Oleh :
Mochamad Adifta
08711091
By :
Mochamad Adifta
08711091
MEDICAL SCHOOL
ISLAMIC UNIVERSITY INDONESIA
YOGYAKARTA
2015
HALAMAN PENGESAHAN
KARAKTERISTIK PASIEN STROKE RAWAT INAP RSUD SLEMAN
JUNI SEPTEMBER 2014
Oleh :
Mochamad Adifta
08711091
Pembimbing Utama
Penguji
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
v
vi
vii
viii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
12
20
21
22
2.4. Hipotesis.
22
28
28
28
30
30
31
31
31
32
33
4.2. Penelitian
36
37
5.3. Saran
37
DAFTAR PUSTAKA
38
LAMPIRAN
40
33
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian
23
24
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Adifta
INTISARI
ABSTRACT
Background: Every year, approximately 15 million people worldwide have a
stroke. In the United States around 5 million people have had strokes, while in the
UK around 250,000 people. In Indonesia, a stroke has 35.8% of elderly patients
and 12.9% at a younger age. Total number of stroke patients in Indonesia
estimated 500,000 each year. Of that amount, about 2.5% or 250,000 people died,
and the rest is mild or severe disability. The incidence of stroke in the world
varies. Average annual incidence increases with age, from 3 per 100,000 in the
age group of the third and fourth decades to nearly 300 per 100,000 population in
the age group of the eighth and ninth decades (Anonymous, 2008; National
Consensus Management of Stroke in Indonesia, 2009).
Objective: To determine the characteristics of stroke patients hospitalized Sleman
District Hospital from June to September 2014.
Methods: This study is a non-experimental descriptive with cross sectional
approach is retrospective look at the secondary data obtained from the medical
record of stroke patients in hospitals Sleman June-September 2014.
Results: Of the 68 stroke patients hospitalized in Sleman District Hospital, 28
patients (41.2%) who came home he died, and 33 patients (48.5%) home in a state
of disability and only 7 patients (10.3%) home in a state of recovery. Stroke
patients hospitalized in the Hospital Sleman more are in the category of age> 65
years. Of the 68 stroke patients hospitalized in Sleman District Hospital, there
were 38 patients (55.9%) male gender and 30 patients (44.1%) were female. A
total of 36 patients (52.9%) had a family history of disease, while 32 patients
(47.1%) had a history of illness keluarga.Sebagian hospitalized stroke patients in
hospitals Sleman have blood pressure that is classified as stage 2 hypertension
criteria, as many as 28 patients (41.2%). Then followed with stage 1 hypertension
group were 19 patients (26%), group of pre-hypertensive blood pressure and
normal respectively of 14 patients (1.6%) and 7 patients (10.3%).
Conclusions: The proportion of patients with stroke from 68 stroke patients found
the number of patients hospitalized for ischemic stroke by 51 patients (75%),
while hemorrhagic stroke by 17 patients (15%). The average length of
hospitalization of patients was 6.9 or 7 days with a standard deviation of 3.
Duration of hospitalization longest was 15 days.
Keywords: Stroke, Characteristics, Sleman
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamiin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan hidayah, kesempatan, dan kemudahan kepada kita semua dalam
10
menjalankan amanah yang menjadi tanggung jawab kita. Shalawat serta salam
selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga
dan para sahabat, karena dengan syafaatnya kita dapat hijrah dari zaman jahiliyah
menuju zaman yang terang benderang.
Atas karunia dan pertolongan dari Allah SWT, Karya Tulis Ilmiah ini
dapat terselesaikan dengan baik dengan judul karakteristik pasien stroke
rawat inap RSUD Sleman Juni September 2014. Karya tulis ini disusun
untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh derajat sarjana kedokteran pada
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1
Allah SWT, yang selalu ada dalam setiap langkah, atas karunia, hidayah,
fakultas
Kedokteran
ide-ide cemerlang yang sangat berarti bagi saya, dan atas kesediannya
meluangkan waktu untuk berdiskusi, membimbing saya, sehingga karya
5
masukan-masukannya.
Divisi Akademik Fakultas Kedokteran UII, terima kasih atas izin dan
kerjasamanya
Bapak dan mama, terimakasih atas doanya karena dengan doa itu bisa
membentangkan sayap jutaan malaikat untuk melindungi setiap langkahku.
Terimakasih atas dorongan serta segala apa yang sudah diberikan.
Kepada mas ku dan adek-adek ku, dan teman-teman yang telah mendoakan
11
Penulis hanya dapat mendoakan mereka yang telah membantu dalam segala
hal yang berkaitan dengan pembuatan skripsi ini semoga diberikan balasan dan
rahmat dari Allah SWT. Selain itu saran, kritik dan perbaikan senantiasa sangat
diharapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak
yang membutuhkan.
Wassalaamualaikum warahmatullaahi wabarakatuh
Yogyakarta, 11 Agustus 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Setiap tahun, kurang lebih 15 juta orang di seluruh dunia terserang stroke. Di
Amerika Serikat sekitar 5 juta orang pernah mengalami stroke, sedangkan di Inggris
sekitar 250.000 orang. Di Indonesia, stroke menyerang 35,8 % pasien usia lanjut dan
12,9 % pada usia yang lebih muda. Jumlah total penderita stroke di Indonesia
diperkirakan 500.000 setiap tahun. Dari jumlah itu, sekitar 2,5% atau 250.000 orang
12
meninggal dunia, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Insidens stroke di seluruh
dunia bervariasi. Insidens tahunan rata- rata meningkat sejalan dengan pertambahan
usia, dari 3 per 100.000 pada kelompok umur dekade ketiga dan keempat menjadi
hampir 300 per 100.000 penduduk pada kelompok umur dekade kedelapan dan
kesembilan (Anonim, 2008; Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia,
2009).
Dalam penelitiannya di Indonesia, Widjaja (2000) mengemukakan bahwa
pada penderita stroke 60,7 persen disebabkan oleh stroke non hemoragik sedangkan
36,6 persen oleh karena stroke hemoragik. Stroke trombotik paling banyak terdapat
(58,3%), disusul oleh perdarahan intraserebral (PIS) (35,6%). Emboli dan perdarahan
subaraknoidal hanya sedikit sekali 2,4% dan 1 %. Lakilaki (63,5%) lebih banyak
terkena dari pada wanita (36,5%). Usia kurang dari 45 tahun lebih jarang terkena
(15,9%) dan pada usia lebih dari 45 tahun (84,1%). Kematian dan seluruh stroke
(32,1%) adalah nomer dua setelah meningoensefalitis (59,5%). Dari semua penderita
stroke 50% dan PIS meninggal, sedangkan pada PSA dan emboli kira-kira 40%
meninggal. Penyebab stroke paling banyak karena hipertensi (81,7%) dan diabetes
mellitus (66,7%). Anamnesis adanya hipertensi hanya terdapat pada 66,7% kasus.
Hipertensi yang terdapat pada waktu masuk rumah sakit kebanyakan hipertensireaktip, yang terjadi karena. pelepasan katekolamin dan neurotransmitter yang
menyebabkan kenaikan tekanan darah. Pada trombosis serebri 54,5% menderita
hipertensi stadium II, sedangkan pada PIS 66,4% menderita hipertensi stadium III dan
IV. Anamnesis gangguan peredaran darah sepintas (47,4%) (GPDOS) hanya terdapat
pada trombosis serebri. Pada emboli, PIS dan PSA tak terdapat riwayat GPDOS
sebelumnya. Pada stroke emboli 86,7% disebabkan oleh fibrilasi atrial dan infark
jantung lama, selebihnya tak diketahui penyebabnya (Widjaja,2000).
Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan salah satu
penyakit saraf yang paling banyak menarik perhatian, bahkan di pusat pelayanan
neurologi di Indonesia, jumlah penderita gangguan peredaran darah otak (GPDO)
selalu menempati urutan pertama dari seluruh penderita rawat inap (Harsono, 2005).
Stroke adalah serangan mendadak yang terjadi pada pembuluh darah otak di
sebabkan oleh tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah dalam otak, selain itu
stroke juga merupakan penyakit neurologic (saraf) yang seringmenyebabkan
13
kecacatan dan kematian sehingga dapat juga di sebut sebagai brain attack atau
serangan otak (Auryn, 2009).
Membedakan antara stroke hemoragik dan stroke iskemik adalah hal yang
penting dalam manajemen sroke serta prognosis dan pencegahannya. Pada orang kulit
putih, sekitar 80% dari pertama pernah stroke iskemik .metode yang pembeda jenis
stroke ini menggunakan CT-scan. Dalam banyak negara, ini sebaiknya dilakukan oleh
CT. Lumbal pungsi berguna dalam menyakinkan perdarahan subarachnoid, namun
jika hasil pencitraan otak samar, maka tidak dapat membedakan iskemik dan stroke
hemoragik. (Davenport & Dennis, 2000).
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat
menimbulkan cacat atau kematian. Menurut Departemen Kesehatan (2006),
pasien stroke rawat inap di RS Indonesia dengan CFR 20.01%. Penelitian
karakteristik penderita stroke rawat inap di rumah Sakit Haji Medan Tahun 20022006, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Trend penderita
stroke cenderung turun menurut persamaan garis Y=214,5- 8,7x. Proporsi
penderita stroke tertinggi umur 45-64 tahun 51,2%, laki-laki 53,4%, batak 36,7%,
Islam 95,0%, tinggal di kota Medan 70,5%, pendidikan tingkat menengah 33,5%,
ibu rumah tangga 32,7%, stroke non hemoragik 66,5%, hemiparese sinistra
46,3%, hipertensi 60,4%, onset serangan 6 jam 64,0%, lama rawatan rata-rata
7,31 hari dan pulang berobat jalan 60,1%. Tidak ada perbedaan umur berdasarkan
jenis kelamin (p= 0,052), umur berdasarkan tipe stroke (p= 0,145), jenis kelamin
berdasarkan tipe stroke (p= 0,864), tipe stroke berdasakan onset serangan
(p=0,683), faktor risiko berdasarkan tipe stroke (p= 0,174), factor risiko
berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p= 0,398) dan lama rawatan rata-rata
berdasarkan tipe stroke (p= 0,669). Ada perbedaan tipe stroke berdasarkan
keadaan sewaktu pulang (p= 0,003) dan lama rawatan rata-rata berdasarkan
keadaan sewaktu pulang (p= 0.000). Bagi penderita hipertensi dengan umur 45-64
tahun, untuk selalu melakukan kontrol secara rutin dan menerapkan pola hidup
sehat untuk mencegah terjadinya stroke. Penderita stroke sebaiknya dibawa ke
rumah sakit jika ada kelainan yang mendadak.
14
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Stroke
a. Definisi
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat
16
Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar
15% dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi
normal. Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis
interna yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke
bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua
adala vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut
sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum
anterior bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu
sirkulus willisi (Sidharta & Mardjono, 2008) (Gambar 2.2).
Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi. Fungsifungsi dari otak adalah otak merupakan pusat gerakan atau motorik, sebagai pusat
sensibilitas, sebagai area broca atau pusat bicara motorik, sebagai area Wernicke
atau pusat bicara sensoris, sebagai area visuosensoris, dan otak kecil yang
berfungsi sebagai pusat koordinasi serta batang otak yang merupakan tempat jalan
serabutserabut saraf ke target organ(Sidharta & Mardjono, 2008) (gambar 2.3.).
17
18
19
20
21
.
3. Diagnosis Stroke Non Hemoragik
Diagnosis didasarkan atas hasil:
22
a. Penemuan Klinis
i. Anamnesis
Terutama terjadinya keluhan/gejala defisit neurologik yang mendadak.
Tanpa trauma kepala, dan adanya faktor risiko stroke (Auryn, 2009).
ii. Pemeriksaan Fisik
Adanya defisit neurologik fokal, ditemukan faktor risiko seperti hipertensi,
kelainan jantung dan kelainan pembuluh darah lainnya (Auryn, 2009).
b. Pemeriksaan tambahan/Laboratorium
i. Pemeriksaan Neuro-Radiologik
Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat membantu
diagnosis dan membedakannya dengan perdarahan terutama pada fase akut.
Angiografi serebral (karotis atau vertebral) untuk mendapatkan gambaran yang
jelas tentang pembuluh darah yang terganggu, atau bila scan tak jelas.
Pemeriksaan likuor serebrospinalis, seringkali dapat membantu membedakan
infark, perdarahan otak, baik perdarahan intraserebral (PIS) maupun perdarahan
subarakhnoid (PSA) (Criqui & Ringel, 2004; Derex et al 2004; Harsono (Ed.),
2005; Immamura et al, 2008; Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia,
2009; Nurhidayat, 2008; Shahab, 2002; Sidharta & Mardjono, 2008; Auryn, 2009)
d. Stroke Hemoragik
1. Klasifikasi Stroke Hemoragik
Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases
and Related Health Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas:
a. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer berasal dari
pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma.
Perdarahan ini banyak disebabkan oleh hipertensi, selain itu faktor penyebab
23
c. Perdarahan Subdural
Perdarahan subdural adalah perdarahan yang terjadi akibat robeknya vena
jembatan ( bridging veins) yang menghubungkan vena di permukaan otak dan
sinus venosus di dalam durameter atau karena robeknya araknoidea.
2. Gejala Stroke Hemoragik
a. Gejala Perdarahan Intraserebral (PIS)
Gejala yang sering djumpai pada perdarahan intraserebral adalah: nyeri
kepala berat, mual, muntah dan adanya darah di rongga subarakhnoid pada
pemeriksaan pungsi lumbal merupakan gejala penyerta yang khas. Serangan
sering kali di siang hari, waktu beraktivitas dan saat emosi/marah. Kesadaran
biasanya menurun dan cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam,
23% antara 1/2-2 jam, dan 12% terjadi setelah 3 jam) ( Auryn, 2009).
b. Gejala Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
Pada penderita PSA dijumpai gejala: nyeri kepala yang hebat, nyeri di
leher dan punggung, mual, muntah, fotofobia. Pada pemeriksaan fisik dapat
dilakukan dengan pemeriksaan kaku kuduk, Lasegue dan Kernig untuk
mengetahui kondisi rangsangan selaput otak, jika terasa nyeri maka telah terjadi
gangguan pada fungsi saraf. Pada gangguan fungsi saraf otonom terjadi demam
setelah 24 jam. Bila berat, maka terjadi ulkus pepticum karena pemberian obat
antimuntah disertai peningkatan kadar gula darah, glukosuria, albuminuria, dan
24
Untuk
pemeriksaan
tambahan
dapat
dilakukan
dengan
c. Perdarahan Subdural
Diagnosis didasarkan atas pemeriksaan yaitu dilakukan foto tengkorak
anteroposterior dengan sisi daerah trauma. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan
CT-Scan dan EEG. Oleh karena tidak seluruh Rumah Sakit memiliki alat-alat di
atas, maka untuk memudahkan pemeriksaan dapat dilakukan dengan sistem lain,
misalnya system skoring yaitu sistem yang berdasarkan gejala klinis yang ada
pada saat pasien masuk Rumah Sakit ( Harsono (Ed.), 2005; Konsensus Nasional
Pengelolaan Stroke di Indonesia, 2009)
25
Tanda/Gejala
1. TIA sebelum serangan
Skor
1
2. Permulaan serangan
Sangat mendadak (1-2 menit)
6,5
6,5
3. Waktu serangan
Waktu kerja (aktivitas)
6,5
Waktu istirahat/duduk/tidur
10
Hebat
7,5
Ringan
Tak ada
5. Muntah
Langsung habis serangan
10
7,5
Tak ada
6. Kesadaran
Hilang waktu serangan (langsung)
10
10
+ 7.3
+ 14.6
+ 7.1
3. Permulaan serangan
Sakit kepala dalam 2 jam setelah serangan atau kaku kuduk: + 21.9
26
27
tidak = 0 ; ya = 1
Tanda-tanda ateroma:
tidak ada = 0 ; 1 atau lebih tanda ateroma = 1
(anamnesis diabetes; angina; klaudikasio intermitten)
Pembacaan:
Skor > 1 : Perdarahan otak
< -1: Infark otak
Sensivitas: Untuk perdarahan: 89.3%.
Untuk infark: 93.2%.
Ketepatan diagnostik: 90.3%.
e. Epidemiologi Stroke
1. Distribusi Frekuensi Stroke
a. Menurut Orang
Menurut penelitian Tsong Hai Lee di Taiwan pada tahun 1997-2001,
terdapat 264 orang penderita stroke iskemik pada usia 18-45 tahun, yang
disebabkan oleh kelebihan lemak, merokok, hipertensi dan riwayat stroke.
Berdasarkan data penderita stroke yang dirawat oleh Pusat Pengembangan dan
Penanggulangan Stroke Nasional (P3SN) RSUP Bukittinggi pada tahun 2002,
terdapat 501 pasien, yang terdiri dari usia 20-30 tahun sebesar 3,59%, usia 30-50
tahun sebesar 20,76%, usia 51-70 tahun sebesar 52,69% dan usia 71-90 tahun
sebesar 22,95% (Harsono (Ed.), 2005; Immamura et al, 2008; Konsensus Nasional
Pengelolaan Stroke di Indonesia, 2009; Auryn, 2009)
28
c. Menurut Waktu
Menurut WHO (2005), stroke menjadi penyebab kematian dari 5,7 juta
jiwa di seluruh dunia, dan diperkirakan meningkat menjadi 6,5 juta penderita pada
tahun 2015 dan 7,8 juta penderita pada tahun 2030. Berdasarkan Penelitian
Misbach di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2000-2003, menunjukkan
bahwa jumlah penderita stroke tahun 2000 sebanyak 641 orang, tahun 2001
sebanyak 722 orang, tahun 2002 sebanyak 706 orang dan tahun 2003 sebanyak
522 orang. Di RSU Sleman, terjadi peningkatan penderita stroke yang dirawat
inap pada tahun 1997-2000. Pada tahun1997 terdapat penderita stroke sebanyak
255 orang, tahun 1998 sebanyak 298 orang, tahun 1999 sebanyak 393 orang dan
tahun 2000 sebanyak 459 orang.
2. Determinan Stroke
Faktor risiko stroke terdiri dari dua kategori, yaitu:
a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:
i. Usia
Risiko terkena stroke meningkat sejak usia 45 tahun. Setiap penambahan
usia tiga tahun akan meningkatkan risiko stroke sebesar 11-20%. Dari semua
stroke, orang yang berusia lebih dari 65 tahun memiliki risiko paling tinggi yaitu
71%, sedangkan 25% terjadi pada orang yang berusia 65-45 tahun, dan 4% terjadi
pada orang berusia <45 tahun(Criqui & Ringel, 2004; Derex et al 2004; Harsono
29
2008;
Auryn, 2009).
iv. Hereditas
Gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke, misalnya
hipertensi, jantung, diabetes dan kelainan pembuluh darah. Riwayat stroke dalam
keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah mengalami stroke
pada usia kurang dari 65 tahun, meningkatkan risiko terkena stroke.12 Menurut
penelitian Tsong Hai Lee di Taiwan pada tahun 1997-2001 riwayat stroke pada
keluarga meningkatkan risiko terkena stroke sebesar 29,3% (Criqui & Ringel,
2004; Nurhidayat, 2008; Shahab, 2002; Sidharta & Mardjono, 2008; Auryn, 2009).
30
pembuluh
darah
sehingga
memudahkan
terjadinya
31
v. Obesitas
Obesitas berhubungan erat dengan hipertensi, dislipidemia, dan diabetes
melitus.3 Obesitas meningkatkan risiko stroke sebesar 15%. Obesitas dapat
meningkatkan hipertensi, jantung, diabetes dan aterosklerosis yang semuanya
akan meningkatkan kemungkinan terkena serangan stroke.
vi. Hiperkolesterolemia
Kondisi ini secara langsung dan tidak langsung meningkatkan factor
risiko, tingginya kolesterol dapat merusak dinding pembuluh darah dan juga
menyebabkan penyakit jantung koroner. Kolesterol yang tinggi terutama Low
Density Lipoprotein (LDL) akan membentuk plak di dalam pembuluh darah dan
dapat menyumbat pembuluh darah baik di jantung maupun di otak. Kadar
kolesterol total > 200 mg/dl meningkatkan risiko stroke 9 kali (Criqui & Ringel,
2004; Auryn, 2009).
vii. Merokok
Berdasarkan penelitian Siregar F (2002) di RSUP Haji Adam Malik Medan
dengan desain case control, kebiasaan merokok meningkatkan risiko terkena
stroke sebesar 4 kali. Merokok menyebabkan penyempitan dan pengerasan arteri
di seluruh tubuh (termasuk yang ada di otak dan jantung), sehingga merokok
mendorong terjadinya aterosklerosis, mengurangi aliran darah, dan menyebabkan
darah mudah menggumpal.
viii.Alkohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu metabolisme tubuh,
sehingga terjadi dislipidemia, diabetes melitus, mempengaruhi berat badan dan
tekanan darah, dapat merusak sel-sel saraf tepi, saraf otak dan lain-lain. Semua ini
mempermudah terjadinya stroke. Konsumsi alkoholberlebihan meningkatkan
risiko terkena stroke 2-3 kali (Siregar, 2002).
ix. Stres
Hampir setiap orang pernah mengalami stres. Stres psiokososial dapat
menyebabkan depresi. Jika depresi berkombinasi dengan faktor risiko lain
(misalnya, aterosklerosis berat, penyakit jantung atau hipertensi) dapat memicu
32
2. Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko
stroke bagi individu yang mempunyai faktor risiko dengan cara melaksanakan
gaya hidup sehat bebas stroke, antara lain:
a. Menghindari: rokok, stress, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan,
obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya.
b. Mengurangi: kolesterol dan lemak dalam makanan.
33
pada
penderita
dislipidemia,
berhenti
merokok,berhenti
mengkonsumsi alkohol, hindari kelebihan berat badan dan kurang gerak (Harsono,
2005).
4. Pencegahan Tertier
Tujuan pencegahan tersier adalah untuk mereka yang telah menderita
stroke agar kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat dan mengurangi
ketergantungan pada orang lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Pencegahan tersier dapat dilakukan dalam bentuk rehabilitasi fisik, mental dan
sosial. Rehabilitasi akan diberikan oleh tim yang terdiri dari dokter, perawat, ahli
34
fisioterapi, ahli terapi wicara dan bahasa, ahli okupasional, petugas sosial dan
peran serta keluarga.
a. Rehabilitasi Fisik
Pada rehabilitasi ini, penderita mendapatkan terapi yang dapat membantu
proses pemulihan secara fisik. Adapun terapi yang diberikan yaitu yang pertama
adalah fisioterapi, diberikan untuk mengatasi masalah gerakan dan sensoris
penderita seperti masalah kekuatan otot, duduk, berdiri, berjalan, koordinasi dan
keseimbangan serta mobilitas di tempat tidur. Terapi yang kedua adalah terapi
okupasional (Occupational Therapist atau OT), diberikan untuk melatih
kemampuan penderita dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi,
memakai baju, makan dan buang air. Terapi yang ketiga adalah terapi wicara dan
bahasa, diberikan untuk melatih kemampuan penderita dalam menelan makanan
dan minuman dengan aman serta dapat berkomunikasi dengan orang lain(Widjaja,
2000).
b. Rehabilitasi Mental
Sebagian besar penderita stroke mengalami masalah emosional yang dapat
mempengaruhi mental mereka, misalnya reaksi sedih, mudah tersinggung, tidak
bahagia, murung dan depresi. Masalah emosional yang mereka alami akan
mengakibatkan penderita kehilangan motivasi untuk menjalani proses rehabilitasi.
Oleh sebab itu, penderita perlu mendapatkan terapi mental dengan melakukan
konsultasi dengan psikiater atau ahki psikologi klinis (Widjaja, 2000).
c. Rehabilitasi Sosial
Pada rehabilitasi ini, petugas sosial berperan untuk membantu penderita
stroke
menghadapi
masalah
sosial
seperti,
mengatasi
perubahan
gaya
35
1.3.
Kerangka Teori
Stroke
36
diabetes
melitus,
(TIA),
obesitas,
hiperkolesterolemia,
merokok,
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi epidemiologi deskriptif dengan
menggunakan disain studi case series, yaitu studi yang menggambarkan aspek
orang, tempat, dan waktu pada sekelompok orang yang mendapatkan kasus atau
penyakit. Sebagaimana sesuai dengan tujuan penelitian ini bahwa peneliti hanya
37
ingin melihat gambaran pasien stroke rawat inap di RSUD Sleman Juni
September 2014.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUD Sleman yang merupakan rumah
sakit milik pemerintah kabupaten Sleman. Penelitian ini akan dilaksanakan selama
bulan RSUD Sleman Juni September 2014.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Target
Populasi Target pada penelitian ini adalah seluruh pasien stroke serangan
pertama yang menjalani pelayanan rawat inap di RSUD Sleman Juni September
2014.
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh penderita stroke rawat inap
serangan pertama yang memiliki kriteria inklusi dan memiliki catatan rekam
medik lengkap di RSUD Sleman Juni September 2014.
Metode sampling yang digunakan oleh peneliti adalah total sampling.
Untuk mendapatkan sampel yang dapat mewakilkan populasi, maka dalam
penentuan sampel digunakan rumus Slovin:
Keterangan:
n=
N
1+ N ( d2 )
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = derajat kemaknaan (0,05).
80
1+80 ( 0,05 2)
66
stroke
sebelumnya,
pasien
yang
tidak
memiliki
catatan
lengkapmengenai status kesehatan, dan pasien pindah atau yang tidak menjalani
rawat inap sehingga belum sempat menjalani tes laboratorium.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang
diperoleh dari rekam medik pasien stroke serangan pertama yang menjalani
pelayanan rawat inap di RSUD Sleman Juni September 2014.
Pada penelitian ini data dikumpulkan melalui data sekunder yang
diperoleh dari rekam medik pasien dengan diagnosis stroke pada saat pertama kali
masuk ruang rawat inap di RSUD Sleman Juni September 2014.
3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah form pengumpulan
data yang dibuat oleh peneliti dengan menyesuaikan variabel-variabel yang ada
dalam data rekam medik dengan yang ada di definisi operasional dalam penelitian
ini. Mencatat data rekam medik dengan menggunakan form pengumpulan data
yang digunakan pada penelitian ini.
3.6. Definisi Operasional
No
.
1.
Nama Variabel
Definisi
Operasional
Alat
Ukur
Cara ukur
Skala
Ukur
Hasil Ukur
Jenis stroke
Diagnosa tenaga
kesehatan
mengenai
jenis stroke yang
dialami oleh
pasien
Data
rekam
medik
pasien
stroke
yang
menjalani
rawat
inap
Memindahka
n
informasi dari
data
rekam medik
pasien
ke dalam
kuesioner
pengumpulan
data
Nominal
1 = iskemik
2 = hemoragik
(National
Stroke
AssociationUSA
dalam
Soeharto,
2004)
2.
Umur
Lama hidup
responden
dihitung dari
saat lahir
sampai ulang
tahun terakhir
saat pencatatan
di rekam medik
Data
rekam
medik
pasien
stroke
yang
menjalani
rawat
inap
Memindahka
n
informasi dari
data
rekam medik
pasien
ke dalam
kuesioner
pengumpulan
data
Ordinal
1 = < 35
tahun
2 = 35-50
tahun
3 = 51-65
tahun
4 = >65 tahun
(data
histogram
hasil
penelitian)
3.
Jenis kelamin
Jenis kelamin
yang tercatat pada
data
rekam medik
pasien.
Data
rekam
medik
pasien
stroke
yang
menjalani
rawat
inap
Memindahka
n
informasi dari
data
rekam medik
pasien
ke dalam
kuesioner
pengumpulan
data
Nominal
1 = perempuan
2 = laki-laki
4.
Riwayat
penyakit
pada keluarga
Status keluarga
yang pernah
didiagnosis
terkena serangan
stroke, hipertensi,
jantung, dan DM
Data
rekam
medik
pasien
stroke
yang
menjalani
rawat
inap
Memindahka
n
informasi dari
data
rekam medik
pasien
ke dalam
kuesioner
pengumpulan
Ordinal
1 = tidak ada
2 = ada
data
5.
Tekanan darah
Sistolik
Ukuran tekanan
dar ah pasien
sistolik yang
tercatat
di rekam medik
pasien saat
pertama kali
datang
Data
rekam
medik
pasien
stroke
yang
menjalani
rawat
inap
Memindahka
n
informasi dari
data
rekam medik
pasien
ke dalam
kuesioner
pengumpulan
data
Ordinal
1 = Normal
(sistolik <
120)
2 = PreHipertensi
(sistolik 120
139
mmHg)
3=
Hipertensi
Stage 1
(sistolik
140 159
mmHg)
4=
Hipertensi
Stage 2
(sistolik
> 160)
6.
Tekanan darah
Diastolik
Ukuran tekanan
darah pasien
Diastolik yang
tercatat
di rekam medik
pasien saat
pertama kali
datang
Data
rekam
medik
pasien
stroke
yang
menjalani
rawat
inap
Memindahka
n
informasi dari
data
rekam medik
pasien
ke dalam
kuesioner
pengumpulan
data
Ordinal
1 = Normal
(diastolik <
80 mmHg)
2 = PreHipertensi (
diastolik 80 89
mmHg)
3=
Hipertensi
Stage 1 (
diastolik 90 99 mmHg)
4=
Hipertensi
Stage 2
(diastolik >
100
mmHg)
7.
Kadar gula
darah
Data
rekam
medik
pasien
stroke
Memindahka
n
informasi dari
data
rekam medik
Ordinal
1 = < 100
mg/dl
2 = 100-199
mg/dl
3 = 200-299
terdapat dalam
hasil
laboratorium
rekam medik
pasien
yang
menjalani
rawat
inap
pasien
ke dalam
kuesioner
pengumpulan
data
mg/dl
4 = > 300
mg/dl
(data
histogram
hasil
penelitian)
8.
Kolesterol total
Kadar kolesterol
total dalam darah
pasien stroke
yang dicatat pada
rekam
medik
Data
rekam
medik
pasien
stroke
yang
menjalani
rawat
inap
Memindahka
n
informasi dari
data
rekam medik
pasien
ke dalam
kuesioner
pengumpulan
data
Ordinal
1 = rendah (<
200)
2 = sedang
(200-239)
3 = tinggi
(>240)
(ATP III dalam
Iskandar,
2004)
9.
Lama
Perawatan
Lama hari
perawatan yang
mengharuskan
pasien di rawat
inap di
RS. Lama
perawatan =
tanggal keluar
pasien dikurangi
tanggal masuk
Data
rekam
medik
pasien
stroke
yang
menjalani
rawat
inap
Memindahka
n
informasi dari
data
rekam medik
pasien
ke dalam
kuesioner
Ordinal
1 = < 5 hari
1 = 5-10 hari
2 = 11-16 hari
3 = 17-21 hari
4 = > 21 hari
(data
histogram
hasil
penelitian)
10.
Riwayat
penyakit
jantung
Status pernah
didiagnosa oleh
dokter bahwa
pasien memiliki
penyakit jantung
Data
rekam
medik
pasien
stroke
yang
menjalani
rawat
Memindahka
n
informasi dari
data
rekam medik
pasien
ke dalam
kuesioner
pengumpulan
data
Ordinal
1 = tidak ada
2 = ada
11.
DM
Status pernah
didiagnosa oleh
tenaga
kesehatan bahwa
pasien memiliki
penyakit diabetes
melitus
Data
rekam
medik
pasien
stroke
yang
menjalani
rawat
Memindahka
n
informasi dari
data
rekam medik
pasien
ke dalam
kuesioner
Ordinal
1 = tidak ada
2 = ada
inap
12.
Pendidikan
Tingkat
pendidikan
terakhir pasien
stroke
Data
rekam
medik
pasien
stroke
yang
menjalani
rawat
inap
Memindahka
n
informasi dari
data
rekam medik
pasien
ke dalam
kuesioner
pengumpulan
data
Ordinal
1 = tidak
sekolah
2 = tidak tamat
SD
3 = tamat SD
4 = tamat SMP
5 = SMA
6 = perguruan
tinggi/
diploma
(Rekam Medik
RSKM)
13.
Pekerjaan
Pekerjaan pasien
stroke yang
tercatat
dalam rekam
medik pasien
Data
rekam
medik
pasien
stroke
yang
menjalani
rawat
inap
Memindahka
n
informasi dari
data
rekam medik
pasien
ke dalam
kuesioner
Ordinal
1 = bekerja
1 = tidak
bekerja/
pensiun
14
Status
pernikahan
Status pernikahan
pasien
Data
rekam
medik
pasien
stroke
yang
menjalani
rawat
Memindahka
n
informasi dari
data
rekam medik
pasien inap ke
dalam
kuesioner
(Rekam
Medik
RSKM)
Ordinal
1 = menikah
2 = belum
menikah
3 = bercerai
hidup atau
meninggal
15.
Status
kepulangan/
keluaran
Status pasien
stroke saat keluar
RS
Data
rekam
medik
pasien
stroke
yang
di rawat
inap
Memindahka
n
informasi ke
dalam
kuesioner
Ordinal
1 = Sembuh
2 = meninggal
3= Cacat
16.
Hasil CT Scan
Hasil Pembacaan
CT oleh dokter
radiologi yang
Data
rekam
medik
Memindahka
n
informasi ke
Open
data
Deskriptif
15
tercatat
di rekam medik
pasien saat
pertama kali
datang
pasien
stroke
yang
di rawat
inap
dalam
kuesioner
Hemiparesis
Kelumpuhan
Data
Memindahka
kontralateral
rekam
yang
medik
pasien
n
informasi dari
berlawanan
stroke
Ordinal
1 = tidak ada
2 = ada
Ordinal
1 = tidak ada
2 = ada
Memindahka
n
informasi ke
dalam
kuesioner
Numerik
Angka
Ordinal
1 = tidak ada
2 = ada
data
rekam medik
pasien
yang
ke dalam
menjalani
kuesioner
rawat
pengumpulan
inap
data
16
pada Data
Gejala-gejala
gemetar
sereblum
pasien
stroke
Memindahka
n
informasi dari
data
rekam medik
pasien
yang
ke dalam
menjalani
kuesioner
rawat
pengumpulan
inap
data
17.
Lama Rawat
inap
Data
rekam
medik
pasien
stroke
yang
di rawat
inap
17
Disfagia
Ketidakmampua Data
Memindahka
n
informasi dari
medik
pasien
stroke
yang
data
rekam medik
pasien
ke dalam
menjalani kuesioner
pengumpulan
rawat
inap
data
18
Disatria
Data
Gangguan
pada rekam
motoris
lidah,
mulut, medik
pasien
stroke
Memindahka
Ordinal
1 = tidak ada
2 = ada
Ordinal
1 = tidak ada
2 = ada
n
informasi dari
data
rekam medik
pasien
sehingga yang
ke dalam
pasien
sulit menjalani
suara
rawat
inap
bicara
kuesioner
pengumpulan
data
19
Gangguan
penglihatan
Data
Memindahka
penglihatan
ganda
rekam
(diplopia),
medik
pasien
n
informasi dari
gerakan
arahbola
yang
stroke
pasien
mata yang
ke dalam
tidak menjalani
dikehendaki
(nistagmus),
penurunan
kelopak
mata
(ptosis),
kurangnya daya
gerak
data
rekam medik
mata,
kebutaan
setengah lapang
pandang
pada
belahan
kanan
rawat
inap
kuesioner
pengumpulan
data
20
Aphasia
homonym).
hilangnya
Data
Memindahka
kemampuan
rekam
dalam
medik
pasien
n
informasi dari
berbahasa.
stroke
data
rekam medik
pasien
Aphasia dibagi yang
ke dalam
dua
yaitu, menjalani
rawat
inap
Aphasia
motorik adalah
ketidakmampua
n
untuk
berbicara,
mengeluarkan
isi
pikiran
melalui
perkataannya
sendiri,
sementara
kemampuannya
untuk mengerti
bicara
orang
untuk
mengerti
pembicaraan
orang
namun
mampu
lain,
masih
kuesioner
pengumpulan
data
Ordinal
1 = tidak ada
2 = ada
mengeluarkan
perkataan
dengan
lancar,
walau sebagian
diantaranya
tidak
memiliki
arti, tergantung
dari
21
Alexia
luasnya
kerusakan otak.
hilangnya
Data
Memindahka
kemampuan
rekam
membaca
medik
pasien
n
informasi dari
karena
22
Agraphia
stroke
pasien
yang
ke dalam
menjalani
kuesioner
rawat
pengumpulan
inap
data
hilangnya
Data
Memindahka
kemampuan
rekam
n
informasi dari
akibat medik
pasien
adanya
23
Acalculia
stroke
pasien
yang
ke dalam
menjalani
kuesioner
rawat
pengumpulan
inap
data
hilangnya
Data
Memindahka
kemampuan
rekam
n
informasi dari
dan medik
mengenal angka
setelah
terjadinya
pasien
stroke
Ordinal
1 = tidak ada
2 = ada
Ordinal
1 = tidak ada
2 = ada
data
rekam medik
kerusakan otak.
berhitung
1 = tidak ada
2 = ada
data
rekam medik
kerusakan otak.
menulis
Ordinal
data
rekam medik
pasien
yang
ke dalam
menjalani
kerusakan otak.
rawat
inap
kuesioner
pengumpulan
data
kode
pada
masing-masing
data
agar
memudahkan
peneliti
Jadwal
tahun 2015
Penyusunan Proposal
Bimbingan Proposal
Pengajuan Proposal
Seminar Proposal
Pelaksanaan Penelitian
Penyusunan Laporan Hasil
Bimbingan Laporan Hasil
Seminar Laporan Hasil
4
V
V
V
V
V
V
V
V
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Penelitian
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Karakteristik Subjek
Jenis Stroke
Stroke Iskemik
Stroke Hemoragik
Umur
< 35 tahun
35-50 tahun
52-65 tahun
> 65 tahun
Jenis kelamin
Perempuan
Laki-laki
Riwayat Penyakit Keluarga
Ada
tidak ada
Tekanan Darah Sistolik
Normal
Prehipertensi
HT Grade I
HT Grade II
Tekanan Darah Diastolik
Normal
Prehipertensi
HT Grade I
HT Grade II
Kadar Gula Darah Sewaktu
< 100 mg/dl
100-199 mg/dl
200-299 mg/dl
> 300 mg/dl
Kadar Kolesterol Total
rendah < 200
sedang 200-239
tinggi > 240
Riwayat Jantung
tidak ada
Ada
DM
Tidak Ada
Ada
Pendidikan
Tidak Sekolah
Jumlah
(n=68)
51
17
75,0 %
25,0 %
1
27
11
29
1,5 %
39,7 %
16,2 %
42,6 %
30
38
44,1 %
55,9 %
36
32
52,9 %
47,1 %
2
11
11
44
2,9 %
16,2 %
16,2 %
64,7 %
14
7
19
28
20,6
10,3
27,9
41,2
3
36
21
8
4,4 %
52,9 %
30,9 %
11,8 %
52
9
7
76,5 %
13,2 %
10,3 %
63
5
92,6 %
7,4 %
59
9
86,8 %
13,2 %
35
51,5 %
%
%
%
%
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Tidak Tamat
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat Tamat SMA
PT/Diploma
Pekerjaan
Bekerja
tidak bekerja
Status Pernikahan
Menikah
belum menikah
bercerai hidup/meninggal
Pendidikan
Tidak Sekolah
Tidak Tamat
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat Tamat SMA
PT/Diploma
Keluaran
Sembuh
Meninggal
Cacat
Gejala Serebelum
Tidak Ada
Ada
Disfagia
Tidak Ada
Ada
Disartria
Tidak Ada
Ada
Gangguan Penglihatan
Tidak Ada
Ada
Aphasia
Tidak Ada
Ada
Alexia
Tidak Ada
Ada
Agrapia
Tidak Ada
Ada
1
15
4
11
2
1,5
22,1
5,9
16,2
2,9
%
%
%
%
%
27
41
39,7 %
60,3 %
64
1
3
94,1 %
1,5 %
4,4 %
35
1
15
4
11
2
51,5
1,5
22,1
5,9
16,2
2,9
7
28
33
10,3 %
41,2 %
48,5 %
42
26
61,8 %
38,2 %
40
28
58,8 %
41,2 %
30
38
44,1 %
55,9 %
64
4
94,1 %
5,9 %
29
39
42,6 %
57,4 %
61
7
89,7 %
10,3 %
45
23
66,2 %
33,8 %
%
%
%
%
%
%
23.
24.
23.
Acalculia
Tidak Ada
Ada
Riwayat Merokok
Tidak Ada
Ada
TIA
Tidak Ada
Ada
Jumlah total
55
13
80,9 %
19,1 %
35
33
51,5 %
48,5 %
56
12
68
82,4 %
17,6 %
100 %
Pada tabel 4.1. didapatkan sebanyak 42,6 % dari 68 pasien berumur diatas
65 tahun. Sebagian besar subjek yang dianalasis pada penelitian ini berjenis
kelamin laki-laki (55,9%). Subjek penelitian dengan hipertensi tingkat kedua
adalah 44 dari 68 pasien( 64,7 %).
Diagram 2. Distribusi subjek berdasarkan jenis stroke pada pasien stroke RSUD
Sleman Juni-September 2014
Iskemik
Hemoragik
Tabel 4.2. Distribusi subjek berdasarkan jenis kelamin pada pasien stroke
RSUD Sleman Juni-September 2014
Subjek
Jenis kelamin
Perempuan
30 (44,1 %)
Laki-laki
38 (55,9 %)
Total
68 (100%)
Tabel 4.2. Distribusi subjek berdasarkan hasil CT Scan pada pasien stroke
RSUD Sleman Juni-September 2014
4.2.
Pembahasan
keadaan hidup memang masih lebih besar dibandingkan dengan pasien stroke
yang meninggal. Pasien stroke yang meninggal lebih banyak terjadi pada usia >
65 tahun dan berjenis kelamin laki-laki (Mailisafitri, 2011).
Pasien stroke rawat inap di RSUD Sleman lebih banyak berada di kategori
umur > 65 tahun. Hal ini memberikan gambaran bahwa pola penyakit stroke
pertama kali cenderung terjadi pada golongan umur yang lebih tua. Berbagai
penelitian lain juga menyatakan bahwa distribusi penderita menurut kelompok
umur sebanyak 529 orang (85,3%) ditemukan pada penderita lebih dari 40 tahun
dan paling banyak berada pada golongan umur 50-59 tahun, yaitu sebanyak 192
orang 31%. Penderita stroke paling banyak berusia > 59 tahun. Rata-rata umur
penderita stroke hemoragik adalah 54,44 + 11,22 tahun, sedangkan pada stroke
iskemik rata-rata umur penderita adalah 59,05 + 11,65 tahun, dengan umur
termuda 23 tahun dan tertua 80 tahun (Yanis, 2004).
Pada dasarnya stroke dapat terjadi pada usia berapa saja bahkan pada usia
muda sekalipun bila dilihat dari berbagai kelainan yang menjadi pencetus
serangan stroke, seperti aneurisma intrakranial, malformasi vaskular otak,
kelainan jantung bawaan, dan lainnya (Wahjoepramono, 2005). Akan tetapi pola
penyakit stroke yang cenderung terjadi pada golongan umur lebih tua memang
sering ditemui di banyak wilayah. Hal ini disebabkan oleh stroke merupakan
penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran pada pembuluh darah. Seperti kita
ketahui, pembuluh darah orang yang lebih tua cenderung mengalami perubahan
secara degeneratif dan mulai terlihat hasil dari proses aterosklerosis. Cepat atau
lambatnya proses aterosklerosis yang dapat menjadi pencetus stroke tergantung
dari gaya hidup sehat dan perilaku makan.
Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa pasien stroke lebih banyak berjenis
kelamin laki-laki. Dari 68 pasien stroke rawat inap di RSUD Sleman, sebanyak
38 pasien (55,9%) berjenis kelamin laki-laki dan 30 pasien (44,1%) berjenis
kelamin perempuan. Dari 38 pasien laki-laki didapatkan sebanyak 33 pasien
(87%) menderita stroke iskemik dan sisanya 5 pasien (13%) menderita stroke
hemoragik. Sedangkan dari 30 pasien stroke perempuan, sebanyak 18 pasien
(60%) menderita stroke iskemik dan sisanya 12 pasien (40%) menderita stroke
hemoragik. Akan tetapi, pada penelitian lain didapatkan bahwa penderita stroke
laki-laki 27 orang (40,9%) lebih sedikit dibandingkan dengan penderita stroke
perempuan, yaitu sebanyak 39 orang (59,1%) (Yanis, 2004). Hal ini menunjukkan
bahwa tidak terlihat perbedaan proporsi yang berarti antara penderita laki-laki
dengan perempuan. Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa proporsi stroke
hemoragik memang lebih kecil dibandingkan dengan stroke iskemik baik pada
laki-laki maupun perempuan. Pada penelitian ini terlihat bahwa kejadian stroke
lebih banyak dialami oleh laki-laki dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan
karena perempuan lebih terlindungi dari penyakit jantung dan stroke sampai umur
pertengahan hidupnya akibat hormon estrogen yang dimilikinya. Akan tetapi,
setelah mengalami menopouse risiko perempuan sama dengan laki-laki untuk
terkena serangan stroke dan penyakit jantung. Banyak wanita menopouse di
Kanada meninggal akibat serangan stroke dan penyakit jantung pada setiap
tahunnya dibandingkan dengan penyakit kanker (Heart And Stroke Foundation,
2010).
Pengertian riwayat penyakit keluarga dalam penelitian ini adalah latar
belakang penyakit stroke atau penyakit lainnya yang merupakan faktor risiko
untuk terjadinya stroke (hipertensi, DM, dan jantung) yang pernah dialami oleh
keluarga penderita stroke. Apakah keluarga penderita stroke ada yang pernah
memiliki riwayat penyakit tersebut atau tidak. Dari 68 pasien stroke rawat inap
dalam penelitian ini, didapatkan bahwa sebanyak 36 pasien (52,9%) memiliki
riwayat penyakit keluarga, sedangkan 32 pasien (47,1%) memiliki riwayat
penyakit keluarga. Berbeda dengan penelitian ini, pada penelitian di RSCM
Jakarta tahun 1997 diketahui bahwa riwayat penyakit keluarga (hipertensi, DM,
dan jantung) pada pasien stroke sebesar 20,5%. Jumlahnya memang lebih sedikit
dibandingkan dengan pasien yang tidak memiliki riwayat penyakit keluarga. Hal
ini menunjukkan bahwa proporsi pasien stroke yang tidak memiliki riwayat
penyakit pada keluarga mereka masih lebih banyak dibandingkan dengan pasien
stroke yang memiliki riwayat penyakit keluarga, artinya sebagian besar pasien
mendapatkan serangan stroke pertama kali bukan karena memiliki riwayat
penyakit keluarga.
2004). Hal ini mungkin disebabkan oleh kadar kolesterol total dalam darah yang
tinggi merupakan salah satu faktor risiko yang lemah untuk memicu terjadinya
stroke (Lumbantobing, 204).
Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa dari 68 pasien stroke rawat inap
di RSUD Sleman , sebanyak 63 pasien (84%) tidak memiliki riwayat penyakit
jantung dan sebanyak 5 pasien (7,4%) memiliki riwayat penyakit jantung. Hal ini
menunjukkan bahwa proporsi pasien stroke dengan penyakit jantung lebih sedikit
dibandingkan dengan pasien stroke yang tidak memiliki penyakit jantung. Dari
552 penderita stroke yang dirawat di RSCM tahun 2003, didapatkan bahwa
penderita stroke dengan riwayat penyakit jantung sebanyak 126 orang (22,8%),
sedangkan yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung sebanyak 393 orang
(71,2%) dan sisanya tidak tercatat (Sulastriyani, 2004). Dari 652 penderita stroke
di RSSN Bukittinggi tahun 2010, hanya 62 orang (9,5%) merupakan pasien stroke
dengan riwayat penyakit jantung (Mailisafitri, 2011). Beberapa jenis penyakit
jantung diketahui dapat meningkatkan risiko terkena stroke. Gagal jantung
kongestif dan penyakit jantung koroner mempunyai peranan penting dan
berhubungan secara langsung untuk mendukung terjadinya
stroke (Lumbantobing, 2004). Penyaki jantung merupakan faktor risiko stroke,
terutama pada stroke iskemik (Soeharto, 2004). Akan tetapi, banyak penelitian di
rumah sakit yang menunjukkan bahwa proporsi pasien stroke dengan penyakit
jantung lebih kecil dibandingkan dengan pasien stroke tanpa penyakit jantung. Hal
ini menunjukkan bahwa proporsi orang yang terkena serangan stroke akibat
penyakit jantung tidak banyak, artinya sebagian besar pasien mendapatkan
serangan stroke pertama kali bukan karena memiliki penyakit jantung.
Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa dari 68 pasien stroke rawat inap
di RSUD Sleman, sebanyak 59 pasien (86,8%) tidak memiliki riwayat penyakit
DM dan sebanyak 39 pasien (26%) memiliki riwayat penyakit DM. Pada
penelitian lain juga didapatkan hasil serupa, dimana proporsi penderita stroke
dengan DM lebih sedikit dibandingkan penderita stroke tanpa DM. Dari 552
penderita stroke yang dirawat di RSCM tahun 2003, didapatkan bahwa penderita
stroke dengan riwayat penyakit DM sebanyak 56 orang (10,1%), sedangkan
sebanyak 479 orang (85,9%) pasien stroke tidak memiliki riwayat penyakit DM
dan selebihnya tidak tercatat (Sulastriyani, 2004). Penderita stroke yang memiliki
penyakit DM sebanyak 87 orang (15,8%), sedangkan sebanyak 429 orang (77,7%)
pasien stroke tidak memiliki penyakit DM dan selebihnya tidak tercatat
(Sulastriyani, 2004). Dari 655 penderita stroke di RSSN Bukittinggi tahun 2010,
sebanyak 112 orang (17,1%) merupakan pasien stroke dengan DM (Mailisafitri,
2011).
Diabetes dapat meningkatkan risiko 2-4 kali lebih tinggi untuk terkena
stroke dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki penyakit diabetes melitus.
Pada penelitian kohort terhadap wanita berusia 30-55 tahun yang menderita DM
tipe 1 atau 2, dijumpai peningkatan risiko untuk terserang stroke iskemik. Akan
tetapi, bagi penderita DM tipe 1 lebih berisiko untuk menderita stroke hemoragik
(Tarigan, 2011). Diabetes melitus merupakan keadaan hiperglikemia yang kronis,
disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan dan faktor genetik. Dari berbagai
penelitian ditemukan bahwa orang dengan DM memiliki risiko untuk menderita
stroke lebih besar dibandingkan orang yang tidak memiliki riwayat DM, karena
dapat memicu terjadinya aterosklerosis lebih cepat dibandingkan dengan orang
yang tidak menderita DM (Pearson, 2004). Akan tetapi, pada penelitian ini
menunjukkan bahwa proporsi pasien stroke dengan DM lebih kecil dibandingkan
pasien stroke tanpa DM. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi orang yang terkena
serangan stroke akibat penyakit DM tidak banyak, artinya sebagian besar pasien
mendapatkan serangan stroke pertama kali bukan karena memiliki penyakit DM.
Berdasarkan tingkat pendidikan dari 68 pasien stroke rawat inap di RSUD
Sleman Tahun 2014, didapatkan proporsi terbanyak adalah tidak sekolah, yaitu 35
pasien (51,5%). Sedangkan sebanyak 15 pasien (22,1%) memiliki tingkat
pendidikan terakhir tamat SD, Tingkat pendidikan sebagai faktor sosial ekonomi
memang tidak berkaitan langsung dengan kejadian stroke. Akan tetapi, tingkat
pendidikan seseorang menentukan sikap orang tersebut terhadap perilaku sehat
(Notoatmodjo, 2007). Stroke merupakan penyakit tidak menular yang terjadi
akibat faktor lingkungan dan degeneratif, dimana gaya hidup serta perilaku makan
seseorang perlu diperhatikan. Dalam Framingham Study di Massachusetts
menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah pada kelompok orang dengan tingkat
pendidikan yang tinggi lebih rendah dibandingkan dengan kelompok orang yang
berpendidikan rendah (Patel, 1995). Oleh karena itu, seseorang dengan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi diharapkan mampu memahami informasi kesehatan
dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 58 pasien stroke rawat
inap di RSUD Sleman sebagian besar tidak bekerja, yaitu sebanyak 41 pasien
(60,3%) dan sisanya sebanyak 27 pasien (39,7%) tidak bekerja. Dalam penelitian
lain disebutkan bahwa dari 552 penderita stroke, distribusi penderita stroke
terbanyak adalah pada ibu rumah tangga (30,4%), diikuti dengan penderita stroke
dengan jenis pekerjaan swasta (24,8%) (Sulastriyani, 2004). Pada penelitian ini
didapatkan proporsi pasien stroke lebih banyak pada mereka yang tidak bekerja.
Hal ini mungkin disebabkan oleh stres psikologis akibat pekerjaan yang dapat
meningkatkan risiko stroke. Risiko stroke akibat stress kerja lebih besar 1,4 kali
pada pria dari kalangan ekonomi menengah keatas (Mikail, 2011). Serangan
jantung dan stroke juga sering terjadi pada pekerja di wilayah industri yang maju
(Patel, 2005).
Pada hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar pasien stroke
rawat inap di RSUD Sleman telah menikah. Dari 58 pasien stroke rawat inap di
RSUD Sleman, sebanyak 64 pasien (94,1%) telah menikah, 1 pasien (1,5%)
belum menikah, dan 3 pasien (4,4 %) telah bercerai meninggal (berstatus duda
atau janda). Dari studi yang dilakukan oleh Profesor Uri Goldbourt dari Tel Aviv
University dan disajikan dalam American Stroke Association's International
Conference ini menunjukkan bahwa pria yang belum menikah berisiko 64% lebih
tinggi dibanding pria yang sudah menikah. Akan tetapi, kualitas pernikahan juga
perlu diperhatikan. Pria yang pernikahannya tidak bahagia juga memiliki risiko
64% lebih tinggi bila dibandingkan dengan mereka yang pernikahannya bahagia
(Rusaidah, 2010). Akan tetapi, bukan berarti proporsi kejadian stroke lebih besar
pada mereka yang menikah akibat pernikahannya tidak bahagia. Seperti yang
telah dibahas sebelumnya, proporsi pasien stroke terbanyak berada pada umur 51
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Proporsi pasien stroke Dari 68 pasien stroke rawat inap didapatkan jumlah
pasien stroke iskemik sebanyak 51 pasien (75%), sedangkan stroke hemoragik
sebanyak 17 pasien (15%). Rata-rata lama rawat inap pasien adalah 6,9 atau 7
hari dengan standar deviasi 3. Lama rawat inap paling lama adalah 15 hari.
Dari 68
keadaan sembuh.
2. Pasien stroke rawat inap di RSUD Sleman lebih banyak berada di kategori
umur
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2007, (Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2008).
Bahrudin, Muhammad, Model Dignosis Stroke Berdasarkan Gejala Klinis, Jurnal
Saintika Medika, Vol 6, No 13, 2010 (Jurnal Elektronik), diakses 13
Januari
2015;
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/view/1063.
Basjiruddin Darwin.2008. Buku Ajar Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi) Edisi 1.
s.l. : (Padang: Bagian Ilmu Penyakit Syaraf Falkutas Kedokteran
Universitas Andalas, 2008).
Online),
diakses
29
Desember
2014;
http://health.liputan6.com/read/2147285/waspada-jumlah-penderitastroke-wanita-meningkat.
Dourman, Karel, Waspadai Stroke Usia Muda (Jakarta: Penerbit Cerdas Sehat,
2013).
Elisabeth, et al., Hubungan Gaya Hidup Pada Pasien Hipertensi Dengan Resiko
Terjadinya Stroke Di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung, Jurnal
Kesehatan STIKes Santo Borromeus, 2013 (Jurnal Elektronik), diakses
25 Desember 2014; 119http://e-journal.kopertis4.or.id/file/Hubungan
%20Gaya%20Hidup.pdf
F. Batmanghelidj, MD. .Air, untuk Menjaga Kesehatan dan Menyembuhkan
Penyakit,
2014
(Artikel
Online)
diakses
16
Desember
2014;
http://healindonesia.com/2009/05/15/kenali-delapan-dampak-negatifkafein-bagi-kesehatan-anda/.
Fatimah, Dewi, et al., Monosodium Glutamat (MSG), Fakultas Sains Dan
teknologi, Jurusan Kimia, (Malang: Universitas Islam Negeri Malang,
2007),
(Makalah
Online),
diakses
19
Desember
2014;
http://www.scribd.com/doc/26623327/Monosodium-GlutamatMsg#scribd.
Gontina, Willia, Hubungan Karakteristik Faktor Resiko Terhadap Angka
Kejadian Stroke Di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, skripsi sarjana
(Jakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas Pembangunan Nasional
Veteran, 2011).
Harsono, ed., Buku Ajar Neurologi Klinis. (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2005).
Heart And Stroke Foundation. 2010. A Perfect Storm Of Heart Disease Looming
On Our Horizon. 8 Desember 2011. www.heartandstroke.com.
Jusman, M & Firdaus Koto, Faktor Resiko Kejadian Stroke Di RSUD Undata
Palu Tahun 2011, Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako,
2011
(Jurnal
Elektronik),
diakses
13
Januari
2015;
http://untad.ac.id//jurnal/index/1817.
Khasanah, N., Waspadai Berbagai Penyakit Degeneratif Akibat Pola Makan
(Yogyakarta: Laksana, 2012).
Khellaf, Meheni, et al., AgePeriodCohort Analysis of Stroke Incidence in Dijon
From 1985 to 2005, American Stroke Association, 2010 (Jurnal
Elektronik),
diakses
23
februari
2015;
http://stroke.ahajournals.org/content/41/12/2762.full.pdf+html?
sid=ed8696c0-591c-4e16-9e01-bfe09256ca4b
Lumbantobing, S.M. 2004. Stroke: Bencana Peredaran Darah Di Otak. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI.
Lumongga,
Fitriani.
2007.
Atherosclerosis.
28
November
2011.
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2060/1/09E01458.pdf.
Mahar M. & Priguna S., Neurologi Klinik Dasar (Jakarta: Dian Rakyat, 1997).
Mailisafitri, 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kematian Pada
Pasien Stroke Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Stroke Bukittinggi
Tahun 2010. Skripsi : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
Maukar, Magreysti & Amatus Yudi Ismanto, Hubungan Pola Makan Dengan
Kejadian Stroke Non Hemoragik di Irna F Neurologi RSUP. Prof.
DR.R.D. Kandau Manado, Jurnal Keperawatan, 2014 (Jurnal Elektronik)
2014,
diakses
17
Januari2015;
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/5217/4731.
Mikail, Bramirus. 2011. 10 Persen Kasus Stroke Dipicu Stress Pekerjaan. 8
Januari
2012.
http://health.kompas.com/read/2011/12/28/15422346/10.Persen.Kasus.St
roke.Dipicu.Stres.Pekerjaan.
Muchtadi, D., Pencegahan Gizi Lebih dan Penyakit Kronis Melalui Perbaikan
Pola Konsumsi Pangan. (Bogor: Sagung Seto, 2001).
Nastiti, Dian., Gambaran Faktor Resiko Kejadian Stroke Pada Pasien Rawat
Inap Di rumah Sakit Krakatau Medika, skripsi sarjana (Jakarta:
Universitas Indonesia, 2012).
Notoatmodjo, Soekijo, Metodologi Penelitian Kesehatan. (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2010.
Ophine, Lely, Hubungan antara Obesitas dengan Stroke pada Pasien Rawat Inap
di Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK-USU/ RSUP H. Adam Malik Medan,
skripsi sarjana (Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,
2010),
diakses
24
Februari
2015;
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25721/7/Cover.pdf
Ovina, Yulia, et al., Hubungan Pola Makan, Olahraga, Dan Merokok Terhadap
Prevalensi Penyakit Stroke Non Hemoragik, The Jambi Medical Jurnal,
2013
(Jurnal
Elektronik),
diakses
31
Desember
2014;
http://onlinejournal.unja.ac.id/index.php/kedokteran/article/view/1249/85
1
Pearson, Thomas A. et al. 2004. Primer In Preventive Cardiology. Texas
:American Heart Association.
Puspitasari, Vania, Hubungan Antara Stroke Dengan Angka Kejadian Epilepsi Di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta, skripsi sarjana (Surakarta: Fakultas
Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, 2009).
Siregar, Fazidah Aguslina, Determinan kejadian stroke pada penderita rawat inap
RSUP Haji Adam Malik Medan, Jurnal Kesehatan Masyarakat, USU,
2010
(Jurnal
Elekronik),
diakses
20
Desember
2014;
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15316/1/ikm-jun2005%20%281%29.pdf 123
Slifiani, Pola Konsumsi Berdasarkan Kejadian Obesitas Pada Penduduk Usia
Dewasa (19-50 Tahun) Di Pulau Sulawesi Berdasarkan Data Riskesdas
2010, skripsi sarjana (Jakarta: Universitas Esa Unggul, 2012).
Soeharto, Iman. 2004. Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya Dengan
Lemak dan Kolesterol. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Sulastriyani. (2004). Gambaran Epidemiologi Penderita Stroke Di Ruang Rawat
Inap Neurologi IRNA B Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun
2003. Skripsi: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Tammase, Jumraini,
Februari
2015;
http://stroke.ahajournals.org/content/33/4/913.full.pdf+html 124
Yanis, Hardi. (2004). Pola Kadar Glukosa Darah Pada Stroke Akut.
Tesis:Program Pendidikan Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. 7
Desember 2014. http://eprints.undip.ac.id/12330/
Yuniadi Yoga, Intervensi Pada Stroke Non Hemoragik., Jurnal Kardiologi
Indonesia
(Jurnal
Elektronik),
diakses
31
Januari
2014;
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/karidn/article/view/276.
Frequencies
Statistics
Jenis_Stroke
N
Valid
Missing
Umur
Jenis_Kelamin
RPK
TD_Sistolik
68
68
68
68
68
Statistics
TD_Diastolik
N
Valid
Missing
Kadar_Gula
Kolesterol_total
Riwayat_Jantung
DM
68
68
68
68
68
Statistics
Status_Pernikah Keluaran_outcom Gejala_Serebelu
Pendidikan
N
Valid
Pekerjaaan
an
68
68
68
68
68
Missing
Statistics
Gangguan_Pengli
Disfagia
N
Valid
Missing
Disartria
hatan
Aphasia
Alexia
Agrapia
68
68
68
68
68
68
Statistics
Acalculia
N
Valid
Missing
Frequency Table
Riwayat_Merokok
TIA
Hasil_CT_Scan
68
68
68
68
Jenis_Stroke
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Iskemik
51
75,0
75,0
75,0
Hemoragik
17
25,0
25,0
100,0
Total
68
100,0
100,0
Umur
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
< 35 tahun
1,5
1,5
1,5
35-50 tahun
27
39,7
39,7
41,2
52-65 tahun
11
16,2
16,2
57,4
> 65 tahun
29
42,6
42,6
100,0
Total
68
100,0
100,0
Jenis_Kelamin
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
perempuan
30
44,1
44,1
44,1
laki-laki
38
55,9
55,9
100,0
Total
68
100,0
100,0
RPK
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
ada
36
52,9
52,9
52,9
tidak ada
32
47,1
47,1
100,0
Total
68
100,0
100,0
TD_Sistolik
Cumulative
Frequency
Valid
normal
Percent
Valid Percent
Percent
2,9
2,9
2,9
prehipertensi
11
16,2
16,2
19,1
HT grade I
11
16,2
16,2
35,3
HT grade II
44
64,7
64,7
100,0
Total
68
100,0
100,0
TD_Diastolik
Cumulative
Frequency
Valid
normal
Percent
Valid Percent
Percent
14
20,6
20,6
20,6
10,3
10,3
30,9
HT grade I
19
27,9
27,9
58,8
HT grade II
28
41,2
41,2
100,0
Total
68
100,0
100,0
prehipertensi
Kadar_Gula
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
4,4
4,4
4,4
100-199 mg/dl
36
52,9
52,9
57,4
200-299 mg/dl
21
30,9
30,9
88,2
11,8
11,8
100,0
68
100,0
100,0
Kolesterol_total
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
52
76,5
76,5
76,5
13,2
13,2
89,7
10,3
10,3
68
100,0
100,0
100,0
Riwayat_Jantung
Cumulative
Frequency
Valid
tidak ada
Percent
Valid Percent
Percent
63
92,6
92,6
92,6
ada
7,4
7,4
100,0
Total
68
100,0
100,0
DM
Cumulative
Frequency
Valid
tidak ada
Percent
Valid Percent
Percent
59
86,8
86,8
86,8
ada
13,2
13,2
100,0
Total
68
100,0
100,0
Pendidikan
Cumulative
Frequency
Valid
tidak sekolah
tidak tamat
tamat SD
tamat SMP
tamat tamat SMA
PT/Diploma
Total
Percent
Valid Percent
Percent
35
51,5
51,5
51,5
1,5
1,5
52,9
15
22,1
22,1
75,0
5,9
5,9
80,9
11
16,2
16,2
97,1
2,9
2,9
100,0
68
100,0
100,0
Pekerjaaan
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
bekerja
27
39,7
39,7
39,7
tidak bekerja
41
60,3
60,3
100,0
Total
68
100,0
100,0
Status_Pernikahan
Cumulative
Frequency
Valid
menikah
belum menikah
Percent
Valid Percent
Percent
64
94,1
94,1
94,1
1,5
1,5
95,6
bercerai hidup/meninggal
Total
4,4
4,4
68
100,0
100,0
Keluaran_outcome
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
sembuh
55
80,9
80,9
80,9
Meninggal
13
19,1
19,1
100,0
Total
68
100,0
100,0
Gejala_Serebelum
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak ada
42
61,8
61,8
61,8
ada
26
38,2
38,2
100,0
Total
68
100,0
100,0
Disfagia
Cumulative
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
100,0
Valid
tidak ada
40
58,8
58,8
58,8
ada
28
41,2
41,2
100,0
Total
68
100,0
100,0
Disartria
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak ada
30
44,1
44,1
44,1
ada
38
55,9
55,9
100,0
Total
68
100,0
100,0
Gangguan_Penglihatan
Cumulative
Frequency
Valid
tidak ada
Percent
Valid Percent
Percent
64
94,1
94,1
94,1
ada
5,9
5,9
100,0
Total
68
100,0
100,0
Aphasia
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak ada
29
42,6
42,6
42,6
ada
39
57,4
57,4
100,0
Total
68
100,0
100,0
Alexia
Cumulative
Frequency
Valid
tidak ada
Percent
Valid Percent
Percent
61
89,7
89,7
89,7
ada
10,3
10,3
100,0
Total
68
100,0
100,0
Agrapia
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak ada
45
66,2
66,2
66,2
ada
23
33,8
33,8
100,0
Total
68
100,0
100,0
Acalculia
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak ada
55
80,9
80,9
80,9
ada
13
19,1
19,1
100,0
Total
68
100,0
100,0
Riwayat_Merokok
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak ada
35
51,5
51,5
51,5
ada
33
48,5
48,5
100,0
Total
68
100,0
100,0
TIA
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak ada
56
82,4
82,4
82,4
ada
12
17,6
17,6
100,0
Total
68
100,0
100,0
Hasil_CT_LOkasi
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Frontalis
11,8
11,8
11,8
Parietalis
10
14,7
14,7
26,5
Temporalis
17
25,0
25,0
51,5
occipitalis
4,4
4,4
55,9
30
44,1
44,1
100,0
Total
68
100,0
100,0
Pie Chart
Descriptives
Descriptive Statistics
Lama_Prwatan
Minimum
Maximum
Sum
Mean
Std. Deviation
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
68
2,00
15,00
475,00
6,9853
3,00493
Valid N (listwise)
68
Descriptive Statistics
Skewness
Statistic
Lama_Prwatan
Valid N (listwise)
Kurtosis
Std. Error
,780
Statistic
,291
Std. Error
,032
,574