LAPORAN KASUS
Anamnesa (autoanamnesa) dan pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal
26 mei 2014
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. D
Umur
: 32 tahun
Jenis Kelamin
:Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Karyawan
Alamat
Tgl pemeriksaan
: 26 Mei 2014
No. CM
: 00 52 98- 2012
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama
: (-)
Riwayat Asma
: disangkal
Riwayat Alergi
: disangkal
Riwayat Trauma
: (-)
R. Asma
: disangkal
R. Alergi
: disangkal
R. sakit serupa
: Baik
Kesadaran
Tanda Vital
: -Tekanan Darah
: 120/80
-Nadi
-RR
-Suhu
: Sawo Matang
: Mesosefal
: 80x/menit
: 20 x/menit, regular
: tidak diperiksa
Kulit
Kepala
Thorak
Jantung
Paru-paru
: DBN
: DBN
Abdomen
Hati
Limpa
Limfe
Ekstremitas
B. Status Oftalmologi
Oculi Dextra
2/60
6/30
S-2,25 C-0,75 A175
Tidak dilakukan
Gerak bola mata bebas di
segala arah ortophri,
eksoftalmus (-)
Trikiasis (-), distikiasis (-),
bulu mata rontok (-),
krusta (-)
Hiperemis (-), spasme (-),
ptosis (-), belvenomen (+),
nyeri tekan (-), massa (-),
udem (-), entropion (-),
ektropion (-)
Hiperemis (-), spasme (-),
ptosis (-), belvenomen (+),
nyeri tekan (-), massa (-),
udem (-), entropion (-),
ektropion (-)
Hiperemis (-), corpal (-),
secret (-), cobelstone (-)
Hiperemis (-), corpal (-),
secret (-), cobelstone (-)
Injeksi konjungtiva (-),
hiperemis (-), corpal (-),
pterygium (-),
Simblefaron (-), secret (-)
Ikterik (-), hiperemis (-)
Jernih (+), defek (-),
neovaskularisasi (-), udem
(-)
Jernih, tindal efek (-),
kedalaman cukup, hifema
(-), hipopion (-)
Coklat, kripte (+),
tremulan (-),
neovaskularisasi (-)
Pemeriksaan
Visus
Koreksi Kacamata
Lama
AR
Sensus Coloris
Parese/ Paralysis
Supercilia
Palpebra Superior
Palpebra Inferior
Conjuctiva Palpebra
Conjuctiva Fornices
Conjunctiva Bulbi
Sclera
Cornea
Camera Oculi Anterior
Iris
Oculi Sinistra
6/40
6/8.5
S-0,50 C-0,75 A175
Tidak dilakukan
Gerak bola mata bebas di
segala arah, ortophri,
eksoftalmus
Trikiasis (-), distikiasis (-),
bulu mata rontok (-),
krusta (-)
Hiperemis (-), spasme (-),
ptosis (-), belvenomen (+),
nyeri tekan (-), massa (-),
udem (-), entropion (-),
ektropion (-)
Hiperemis (-), spasme (-),
ptosis (-), belvenomen (+),
nyeri tekan (-), massa (-),
udem (-), entropion (-),
ektropion (-)
Hiperemis (-), corpal (-),
secret (-), cobelstone (-)
Hiperemis (-), corpal (-),
secret (-), cobelstone (-)
Injeksi konjungtiva (-),
hiperemis (-), corpal (-),
pterygium (-), Simblefaron
(-), secret (-)
Ikterik (-), hiperemis (-)
Jernih (+), defek (-),
neovaskularisasi (-), udem
(-)
Jernih, tindal efek (-),
kedalaman cukup, hifema
(-), hipopion (-)
Coklat, kripte (+),
tremulan (-),
neovaskularisasi (-)
Pupil
Lensa
Fundus Reflek
Corpus Vitreum
Tensio Oculi
System Canalis
Lacrimalis
Tes Flourescin
Funduscopy
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
IV. RESUME
Perempuan, 32 tahun datang dengan keluhan penglihatan buram pada kedua mata,
pusing bila melihat jauh. Disarankan oleh perusahaan untuk membuat kacamata
baru. Pasien sudah memakai kacamata sejak SMP.
Status Oftalmologi
Oculi Dextra
Oculi Sinistra
Visus
2/60
6/40
6/30
6/8.5
AR
V. DIAGNOSIS BANDING
-
OD miopi
OS miopi
VI. DIAGNOSIS
-
VII. TERAPI
Resep Kacamata
OD: S-2,25 C-0,25 A 175
4
OS
bonam
bonam
Ad sanam
bonam
bonam
Ad kosmetikum
bonam
bonam
Ad fungsionam
bonam
bonam
BAB II
5
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar
sejajar yang datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak
berakomodasi dibiaskan pada satu titik di depan retina.Miopia berasal dari
bahasa yunani muopia yang memiliki arti menutup mata. Miopia
merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya adalah
nearsightedness.1,5
Astigmat adalah suatu keadaan dimana sinar yang masuk ke dalam
mata tidak terpusat pada satu titik saja. Astigmat merupakan kelainan
pembiasan mata yang menyebabkan bayangan penglihatan pada satu bidang
fokus pada jarak yang berbeda dari bidang sudut.Pada astigmatisma berkas
sinar tidak difokuskan ke retina tetapi di dua garis titik api yang saling
tegak lurus.2,6
Astigmat Myopicus Compositusyaitu dimana sinar-sinar sejajar yang
masuk ke bola mata dibiaskan oleh media refrakta dalam sumbu orbital akan
terbentuk fokus bayangan dua titik di depan retina semua. Astigmatisme
jenis ini, titik fokus dari daya bias terkuat berada di depan retina, sedangkan
titik fokus dari daya bias terlemah berada di antara titik A dan retina.3,7
II.2 Epidemiologi
Prevalensi global kelainan refraksi diperkirakan sekitar 800 juta
sampai 2,3 milyar. Di Indonesia prevalensi kelainan refraksi menempati
urutan pertama pada penyakit mata.Kasus kelainan refraksi dari tahun ke
tahun terus mengalami peningkatan. Ditemukan jumlah penderita kelainan
apabila
cahaya
yang
terlalu
terang
memasukinya
atau
melewatinya, dan ini penting untuk melindungi mata dari paparan cahaya
yang tiba-tiba atau terlalu terang. Keempat, pemfokusan, yaitu pergerakan
kedua bola mata sedemikian rupa sehingga kedua bola mata terfokus ke arah
objek yang sedang dilihat.8
Mata secara optik dapat disamakan dengan sebuah kamera fotografi
biasa. Mata memiliki sususan lensa, sistem diafragma yang dapat berubahubah (pupil), dan retina yang dapat disamakan dengan film. Susunan lensa
mata terdiri atas empat perbatasan refraksi: (1) perbatasan antara permukaan
anterior kornea dan udara, (2) perbatasan antara permukaan posterior kornea
dan udara, (3) perbatasan antara humor aqueous dan permukaan anterior
lensa kristalinaa, dan (4) perbatasan antara permukaan posterior lensa dan
humor vitreous. Masing-masing memiliki indek bias yang berbeda-beda,
7
indek bias udara adalah 1, kornea 1.38, humor aqueous 1.33, lensa
kristalinaa (rata-rata) 1.40, dan humor vitreous 1.34. 8
Bila semua permukaan refraksi mata dijumlahkan secara aljabar dan
bayangan sebagai sebuah lensa. Susunan optik mata normal akan terlihat
sederhana dan skemanya sering disebut sebagai reduced eye. Skema ini
sangat berguna untuk perhitungan sederhana. Pada reduced eye dibayangkan
hanya terdpat satu lensa dengan titik pusat 17 mm di depan retina, dan
mempunyai daya bias total 59 dioptri pada saat mata melihat jauh. Daya
bias mata bukan dihasilkan oleh lensa kristalinaa melainkan oleh permukaan
anterior kornea. Alasan utama dari pemikiran ini adalah karena indeks bias
kornea jauh berbeda dari indeks bias udara. Sebaliknya, lensa kristalinaa
dalam mata, yang secara normal bersinggungan dengan cairan disetiap
permukaannya, memiliki daya bias total hanya 20 dioptri, yaitu kira-kira
sepertiga dari daya bias total susunan lensa mata. Bila lensa ini diambil dari
mata dan kemudian lingkungannya adalah udara, maka daya biasnya akan
menjadi 6 kali lipat. Sebab dari perbedaan ini ialah karena cairan yang
mengelilingi lensa mempunyai indeks bias yang tidak jauh berbeda dari
indeks bias lensa. Namun lensa kristalinaa adalah penting karena lengkung
permukaannya dapat mencembung sehingga memungkinkan terjadinya
akomodasi. 8
Pembentukan bayangan di retina sama seperti pembentukan bayangan
oleh lensa kaca pada secarik kertas. Susunan lensa mata juga dapat
membentuk bayangan di retina. Bayangan ini terbalik dari benda aslinya,
namun demikian presepsi otak terhadap benda tetap dalam keadaan tegak,
tidak terbalik seperti bayangan yang terjadi di retina, karena otak sudah
dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal. 8
kemudian
memfokuskan
gambar
yang
kita
potret
serta
berbentuk batang dan kerucut bisa mencapai jumlah 125 juta sel. Semuanya
berfungsi sebagai sensor cahaya atau photoreceptor. Rasio perbandingan
rod dan cone bisa mencapai 18 banding 1 (rod lebih banyak dari cone). Rod
merupakan sel-sel yang paling sensitif karena walaupun hanya ada sedikit
cahaya (misalnya hanya ada satu partikel foton) sel-sel ini masih tetap dapat
mendeteksinya. Sel-sel ini juga dapat memproduksi gambar hitam-putih
tanpa memerlukan banyak cahaya. Cone baru berfungsi saat ada cukup
cahaya, misalnya saat siang hari atau saat kita sedang menyalakan lampu
yang terang di dalam ruangan. Cone berfungsi untuk memberikan kita detildetil obyek beserta warnanya. Informasi-informasi yang diterima sel-sel rod
dan cone ini kemudian dikirimkan ke sel-sel ganglia (ada sekitar satu juta
sel) dalam retina. Ganglia inilah yang kemudian mengartikan informasi
tersebut dan mengirimkannya ke otak dengan bantuan syaraf optik. 8
Penglihatan binokular adalah kesinkronan penglihatan dengan kedua
mata. Penglihatan binokular ini lebih bersifat stereoskopis dan 3-dimensi.
Banyak faktor juga turut mempengaruhi bagaimana seorang manusia
mempersepsikan apa yang dilihatnya. Misalnya ukuran benda, cahaya di
sekitarnya, intervensi cahaya lain, panjang dan ukuran bayangan, aspek
perspektif, sudut pandang, akomodasi mata, dan usaha konvergensi
penglihatan (agar benda yang dilihat tampak jelas).
Faal penglihatan yang optimal dicapai seseorang apabila benda yang
dilihat oleh kedua mata dapat diterima setajam-tajamnya oleh kedua fovea,
kemudian secara simultan dikirim ke susunan saraf pusat untuk diolah
menjadi suatu sensasi berupa bayangan tunggal. Faal penglihatan optimal
seperti tersebut di atas, yang terjadi pada semua arah penglihatan disebut
sebagai penglihatan binokular yang normal.2
Faal penglihatan yang normal dapat membedakan bentuk, warna dan
intensitas cahaya. Visus yang normal dapat terjadi apabila disertai fiksasi
dan proyeksi yang normal pula. Seorang bayi yang baru lahir, hanya dapat
10
terjadi
penglihatan
binokular
yang
normal,
diperlukan
II.4 Etiologi
1. Miopia
11
Myopia aksial, adalah myopia yang disebabkan oleh sumbu orbita yang
lebih panjang dibandingkan panjang fokus media refrakta. Dalam hal
ini, panjang fokus media refrakta adalah normal ( 22,6 mm) sedangkan
panjang sumbu orbita > 22,6 mm.
Myopia aksial disebabkan oleh beberapa faktor seperti;
1. Menurut Plempius (1632), memanjangnya sumbu bolamata
tersebut disebabkan oleh adanya kelainan anatomis.
2. Menurut Donders (1864), memanjangnya sumbu bolamata tersebut
karena bolamata sering mendapatkan tekanan otot pada saat
konvergensi.
3. Menurut Levinsohn (1925), memanjangnya sumbu bolamata
diakibatkan oleh seringnya melihat ke bawah pada saat bekerja di
ruang tertutup, sehingga terjadi regangan pada bolamata. 2,9
akan
mengalami
kekeruhan
yang
dapat
menyebabkan
II.5 Klasifikasi
1. Klasifikasi Miopia
13
Menurut klinis:
1. Simpel myopia: adalah myopia yang disebabkan oleh dimensi
bolamata yang terlalu panjang, atau indeks bias kornea maupun
lensa kristalinaa yang terlalu tinggi.
2. Nokturnal myopia: adalah myopia yang hanya terjadi pada saat
kondisi sekeliling kurang cahaya. Sebenarnya, fokus titik jauh
mata seseorang bervariasi terhadap level pencahayaan yang ada.
Myopia ini dipercaya penyebabnya adalah pupil yang membuka
terlalu lebar untuk memasukkan lebih banyak cahaya, sehingga
menimbulkan aberasi dan menambah kondisi myopia.
3. Pseudomyopia: diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan
terhadap mekanisme akomodasi sehingga terjadi kekejangan
pada otot otot siliar yang memegang lensa kristalinaa. Di
Indonesia, disebut dengan myopia palsu, karena memang sifat
myopia ini hanya sementara sampai kekejangan akomodasinya
dapat direlaksasikan. Untuk kasus ini, tidak boleh buru buru
memberikan lensa koreksi.
4. Degenerative myopia: disebut juga malignant, pathological,
atau progressive myopia. Biasanya merupakan myopia derajat
14
myopia:
merupakan
myopia
yang
Menurut umur2
1. Congenital (sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak)
2. Youth-onset myopia (< 20 tahun)
3. Early adult-onset myopia (20-40 tahun)
4. Late adult-onset myopia (> 40 tahun).
2.
ditinjau
dari
letak
daya
bias
terkuatnya,
bentuk
16
17
18
5. Astigmatismus Mixtus.
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B
berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini
adalah Sph +X Cyl -Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak
dapat ditransposisi hingga nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y
menjadi sama - sama + atau -.
Jika ditinjau dari arah axis lensa koreksinya, astigmatisme regular ini juga
dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Astigmatisme Simetris.
Astigmatisme ini, kedua bolamata memiliki meredian utama yang
deviasinya simetris terhadap garis medial. Ciri yang mudah dikenali
adalah axis cylindris mata kanan dan kiri yang bila dijumlahkan akan
bernilai 180 (toleransi sampai 15), misalnya kanan Cyl -0,50X45 dan
kiri Cyl -0,75X135.
19
2. Astigmatisme Asimetris.
Jenis astigmatisme ini meredian utama kedua bolamatanya tidak memiliki
hubungan yang simetris terhadap garis medial.Contohnya, kanan Cyl
-0,50X45 dan kiri Cyl -0,75X100.
3. Astigmatisme Oblique.
Adalah astigmatisme yang meredian utama kedua bolamatanya cenderung
searah dan sama - sama memiliki deviasi lebih dari 20 terhadap meredian
horisontal atau vertikal. Misalnya, kanan Cyl -0,50X55 dan kiri Cyl
-0,75X55.
b. Astigmatisme Irregular.
Bentuk astigmatisme ini, meredian - meredian utama bolamatanya
tidak saling tegak lurus.Astigmatisme yang demikian bisa disebabkan oleh
ketidakberaturan kontur permukaan kornea atau pun lensa mata, juga bisa
disebabkan oleh adanya kekeruhan tidak merata pada bagian dalam
bolamata atau pun lensa mata (misalnya pada kasus katarak stadium
awal).Astigmatisme jenis ini sulit untuk dikoreksi dengan lensa kacamata
atau lensa kontak lunak (softlens). Meskipun bisa, biasanya tidak akan
memberikan hasil akhir yang setara dengan tajam penglihatan normal.
Jika
astigmatisme
irregular
ini
hanya
disebabkan
oleh
20
Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75
Dioptri. Pada astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata
koreksi.
3. Astigmatismus Tinggi
Astigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus ini
sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.
Miopia 1
Gejala subyektif:
Gejala obyektif:
Myopia simpleks:
Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang
Myopia patologik:
21
2.
Astigmat 3
Memiringkan kepala atau disebut dengan titling his head, pada umunya
keluhan ini sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang
tinggi.
Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan untuk
mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita astigmatismus
juga menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti membaca.
22
II.7 Diagnosis
Pemeriksaan Untuk Kelainan Refraksi
Uji pinhole
Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah
Uji Refraksi
Refraksi Subyektif:
-
23
Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif, bila dengan
lensa sferis positif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau
20/20 maka pasien dikatakan menderita hipermetropia, apabila dengan
pemberian lensa sferis positif menambah kabur penglihatan kemudian
diganti dengan lensa sferis negatif memberikan tajam penglihatan 5/5, 6/6,
atau 20/20 maka pasien menderita miopia.10
Bila setelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam
penglihatan maksimal mungkin pasien mempunyai kelainan refraksi
astigmat. Pada keadaan ini lakukan uji pengaburan (fogging technique).11
Contoh Perhitungan Ukuran kacamata
Seseorang dapat normal melihat benda di titik dekat (pp = 25 cm),
tetapi mengalami kelainan pada lensa mata, dimana ia hanya
mampu
melihat benda paling jauh pada jarak 2 meter. Agar penglihatannya normal,
orang tersebut ditolong dengan kacamata. Perhitungan ukuran kacamata
yang dipakai sbb:
Jarak terjauh obyek/bendayang mampu dilihat 2 meter, sehingga
jarak bayangan pada kacamata harus berada -2 meter (bayangan maya
berjarak 2 m) S1 = -2 m
P=-0,5 D
Kacamata yang dipakai berkekuatan/daya -0,5 Dioptri
Refraksi Obyektif
24
Autorefraktometer (komputer)
Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan
menggunakan komputer. 9 Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya
dihasilkan oleh alat dan respon mata terhadap cahaya diukur. Alat ini
mengukur berapa besar kelainan refraksi yang harus dikoreksi dan
pengukurannya hanya memerlukan waktu beberapa detik.6
Streak Retinoskop
Yaitu dengan lensa kerja +2.00D pemeriksa mengamati refleks
fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop
(against movement) kemudian dikoreksi dengan lensa sferis negatif sampai
tercapai netralisasi.11
25
- Keratometri
Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius
kelengkungan kornea.11Keratometer dipakai klinis secara luas dan sangat
berharga namun mempunyai keterbatasan4
1.
2.
3.
4.
26
Uji Pengaburan
Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam
penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan
berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa
spheris positif 3. Pasien diminta melihat kisi-kisi juring astigmat, dan
ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat.Bila garis juring pada 90
derajat yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan sumbu lensa
silinder, atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180. Perlahan-lahan
kekuatan lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi
astigmat vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau
semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder ditentukan
yang ditambahkan. Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan
perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai pasien melihat jelas.10
Gambar 7
27
Kipas astigmat
http://www.aoa.org/
Dioptri adalah ukuran kekuatan lensa yang diturunkan dari metode aljabar
kalkilasi optis.
II.8 Penatalaksanaan
Sejauh ini yang dilakukan adalah mencoba mencari bagaimana mencegah
kelainan refraksi atau mencegah jangan sampai menjadi parah.3
-
Koreksilensa
Koreksi myopia dengan menggunakan lensa konkaf atau lensa negatif,
perlu diingat bahwa cahaya yang melalui lensa konkaf akan disebarkan.
Karena itu, bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu besar,
seperti pada myopia, kelebihan daya bias ini dapat dinetralisasi dengan
meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata.8
Besarnya kekuatan lensa yang digunakan untuk mengkoreksi mata
myopia ditentukan dengan cara trial and error, yaitu dengan mula-mula
meletakan sebuah lensa kuat dan kemudian diganti dengan lensa yang lebih
kuat atau lebih lemah sampai memberikan tajam penglihatan yang terbaik. 8
Pasien myopia yang dikoreksi dengan kacamata sferis negatif terkecil
yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila
pasien dikoreksi dengan -3.00 dioptri memberikan tajam penglihatan 6/6,
demikian juga bila diberi sferis -3.25 dioptri, maka sebaiknya diberikan
koreksi -3.00 dioptri agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik
setelah dikoreksi. 1
28
Obat-obatan
Beberapa penilitian melaporkan penggunaan atropine dan siklopentolat
setiap hari secara topikal dapat menurunkan progresifitas dari myopia pada
anak-anak usia kurang 20 tahun. 1
Orthokeratology
Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa
kontak, lebih dari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi
datar dan menurunkan myopia. Kekakuan lensa kontak yang digunakan
sesuai
dengan
standar.
Tergantung
dari
respon
individu
dalam
29
irregular
dan
pembiasan sinar yang tidak teratur pada dataran permukaan depan kornea
maka dapat dikoreksi dengan memakai lensa kontak. Dengan memakai lensa
kontak maka permukaan depan kornea tertutup rata dan terisi oleh film air
mata.5
Lensa kontak merupakan suatu lensa tipis dari bahan fleksibel (soft
contact lens) atau rigid (rigid gas permeable lens) yang berkontak dengan
kornea.Lensa kontak menmberikan koreksi penglihatan yang lebih baik
dibanding kacamata. Lensa kontak dapat diresepkan untuk mengoreksi
miopia, hiperopia, astigmatisma, anisometropia, anisokonia, afakia, setelah
operasi katarak, atau pada keratokonus. Soft contact lens atau rigid gas
permeable lens dapat mengoreksi miopia, hiperopia, dan presbiopia. Lensa
kontak toric yang memiliki kirvatura berbeda yang disatukan pada permukaan
depan lensa dapat diresepkan untuk mengoreksi astigmatisma. 6,12
30
Gambar 11
Perbedaan soft contact lens dan RGP
http://www.allaboutvision.com/contacts/
epithelial
keratopathy,
corneal
neovascularization,
Gambar 12
31
Gambar 13
Lensa kontak bifokus
http://www.allaboutvision.com/
2. RGP (rigid gas permeable) lens
Lensa RGP terbuat dari fluorocarbon dan campuran polymethyl
methacrylate.Diameternya 6.5-10 mm in diameter dan hanya menutupi
sebagian kornea mengapung di atas lapisan air mata.
Lensa RGP memberikan penglihatan yang lebih tajam
dibanding soft contact lens, pertukaran oksigen yang lebih baik
sehingga dapat mencegah infeksi dan gangguan mata lain. Durasi
pemakaian lensa RGP dapat lebih lama dibanding soft contact
lens.Lensa RGP disesuaikan ukurannya pada setiap mata dengan lebih
tepat dan teliti. Kerugiaannya adalah lensa RGP kurang nyaman
dibanding soft contact lens dan masa adaptasinya yang lebih lama.
Lensa RGP dapat mengoreksi kelainan seperti keratoconus dimana
terdapat irregularitas bentuk kornea yang tidak dapat dikoreksi soft
contact lens.6,12Lensa kontak toric dipakai untuk mengoreksi astigmat.
Lensa ini memiliki dua power untuk sferis dan silindris. Agar berada
pada posisi yang tepat dan stabil biasanya lensa ini lebih berat dan
memiliki penanda di bawah.6,12
32
Gambar 14
Lensa kontak toric
http://www.davidorf.com/los-angeles/latest-news.htm
3. Gabungan
Terdapat pula lensa kontak yang merupakan gabungan soft
contact lens dan RGP yang memadukan keuntungan keduanya yakni
lebih mudah dipakai dan pertukaran oksigen yang baik.
Gambar 15
Lensa kontak gabungan soft contact lens dan RGP
http://ads.allaboutvision.com/
Bedah Refraksi
Methode bedah refraksi yang digunakan terdiri dari:
33
penglihatan
dari
yang
terbaik,
meningkatnya
astigmatisma,
Pasien
tanpa
bantuan
koreksi
kadang-kadang
menyatakan
34
BAB III
KESIMPULAN
Perempuan, 32 tahun datang dengan keluhan penglihatan buram pada
kedua mata, dan pusing bila melihat jauh. Pasien memakai kacamata untuk
kegiatan sehari-hari, tapi sebulan terakhir dirasakan panglihatan bertambah buram
dan mengganggu pekerjaan. Disarankan oleh perusahaan untuk membuat
kacamata baru. Pasien sudah memakai kacamata sejak SMP. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan:
Status Oftalmologi
Oculi Dextra
Oculi Sinistra
Visus
2/60
6/40
6/30
6/8.5
AR
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Despopoulos A. and Silbernagi S, Color Atlas of Physiology 3 rd Edition.
London: Thieme, 2003; 344-346.
2. Olver J and Cassidy L, Basic Optics and Refraction. In Olver J and Cassidy L,
Ophtalmology at a Glance. New York: Blackwell Science, 2005; 22-23.
3. James B, Chew C and Bron A, Lecture Notes on Ophtalmology. New York:
Blackwell Publishing, 2003; 20-26.
4. Whitcher J P and Eva P R, Low Vision. In Whitcher J P and Eva P R, Vaughan
& Asburys General Ophtalmology. New York: Mc Graw Hill, 2007.
5. Ilyas S, Mailangkay H, Taim H, Saman R dan Simarmata M, 2003. Ilmu
Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan mahasiswa Kedokteran Edisi Ke-2.
Jakarta.
6. A. K. Khurana, Comprehensive Ophtalmology Fourth Edition: Optics and
Refraction, New Age International (P) limited Publishers, 12: 36-38, 2007.
7. Gerhard K. Lang, Ophthalmology A Short Textbook :Optics and Refractive
Errors, Thieme, p. 127-136, 2000.
8. Deborah, Pavan-Langston,Manual of Ocular Diagnosis and Therapy, 6 th
Edition:Refractive Surgery, Lippincott Williams and Wilkins, 5:73-100,2008.
9. Roque M., 2009. Astigmatism, PRK. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1220845-overview#a0101
10. Harvey M. E., 2009. Development and Treatment of Astigmatism-Related
Amblyopia. Optom Vis Sci 86(6): 634-639. Diunduh dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2706277/pdf/nihms114434.pdf
??tool=pmcentrez
11. Choi H. Y., Jung J. H. and Kim. M. N., 2010. The Effect of Epiblepharon
Surgery on Visual Acuity and With-the-Rule Astigmatism in Children. Korean
J Ophthalmol 2010; 24(6) : 325-330. Diunduh dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3016080/pdf/15456110_v108_p077.pdf??tool=pmcentrez
36
37