BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Sejak hampir satu abad silam para pakar psikologi telah tahu bahwa
manusia dapat bekerja dengan lebih baik jika merasa sedikit cemas. Manusia tidak
akan begitu sukses dalam mengerjakan tugas kalau tidak merasa cemas sama
sekali, pendek kata, kinerja fisik dan intelektual manusia didorong dan diperkuat
oleh kecemasan. Tanpa itu, hanya sedikit yang dapat dikerjakan manusia dengan
sukses. Tetapi, bila kecemasan yang terlalu banyak, mungkin akan membuat gagal
dalam ujian karena tidak mampu berkonsentrasi pada pertanyaan-pertanyaan
(Durland dan Barlow, 2007).
Kecemasan cenderung menimbulkan kebingungan, disertai distorsi
persepsi, gangguan orientasi, (ruang dan waktu). Distorsi yang semacam ini akan
mengganggu kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan kemampuan asosiatif
(Ibrahim, 2002). Perbedaan gender dalam risiko timbulnya depresi tampak setelah
usia 15 tahun, dimana jumlah remaja perempuan mengalami depresi dua kali lebih
banyak daripada laki-laki dan sebanyak 47,7 % remaja sering merasa cemas
(Haryadi, 2007).
Pasiak (2009) juga menyebutkan, perempuan dua kali lebih mungkin
menderita depresi, kecemasan dan mood disorder lain dibanding laki-laki. Karena
ada perbedaan otak laki-laki dan perempuan, maka laki-laki cenderung agresif,
kompetitif, tegas, yakin diri dan percaya diri sedangkan perempuan cakap dalam
bahasa, kesadaran sensoris, memori, kecakapan sosial dan hubungan dengan
orang. Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, wanita lebih cemas
akan ketidakmampuannya dibanding laki-laki. Laki-laki lebih aktif dan
eksploratif, sedangkan wanita lebih sensitif. Selain itu laki-laki berfikir lebih
rasional dibandingkan dengan wanita yang berpikir cenderung emosional.
Penelitian lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks dibandingkan wanita
(Trismiati, 2004).
Mahasiswa pun tidak luput dari kecemasan. Salah satu yang menjadi
stressor dalam kehidupan mahasiswa adalah tuntutan dalam pendidikan.
Mahasiswa tidak hanya dituntut untuk memperoleh nilai yang baik, tetapi juga
untuk memahami, mendalami, dan mampu mempraktekkan ilmu yang telah
dipelajarinya. Mengulang mata kuliah juga menjadi salah satu faktor pencetus
kecemasan pada mahasiswa (Trismiati, 2002).
Kemampuan koping diperlukan oleh manusia untuk mampu bertahan
hidup menghadapi situasi yang berubah cengan cepat, termasuk mahasiswa.
Koping yang digunakan oleh setiap mahasiswa dalam menghadapi permasalah
berbeda satu sama lain, bergantung pada kemampuannya menghadapi masalah
(Keliat, 2005). Dalam kesehariannya banyak tanggung jawab, tuntutan dan
tantangan yang harus dialami oleh mahasiswa. Tantangan dan tututan tersebut
antara lain pembuatan tugas, laporan, makalah, ujian, maupun praktek. Berbeda
dengan mahasiswa lain, mahasiswa fakultas kedokteran memiliki beban lebih
karena sistem pembelajaran yang lebih kompleks (Zulkarnain et al., 2009).
Berdasarkan uraian di atas, terdapat perbedaan antara laki-laki dan
perempuan baik dari aspek biologis, psikologis dan sosial lingkungan, semua
aspek ini akan mempengaruhi perbedaan kecemasan antara laki-laki dan
perempuan. oleh karena itu, peneliti ingin menguji beda tingkat kecemasan antara
yang mengulang berdasarkan jenis kelamin di fakultas kedokteran universitas
islam indonesia tahun ajaran 2014 2015.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan
Kecemasan Antara
Mahasiswa Laki-Laki
Dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Kecemasan
a. Definisi
Kecemasan atau anxietas adalah status perasaan tidak menyenangkan yang
terdiri atas respons-respons patofisiologis terhadap antisipasi bahaya yang tidak
riil atau yang terbayangkan, secara nyata disebabkan oleh konflik intrapsikis yang
tidak diketahui. Penyerta fisiologis berupa denyut jantung bertambah cepat,
kecepatan pernapasan tidak teratur, berkeringat, gemetar, lemas dan lelah ;
penyerta psikologis meliputi perasaanperasaan akan ada bahaya, tidak berdaya,
terancam dan takut (Dorland, 2002).
Pada manusia, kecemasan bisa jadi berupa perasaan gelisah yang bersifat
subjektif, sejumlah perilaku (tampak khawatir dan gelisah atau resah), maupun
respon fisiologi tertentu. Kecemasan bersifat kompleks dan merupakan keadaan
suasana hati yang berorientasi pada masa yang akan datang dengan ditandai
dengan adanya kekhawatiran karena tidak dapat memprediksi atau mengontrol
kejadian yang akan datang (Durland dan Barlow, 2007).
b. Epidemiologi
Beberapa tahun yang lalu hasil penelitian yang pernah dilakukan pada
kelompok perempuan yang tinggal di rumah susun Klender Jakarta timur,
menunjukkan prevalensi gangguan anxietas sebesar 9,8%. Penelitian lainnya yang
dilakukan pada sejumlah karyawan pada tingkat eksekutif di beberapa Instansi
Pemerintah, maupun Instansi Swasta di Jakarta, menunjukkan prevalensi phobia
sosial (satu di antara gangguan anxietas), sebesar 10-16%.Beberapa kelompok
yang mempunyai risiko mengalami gangguan kecemasan adalah usia muda,
wanita, mempunyai masalah sosial dan yang sebelumnya pernah mempunyai
masalah psikiatrik (House dan Stark, 2002).
c. Etiologi
Menurut
Trismiati
(2004),
sumber-sumber
ancaman
yang
dapat
lebih
mengganggu
daripada
penerimaan
tentang
kenyataan
ragam seperti sakit kepala, pusing, serasa mabuk, cenderung untuk pingsan,
banyak berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas dan lain sebagainya
(Mudjaddid, 2006).
Pada anxietas Generalized Anxiety Disorder (GAD) terdapat petunjuk
adanya gangguan pada reseptor serotonis tertentu yaitu 5HT IA pada anxietas
Panic Disorder (PD) lebih jelas berhubungan dengan gangguan noradrenalin pada
locus cereleus (Mudjaddid, 2006).
g. Diagnosis
Diagnosis kecemasan dapat ditegakkan berdasarkan gejala-gejala yang
muncul sesuai dengan kriteria Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa (PPDGJ) edisi III, cemas menyeluruh atau General Anxiety Disorder (GAD)
yaitu kecemasan adalah khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung
tandung, sulit konsentrasi. Terdapat ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala,
gemetaran, tidak dapat santai) dan overaktivitas motorik (kepala ringan,
berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak nafas, keluhan lambung, pusing, dan
mulut kering (Hawari, 2006).
Sedangkan kriteria berdasarkan DSM IV, GAD harus memenuhi poin-poin
sebagai berikut:
a. Kecemasan dan kekhwatiran yang berlebihan
b. Kekhawatiran terseut sulit untuk dikendalikan
c. Pasien mengalami tiga atau lebih diantara hal berikut: ketidak sabaran,
sangat mudah lelah, suliit berkonsentrasi, mudah tersinggung,
ketegangan otot, dan gangguan tidur.
2.1.2. Perbedaan Laki-laki dan Perempuan
a. Aspek biologis
Diferensiasi jenis kelamin ditentukan oleh susunan kromosom, yang
bekerja bersama dengan perkembangan gonad, untuk menghasilkan jenis kelamin
fenotip (Cunningham et al., 2005). Jenis kelamin genetik, XX atau XY, sudah
ditentukan saat pembuahan ovum. Diferensiasi gonad primordial menjadi testis
atau ovarium menandai pembentukan jenis kelamin. Pada gestasi 12 minggu
10
11
12
2.3.
Kerangka Teori
Faktor Internal
Usia
Pendidikan
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Kecemasan
Faktor Eksternal
Ancaman terhadap intergritas fisik
(penyakit, trauma fisik, dll)
Ancaman terhadap sistem diri
(harga diri, fungsi sosial)
13
Cemas
Laki-laki
Tidak Cemas
Perempuan
Tidak Cemas
14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Penelitian
ini
menggunakan
Metode Penelitian
metode
penelitian
cross-sectional
non
3.2.
N
1+ N ( d2 )
15
N = jumlah populasi
d = derajat kemaknaan (0,05).
Sehingga besar sampel yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
n=
112
1+112 ( 0,052 )
= 88
Jadi responden yang dibutuhkan sebagai sampel pada penelitian ini adalah
sebanyak 88 mahasiswa.
3.3.
Variabel Penelitian
Definisi Operasional
16
3.5.
3.5.1.
Instrumen Penelitian
17
3.6.
Tahap Penelitian
Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini adalah dengan analisis deskriptif dan
analisis bivariat. Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui distribusi subyek
penelitan yang ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi. Analisis bivariat
bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan jenis kelamin
pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas islam indonesia mengulang tahun
ajaran 2014-2015. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS
17. Uji yang dilakukan pada analisis bivariat adalah chi square, karena data
penelitian ini variabel bebasnya kategorik 2 kelompok dan data pengukuran
variabel terikatnya berbentuk nominal.
.
3.8.
Etika Penelitian
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1.
Hasil Penelitian
19
Frekuensi
Persentase
Ya
90 orang
78,2%
Tidak
25 orang
21,8%
Total
115 orang
100%
20
Mengulang
Tidak
Mengulang
Jenis kelamin
Perempuan
53 (58,9 %)
Laki-laki
37 (41,1 %)
Total
90 (100%)
Kecemasan
40 (44,4 %)
21
Tidak Cemas
50 (55,6 %)
Total
90 (100 %)
Cemas
Tidak Cemas
Total
Perempuan
35
18
53
Laki-Laki
15
15
37
Total
50
40
90
df=1,
p= (<0,05)
Hitung
Tabel
(X Hitung = 3,035 > X Tabel = 2,481), dengan sendirinya hipotesa nol ditolak dan
menerima hipotesa alternatif yang menyatakan terdapat perbedaan kecemasan
yang signifikan antara mahasiswa dengan mahasiswi pada mahasiswa fakultas
kedokteran Universitas Islam Indonesia yang mengulang tahun ajaran 2014-2015.
4.2.
Pembahasan
22
23
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Terdapat hubungan antara kecemasan dengan jenis kelamin mahasiswa
yang mengulang di fakultas kedokteran universitas islam indonesia tahun ajaran
2014 2015
24
5.2 Saran
a. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan jumlah sampel mahasiswa
dengan kecemasan yang lebih banyak
b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor
penyebab kecemasan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
DAFTAR PUSTAKA
Anjar.
2010.
Kehidupan
Anak
Kost.
http://anjar.student.umm.ac.id/2010/02/04/kehidupan-anak-kost/
Azar, Asadi Sadeghi, Basirani, Asadi Bidmeshki dan Panahi Mirshekar. 2010.
Prevalence of anxiety and its relationship with self-esteem among zabol
university students iran. Educational Research Journal vol. 1(5)
25
Balai Pustaka Nasional, 2001, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III. Balai
Pustaka, Jakarta.
Bayram, N dan Nazan Bilgel. 2008. The prevalence and socio-demographic
correlations of depression, anxiety and stress among a group of university
students. Original Paper Social Psychiatry Epidemiol 43:667672.
Djiwandono, S.E.W. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Grasindo.
Durand, V. M. dan Barlow, D. H. Intisari Psikologi Abnormal (Diterjemahlan oleh
Helly
Eisenberg, Daniel, Sarah E, Gollust, Erza Golberstein and Jennifer L.Hefner.
2007. Prevalence and correlates of depression, anxiety and suicidality
among university students. America Journal Of Aoarthosychiatry vol.77,
no.4,534-542.
Hertz, G., 2011. Sleep Disorders in Women. http://www.emedicinehealth.com/
sleep_disorders_in_women/article_em.htm#Sleep%20Disorders%20in
%20Women%20Overview. Diakses pada tanggal 11 Juli 2014
Hidayat, M.D., 2008. Pengantar Psikologi Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta:
Haryadi, Doddy. 2007. Perilaku bermasalah remaja muncul lebih dini.
http://www.duniaguru.com. (19 Oktober 2009).
Ibrahim, Ayub Sani. 2002. Menyiasati Gangguan Cemas (1). Jakarta: Pdpersi.
Indrawan. 2004. Kamus Bahasa Indonesia. Jombang: Lintas Media.
Kaplan, H., Sadock, B., Grebb, J., 2007. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis Edisi Ketujuh, Binarupa Aksara, Jakarta.
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., dan Grebb, J.A.,2007, Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis (terjemahan). Jilid 2. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Kaplan, HI., Sadock, BJ., Grebh, JA. 2007. Sinopsis Psikiatri. Edisi ke-7,
Terjemahan. Jakarta : Binarupa Aksara.
Keliat, B. A. 2005. Gangguan Koping dan Citra Tubuh. Jakarta : EGC.
Keliat, B.A. 2000. Gangguan konsep diri. Jakarta: EGC
26
Keltney L, Schwecke C & Bostrom C. (1999). Psychiatric 4th ed. USA: Mosby
INC
Lewin,
D.,
2010.
Insomnia
Fact
Sheet.
http://www.womenshealth.gov/
publications/our-publications/fact-sheet/insomnia.cfm.
Diakses
pada
27