Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Intususepsi
dikenal
juga
dengan
nama
Invaginasi.
Intususepsi
merupakan penyebab tersering dari obstruksi usus akut pada bayi, ketika satu
bagian atas dari usus invaginasi ke bagian bawah dari usus tersebut. Jika progress
dari intususepsi ini tidah di tatalaksana segera, dapat berakibat fatal. Kematian
yang disebabkan oleh intususepsi jarang ditemukan di negara maju, ini
disebabkan waktu diagnosis yang cepat dan terapi operatif. Di negara
berkembang, pasien mungkin ditemukan telah dalam kondisi serius, dan angka
kematian yang tinggi karena terbatasnya akses kesehatan.
65% kasus
intususepsi timbul pada bayi berusia kurang dari 1 tahun dengan insiden puncak
antara bulan kelima dan kesembilan kehidupan. Walaupun keadaan ini bisa timbul
pasca bedah, yang hanya melibatkan usus halus dalam 86% demikian, atau bisa
timbul pada anak yang lebih besar dengan lesi seperti polip atau divertikulum
meckel sebagai titik pembawanya. Biasanya intususepsi yang terjadi pada bayi,
tidak diketahui sebab pastinya. Pada anak di bawah usia 4 tahun , 95% invaginasi
dimulai pada atau dekat katup ileosekalis. 2
Invaginasi sering ditemukan pada anak dan jarang pada orang muda dan
dewasa. Invaginasi pada anak dan bayi merupakan hal yang masih sulit ditemukan
dibandingkan dengan invaginasi pada orang dewasa. Invaginasi pada anak dan
bayi sering dijumpai pada usia di bawah 2 tahun dan terbanyak ditemukan pada
usia 5-9 bulan. Penyebab invaginasi pada anak dan bayi 70%-90% tidak
diketahui; beberapa kepustakaan menghubungkan dengan hypertrophied peyer's
patches akibat infeksi oleh virus, perubahan cuaca atau perubahan pola makanan.
Sedangkan invaginasi pada anak yang besar dan orang dewasa penyebabnya
adalah suatu kelainan patologis (divertikel Meckel, polip, tumor). Pada referensi
lain dikatakan 70% pasien dibawah umur 1 tahun (sering pada usia 6-7 bulan).
Insidensi bervariasi dari 1-4 per 1000 kelahiran hidup, dan pria 4 kali lebih
banyak daripada wanita. Serta lebih banyak ditemukan pada bayi dengan gizi
baik.(3,4)
Kasus invaginasi masuk ke rumah sakit sebagai kasus gawat darurat.
Tindakan pertama yaitu mengatasi kekurangan cairan, elektrolit & keseimbangan
asam basa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Invaginasi atau intususepsi adalah suatu keadaan akut saluran cerna
dimana suatu segmen usus bagian proximal masuk ke bagian distal yang
umumnya akan berakhir dengan obstruksi usus strangulasi. (3,5,6,7) Bila disertai
strangulasi harus diingat kemungkinan terjadinya peritonitis setelah perforasi.
Invaginasi hampir selalu terjadi di ileum terminal. Bagian segmen usus yang
masuk ke bagian distal disebut intususeptum. Sedangkan bagian usus yang
mengandung intususeptum disebut intususipien.
tipikal
dalam
Intussusceptum
ileum
kolon.
dan
intussuscipens. (9)
II. ANATOMI
Usus halus merupakan tabung komplek, berlipat-lipat yang membentang
dari pylorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup, panjang usus halus sekitar
12 kaki/ sekitar 3,6 meter, sedangkan menurut schrock 1988 panjang usus halus
manusia dewasa adalah 5-6 m. Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga
abdomen. Ujung proximalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin ke
bawah lambat laun garis tengahnya semakin berkurang sampai sekitar 2,5 cm. (7)
Usus halus mencakup duodenum, jejunum dan ileum. Panjang duodenum
26 cm, sedangkan yejunum + ileum : 6 m . Dimana 2/5 bagian adalah jejunum
(Snel, 89). Sepertiga proximal usus halus terdiri dari jejunum, 2/3 yang berikut
merupakan ileum. Tak ada batas pasti antara bagian usus halus. Sepertinya terlihat
perubahan bertahap dari ketebalan dinding usus yang menurun dengan lebih jauh
ke distal usus. Lebar lumen juga mengikuti pola serupa. Sehingga obstruksi lebih
mudah timbul dalam ileum distalis dibandingkan jejunum proximalis. (3) Batas
antara duodenum dan jejunum adalah ligamentum treits. Semuanya bertanggung
jawab bagi sebagian besar panjang saluran pencernaan dan luas permukaan
mukosanya yang luas merupakan tempat absorpsi bahan makanan, air dan mineral
yang memungkinkan pemeliharaan normal, pertumbuhan dan perkembangan.
2. Jejunum lebih besar, berdinding lebih tebal dan lebih merah daripada
ileum Dinding jejunum terasa lebih tebal karena lipatan mukosa yang
lebih permanen yaitu plica circularis, lebih besar, lebih banyak dan
pada yejunum lebih berdekatan ; sedangkan pada bagian atas ileum
lebar, dan pada bagian bawah lipatan ini tidak ada.
3. Mesenterium jejunum melekat pada dinding posterior abdomen diatas
dan kiri aorta, sedangkan mesenterium ileum melekat dibawah dan
kanan aorta.
4. Pembuluh darah mesenterium jejunum hanya membentuk satu atau
dua arkade dengan cabang-cabang yang panjang dan jarang yang
berjalan ke dinding usus halus. Ileum menerima banyak pembuluh
darah yang pendek, yang beraal dari 3 atau 4 atau malahan lebih
arkade.
5. Pada ujung mesenterium jejunum, lemak disimpan dekat pangkalan
dan lemak jarang ditemukan didekat dinding usus halus. Pada ujung
mesenterium ileum lemak disimpan di seluruh bagian , sehingga lemak
ditemukan dari pangkal sampai dinding usus halus.
6. Kelompokan jaringan limfoid (Agmen Feyer) terdapat pada mukosa
ileum bagian bawah sepanjang pinggir anti mesentrik.
Dinding usus halus di bagi dalam 4 lapisan 2,3:
1. Tunica Serosa.
Terdiri dari jaringan ikat longgar yang dilapisi oleh mesotel.
2. Tunica Muscularis.
Dua selubung otot polos tidak bergaris membentuk tunica muskularis usus
halus. Lapisan ini paling tebal di dalam duodenum dan berkurang
dalamnya kearah distal. Lapisan luarnya stratum longitudinale dan lapisan
dalamnya stratum sirkulare. Plexus myentericus saraf (Auerbach) dan
saluran limfe terletak di antara kedua lapisan otot ini.
3. Tela Submukosa.
Tela Submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar yang terletak diantara
tunika
sekum dan mencegah terjadinya aliran balik bahan fekal dari usus besar ke usus
halus. (7)
Kolon dibagi lagi menjadi kolon ascenden, tranversum, descenden dan
sigmoid. Tempat kolon membentuk kelokan tajam pada abdomen kanan disebut
fleksura hepatica dan kiri fleksura lienalis. (7)
Dinding kolon terdiri dari 4 lapisan, yaitu:2,5
1. Tunika Serosa
Membentuk apendises epiploica, yaitu kantong-kantong kecil yang berisi
lemak dan menonjol dari serosa, kecuali pada rectum.
2. Tunika Muscularis
Terdiri atas stratum longitudinal di sebelah luar dan stratum circular di
sebelah dalam. Stratum circular membentuk m.Sphincter ani internus
sedangkan stratum longitudinale membentuk 3 pita yang disebut taenia
coli, yang lebih pendek dari kolon itu sendiri sehingga membentuk kolon
berlipat-lipat seperti kantong (haustrae).
3. Tela Submucosa
Dibentuk oleh jaringan penyambung longgar yang berisi pembuluh darah
dan kelenjar getah bening.
4. Tunika Mukosa
Licin karena tidak mempunyai vili, permukaan dalamnya mempunyai
lipatan-Lipatan (plicae mucosae) berbentuk bulan sabit karena tidak
mencapai seluruh lingkaran lumen dan dinamakan plicae semilunares.
Perbedaan usus halus dan usus besar pada anatomi adalah11 :
Perbedaan eksterna
1. Usus halus (kecuali duodenum) bersifat mobil, sedang kan colon
asenden dan colon desenden terfiksasi tidak mudah bergerak.
Perbedaan interna
1. Mucosa usus halus mempunyai lipatan yang permanen yang
dinamakan plica silcularis, sedangkan pada usus besar tidak ada.
2. Mukosa usus halus mempunyai fili, sedangkan mukosa usus besar
tidak mempunyai.
3. Kelompokan jaringan limfoid (agmen feyer) ditemukan pada mukosa
usus halus , jaringan limfoid ini tidak ditemukan pada usus besar.
Vaskularisasi
Usus besar secara klinis
10
69% dari 1814 kasus pada bayi dan anak-anak umur kurang dari 1 tahun (Cohn
1976). Chairl Ismail 1988 mendapatkan insiden tertinggi dicapai pada anak-anak
umur antara 4 sampai dengan 9 bulan. Perbandingan antara laki-laki dan wanita
adalah 2:1
Insidensi tertinggi dari inttususepsi terdapat pada usia dibawah 2 tahun.
Orloof mendapatkan 69% dari1814 kasus pada anak-anak terjadi pada usia kurang
dari 1 tahun. Pada bayi dan anak-anak intususepsi merupakan penyebab kira-kira
80-90% dari kasus obstruksi. Pada orang dewasa intususepsi lebih jarang terjadi
dan diperkirakan menjadi penyebab kira-kira 5% dari kasus obstruksi.14
III. KLASIFIKASI11
Intususepsi dibedakan dalam 4 tipe :
1.
2.
Ileosekal
Kolokolika
: kolon ke kolon.
4.
Ileokoloika
11
1. Adanya penebalan Plaque Peyer akibat suatu proses dari infeksi virus pada
usus. Adenovirus ditemukan dari limfonodi mesenterika pada pembedahan
dan juga dari biakan permukaan dengan presentase yang lebih tinggi pada
anak dengan invaginasi daripada control. Invaginasi pada anak biasanya
disebut idiopatik, dimana disebabkan oleh penebalan plaque Peyeri yaitu
suatu jaringan limfoid di dinding ileum bagian distal, yang dapat
merangsang peristaltic usus sebagai upaya untuk mengeluarkan massa
tersebut sehingga menyebabkan invaginasi.(3,4,6)
2. Adanya perubahan flora usus sehingga timbul peristaltic yang meniggi.
Perubahan flora memang terjadi pada usia 6-9 bulan sehubungan dengan
perubahan pola makan pada bayi. (3,7,12)
3. Sedangkan pada anak di atas usia 2 tahun atau orang dewasa umumnya
ditemukan pencetus gerakan peristaltic yang berlebihan tersebut, misalnya:
polip, divertikel Meckel, limfoma, hemangioma, dan
mesenteric
hematom.3,5,7)
Sekali usus bagian proximal masuk ke bagian usus distal, oleh adanya
peristaltic, maka bagian usus proximal ini akan tetap ada dan bahkan lebih jauh
masuk dalam usus bagian distal.
V. PATOFISIOLOGI
Berbagai variasi etiologi yang mengakibatkan terjadinya intususepsi
pada dewasa pada intinya adalah gangguan motilitas usus terdiri dari dua
komponen yaitu satu bagian usus yang bergerak bebas dan satu bagian usus lainya
yang terfiksir/atau kurang bebas dibandingkan bagian lainnya, karena arah
peristaltik adalah dari oral keanal sehingga bagian yang masuk kelumen usus
adalah yang arah oral atau proksimal, keadaan lainnya karena suatu disritmik
peristaltik usus, pada keadaan khusus dapat terjadi sebaliknya yang disebut
retrograd intususepsi pada pasien pasca gastrojejunostomi . Akibat adanya segmen
usus yang masuk kesegmen usus lainnya akan menyebabkan dinding usus yang
terjepit sehingga akan mengakibatkan aliran darah menurun dan keadaan akhir
adalah akan menyebabkan nekrosis dinding usus. Perubahan patologik yang
12
kemungkinan
intususeptum
mengalami
nekrosis.
Konstriksi
13
(3,5)
14
ditemukan adalah muntah, keluarnya darah melalui rektum, dan terdapatnya masa
yang teraba di perut. Beratnya gejala muntah tergantung pada letak usus yang
terkena. Semakin tinggi letak obstruksi, semakin berat gejala muntah.
Hemathocezia disebabkan oleh kembalinya aliran darah dari usus yang mengalami
intususepsi. Terdapatnya sedikit darah adalah khas, sedangkan perdarahan yang
banyak biasanya tidak ditemukan. Pada kasus-kasus yang dikumpulkan oleh
Orloof, rasa sakit ditemukan pada 90%, muntah pada 84%, keluarnya darah
perektum pada 80%dan adanya masa abdomen pada 73% kasus.
Gambaran klinis intususepsi dewasa umumnya sama seperti keadaan
obstruksi usus pada umumnya, yang dapat mulai timbul setelah 24 jam setelah
terjadinya intususepsi berupa nyeri perut dan terjadinya distensi setelah lebih 24
jam ke dua disertai keadaan klinis lainnya yang hampir sama gambarannya seperti
intususepsi pada anak-anak. Pada orang dewaasa sering ditemukan perjalanan
penyakit yang jauh lebih panjang, dan kegagalan yang berulang-ulang dalam
usaha menegakkan diagnosis dengan pemeriksaan radiologis dan pemeriksaanpemeriksaan lain. Adanya gejala obstruksi usus yang berulang, harus dipikirkan
kemungkinan intususepsi. Kegagalan untuk memperkuat diagnosis dengan
pemeriksaan radiologis seringkali menyebabkan tidak ditegakkanya diagnosis.
Pemeriksaan radiologis sering tidak berhasil mengkonfirmasikan diagnosis karena
tidak terdapat intususepsi pada saat dilakukan pemeriksaan. Intussusepsi yang
terjadi beberapa saat sebelumnya telah tereduksi spontan. Dengan demikian
diagnosis intussusepsi harus dipikirkan pada kasus orang dewasa dengan serangan
obstruksi usus yang berulang, meskipun pemeriksaan radiologis dan pemeriksaanpemeriksaan laim tidak memberikan hasil yang positif.
Pada kasus intususepsi kronis ini, gejala yang timbul seringkali tidak jelas
dan membingungkan sampai terjadi invaginasi yang menetap. Ini terutama terdiri
dari serangan kolik yang berulang, yang seringkali disertai muntah, dan kadangkadang juga diare. Pada banyak kasus ditemukan pengeluaran darah dan lendir
melalui rektum, namun kadang-kadang ini juga tidak ditemukan. Gejala-gejala
15
lain yang juga mungkin didapatkan adalah tenesmus dan anoreksia. Masa
abdomen dapat diraba pada kebanyakan kasus, terutama pada saat serangan.
VII. DIAGNOSIS
Gejala klinis yang sering dijumpai berupa nyeri kolik sampai kejang yang
ditandai dengan flexi sendi koksa dan lutut secara intermiten, nyeri disebabkan
oleh iskemi segmen usus yang terinvaginasi. Iskemi pertama kali terjadi pada
mukosa usus bila berlanjut akan terjadi strangulasi yang ditandai dengan
keluarnya mucus bercampur dengan darah sehingga tampak seperti agar-agar jeli
darah Terdapatnya darah samar dalam tinja dijumpai pada + 40%, darah
makroskopis pada tinja dijumpai pada + 40% dan pemeriksaan Guaiac negatif dan
hanya ditemukan mucus pada + 20% kasus. Diare merupakan suatu gejala awal
disebabkan oleh perubahan faali saluran pencernaan ataupun oleh karena infeksi.
Diare yang disebut sebagai gejala paling awal invaginasi, didapatkan pada 85%
kasus. Pasien biasanya mendapatkan intervensi medis maupun tradisional pada
waktu tersebut. Intervensi medis berupa pemberian obat-obatan. Hal yang sulit
untuk diketahui adalah jenis obat yang diberikan, apakah suatu antidiare (suatu
spasmolitik), obat yang sering kali dicurigai sebagai pemicu terjadinya invaginasi.
Sehingga keberadaan diare sebagai salah satu gejala invaginasi atau pengobatan
terhadap diare sebagai pemicu timbulnya invaginasi sulit ditentukan.
Muntah reflektif menunjukkan telah terjadi suatu obstruksi, gejala ini
dijumpai pada 75% pasien invaginasi. Muntah dan nyeri sering dijumpai
sebagai gejala yang dominan pada sebagian besar pasien. Muntah reflektif terjadi
tanpa penyebab yang jelas, mulai dari makanan dan minuman yang terakhir
dimakan sampai muntah bilus. Muntah bilus suatu pertanda ada refluks gaster
oleh adanya sumbatan di segmen usus sebelah anal. Muntah dialami seluruh
pasien. Gejala lain berupa kembung, suatu gambaran adanya distensi sistem usus
oleh suatu sumbatan didapatkan pada 90%. Gejala lain yang dijumpai berupa
distensi, pireksia, Dances Sign dan Sousage Like Sign, terdapat darah samar,
lendir dan darah makroskopis pada tinja serta tanda-tanda peritonitis dijumpai bila
16
telah terjadi perforasi. Dances Sign dan Sousage Like Sign dijumpai pada + 60%
kasus, tanda ini patognomonik pada invaginasi. Masa invaginasi akan teraba
seperti batang sosis, yang tersering ditemukan pada daerah paraumbilikal. Daerah
yang ditinggalkan intususeptum akan teraba kosong dan tanda ini disebut sebagai
Dances Sign.
Pemeriksaan colok dubur teraba seperti portio uteri, feces bercampur
lendir dan darah pada sarung tangan merupakan suatu tanda yang patognomonik.
Pemeriksaan foto polos abdomen, dijumpainya tanda obstruksi dan masa di
kwadran tertentu dari abdomen menunjukkan dugaan kuat suatu invaginasi. USG
membantu menegakkan diagnosis invaginasi dengan gambaran target sign pada
potongan melintang invaginasi dan pseudo kidney sign pada potongan
longitudinal invaginasi. Foto dengan kontras barium enema dilakukan bila pasien
ditemukan dalam kondisi stabil, digunakan sebagai diagnostik maupun terapetik.
TRIAS INVAGINASI :
Pemeriksaan Fisik :
17
Radiologis
Foto abdomen 3 posisi :
Tanda obstruksi (+) : Distensi, Air fluid level, Hering bone (gambaran plika
circularis usus)
Terapi : Reposisi dengan tekanan tinggi, bila belum ada tanda2 obstruksi
dan kejadian < 24 jam
Reposisi dianggap berhasil bila setelah rectal tube ditarik dari anus barium
keluar bersama feses dan udara.
18
19
namun Goodal telah mengumpulkan dari literatur 122 kasus intususepssi khroni
primeir pada orang dewasa. Beberapa penulis tidak menyetujui konsep bahwa
intususepsi tersebut berlangsung terus menerus dalam waktu demikian lama.
Stallman mempertanyakan tepatnya penggunaan istilah intususepsi kronis.
Goldman dan Elman mengemukakan keyakinannya bahwa penderita tidak
mungkin dapat bertahan hidup dengan intususepsi yang berlangsung lebih dari 1
minggu. Para penulis ini berpendapat, hal yang paling mungkin telah terjadi pada
kasus seperti ini adalah adanya reduksi spontan dan rekurensi yang terjadi
berganti-ganti. Adanya mesenterium yang panjang, yang memungkinkan
invaginasi terjadi tanpa gangguan sirkulasi,kemungkinan dapat menyebabkan
terpeliharanya integritas striktural usus. Serangan ini dapat berulang dalam waktu
yang lama dengan status kesehatan penderita yang relatif baik, sampai akhirnya
terdapat suatu serangan yang demikian beratnya sehingga tidak dapat tereduksi
spontan, dan tindakan bedah menjadi diperlukan.
Mendiagnosis intususepsi pada dewasa sama halnya dengan penyakit lainnya
yaitu melalui :
1. Anamnesis , pemeriksaan fisik ( gejala umum, khusus dan status lokalis
seperti diatas).
2. Pemeriksaan penunjang ( Ultrasonography, Barium Enema dan Computed
Tomography)
20
21
USG ABDOMEN
22
Reposisi Hidrostatik
Kasus invaginasi masuk RS sebagai kasus gawat darurat. Tindakan
pertama yaitu:
1. Tindakan perbaikan keadaan umum mutlak perlu dikerjakan sebelum
melakukan tindakan apa pun.
2. Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi & mencegah aspirasi.
3. Rehidrasi. Hati-hati tanda dehidrasi kadang-kadang tidak jelas tampak
karena bayi bergizi baik & malah sering gemuk.
4. Obat-obat penenang untuk penahan rasa sakit.
5. Setelah keadaan umum baik dilakukan tindakan pembedahan, bila jelas
telah tampak tanda-tanda obstruksi usus. Atau dilakukan tindakan reposisi
bila tidak terdapat kontraindikasi.
Dasar pengobatan pada invaginasi ialah reposisi usus yang masuk
ke lumen usus lainnya. Reposisi dapat dicapai dengan barium enema,
reposisi pneumostatik atau melalui pembedahan. (1,2,9)
Reduksi Hidrostatik
Metode ini dengan cara memasukkan barium melalui anus menggunakan
kateter dengan tekanan tertentu. Pertama kali keberhasilannya dikemukakan oleh
Ladd tahun 1913 dan diulang keberhasilannya oleh Hirschprung tahun 1976.
Reposisi barium diikuti oleh X-ray. Mula-mula tampak bayangan barium
bergerak berbentuk cupping pada tempat invaginasi. Dengan tekanan hidrostatik
sebesar - 1 meter air, barium didorong ke arah.proksimal. tekanan hidrostatik
tidak boleh melewati 1 meter air dan tidak boleh dilakukan pengurutan atau
penekanan manual di perut sewaktu dilakukan reposisis hidrostatik
Pengobatan dianggap berhasil bila barium sudah mencapai ileum
terminalis. Pada saat itu, pasase usus kembali normal, norit yang diberikan per os
akan keluar melalui dubur. Seiring dengan pemeriksaan zat kontras kembali dapat
terlihat coiled spring appearance. Gambaran tersebut disebabkan oleh sisa-sisa
barium pada haustra sepanjang bekas tempat invaginasi
23
Pada saat sekarang ini barium enema yang digunakan untuk prosedur
diagnostic, kurang lebih 75% berhasil mereduksi invaginasi.(1) Pemberian sedikit
sedative yang cukup sebelum prosedur enema sangat banyak membantu
berhasilnya reduksi hidrostatik ini.(14)
Indikasi:
1.
2.
3.
4.
kontra indikasi:,
1.
2.
3.
4.
Pengelolaan
o Masukan oral dihentikan, penderita diberi cairan intravena dan
selanjutkan dilakukan reposisi usus.
o
24
25
26
membaik, dan paling utama kesadaran yang baik. Akral yang tadinya dingin jadi
hangat kembali. Biasanya dengan pemberian cairan sejumlah 50% dari kebutuhan
( untuk koreksi & kebutuhan normal), perfusi jaringan sudah dapat dicapai.
Pembedahan dan anestesi yang dikerjakan pada waktu perfusi jaringan
tidak memadai akan menyebabkan tertimbunnya hasil-hasil metabolisme yang
seharusnya dikeluarkan dari tubuh, dan hal ini akan mengakibatkan oksigenasi
jaringan yang buruk, yang dapat berakibat kerusakan sel yang irreversible, dan
bila menyangkut organ vital akan menyebabkan kematian.
Sewaktu operasi akan dicoba reposisi manual dengan mendorong
invaginatum dari anal kearah sudut ileo-sekal, dorongan dilakukan dengan hatihati tanpa tarikan dari bagian proximal.
Reposisi dengan pembedahan dicapai melalui laparatomi. Setelah dinding
perut dibuka, tindakan selanjutnya tergantung pada temuan yang ada. Reposisi
dikerjakan secara manual diperas seperti memeras susu sapi yang disebut milking,
dikerjakan secara halus dan perlahan dengan sabar, dan diselingi dengan istirahat
beberapa waktu untuk memberi kesempatan agar aliran darah balik yang
mengurangi edema sehingga mempermudah usaha milking selanjutnya. Jangan
sekali-kali menarik bagian usus yang masuk ke dalam usus lainnya, tetapi diperas
dari pihak lainnya. Kalau terjadi kebocoran usus sebelum atau sesudah milking
maka dilakukan dengan reseksi usus, kemudian anastomosa end to end. Kalau kita
berhasil dengan milking, maka sebagian besar pakar tidak melakukan fiksasi
sekum.
Apabila terdapat kerusakan usus yang cukup luas, danbanyak bagian dari
usus itu yang harus diangkat. Maka pada kasus ini tidak dapat dilakukan
anastomosis end to end, harus colostomy supaya proses digestive tetap berjalan.(16)
Kalau ditemukan penyebab yang menjadi factor pencetus seperti
divertikulum atau duplikasi maka perlu dilakukan reseksi. Pada penderita yang
berhasil dengan cara milking umumnya sudah dapat meninggalkan rumah sakit
pada hari ke-4 dan ke-5 pascabedah.
27
3. Pasca Operasi
Hindari Dehidrasi
28
IX. PROGNOSIS15
Keberhasilan penatalaksanaan invaginasi ditentukan oleh cepatnya
pertolongan diberikan, jika pertolongan kurang dari 24 jam dari serangan pertama,
maka akan memberikan prognosa yang lebih baik.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Hanz-Iko Huppertz Prof. Dr , Montse Soriano-Gabarro MD, MSc , Elisabetta
Franco Prof , Urlich Desselberger MD, Judith Wolleswinkel-van den Bosch
PhD , Carlo Giaquinto MD ,et all. Intussusception Among Young Children in
Europe. The Pediatric Infectious Disease Journal , 2006 January 25 (1) 22-27.
2. Sabiston DC. Buku Ajar Bedah. Edisi ke-1. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran. 2010. p270-272.
3. Intususseption.
Diunduh
tanggal
20
Desember
2015
<
http://www.emedicinehealth.com/includes/basicsearch.asp_october,26_2005>
4. Behrman, Kliegman, Arvin; NELSON Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15,2000,
Penerbit Buku Kedokteran EGC
5. Sjamsuhidayat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran. 2005. p627-629
6. Soelarto Reksoprodjo editor ketua; Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Cetakan I
1995,
FKUI
Bagian
Ilmu
Bedah
Fakultas
Kedokteran
Universitas
2015
dari
http://www.uuhsc.utah.edu/healthinfo/pediatric/digestive/intussus.htm.
9. Intussusception.
Diundung
tanggal
20
Desember
2015.
http://www.yoursurgery.com/procedures/intussusception
10. http://www.drhull.com/encymaster/intussusception.html. July 15,1999
11. Invaginasi.
Di
unduh
pada
tanggal
20
Desember
2015
dari
http://kedokteranugm.com/?tag=ugm/invaginasi .
30
KESEHATAN MASYARAKAT.
ILMU
KESEHATAN ANAK.
31