Referat Imunisasi Renny
Referat Imunisasi Renny
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif,
sedangkan istilah vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian vaksin ( antigen )
yang dapat merangsang pembentukan imunitas ( antibodi ) dari sistem imun di
dalam tubuh.1
Tujuan imunisasi adalah melindungi seseorang atau sekelompok
masyarakat terhadap penyakit tertentu, bahkan menghilangkan penyakit tertentu di
dunia, seperti imunisasi cacar. Jika seseorang terlindungi dari suatu penyakit,
kemungkinan terkena penyakit tersebut akan berkurang, sehingga pada akhirnya
tercapailah tujuan akhir imunisasi, yaitu pemberantasan penyakit di dunia. Agar
terlindungi dari penyakit tersebut, seseorang harus mempunyai kekebalan tubuh
dengan cara membentuk zat anti penyakit (antibodi) dengan kadar tertentu yang
disebut kadar protektif (kadar zat anti penyakit yang dapat melindungi).2
Untuk mencapai kadar perlindungan tersebut, imunisasi harus diberikan
sesuai jadwal yang telah ditentukan. Jadwal imunisasi terbagi atas jadwal
imunisasi dasar dan jadwal imunisasi ulangan. Ada yang cukup satu kali
imunisasi, ada yang memerlukan beberapa kali imunisasi dan bahkan pada umur
tertentu diperlukan ulangan imunisasi. Jadwal imunisasi tersebut dibuat
berdasarkan rekomendasi WHO dan organisasi profesi yang berkecimpung dalam
imunisasi setelah melalui uji klinis. Oleh karena itu, jika ada imunisasi yang
belum diberikan sesuai jadwal yang seharusnya, atau imunisasi tertunda,
imunisasi harus secepatnya diberikan atau dikejar.2
Masalah yang paling umum dijumpai dalam praktek sehari-hari adalah
imunisasi yang tidak sesuai dengan jadwal, terlambat, tidak lengkap atau belum
imunisasi. Pemberian imunisasi yang tidak sesuai jadwal atau belum lengkap
tersebut bukan merupakan hambatan untuk melanjutkan imunisasi. Imunisasi
yang telah diberikan sudah menghasilkan respon imunologis walaupun masih di
bawah ambang kadar proteksi atau belum mencapai perlindungan untuk kurun
waktu yang panjang (life long immunity)sehingga dokter tetap perlu melanjutkan
KEBERHASILAN IMUNISASI
Tergantung dari beberapa faktor, yaitu status imun pejamu, faktor genetik
pejamu, serta kualitas dan kuantitas vaksin.1
Status imun pejamu
Terjadinya antibodi spesifik pada pejamu terhadap vaksin yang diberikan
akan mempengaruhi keberhasilan vaksinasi. Misalnya pada bayi yang semasa
fetus mendapat antibodi maternal spesifik terhadap virus campsk, bila vaksinasi
campak diberikan pada saat kadar antibodi spesifik campak masih tinggi akan
membeikan hasil yang kurang memuaskan. Demikian pula air susu ibu (ASI) yang
mengandung IgA sekretori (sIgA) terhadap virus polio dapat mempengaruhi
keberhasilan vaksinasi polio yang diberikan secara oral. Namun pada umumnya
kadar sIgA terhadap virus polio pada ASI sudah rendah pada waktu bayi berumur
beberapa bulan. Pada penelitian di Sub Bagian Alergi-Imunologi, Bagian IKA
FKUI/RSCM, Jakarta ternyata sIgA polio sudah tidak ditemukan lagi pada ASI
setelah bayi berumur 5 bulan. Kadar sIgA tinggi terdapat pada kolostrum. Karena
itu bila vaksinasi polio diberikan pada masa pemberian kolostrum ( kurang atau
sama dengan 3 hari setelah bayi lahir ), hendaknya ASI ( kolostrum ) jangan
diberikan dahulu 2 jam sebelum dan sesudah vaksinasi.
Keberhasilan vaksinasi memerlukan maturitas imunologik. Pada bayi
neonatus fungsi makrofag masih kurang. Pembentukan antibodi spesifik terhadap
antigen tertentu masih kurang. Jadi dengan sendirinya, vaksinasi pada neonatus
akan memberikan hasil yang kurang dibandingkan pada anak. Maka, apabila
imunisasi diberikan sebelum bayi berumur 2 bulan, jangan lupa memberikan
imunisasi ulangan.
Dosis vaksin terlalu tinggi atau terlalu rendah juga mempengaruhi respons
imun yang terjadi. Dosis terlalu tinggi akan menghambat respons imun
yang diharapkan. Sedang dosis terlalu rendah tidak merangsang sel-sel
imunokompeten.Dosis yang tepat dapat diketahui dari hasil uji klinis,
karena itu dosis vaksin harus sesuai dengan dosis yang direkomendasikan.
Jenis Vaksin, vaksin hidup akan menimbulkan respons imun lebih baik
dibanding vaksin mati atau yang diinaktivasi ( killed atau inactivated )
atau bagian ( komponen ) dari mikroorganisme. Vaksin hidup diperoleh
dengan cara atenuasi. Tujuan atenuasi adalah untuk menghasilkan
organisme yang hanya dapat menimbulkan penyakit yang sangat ringan.
Atenuasi
diperoleh
dengan
memodifikasi
kondisi
tempat
tubuh
PERSYARATAN VAKSIN2
1.
Mengaktivasi
APC
untuk
mempresentasikan
antigen
dan
memproduksi interleukin.
2.
3.
4.
Vaksin yang dapat memenuhi ke empat persyaratan tersebut adalah vaksin virus
hidup.
JENIS VAKSIN2
Pada dasarnya, vaksin dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
o Apapun yang merusak organisme hidup dalam botol ( misalnya panas atau
cahaya ) atau pengaruh luar terhadap replikasi organisme dalam tubuh
( antibodi yang beredar ) dapat menyebabkan vaksin tersebut tidak efektif.
o Respons imun terhadap vaksin hidup attenuated pada umumnya sama
dengan yang diakibatkan oleh infeksi alamiah. Respons imun tidak
membedakan antara suatu infeksi dengan virus vaksin yang dilemahkan
dan infeksi dengan virus liar.
o Vaksin virus hidup attenuated secara teoritis dapat berubah menjadi bentuk
patogenik seperti semula. Hal ini hanya terjadi pada vaksin polio hidup.
o Antibodi dari sumber apapun ( misalnya transplasental, transfusi ) dapat
mempengaruhi perkembangan vaksin mikroorganisme dan menyebabkan
tidak adanya respons ( non response ). Vaksin campak merupakan
mikroorganisme yang paling sensitif terhadap antibodi yang beredar dalam
tubuh. Virus vaksin polio dan rotavirus paling sedikit terkena pengaruh.
o Vaksin hidup attenuated bersifat labil dan dapat mengalami kerusakan bila
kena panas dan sinar, maka harus dilakukan pengelolaan dan penyimpanan
dengan baik dan hati-hati.
Vaksin hidup attenuated yang tersedia
Vaksin Inactivated
o Vaksin inactivated dihasilkan dengan cara mambiakkan bakteri atau virus
dalam media pembiakan ( persemaian ), kemudian dibuat tidak aktif
dengan penambahan bahan kimia ( biasanya formalin ).
o Vaksin inactivated tidak hidup dan tidak dapat tumbuh, maka seluruh dosis
antigen dimasukkan dalam suntikan. Vaksin ini tidak menyebabkan
penyakit ( walaupun pada orang dengan defisiensi imun ) dan tidak dapat
mengalami mutasi menjadi bentuk patogenik. Antigen inactivated tidak
Polisakarida
murni,
contoh
pneumokokus,
meningokokus,
dan
Gabungan
polisakarida
haemophillus
influenzae
tipe
dan
pneumokokus ).
Gambar 11
Manusia dapat terhindar atau sembuh dari serangan penyakit infeksi karena telah
dilengkapi dengan 2 sistem kekebalan tubuh, yaitu :1
1. Kekebalan tidak spesifik (Non Spesific Resistance)
Disebut sebagai sistem imun non spesifik karena sistem kekebalan tubuh kita
tidak ditujukan terhadap mikroorganisme atau zat asing tertentu. Contoh
bentuk kekebalan non-spesifik :
-
Pertahanan fisis dan mekanis, misalnya silia atau bulu getar hidung yang
berfungsi untuk menyaring kotoran yang akan masuk ke saluran nafas
bagian bawah.
Pertahanan biokimiawi - air susu ibu yang mengandung laktoferin berperan sebagai antibakteri
Interferon - pada saat tubuh kemasukan virus, maka sel darah putih akan
memproduksi interferon untuk melawan virus tersebut.
Apabila mikroorganisme masuk ke tubuh, maka sistem kekebalan nonspesifik yang diperankan oleh pertahanan selular (monosit dan makrofag)
akan menangkap, mencerna, dan membunuh mikroorganisme tersebut.
Sistem kekebalan spesifik dimainkan oleh dua komponen utama, yaitu sel T
dan sel B. Sistem kekebalan spesifik tidak mengenali seluruh struktur utuh
mikroorganisme, melainkan sebagai prrotein saja yang akan merangsang
sistem kekebalan. Bagian dari struktur protein mikroorganisme yang dapat
merangsang sistem kekebalan spesifik ini disebut antigen. Adanya antigen
akan merangsang diaktifkannya sel T atau sistem kekebalan selular.
Selanjutnya sel T ini akan memacu sel B atau sel humoral untuk mengubah
bentuk dan fungsi menjadi sel plasma yang selanjutnya akan memproduksi
antibodi. Kelebihan dari sistem kekebalan spesifik adalah dilengkapi dengan
sel memori. Semakin sering tubuh kita kontak dengan antigen dari luar, maka
semakin tinggi pula peningkatan kadar antibodi tubuh karena sel-sel memori
telah mengenali antigen tersebut.
Yang membangkitkan sistem kekebalan spesifik kita adalah antigen yang
merupakan bagian dari mikroorganisme (virus atau bakteri). Antigen ini
selanjutnya akan ditanggapi oleh sistem kekebalan tubuh dengan memproduksi
antibodi. Berdasarkan cara memperoleh kekebalan, maka kekebalan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :1
1. Kekebalan pasif
Kekebalan yang diperoleh dari luar, yang berarti bahwa tubuh mendapat
bantuan dari luar antibodi yang sudah jadi. Sifat kekebalan pasif tidak
berlangsung lama, umumnya tidak kurang dari 6 bulan. Misalnya bayi yang
secara alami telah memiliki kekebalan pasif dari ibunya.
2. Kekebalan aktif
Yang umum disebut imunisasi diperoleh melalui pemberian vaksinasi dan
berlangsung bertahun tahun, karena tubuh memiliki sel memori terhadap
antigen tertentu.
Dalam rangka memacu sistem kekebalan spesifik tubuh, maka vaksin dapat
dibuat dari2 :
Live attenuated (vaksin hidup yang dilemahkan)
Inactivated (bakteri, virus atau komponennya dibuat tidak aktif)
Vaksin rekombinan
Virus like particle vaccine.
10
11
untuk mencegah kanker leher rahim. Atigen diperoleh melalui protein virus
HPV yang diolah sedimikian rupa sehingga menghasilkan struktur mirip
dengan seluruh struktur HPV (atau dikenal sebagai pseudo particles of HPV
tipe 16).
PEMBERIAN IMUNISASI
Tata cara pemberian imunisasi
Sebelum melakukan vaksinasi, dianjurkan mengikuti tata cara sebagai
berikut :
Memberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi dan risiko apabila
tidak divaksinasi.
Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila
terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapkan.
Baca dengan teliti informasi tentang produk ( vaksin ) yang akan diberikan
dan jangan lupa mendapat persetujuan orang tua. Melakukan tanya jawab
dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum melakukan imunisasi.
Tinjau kembali apakah ada kontraindikasi terhadap vaksin yang diberikan.
Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan.
Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan
dengan baik.
Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan.
Periksa tanggal kadarluwarsa dan catat hal-hal istimewa, misalnya adanya
perubahan warna yang menunjukkan adanya kerusakan.
Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan
pula vaksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal ( catch up
vaccination ) bila diperlukan.
Berikan vaksin dengan teknik yang benar. Lihat uraian mengenai
pemilihan jarum suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan, dan
posisi bayi/anak penerima vaksin.
Setelah pemberian vaksin, kerjakan hal-hal sebagai berikut :
12
Penyimpanan
Aturan umum untuk sebagian besar vaksin, Bahwa vaksin harus
didinginkan pada temperatur 2-8C dan tidak membeku. Sejumlah vaksin ( DPT,
Hib, hepatitis B, dan hepatitis A ) menjadi tidak aktif bila beku.2
Arah Sudut Jarum pada Suntikan Intramuskular
Jarum suntik harus disuntikan dengan sudut 450-600 ke dalam otot vastus
lateralis atau otot deltoid. Untuk suntikan otot vastus lateralis, jarum diarahkan ke
arah lutut sedangkan untuk suntikan pada deltoid jarum diarahkan ke pundak.
Kerusakan saraf dan pembuluh vaskular dapat terjadi apabila suntikan diarahkan
pada sudut 900. 2
Tempat Suntikan yang Dianjurkan
Paha anterolateral adalah bagian tubuh yang dianjurkan untuk vaksinasi
pada bayi dan anak umur di bawah 12 bulan. . Vaksin harus disuntikkan ke dalam
batas antara sepertiga otot bagian tengah yang merupakan bagian yang paling
tebal dan padat. Regio deltoid adalah alternatif untuk vaksinasi pada anak yang
lebih besar ( mereka yang telah dapat berjalan ) dan orang dewasa.2
Alasan memilih otot vastus lateralis pada bayi dan anak umur dibawah 12
bulan adalah :
Menghindari risiko kerusakan saraf iskiadika pada suntikan daerah gluteal.
Daerah deltoid pada bayi dianggap tidak cukup tebal untuk menyerap
suntikan secara adekuat.
13
Gambar 2. Lokasi Penyuntikan intramuscular Pada Bayi (a) dan Anak Besar (b)
14
Umur
Tempat
Bayi (lahir s/d12 Paha
bulan)
anterolateral
1-3 tahun
paha
anterolateral/
Lateral
lengan atas
Anak > 3 tahun
Lateral
lengan atas
Ukuran jarum
Jarum 5/8-3/4
Spuit no 23-25
Jarum 5/8-3/4
Spuit no 23-25
Insersi jarum
Arah jarum 45o
Terhadap kulit
Cubit tebal untuk
suntikan subkutan
Jarum 5/8-3/4
Spuit no 23-25
Aspirasi
spuit
sebelum disuntikan
Untuk
suntikan
multipel diberikan
pada ekstremitas
berbeda
Ukuran jarum
Jarum 7/8-1
Spuit n0 22-25
Insersi jarum
1. Pakai jarum yang
cukup panjang untuk
mencpai otot
Jarum
5/8-1
(5/8 untuk
suntikan
di
deltoid umur 12-
2. Suntik dengan
arah jarum 80-90o.
lakukan
dengan
cepat
15
sampai
masa
otot
deltoid
cukup
besar
(pada umumnya
umur 3 tahun
Otot deltoid, di
bawah akromion
15 bulan
Spuit no 22-25
Jarum 1-1
Spuit no 22-25
1. Tekan
kulit
sekitar tepat suntikan
dengan ibu jari dan
telunjuk saat jarum
ditusukan
2. Aspirasi
spuit
sblm
vaksin
disuntikan,
untuk
meyakinkan
tidak
masuk ke dalam
vena.Apabilaterdapat
darah, buang dang
ulangi dengan suntik
yang baru.
3. Untuk suntikan
multipel diberikan
pada
bagian
sekstremitas berbeda
atau
pengantar
bayi/anak
dianjurkan
mengingat
dan
memberitahukan secara lisan atau melalui dafatr isian tentang hal-hal yang
berkaitan dengan indikasi kontra atau risiko kejadian ikutan pasca imunisasi
tersebut di bawah ini :
Pada bulan lalu mendapat imunisasi yang berisi vaksin virus hidup
( vaksin campak, poliomielitis, rubela ).
teknik
pemberian
vaksinasi,
maka
reaksi
KIPI
dapat
diminimalisasi. Meskipun risikonya sangat kecil, reaksi KIPI berat dapat saja
terjadi. Oleh karena itu, petugas imunisasi atau dokter mempunyai kewajiban
untuk menjelaskan kemungkinan reaksi KIPI apa saja yang dapat terjadi. Dan bagi
orang yang hendak menerima vaksinasi mempunyai hak untuk bertanya dan
mengetahui apa saja reaksi KIPI yang dapat terjadi.
Secara khusus KIPI dapat didefinisikan sebagai kejadian medik yang
berhubungan dengan imunisasi, baik oleh karena efek vaksin maupun efek
samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek farmakologis, kesalahan program,
reaksi suntikan, atau penyebab lain yang tidak dapat ditentukan. Secara umum,
17
Pada bayi baru lahir hingga berusia 1 tahun, imunisasi dasar wajib
dipenuhi untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit yang berbahaya pada
awal masa anak. Saat anak berusia 1-4 tahun, imunisasi ulangan bertujuan untuk
memperpanjang masa kekebalan imunisasi dasar tersebut. Masa ini juga berfungsi
untuk melengkapu imunisasi yang belum lengkap (catch up immunization).
Imunisasi diulang pada usia sekolah (5-12 tahun) dan usia remaja 13-18 tahun
sambil melengkapi imunisasi. 3
Tabel 3 Jenis Vaksin Sesuai Kelompok Umur
Kelompok Umur
Lahir 1 tahun
1 4 tahun
5 12 tahun
12 18 tahun
Lansia
Jenis Imunisasi
BCG, polio, hepatitis B, DPT,
campak, HiB, pneumokokus,
rotavirus
DPT, polio, MMR, tifoid, hepatitis
A, varisela, influenza, HiB,
pneumokokus
DPT, polio, campak, MMR, tifoid,
Hepatitis A, varisela, influenza,
pneumokokus
TT, hepatitis B, (MM)R, tifoid,
hepatitis A, varisela, influenza,
pneumokokus, HPV
Influenza, pneumokokus
19
20
Lf (k. 30 IU)
Lf 60 IU)
B. pertussis inaktif
12
OU (k 4 IU)
HBsAg
10
mcg
Konjugat Hib
10
mcg
Zat tambahan
sebagai aluminium fosfat
0,33 mg
Thimerosal
0,025 mg
Indikasi
Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap difteri, tetanus, pertusis
(batuk rejan), hepatitis B, dan infeksi Haemophilus influenzae tipe b secara
simultan.
Cara kerja obat
Merangsang tubuh membentuk antibodi terhadap difter-i, tetanus, pertusis,
hepatitis B, dan Haemophilus influenza tipe b.
Cara pemberian
20
21
2.
KEMASAN
Vaksinasi Tuberkulosis1,3,4
Adalah vaksin hidup yang dibuat dari Mycobacterium bovis dibiak
berulang selama 1-3 tahun sehingga di dapat basil yang tidak virulen tetapi
masih mempunyai imunogenitas.Vaksin BCG merupakan vaksin hidup yang
memberi perlindungan terhadap penyakit TB. Vaksin TB tidak mencegah
infeksi TB, tetapi mencegah infeksi TB berat (meningitis TB dan TB milier).
Vaksin BCG membutuhkan waktu 6-12 minggu untuk menghasilkan efek
(perlindungan) kekebalannya. Vaksinasi BCG memberikan proteksi yang
23
Natrium klorida
0,9 %
Indikasi
Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap penyakit tuberkulosa.
Cara kerja obat
24
Untuk proteksi maksimum vaksin BCG diberikan rutin kepada semua bayi
segera setelah lahir. Tidak ada bukti perihal manfaat vaksinasi BCG yang
diulang. Vaksin ini dapat diberikan bersama vaksin DTP, Campak, Polio (OPV
& IPV), Hepatitis B, Haemophilus influenzae tipe b, yellow fever, pada lokasi
penyuntikan yang berbeda, dan suplemen vitamin A.
Efek samping
Reaksi lokal yang timbul setelah imunisasi BCG adalah wajar. Suatu
pembengkakan kecil, merah, lembut biasanya timbul pada daerah bekas
suntikan, yang kemudian berubah menjadi vesikel kecil, dan kemudian menjadi
sebuah ulkus dalam waktu 2 4 minggu. Reaksi ini biasanya hilang dalam 2
5 bulan, dan umumnya pada anak-anak akan meninggalkan bekas berupa
jaringan parut dengan diameter 2 10 mm.
Jarang sekali nodus dan ulkus tetap bertahan. Kadang-kadang pembesaran
kelenjar getah bening pada daerah ketiak dapat timbul 2 4 bulan setelah
imunisasi. Sangat jarang sekali pembesaran kelenjar getah bening tersebut
menjadi supuratif. Suntikan yang kurang hati-hati dapat menimbulkan abses
dan jaringan parut.
Kontraindikasi
Interaksi obat
Tidak ada interaksi obat.
Penyimpanan
3.
Vaksin BCG beku kering harus disimpan pada suhu antara +2C s/d
+8C. Vaksin dan pelarut harus ditransportasikan bersamaan. Pelarut tidak
boleh dibekukan, tetapi disimpan pada suhu kamar. Vaksin harus dilindungi
dari cahaya.
Masa daluarsa 1 tahun.
Vaksin BCG yang sudah dilarutkan, sebaiknya digunakan segera,
paling lambat 3 jam setelah dilarutkan, apabila masih bersisa maka harus
dimusnahkan.
Vaksinasi Hepatitis B1,3
Imunisasi hepatitis B idealnya diberikan sedini mungkin (<12 jam) setelah
lahir, lalu dianjurkan pada jarak 4 minggu dari imunisasi pertama. Jarak
imunisasi ke-3 dengan ke-2 minimal 2 bulan dan terbaik setelah 5 bulan.
Apabila anak belum pernah mendapat imunisasi hepatitis B pada masa bayi, ia
bisa mendapat serial imunisasi kapan saja saat berkunjung. Hal ini dapat
dilakukan tanpa harus memeriksa kadar anti hepatitis B.
Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah meperoleh
imunisasi hepatitis B, maka secepatnya diberikan.
Untuk ibu dengan HbsAg positif, selain vaksin hepatitis B diberikan juga
hepatitis B immunoglobulin (HBIg) 0,5 ml disisi tubuh yang berbeda dalam 12
jam setelah lahir. Sebab, Hepatitis B imunoglobulin (HBIg) dalam waktu
singkat segera memberikan proteksi meskipun hanya jangka pendek (3-6
bulan).
Deskripsi
Vaksin Hepatitis B rekombinan mengandung antigen virus Hepatitis B,
HBsAg, yang tidak menginfeksi yang dihasilkan dari biakan sel ragi dengan
teknologi rekayasa DNA. Vaksin Hepatitis B rekombinan berbentuk suspensi
steril berwarna keputihan dalam prefill injection device, yang dikemas dalam
aluminum foil pouch, and vial.
Komposisi
26
Indikasi
Vaksin Hepatitis B rekombinan diindikasi- kan untuk imunisasi aktif
pada semua usia, untuk mencegah infeksi yang disebabkan oleh virus
Hepatitis B, tetapi tidak dapat mencegah infeksi yang disebabkan oleh
virus Hepatitis A, Hepatitis C atau virus lain yang dapat menginfeksi hati.
Vaksinasi direkomendasikan pada orang yang beresiko tinggi terkena infeksi
virus Hepatitis B di- antaranya :
Petugas
kesehatan
Ahli bedah mulut, dokter gigi, dokter ahli bedah, perawat gigi, ahli
kebersihan gigi, petugas paramedis yang kontak dengan pasien, staf unit
hemodialisis, hematologi dan onkologi, petugas laboratorium yang menangani
darah dan sampel klinis lain, petugas pemakaman dan kamar mayat, petugas bank darah dan fraksinasi plasma, ahli siropodis, petugas kebersihan
yang menangani pembuangan, petu- gas keadaan darurat dan pertolongan
pertama, petugas ambulan.
Pasien
Pasien yang sering menerima transfusi darah seperti pada unit hemodialisis
dan onkologi, penderita talasemia, sickle cell anemia, sirosis dan hemofilia.
Petugas
Lembaga
Orang yang sering kontak dekat dengan kelompok beresiko tinggi: narapidana dan petugas penjara, petugas di lembaga untuk penderita gangguan
mental
Efek samping
28
Vaksinasi ulangan
sistem kekebalan.
diperlukan
Interaksi obat
Tidak ada interaksi obat
Penyimpanan
4.
sebelum menikah dan 1 kali pada ibu hamil, yang bertujuan untuk mencegah
tetanus neonatorum (tetanus pada bayi baru lahir).
Apabila imunisasi DPT terlambat diberikan, berapa
pun interval
30
yang
berlebihan,
Kontraindikasi
31
Penyimpanan
5.
32
Indikasi
Vaksin digunakan untuk pencegahan terha- dap Poliomyelitis.
Cara kerja obat
Merangsang tubuh membentuk antibodi terhadap Poliomyelitis.
Posologi
Apabila sedang mengalami diare, dosis OPV yang diberikan tidak akan
dihitung sebagai bagian dari jadwal imunisasi, dan harus diulang setelah
sembuh.
Penderita leukemia dan disgamma- globulinemia.
33
Potensi vaksin akan terjaga sampai dengan waktu daluarsa yang terda- pat
pada vial jika disimpan pada suhu tidak lebih dari -20C. Dan hanya dapat
disimpan selama 6 bulan pada suhu antara +2C dan +8C.
Masa kadaluarsa 2 tahun.
Penggunaan vaksin dalam vial dosis ganda yang sudah dibuka
Vaksin OPV dalam kemasan vial dosis ganda yang telah diambil satu dosis atau
lebih untuk imunisasi dapat disimpan dan dapat digunakan untuk sesi imunisasi
beri- kutnya sampai dengan 4 minggu, jika semua kondisi yang dipersyaratkan
dipenuhi.
6.
Imunisasi Campak1,3,4
Imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan dan dosis ulangan (second
opportunity pada crash program campak) pada usia 6-59 bulan serta saat SD
kelas 1-6. Terkadang, terdapat program PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
campak yang bertujuan sebagai penguatan (strengthening). Program ini
bertujuan untuk mencakup sekitar 5 persen individu yang diperkirakan tidak
memberikan respon imunitas yang baik saat diimunisasi dahulu. Bagi anak
yang terlambat/belum mendapat imunisasi campak: bila saat itu anak berusia
9-12 bulan, berikan kapan pun saat bertemu. Bila anak berusia >1 tahun,
berikan MMR.
Deskripsi
Vaksin campak adalah vaksin virus hidup yang dilemahkan, merupakan
vaksin beku kering berwarna kekuningan pada vial gelas, yang harus dilarutkan
hanya dengan pelarut vaksin campak kering produksi PT Bio Farma yang telah
disediakan secara terpisah. Vaksin campak ini berupa serbuk injeksi.
Komposisi
Tiap dosis (0,5 mL) vaksin yang sudah dilarutkan mengandung:
Zat aktif:
Virus Campak strain CAM 70 tidak kurang dari 1.000 CCID50*
* CCID50 = Cell Culture Infective Dose 50
34
Zat tambahan:
Kanamisin sulfat tidak lebih dari 100 mcg
Eritromisin tidak lebih dari 30 mcg
Pelarut mengandung :
Air untuk injeksi
Indikasi
Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap penyakit campak.
Cara kerja obat
Merangsang tubuh membentuk antibodi untuk memberi perlindungan
terhadap infeksi penyakit campak.
Posologi
Vaksin dilarutkan dengan pelarut vak- sin campak kering produksi PT Bio
Farma sebanyak 5 mL pada setiap vial
10 dosis dan 10 mL pada setiap vial 20 dosis.
Imunisasi campak terdiri dari satu dosis tunggal 0,5 mL disuntikan secara
subkutan pada lengan bagian atas setelah dilarutkan dengan pelarutnya,
diberikan pada anak umur 9 bulan.
35
Bila anak telah diberikan imunoglobu- lin atau transfusi darah maka
imunisasi harus ditangguhkan paling sedikit 3 bulan.
Vaksin campak beku kering disimpan pada suhu antara +2C s/d +8C.
Vial vaksin dan pelarut harus dikirim bersamaan, tetapi pelarut tidak boleh
dibekukan dan disimpan pada suhu kamar.
7.
36
9.
dalam
jangka
pendek.
Sedangkan
PCV7
adalah
vaksin
kurang dari 48 jam. Reaksi lain berupa demam, gelisah, pusing, nafsu makan
menurun, mialgia (pada anak <1%). Demam ringan sering timbul. Reaksi
ikutan pasca imunisasi ini biasanya terjadi setelah pemberian dosis kedua,
namun berlangsung tidak lama dan menghilang dalam 3 hari.
Ada beberapa kondisi dimana imunisasi pneumokokus ini tak dapat
diberikan, yaitu:
Kontraindikasi absolut: bila timbul anafilaksis setelah pemberian vaksin.
Kontraindikasi relatif:
-
10.
Vaksinasi Influenza1,3
Virus influenza mengandung virus yang tidak aktif (inactivated influenza
virus). Terdapat 2 macam vaksin, yaitu whole virus dan split-virus vaccine.
Dosis bagi anak berumur < 3 tahun adalah 0,25 ml dan dosis bagi anak
berumur > 3 tahun adalah 0,5 ml disuntikan di otot paha. Bila anak telah
berusia > 9 tahun, vaksin cukup diberikan satu dosis dan diulang setiap tahun.
KIPI dari penyuntikan vaksin yang mungkin terjadi adalah bengkak,
nyeri, kemerahan pada tempat suntikan, demam, dan pegal. Gejala-gejala
tersebut dapat terjadi setelah penyuntikan dan bertahan 1-2 hari.
39
atau sedang terapi steroid) dan riwayat anafilaksis, tidak boleh kepada
orang yang alergi gelatin.
KIPI yang ditimbulkan oleh vaksin ini cukup ringan, yaitu muntah,
diare, demam, dan sakit kepala. Dengan efektivitas vaksin yang lebih
tinggi dan disertai efek samping yang lebih rendah daripada jenis vaksin
tifoid lainnya, maka
40
Usia
Dosis
Volume (ml)
Jadwal
(bulan ke-)
Havrix
(Glaxo 2 - 18 th
720
ELISA 0,5
Dua dosis : 0
SmithKline)
units
dan 6-12
> 18 th
ELISA units
1
Dua dosis : 0
dan 6-12
Vaqta (Merck)
2 - 18 th
25 U
0,5
Dua dosis : 0
dan 6-18
> 18 th
50 U
1
Dua dosis : 0
dan 6-12
Twinrix
> 17 tahun
720
ELISA 1
Tiga dosis :
(GlaxoSmithKline)
units
0, 1, dan 6
Tabel 6. Vaksinasi Hepatitis A dan Pemberian Imunoglobulin (Craig &
William S 2004)
KIPI
Umumnya aman dan KIPI yang sering ditemukan adalah reaksi lokal
tetapi umumnya ringan, kadang-kadang juga ada sedikit demam. Efek samping
akibat pemberian vaksinasi terbanyak 10 %-15% berupa nyeri dan bengkak di
tempat injeksi. Vaksin tidak boleh diberikan pada individu yang mengalami efek
samping
berat
sesudah
pemberian
dosis
pertama.
(ACIP)
dan
America
Academy
of
Pediatrics
(AAP)
41
dievakuasi. Disimpan dalam suhu 2-8oC. Suntikan pertama diberikan saat usia
12-15 bulan dan suntikan kedua pada usia 4-6 tahun sebanyak 0,5 ml secara
subkutan.11
KIPI
Jarang terjadi, tetapi bila terjadi reaksi yang muncul bersifat lokal (1%)
yaitu bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan yang terjadi beberapa jam
sesudah suntikan. Kadang-kadang didapatkan demam (1%) dan timbul bercak
kemerahan dan lenting ringan.
Kontra indikasi
Vaksin varisela tidak dapat diberikan pada keadaan demam tinggi,
gangguan kekebalan karena pengobatan penyakit keganasan atai sesudah
diradioterapi, pasien yang mendapat pengobatan kortikosteroid tinggi dan
alergi neomisin.
14.
Vaksinasi Rotavirus1,3
Angka kejadian kematian diare masih tinggi di Indonesia dan untuk
Rotateg yang merupakan vaksin prevalen karena mengandung strain manusiasapi P(8)G1-G4.
42
Keduanya diberikan melalui mulut (oral). Kedua vaksin tersebut terbukti aman
dari risiko gangguan usus. Efektivitas vaksin berkurang apabila diberikan
bersama vaksin polio oral. Kejadian ikutan pasca pemberian vaksin dilaporkan
adalah diare 7,5%; muntah 8,7%; dan demam 12,1%
Nama Vaksin
Sasaran imunisasi
Macam vaksin
Dosis
Jadwal Pemberian
Cara Pemberian
Efektivitas
Kontraindikasi
KIPI
Rotavirus
Bayi sedini usia 4 minggu
Rotarix, Rotateg
Rotarix, 3 dosis; Rotareg, 2 dosis
Rotarix : usia (4, 8) minggu; Rotateg :
usia (4,8,12) minggu
Oral
Belum diketahui secara pasti
- Sebaiknya tidak diberikan bersama-sama
dengan vaksin polio oral
- Adanya infeksi bakteri patogen di Usus
Diare, muntah, demam
Kontraindikasi Alergi
Tabel 8 . Vaksinasi Japannesse encephalitis
16. Vaksinasi Meningitis1
Pencegahan secara khusus dilakukan dengan pemberian vaksin. Vaksin
meningococcus pertama diperkenalkan pada tahun 1978. Awalnya, vaksin ini
hanya mampu melindungi dari 2 subtipe bakteri moningococcus (A & C).
Namun, vaksin ini telah mengalami banyak perkembangan, sekarang dapat
melindungi 4 subtipe dari bakteri meningococcus, yaitu subtype A, C, Y,dan
W-135.
Vaksin ini disebut vaksin tetravalent, yaitu MPSV4 (meningococcal
polysacarida vaccine A, C, Y, W-135) dan yang terbaru MCV4 (
Meningococcaal conjugated vaccine A,C, Y, W-135).
Pemberian vaksin diutaman bagi anggota militer yang tinggal di barak
perkemahan, pegawai laboratorium yang kontak serta dengan bakteri Neisseria
meningitidis, siswa yang tinggal di daerah pesantren, dan bagi jemaah haji serta
turis yang hendak masuk ke daerah endemik.
Vaksin Polisakarida Meningococcus A, C, Y, W-135 (MPSV4)
Vaksin ini pertama kali dikeluarkan pada tahun 1981, diberikan pada anak
usia 2-10 tahun dan usia di atas 55 tahun. Pemberian vaksin tidak dianjurkan
bagi anak usia kurang dari 2 tahun dan anak sekolah di atas 11 tahun. Yang
lebih dianjurkan untuk usia ini adalah vaksin jenis MCV4, namun jika tidak
tersedia vaksin jenis MCV4, maka vaksin ini (MPSV4) juga dapat digunakan.
Vaksin MPSV4 diberikan dengan satu kali suntikan secara subkutan (di
bawah kulit). Perlindungan yang didapatkan
bertahan selama 3-5 tahun. Kekebalan yang terbentuk akan menurun dalam 2-3
tahun, sehingga diperlukan imunisasi ulangan setiap 3-5 tahun.
KIPI yang timbul akibat vaksin ini relatif ringan, yakni hanya berupa nyeri
dan kemerahan pada tempat suntikan, dapat terjadi demam (5%). Reaksi alergi
jarang terjadi (kurang dari 0,1/100.000).
Vaksin Conjugasi Meningococcus (MCV 4)
44
MCV4 pertama kali dikeluarkan pada tahun 2005 dengan harapan dapat
lebh baik daripada vaksin sebelumnya dan dapat memberikan perlindungan
yang lebih lama. Vaksin ini diberikan bagi anak di atas usia 2 tahun, terutama
pada usia 11-12 tahun. Pertimbangan pemberian vaksin untuk anak usia di atas
11 tahun adalah karena respon kekebalan yang terbentuk terhadap vaksin ini
tidak optimal, sehingga daya perlindungan yang didapatkan tidak maksimal.
Pemberian vaksin dilakukan 1 kali melalui suntikan di otot lengan dan
boleh diberikan bersamaan dengan vaksin lainnya, asalkan pada tempat yang
berbeda.
Kekebalan mulai terbentuk dalam 10 - 14 hari setelah pemberian vaksin dan
dapat bertahan selama 10 tahun. Dengan demikian tidak perlu pemberian
ulangan, tetapi untuk yang menerima vaksin di bawah usia 4 tahun kekebalan
tubuh yang terbentuk akan lebih cepat menurun dalam 3 tahun pertama.
Pemberian ulangan diberikan jika ada risiko penularan secara terus menerus.
Jadwal ulangan adalah 1 tahun untuk anak yang menerima vaksin pada
usia kurang dari 4 tahun. Bagi anak yang menerima vaksin pada usia di atas 4
tahun, maka ulangan diberikan setelah satu tahun.
KIPI yang ditimbulkan oleh vaksin ini lebih sering terjadi dibandingkan
dengan vaksin jenis MPSV4. Namun, biasanya sangat ringan, yakni berupa
rasa sakit dan tibul kemerahan pada tempat suntikan yang akan hilang dalam 12 hari. Efek lain yang dapat timbul adalah kesemutan atau rasa seperti terbakar,
tetapi angka kejadiannya sangat jarang (kurang dari 1/10.000 orang). GuillainBarre Syndrome atau terjadi kelumpuhan merupakan efek samping yang
ditakutkan, namun risiko terjadinya efek ini sangat kecil. Vaksin ini tidak boleh
diberikan pada seseorang dengan riwayat alergi dengan bahan vaksin, alergi
latex, dan pada orang dengan infeksi akut, serta pada wanita hamil.
17. Vaksin Yellow Fever1
Orang (berumur > 1 tahun) yang hendak bepergian ke Amerika dan
Amerika Latin harus mendapatkan vaksinasi demam kuning. Aturannya adalah
10 hari setelah mendapatkan vaksinasi, orang tersebut akan memperoleh
International Certificate of Vaccination yang berlaku sampai 10 tahun. Vaksin
45
demam kuning berupa virus hidup yang dilemahkan, dari galur 17 D. Vaksin
disuntikkan di bawah kulit sebanyak 0,5 ml berlaku untuk semua umur dan
sangat efektif dalam memberikan proteksi dalam kurun waktu 10 tahun. Vaksin
tidak direkomendasikan pada anak < 9 bulan, ibu hamil, alergi telur, dan orang
yang sedang mengalami penurunan daya tahan tubuh.,
KIPI pemberian vaksin demam kuning pada umumnya bersifat ringan.
Sekitar 2%-5% penerima vaksin ini merasa pusing, nyeri otot, dan demam yang
terjadi 5-10 hari setelah mendapatkan vaksinasi.
18. Vaksinasi HPV
Pengembangan vaksin pencegahan vaksin HPV menawarkan harapan baru
untuk mencegah kanker leher rahim. Uji klinis dari 2 generasi pertama vaksin,
satu untuk HPV tipe 16 dan 18, sedangkan yang lainnya untuk tipe 6, 11, 16, 18
telah memperlihatkan proteksi yang cukup tinggi melawan insiden dan infeksi
persisten.
Vaksin diberikan 3 dosis (bulan ke-0, ke-1, dan ke-6) secara intramuskular
lengan atas. Vaksin tidak akan memberikan proteksi maksimal jika tidak
menyeleseikan ke-3 dosis tersebut. Sampai saat ini, penelitian selama 5 tahun dan
masih berjalan bahwa vaksin ini tidak memerlukan booster, sehingga masih
efektif setidaknya untuk 5 tahun.
Vaksin HPV aman dan efektif jika diberikan pada wanita usia 9-26 tahun.
Namun panduan dari Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI)
menyarankan vaksin diberikan pada wanita usia 10-55 tahun. Vaksin pencegahan
terhadap infeksi HPV akan bekerja secara efisien bila vaksin ini diberikan
sebelum individu terpapar infeksi HPV.
Vaksin HPV relatif aman, reaksi KIPI relatif ringan dapat berupa nyeri
pada lokasi penyuntikan, sakit kepala, demam, mual, dan demam.
JADWAL IMUNISASI TIDAK TERATUR
Pada keadaan tertentu imunisasi tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan
jadwal yang sudah disepakati. Keadaan ini tidak merupakan hambatan untuk
melanjutkan imunisasi. Vaksin yang sudah diterima oleh anak tidak menjadi
46
Umur <12 bulan, boleh diberikan kapan saja. Umur >12 bulan,
imunisasi kapan saja namun sebaiknya dilakukan terlebih dahulu
uji tuberkulin apabila negatif berikan BCG dengan dosis 0,1 ml
intrakutan
DTwP
atau DtaP
Polio oral
Campak
MMR
Hepatitis
47
Hib
Rekomendasi
imunisasi
1 dosis
1x umur 6-11 bulan
Ulangan 1x setelah 2
bulan
12 14
12 14
15 59
JADWAL IMUNISASI 5
48
49
BAB II
DAFTAR PUSTAKA
1. Suharjo, JB. Vaksinasi cara ampuh cegah penyakit infeksi. Kanisius : 2010
2. Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, penyunting.
Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Satgas Imunisasi
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008.
3. Kusnandi, Rusmil
50
51