Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENYUSUN:
TIM PUSAT KETRAMPILAN MEDIK
FK UNMUL
2014
PEMERIKSAAN VITAL SIGN
Pada ketrampilan pemeriksaan vital sign ini, yang ingin dicapai adalah:
Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan vital sign secara lengkap
dan benar.
Kompetensi dasar:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis pemeriksaan vital sign
2. Mahasiswa mampu mengenal dan menjelaskan alat yang akan digunakan dalam
pemeriksaan vital sign.
3. Mahasiswa mampu mempersiapkan pasien dalam rangka pemeriksaan vital
4. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Nadi secara baik dan benar.
5. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Tekanan darah secara baik dan benar
6. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Pernafasan secara baik dan benar
7. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan suhu tubuh secara baik dan benar
PENDAHULUAN
Dalam menangani seorang penderita; Vital Sign (Tanda Vital) mempunyai arti yang
sangat penting, baik dalam upaya menentukan diagnosis dan pengobatan; maupun dalam
pemantauan hasil pengobatan dan perjalanan penyakit. Adanya data Vital Sign, bersama
dengan data yang diperoleh dari anamnesa dan pemeriksaan fisik serta dibantu dengan data
pemeriksaan penunjang, seperti laboratorium, radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya;
sangat membantu dalam menegakkan diagnosis pada seorang penderita. Data Vital Sign juga
berperan penting dalam perencanaan pengobatan seorang penderita dan pemantauan hasil
pengobatan serta perjalanan penyakitnya.
Pemeriksaan Vital Sign meliputi pemeriksaan nadi, tekanan darah, pernafasan dan
suhu tubuh penderita.
Setelah keadaan umum, hal kedua yang dinilai adalah tanda vital, yang meliputi nadi,
tekanan darah, pernafasan dan suhu tubuh.
1.1. NADI :
Pemeriksaan nadi merupakan bagian prosedur perawatan rumah sakit yang rutin
dikerjakan. Walaupun demikian pemeriksaan ini tidak bisa diabaikan hanya sebagai
indikator keadaan sistim kardiovaskuler yang paling mudah dikerjakan. Kelainan sistim
kardiovaskuler, efek demam dan efek obat dapat dipantau dengan pemeriksaan nadi.
Laju nadi paling baik dihitung dengan penderita dalam keadaan tidur.
Perlu ditekankan bahwa penghitungan nadi harus disertai pula dengan
penghitungan laju/frekuensi jantung. Hal ini perlu dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan terdapatnya pulsus defisit , yakni denyut jantung yang tidak cukup
kuat untuk menimbulkan denyut nadi, sehingga laju jantung lebih tinggi daripada
laju nadi.
Laju nadi dihitung/dilaporkan dalam satuan frekuensi/menit. Nilai normal
laju nadi pada pelbagai tingkat umur dapat dilihat pada Appendix. Berdasarkan
harga normal tadi, laju jantung dapat dikelompokkan menjadi :
a. Takikardia :
Takikardia adalah laju denyut jantung yang lebih cepat daripada laju
normal.
Takikardia dapat terjadi antara lain pada keadaan demam, aktifitas fisik,
ansietas, tirotoksikosis, miokarditis, gagal jantung, dehidrasi atau renjatan.
Sewaktu demam, setiap
namun
jenis
disritmia
hanya
dapat
dipastikan
dengan
EKG
(Elektrokardiografi). Selain nadi yang irregular seperti ekstra sistole dan fibrilasi
atrium; dapat pula dijumpai keadaan yang disebut sebagai ketidakteraturan yang
teratur (regular irregularity) seperti pulsus bigeminus (nadi teraba sepasangsepasang) atau pulsus trigeminus (teraba sebagai kelompok tiga) (lihat gambar
1.1.)
Gambar 1.1.1. Bentuk beberapa gelombang dan irama nadi : (a) normal (b)
pulsus seler (c) pulsus parvus et tardus (d) pulsus alternans (e) pulsus
bigeminus (f) pulsus trigeminus.
Idealnya pada setiap pasien harus diukur tekanan darah pada keempat
ekstremitas. Pemeriksaan pada satu ekstremitas bisa dibenarkan, apabila pada palpasi
teraba denyut nadi yang normal pada keempat ekstremitas. Apabila terdapat keraguan
pada denyut nadi keempat ekstremitas , atau bila terdapat hipertensi pada pengukuran 1
ekstremitas; maka pengukuran tekanan darah mutlak harus dilakukan pada keempat
ekstremitas. Apabila pengukuran tekanan darah dilakukan pada 1 ekstremitas, yang
biasa dipergunakan adalah lengan atas kanan (untuk menghindarkan kesalahan akibat
terdapatnya koarktasio aorta sebelah proksimal a. subklavia kiri yang menyebabkan
tekanan darah di lengan kanan tinggi dan di tempat lain rendah).
Dalam keadan normal, tekanan darah sistolik di lengan adalah 10-15 mmHg
lebih rendah dibandingkan tekanan darah tungkai; kecuali pada bayi dibawah 1 tahun
mungkin tekanan darah di tungkai sama atau bahkan sedikit lebih rendah dibandingkan
tekanan darah di lengan, karena ismus aorta masih agak sempit. Tekanan darah
diastolik hampir sama baik di lengan maupun di tungkai.
Dalam pengukuran tekanan darah ukuran manset sangat menentukan. Lebar
manset yang dipakai harus mencakup sampai 2/3 panjang lengan atas atau tungkai
atas. Manset yang terlalu sempit akan memberikan hasil tekanan darah yang terlalu
tinggi, sedangkan manset yang terlalu lebar akan memberi hasil yang terlalu rendah.
Panjang manset juga harus melingkari setidak-tidaknya 2/3 lingkaran lengan atas.
Alat yang diperlukan : 1. Tensimeter (sphigmomanometer) air raksa, atau
2. Tensimeter aneroid atau elektrik atau ultrasonik
3. Manset dengan berbagai ukuran.
4. Stethoskop
Persiapan : 1. Penderita diperiksa dalam keadaan tenang di ruangan yang
tenang. Pemeriksan harus dilakukan sebelum prosedur pemeriksaan
lain yang menimbulkan kecemasan penderita.
2. Tentukan metode, tempat pengukuran dan ukuran manset yang sesuai
dengan penderita.
3.
4.
diri
dan tujuan
4. Tekanan darah bisa diukur pada lengan atas atau tungkai atas.
5. Buka tutup tensimeter dan tegakkan kolom air raksa sampai tegak lurus.
6. Pasanglah manset yang sesuai dengan panjang lengan/tungkai atas atau sesuai
umur penderita melingkari lengan atas atau tungkai atas , dengan batas bawah
kurang lebih 3 cm dari siku atau lipat lutut. Usahakan pusat manset diatas a.
brakialis atau a. poplitea.
7. Buka kunci air raksa pada sphigmomanometer.
8. Pompa manset dengan cepat sampai denyut nadi a.radialis atau dorsalis pedis
tidak teraba, kemudian teruskan pompa sampai 20-30 mm Hg lagi.
9. Letakkan stethoskop pada a. brakialis (di fossa cubiti) atau a. Poplitea (di fossa
poplitea).
10. Dengarkan stethokop, sambil mengosongkan manometer perlahan-lahan dengan
kecepatan 2-3 mm tiap detik.
11. Pada penurunan air raksa tersebut akan terdengar bunyi-bunyi Korotkoff :
Bunyi Korotkoff I : bunyi yang pertama kali terdengar, berupa bunyi detak
yang perlahan.
Bunyi Korotkoff III : seperti bunyi Korotkoff II, tetapi lebih keras
12. Yang diukur adalah Tekanan Sistolik (saat mulai terdengarnya bunyi Korotkoff I)
dan Tekanan Diastolik (saat mulai terdengar bunyi Korotkoff IV).
13. Catat Tekanan Darah (Sistolik dan Diastolik) dalam satuan mm Hg (contoh :
tekanan darah 120/80 mmHg). (Nilai normal tekanan darah sesuai dengan
golongan umur dapat dilihat pada Appendix Tabel A-2)
14. Kosongkan manometer dengan cepat. Tunggu 30 detik sebelum dipakai untuk
pemeriksaan selanjutnya.
15. Pada bayi dan anak saat mulai terdengarnya suara Korotkoff IV bersamaan atau
hampir bersamaan dengan menghilangnya bunyi
10
Tekanan darah sistolik dan diastolik meninggi pada pelbagai kelainan ginjal
(hipertensi renal); baik kelainan reno-parenkim (glomerulonefritis, pielonefritis, kadangkadang sindrom nefrotik), maupun kelainan reno-vaskular (penyempitan a.renalis).
Tekanan darah juga dapat meningkat pada keadaan peninggian tekanan intrakranial,
hiperfungsi adrenal, dan intoksikasi vitamin A dan D.
Peningkatan tekanan darah sistolik tanpa peningkatan tekanan diastolik
(akibatnya tekanan nadi besar) dapat dijumpai pada penderita duktus arteriosus
11
Takipne :
12
Pernafasan yang cepat, yang seringkali tampak pada pelbagai penyakit paru. Pada
bayi dan anak kecil takipne merupakan tanda dini gagal jantung.
Bradipne :
Pernafasan yang lambat ini dapat dijumpai pada gangguan pusat pernafasan,
tekanan intrakranial meninggi, pengaruh obat sedatif, alkalosis atau keracunan.
b. Kedalaman nafas :
Eupne :
Pernafasan yang kedalamannya normal.
Hiperpne :
Pernafasan yang dalam ini dapat ditemui pada keadaan asidosis, anoksia serta
kelainan susunan saraf pusat.
Hipopne :
Pernafasan yang dangkal ini biasanya menunjukkan adanya gangguan susunan
saraf pusat.
13
Pernafasan Torakal :
Terdapatnya pernafasan torakal pada bayi dan anak kecil menunjukkan adanya
kelainan paru, kecuali bila penderita sangat kembung.
Makin besar anak, makin jelas komponen torakal pada pernafasan; dan pada umur
7-8 tahun komponen torakal menjadi predominan (torakoabdominal).
Pernafasan Cheyne-Stokes :
Pernafasan tipe ini ditandai dengan pernafasan yang cepat dan dalam, diikuti oleh
periode pernafasan yang lambat dan dangkal, serta akhirnya periode apne.
Tipe pernafasan ini kadang-kadang dijumpai pada bayi baru lahir normal, terutama
premature. Pola ini biasanya hilang setelah bayi berumur beberapa minggu.
Pernafasan Cheyne-Stokes yang patologis ditemukan pada pelbagai penyakit
yang menyebabkan depresi susunan saraf pusat.
Pernafasan Kussmaul
Tipe pernafasan ini ditandai oleh pernafasan yang dalam dan cepat. Keadaan ini
dijumpai pada keadaan asidosis metabolik, seperti dehidrasi,
hipoksia, atau
keracunan salisilat.
Pernafasan Biot :
Pernafasan ini ditandai dengan irama yang sama sekali tidak teratur. Biasanya
merupakan petunjuk adanya penyakit susunan saraf pusat, seperti ensefalitis,
poliomyelitis tipe bulbar.
14
Dispne juga terjadi akibat latihan fisis, nyeri, ketakutan, anemia, atau gagal
jantung.
Ortopne :
Ortopne berarti kesulitan bernafas bila penderita berbaring, yang berkurang
apabila penderita duduk atau berdiri.
Keadaan ini ditemui pada asma, gagal jantung, edema paru, epiglotitis, croup, dan
fibrosis kistik.
15
Oral (suhu oral) : pada orang dewasa dan anak umur lebih dari 6 tahun.
Tympanic: untuk semua umur. Cara ini paling mudah diterima anak.
16
Pemilihan tempat pengukuran suhu badan didasarkan pada umur dan keadaan
penderita, kebijakan institusi dan paling kurang traumatik bagi anak.
Tempat pengukuran harus dicantumkan dalam catatan suhu badan, mengingat
adanya perbedaan suhu pada tempat pengukuran yang berbeda. Suhu rektal yang
menggambarkan suhu tubuh pasien (core temperature) akan lebih tinggi dari pada suhu
yang diukur di tempat lain. Pada umumnya suhu aksila 1C lebih rendah dari suhu
rektal, sedang suhu oral 0,5C lebih rendah daripada suhu rektal. Dalam keadaan
normal suhu aksila berkisar antara 36C sampai 37C.
Satuan suhu badan yang dipakai
sedangkan di Eropa dan Amerika satuan yang sering dipakai adalah derajat Fahrenheit
(F)
Alat yang diperlukan : 1. Jam yang dilengkapi jarum detik
2.Thermometer badan air raksa (tidak dianjurkan karena bahaya
pecah dan inhalasi uap beracun) atau
3.Thermometer digital.
Cara menghitung Suhu Tubuh :
a. Pada orang dewasa
1. Pemeriksa memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan
pemeriksaan kepada penderita atau orangtua penderita.
2. Mengibas-ngibaskan thermometer badan sebelum dipakai, sehingga permukaan
air raksa turun sampai dibawah 35C.
3. Pada umumnya yang diukur suhu aksila (*), karena itu kepitkan thermometer di
aksila selama 3 menit.
4. Setelah 3 menit, baca suhu badan yang ditunjukkan oleh permukaan air raksa.
5. Tulis suhu badan penderita dengan kepekaan 0,1C (Contoh suhu badan 37,1C)
Catatan : - Pada orang dewasa dan anak diatas umur 6 tahun suhu badan dapat pula
diukur di mulut (suhu oral), yakni dengan meletakkan reservoar thermometer
di bawah lidah (sublingual) dalam posisi penderita duduk atau berbaring.
Cara ini hanya dipakai bila anak kooperatif dan sudah mengerti tujuan
pemeriksaan.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. DOUGLAS, G. Et al. The Cardiovascular system. In : Macleods Clinical Examination. 11th
ed. Edinburgh : Elsevier Churchill Livingstone, 2005 : 90-94.
2. FORD, J.M. et al. The Cardiovascular system. In : Introduction to Clinical Examination. 8th
ed. Edinburgh : Elsevier Churchill Livingstone, 2005 : 61-81.
3. SWARTZ. H.M. Pemeriksaan fisik. In : Buku Ajar Diagnostik Fisik. 1st ed. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran, EGC, 1995 : 49-55.
4. SWARTZ. H.M. Jantung. In : Buku Ajar Diagnostik Fisik. 1st ed. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, 1995 : 194-198.
18
No.
Nilai
0
Pemeriksaan suhu
1
6
7
meraba a. radialis penderita dengan ujung jari II, III dan IV tangan
kanan, sedangkan ibu jari berada dibagian dorsal tangan
Buka tutup tensimeter dan tegakkan kolom air raksa sampai tegak
lurus di samping kanan penderita.
19
Meraba A. brakhialis pada fossa cubiti dengan ujung jari II, III dan
IV tangan kanan.
10
11
12
13
14
15
16
17
JUMLAH
Keterangan :
0
Tidak dilakukan
Dilakukan
20