treat
1. Menurut kepala ruangan diruang Kedokteran Militer lantai VI masih kekurangan
tenaga keperawatan, karena dalam teori bahwa 1 perawat lebih efektif bertanggung
jawab 2 pasien.
2. Ruangan Kedokteran Militer lantai VI kurang dipatuhinya tata tertib kunjungan
pasien, sehingga pengunjung bisa bebas keluar masuk walaupun jam besuk sudah
ditempelkan dipintu sehingga keamanan tidak bisa dijamin.
3. Kurangnya sarana dan prasarana, misalnya handrub yang tidak ada di depan pintu
kamar yang bertujuan untuk mengurangi infeksi nosokomial.
4. Peran perawat yang kurang sesuai dengan profesinya (perawat masih melakukan
mengantar dan mengambil makanan pasien ke dapur umum yang seharusnya
dilakukan oleh bagian gizi).
2. Saran Analisa SWOT
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto diharapkan dapat
mengadakan pelatihan-pelatihan, seminar-seminar atau pendidikan lainnya untuk
perawat diruang rawat Dokmil lantai VI dibidang perawatan bedah yang dapat
meningkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan terutama asuhan keperawatan
pada pasien post operasi.
Visi, misi filosofi, motto ruangan sebaiknya dipajang diruangan agar dapat
diinternalisasi ke dalam nilai-nilai yang dianut perawat dan sebagai acuan perawat
melaksanakan asuhan keperawatan sehingga visi, misi, filosofi dan motto ruangan
tercapai sesuai dengan target.
Kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana agar melaksanakan tugas
sesuai dengan standar kinerja ruangan. Kepala ruangan atau ketua tim diharapkan
memberikan motivasi, reward ataupun reinforcement positif agar perawat pelaksana
menjalankan implementasi keperawatan sesuai SOP.
43
44
Pasien Awal
1
2
3
4
5
6
14
13
12
12
15
15
Pasien Masuk
Pasien Keluar
Pasien
Baru
Pindahan Pulang
Pindahan Meninggal Akhir
1
13
1
12
12
4
1
15
3
3
15
1
4
13
45
7
13
8
13
9
14
10
11
11
10
12
14
13
15
14
17
15
17
16
18
17
12
18
11
19
17
20
17
21
19
22
14
23
12
24
10
25
8
26
15
27
12
28
11
29
10
30
10
31
10
Jumlah
2
4
1
3
3
5
2
1
2
2
3
2
1
2
3
2
1
6
2
4
1
1
1
2
4
1
1
51
7
1
1
2
5
3
3
2
7
2
2
3
4
2
70
Operasi
= 50
Operasi Emergency
=1
Operasi Elektif
= 49
1
1
13
14
11
10
14
15
17
17
18
12
11
17
17
19
14
12
10
8
15
12
11
10
10
10
9
406
Pasien meninggal = 0
Jumlah hari RS = 415
Jumlah hari perawatan pasien keluar = 406
Kekuatan tempat tidur = 27
Jumlah hari = 31
BOR =
X 100%
415
x 100%
(27X31)
= 49,58%
LOS =
406
= 5,4
74
BTO = Jumlah Pasien Keluar + Meninggaal
Jumlah Tempat Tidur
=
74
27
= 2,7
837 - 415
74
47
= 5,7
IK
Pintu
WC
masuk
k.1
2
k.1
0
k.8
k.6
k.4
k.2
Ruan
g
ganti
Nurse
stasio
n
DOKMIL
k.1
1
k.9
k.7
k.5
k.3
k.1
Ruan
g
kuliah
dokte
r
48
dapur
Compensatory Reward
49
Profesional Relationship
Berdasarkan hasil pengumpulan data di ruang Dokmil lantai VI dimana
hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan yang merupakan
standar antara tim kesehatan dan pasien serta keluarga. Pada pelaksanaannya
didapatkan hasil:
a. Kepala ruangan melakukan kolaborasi dengan dokter dan tenaga kesehatan
lainnya
b. Kepala ruangan sudah melaksanakan konferensi kasus secara terjadwal,
jadwal konferensi ditentukan dari bidang keperawatan.
c. Sebanyak 100% ketua tim telah melakukan kolaborasi dengan dokter dan
tenaga kesehatan lainnya
d. Sebanyak 100% perawat pelaksana selalu melakukan tindakan kolaborasi
dengan tim kesehatan lainnya
Tujuan
Waktu
52
PJ
Evaluasi
Melakukan
Ns.Amei
Nuryani.
play kepada
S.Kep
pelaksana
saat memberikan
asuhan
dengan
memberikan
dengan
asuhan
Operasional Prosedur
Dengan kriteria hasil : 100
keperawatan yang
sesuai
dengan
Standart
asuhan
keperawatan
dengan
sesuai
standard
operasional prosedur
dapat
memberikan
Operasional
melakukan
Standart
asuhan
Prosedur
dengan
2
katim
standard
Dari
operasional prosedur
hasil Mencegah
penularan 2015
observasi
yang penyakit
Nuryani
S.Kep
dan
dilakukan di lantai
VI
dokmil Sosialisasi
mahasiswa
perawat
sebagian
motivasi
mahasiswa
perawat sebelum
mengurangi
dan
nosokomial
tindakan
melakukan
keperawatan,
sebelum
kadang-kadang
melakukan
lupa
perawat
sesudah terjadinya
melakukan
di
cuci
dan
dan
sudah
resiko
mampu
infeksi
dengan
yang benar.
tangan
sesudah
tindakan
mencuci keperawatan
tangan
Menetapkan
protap
53
melakukan
Memberikan
pelatihan
Perawat
pelaksana
pelaksana
mampu
melaksanakan
mengenai
penkes
pendidikan
dengan
kesehatan
pulang
sesuai
diagnosa
mengikuti
pendidikan
kesehatan
perawat
dan
dari
dilakukan
Nuryani.
pelatihan
S.Kep
kepada
pendidikan
katim
perawat
dan
pelaksana
dan
perawat
pelaksana
mengerti
dan
memahami
mengenai
konsep
konsep
pendidikan
kesehatan
role Setelah dilakukan role play 2015
Melakukan
Setelah
mengerti
memahami
dasar
4
dapat
Ns.Amei
perawat
pelaksana
primer
dalam melaksanakan
mampu
discharge
pelaksana
pelaksanaan
katim
pendidikan
pelaksana
mampu
melakukan
penkes
dan Dengan
hasil
menggunakan
dan
perawat
kriteria
pendidikan
kepada
dan
pasien
keluarga
pelaksana
menggunakan
melaksanakan
kesehatan
54
perawat
dan
dengan
leaflet
55
56
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam
menjalankan kegiatan keperawatan dengan menggunakan metode proses keperawatan
untuk memenuhi kebutuhan klien atau menyelesaikan masalah klien.
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses, dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang diperlukan untuk menopang
pemberian asuhan keperawatan tersebut. MAKP mengacu pada empat pilar, yaitu:
1. Management Approach yang terdiri dari :
a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
c. Pengarahan
d. Pengendalian
2. Compensatory Reward
3. Professional Relationship
4. Patient Care Delivery System
Keempat pilar keperawatan ini merupakan pembentuk manajemen keperawatan.
Setelah melakukan observasi dan wawancara selama 3 hari, mahasiswa menemukan
sedikit kesenjangan dalam pelaksanaan pilar 4 yaitu patient care delivery di ruangan
Kedokteran Militer Lantai VI dalam pendokumentasian manajemen asuhan
keperawatan.
Selama praktek manajemen keperawatan, mahasiswa STIKes Jayakarta telah
melaksanakan bermain peran dari tanggal 8 Juni 2015 27 Juni 2015 untuk
pelaksanaan model asuhan keperawatan profesional di ruangan, dimana mahasiswa
bermain peran sebagai kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. Pada saat
pelaksanaan bermain peran, mahasiswa mengadakan operan, pre dan post conference
sesuai dengan pedoman model praktek keperawatan professional. Selain itu, setiap
mahasiswa membuat rencana jangka pendek yaitu rencana harian sesuai dengan
perannya masing-masing. Pada saat bermain peran sebagai ketua tim, mahasiswa
melakukan supervisi kepada mahasiswa yang berperan sebagai perawat pelaksana.
Selain itu mahasiswa juga membuat daftar alokasi pasien pada perawat primer dan
perawat pelaksana sesuai jadwal dinas. Berdasarkan hasil evaluasi perawat-perawat
diruangan Lt.6 Dokmil sudah menerapkan model asuhan keperawatan profesional
walaupun dalam pelaksanaannya belum optimal karena beberapa kendala seperti ku
keterbatasan waktu dan tenaga.
Hal ini diharapkan dapat menjadi suatu pedoman untuk dapat melaksanakan
Model Asuhan Keperawatan Professional di ruangan Lt.6 Dokmil demi pengembangan
kualitas pelayanan dan profesionalisme dalam keperawatan.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat menggali data yang nyata yang lebih banyak mengenai Model
Asuhan
Keperawatan
Profesional
dalam
setiap
praktek
sebagai
bahan
57
58
59