Anda di halaman 1dari 5

Hariman 1

Tania Hariman
Ibu Yuda
Bahasa Indonesia 9
7 Oktober 2015
Budaya Eropa Untuk Seorang Bumiputra
Karakter seseorang akan menjadi apa yang mendefinisikannya. Karakter seseorang
akan menentukan pola pikirnya bagaimana ia memandang dunia. Karakter sangat penting
dalam menentukan siapa seseorang itu sebenarnya. Tapi bagaimana karakter seseorang
terbentuk? Karakter seseorang terbentuk oleh banyak hal, dan salah satu hal ini adalah
pengaruh dari latar budaya. Seringkali, latar budaya seseorang akan menentukkan caranya ia
berbicara, bertindak, dan berpikir. Dan seringkali, latar budaya seseorang ternoda oleh sebuah
budaya asing. Ini pun akan mengubah caranya ia berbicara, bertindak, dan berpikir. Dalam
buku Salah Asuhan karya Abdoel Moeis, sebuah tokoh utama bernama Hanafi memiliki
karakter yang telah dipengaruhi berat dengan budaya Eropa. Hanafi adalah seseorang
Bumiputra dari Indonesia yang hidup pada waktu penjajajahan Belanda. Hanafi adalah salah
satu pribumi yang cukup beruntung telah terdaftar dalam sekolah Belanda, dimana ia merasa
seperti salah satu dari mereka. Perbedaaan tingkah laku dalam menjalankan kehidupan adalah
sesuatu hal yang akan dihadapi oleh Hanafi yang mendapatkan pendidikan dan pergaulan
dalam budaya Eropa. Pola pikir Hanafi dipengaruhi oleh pendidikan dan budaya barat yang
diagungkannya bahkan membuatnya memiliki perasaan malu menjadi seorang Bumiputra dan
kesombongan bangsa barat; ia akan pergi sejauh untuk mengubah gaya hidupnya. Untuk
mencapai mimpinya, Hanafi bersedia meninggalkan keluarga, bangsa dan budaya timur,
karena menganggap budaya bangsa barat lebih baik untuk dirinya.
Hanafi mengagungkan komunitas Eropa begitu sekalinya hingga ia mengembangkan
perasaan malu atas identitas budayanya. Pada waktu itu, Indonesia sedang dijajah oleh negara

Hariman 2
Belanda. Status sosial seorang Eropa lebih tinggi dibandingkan status sosial seorang pribumi.
Hanafi adalah salah satu murid pribumi yang terdaftar dalam sekolah Belanda. Pengaruh
budaya Eropa ini telah menodai latar budaya Hanafi. Ia kadang menanggap dirinya sama
dengan mereka. Karena kegemaran ini, Hanafi sangat membencikan kenyataanya bahwa ia
adalah seoang pribumi. Hanafi menyumpahi dirinya, karena ia dilahirkan sebagai
Bumiputra! (64). Rasa kebencian ini telah membentuk rasa malu tentang siapa ia
sebenarnya, tetapi rasa malu ini tidak hanya terhadap sendirinya. Hanafi telah menikah
dengan seorang gadis pribumi bernama Rapiah, tetapi cinta sejatinya adalah seorang gadis
Eropa bernama Corrie. Saat Hanafi bertemu dengan Corrie, ia tidak mau mengakui Rapiah
dan anaknya, Syafei sebagai keluarga sejatinya. Dengan pertolongan Chef di kantor BB,
seorang sahabat pula dari ayahku, sudahlah aku memasukkan surat buat minta disamakan
hakku dengan orang Eropa. Jadi jika Rapiah akan menjadi istriku juga, dan Syafei diakui
menjadi anakku, haruslah kami kawin kantor, di Burgerlijke Stand, (134). Hanafi
mengatakan Syafei itu diakui manjadi anaknya. Ia tidak melihat Rapiah and Syafei sebagai
keluarga sejatinya karena mereka adalah orang pribumi. Hanafi menanggap dirinya di atas
dari itu. Ia tidak hanya malu karena ia sendirinya seorang pribumi, tetapi ia memiliki rasa
malu terhadap keluarganya juga. Perasaan malu ini menjadi penentu caranya ia berbicara,
bertindak, dan berpikir.
Meskipun Hanafi memiliki perasaan malu, ia juga memiliki rasa kesombongan.
Kesombongan ini telah terbentuk saat Hanafi mulai merasa seperti ia berlayak disamakan
dengan orang Eropa. Kesombongan bangsa barat memang berada. Banyak orang
memperlakukan hak orang bangsa Eropa seperti itu hak yang sangat istimewa. Belanda
memang sedang menjajah Indonesia pada waktu itu, tapi memang benar-benar suatu
kehormatan untuk memiliki hak untuk menjadi begitu sombongnya? Banyak orang tidak
menerima orang yang memiliki kulit berwarna. Seorang bangsa Hindia, bangsawan tinggi...

Hariman 3
telah datang ke suatu restoran di Gambir, bersama beberapa orang kawannya bangsa Eropa,
yang sama-sama berpangkat tinggi dengan dia... Kawannya bangsa Eropa yang berpangkatpangkat besar sudah menyatakan siapa dan pangkat apa anak Hindia itu, tapi yang empunya
restoran mengangkat bidang bahunya, kaku berkata bahwa direksi restoran itu sudah
mengatkan peraturan, melarang orang Bumiputra masuk restoran itu, (24). Hanafi begitu
penuh dengan dirinya sehingga ia mempunyai pemikiran bahwa orang-orang yang tidak bisa
berbahasa Belanda tidak layak waktunya. Yang sangat menyedihkan hati ibunya ialah karena
bagi Hanafi segala orang yang tidak pandai bahasa Belanda, tidaklah masuk bilangan. Segala
hal-ikhwal yang berhubungan dengan orang Melayu, dicatat dan dicemoohkannya... Tidak
heran, kalau ia hidup tersisih benar dari pergaulan orang Melayu... (29). Ia juga menilai
tradisi perkawinan Minangkabau sebagai tradisi perkawinan yang tidak benar. Aku hendak
kawin dengan liefde saja, karena hanya liefde yang boleh menyempurnakan percampuran
suami-istri. Perkawinan yang tidak berlaku karena liefde kata orang Belanda ialah
gewentenloos, dan amat berbantahan dengan prinsi orang terpelajar, (36). Kesombongan ini
menjadi penentu caranya ia berbicara, bertindak, dan berpikir.
Rasa malu dan sombong Hanafi juga telah membuatnya menjalankan kehidupan yang
berbeda. Karena kegemaran budaya Eropanya, ia membuat banyak penyesuaian dengan gaya
hidupnya untuk lebih serupa dengan gaya hidup seorang Eropa. Pakaiannya cara Belanda,
pergaulannya dengan orang Belada saja. Jika ia berbahasa Melayu, meskipun dengan ibunya
sendiri, maka dipergunakan bahasa Riau, dan pada orang yang di bawahnya ia berbahasa cara
orang Betawi. Begitu pun juga sebagai dipatah-patahkannya lidahnya dalam berbahasa
sendiri, (29). Hanafi telah membuat sangat banyak perubahan dalam gaya hidupnya agar
dapat disamakan dengan gaya hidup seorang Eropa, sehingga ia merubah namanya sendiri.
Dengan besluit Pemerintah telah diaku sama hak Hanafi, Commies pada Department B.B.
dengan hak bangsa Eropa, dengan memakai nama turnan Han, dan diizinkan ia buat

Hariman 4
seterusnya memakai nama Christiaan Han, (168). Kegemaran Hanafi terhadap budaya
Belanda telah menjadi penentu dalam bagaimana ia manjalankan kehidupannya.
Pola pikir Hanafi dipengaruhi oleh pendidikan dan budaya barat yang diagungkannya
bahkan membuatnya memiliki perasaan malu menjadi seorang Bumiputra dan kesombongan
bangsa barat; ia akan pergi sejauh untuk mengubah gaya hidupnya. Latar budaya
Minangkabau Hanafi telah ternoda oleh latar budaya Eropa. Karena kegemarannya terhadap
budaya Eropa tersebut, karakter ia telah terubah. Pola pikirnya jadi ditentukkan dengan
kemauannya untuk disamakan dengan orang Eropa. Kemaunnya telah menjadi karakternya
dan menjadi penentu caranya ia berbicara, bertindak, dan berpikir dalam keputusan sehariharinya. Karakter Hanafi akan menentukkan pola pikirnya sesuai pembentukkannya, yang
dipengaruhi budaya Eropa.

Hariman 5
Referensi
Moeis, Abdoel. Salah Asuhan. Jakarta: PT Balai Pustaka. 2010.

Anda mungkin juga menyukai