Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KASUS

STRUMA
Sri Ummi Kalsum Djai Mandar
2011730104
Dokter Pembimbing :
dr. H. Lili K Djoewaeny, Sp.B

BEDAH RSUD CIANJUR


PERIODE 12 OKTOBER - 20 DESEMBER
2015

Identitas Pasien
Identitas Pasien
Nama Pasien

: Ny. S

Usia: 43 tahun
Jenis Kelamin
Alamat

: Perempuan

: Kp. Warung kuda RT 03/RW 09

Masuk Rumah Sakit

: 24 oktober 2015 pukul 09.00 WIB

No Kamar/Bangsal : Bangsal Samolo 1 RSUD Cianjur


Dokter yang merawat

: dr. H. Lili K Djoeaweny, Sp.B

Keluhan Utama

Autoanamnesis
:

Benjolan di leher sejak 8 tahun yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang

OS masuk RSUD Cianjur dengan keluhan benjolan di leher yang muncul sejak 8 tahun yang lalu. Saat
pertama kali muncul, benjolan sebesar kelereng, diameter sekitar 1,5 cm, jika OS raba terasa lunak dan
tidak terasa nyeri. Lalu benjolan terus membesar sampai sekarang lamanya menurut OS benjolan
membesar secara lambat yaitu tahunan, tidak terasa nyeri dan benjolan tidak terasa panas. Saat menelan,
OS tidak merasa nyeri. OS juga tidak demam sejak pertama kali benjolan muncul. Jika berbaring, OS
merasa sesak dan engap, namun jika OS duduk, OS tidak merasa sesak dan engap lagi. OS juga mengeluh
kadang-kadang batuk kering. OS merasa jantungnya berdebar-debar. OS mengatakan tanggannya tidak
gemeteran/tremor. OS tidak mengeluhkan adanya keringat yang berlebihan. OS tidak merasa terganggu
dengan suasana panas / dingin. OS tidak mengeluh mual dan tidak muntah. Nafsu makan normal, berat
badan tidak menurun atau meningkat selama sakit. BAB normal lancar, BAK normal lancar, Suara serak
disangkal oleh OS. Sekarang OS merasa saat menelan ada yang menganjel. OS mengaku tidak terdapat
benjolan ditempat lain selain dileher.

Riwayat Penyakit Dahulu :


OS memiliki riwayat darah tinggi, namun riwayat kencing manis dan sesak napas
disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Di keluarga OS tidak ada yang pernah menderita benjolan ataupun tumor. Menurut
OS tidak ada anggota keluarga OS yang memiliki riwayat darah tinggi, kencing
manis atau sesak napas.

Riwayat Pengobatan :
OS belum pernah mengobati keluhannya tersebut dengan obat dokter, namun OS
mengobati benjolan tersebut dengan obat-obatan herbal ke ustad dan diberikan
jamu-jamuan dalam bentuk sachet diminum selama 1 bulan terasa enakan namun
benjolan tetap membesar, dan pernah disedot 2 kali menggunakan spuit untuk
mengeluarkan cairannya, cairan yang keluar berupa darah banyaknya sekitar dari
gelas aqua, benjolan sempat mengecil namun benjolannya membesar kembali.

Riwayat Alergi :
OS tidak memiliki riwayat alergi makanan, debu atau obatobatan.
Riwayat Psikososial :
Menurut OS, jika OS memasak, selalu menggunakan garam
tapi OS tidak tahu apakah itu garam beryodium atau tidak.
Karena garam yang digunakan yaitu garam berbentuk balok.
OS mengatakan makan teratur 3x sehari, sering makan sayur
singkong, wortel dan ketimun, sayur kubis dan lobak jarang
dimakan. OS tidak mengkonsumsi alkohol dan tidak merokok

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Composmentis

Tanda Vital

Nadi

: 80x/menit

TD

: 120/80 mmHg

: 36,8 C

RR

: 20x/menit

Antropometri :
BB

: 50 kg

TB

: 159 cm

Status Generalis

Kepala
: Normochepal
Rambut
: Hitam, tidak rontok
Alis
: Hitam, tidak rontok
Mata
Konjungtiva
: anemis (-)/(-)
Sklera
: Ikterik (-)/(-)
Refleks cahaya : (+)/(+)
Pupil
: Isokor
Hidung
: Normotia, sekret (-)/(-)
Telinga
: Normotia, serumen (-)/(-)
Mulut
: Bibir pucat (-), stomatitis (-), tonsil = T1T1, faring hiperemis (-)

Leher

: Tampak benjolan di leher depan dengan

ukuran 8 x 7 cm
Thorax
Inspeksi

: Simetris, Retraksi (-), otot napas tambahan (-), ictus


cordis tidak tampak

Palpasi

: Vocal fremitus antara kanan dan kiri sama, ictus


cordis teraba setinggi ics 5 midclavikula sinistra

Perkusi

: Sonor pada kedua lapang paru, batas paru jantung


setinggi ics 4-5 midclavikula sinistra

Auskultasi : Vesikuler (+/+), tidak ada suara napas tambahan,


Bunyi jantung I/II normal, tidak ada bunyi jantung
tambahan.

Abdomen

Inspeksi

: Datar, Distensi (-)

Auskultasi

: Bising usus (+)

Palpasi

: Abdomen supel, nyeri tekan abdomen (-), hepar & lien


tidak teraba

Perkusi

: Timpani

Ekstremitas Atas & Bawah

Akral

: Hangat

RCT

: <2 detik

Udem

: (-)

Status Lokalis
Benjolan at region colli
Ukuran diameter 8x7
Konsistensi lunak
Mobile
Berbatas tegas
Permukaan bernodul (-)
Nyeri tekan (-), terasa panas (-)
Saat menelan, benjolan ikut bergerak

Pemeriksaan Lab
Tanggal 8 September 2015
T3

1,43

ug/ml

0,58-1,59

FT4

1,17

ug/dl

0,70-1,48

TSHs

1,179

uIu/ml

0,350-4,940

Tanggal 10 september 2015

WBC

6,0

10^3/uL

4,8-10,8

Neut%

75,3

40-70

Lym%

17.0

26-36

Mxd%

7,7

0-11

Neut#

4,50

10^3/uL

1,8-7,6

Lym#

1,00

10^3/uL

1-4,3

Mxd#

0,50

10^3/uL

0-1,2

HGB

12.4

gr/dl

14-18

HCT

35,5

37-47

MCV

84,3

fL

80-94

MCH

29,5

pg

27-31

MCHC

34,9

gr/dL

33-37

PLT

274

10^3/uL

150-450

RDW-SD

40,2

37-54

PDW

11,2

fL

9-14

MPV

9,2

fL

8-12

P-LCR

27,7

15-33

Tanggal 10 september 2015


Kimia Darah
GDP

76

mg

70-110

Ureum

19,7

mg%

10-50

Kreatinin

0,7

mg%

P=0,5-1,0
L =0,5-1,1

SGOT

19

mg%

L<40
P>31

SGPT

26

mg%

L<42
P<32

Elektrolit
Na

148,0

mEq/L

135-148

Kalium

3.54

mEq/L

3.50-5.30

Calcium ion

0,86

mEq/L

1,15-1,29

Serologi
HbsAg (-)

Resume

Wanita usia 43 tahun masuk RSUD Cianjur dengan keluhan benjolan di leher yang
muncul sejak 8 tahun yang lalu. Saat pertama kali muncul, benjolan sebesar kelereng,
diameter sekitar 1,5 cm, jika OS raba terasa lunak dan tidak terasa nyeri. Lalu benjolan
terus membesar sampai sekarang lamanya menurut OS benjolan membesar secara lambat
yaitu tahunan, tidak terasa nyeri dan benjolan tidak terasa panas. Saat menelan, OS tidak
merasa nyeri. OS juga tidak demam sejak pertama kali benjolan muncul. Jika berbaring, OS
merasa sesak dan engap, namun jika OS duduk, OS tidak merasa sesak dan engap lagi. OS
juga mengeluh kadang-kadang batuk kering. OS merasa jantungnya berdebar-debar. OS
mengatakan tanggannya tidak gemeteran/tremor. OS tidak mengeluhkan adanya keringat
yang berlebihan. OS tidak merasa terganggu dengan suasana panas / dingin. OS tidak
mengeluh mual dan tidak muntah. Nafsu makan normal, berat badan tidak menurun atau
meningkat selama sakit. BAB normal lancar, BAK normal lancar, Suara serak disangkal
oleh OS. Sekarang OS merasa saat menelan ada yang menganjel. OS mengaku tidak
terdapat benjolan ditempat lain selain dileher.

Pemeriksaan fisik ditemukan :


Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu

: 36,8 C

RR : 20x/menit
Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran composmentis,
status generalis dalam batas normal. Status lokalis teraba benjolan at
region colli dengan diameter 8x7, konsistensi keras, mobile,
terfiksir, permukaan bernodul (-), Saat menelan, benjolan ikut
bergerak, tidak terasa nyeri dan tidak terasa panas.

WD = Struma Nodosa Non Toksik a/r colli


DD = Struma Nodusa Toksik a/r colli

Dasar diagnosa SNNT pada


kasus ini ?
Anamnesis

Status Lokalis

Perempuan

43 tahun

Benojolan di leher

Benjolan

I : Benjolan at region coll i(+)


Eritema (-)

semakin

lama

membesar,

terjadi secara lambat (bertahun)

Saat berbaring terasa sesak/enggap

Batuk kering

Jantung berdebar-debar & tangan tremor

Nafsu makan normal, BB stabil

Rasa menganjel saat menelan

P: Diameter 8x7 cm

Permukaan bernodul (-)

Konsistensi keras

Nyeri tekan (-), terasa panas (-)

Mobile

Batas Tegas

Saat menelan, benjolan ikut bergerak

Tindakan yang akan dilakukan


untuk pasien ini ?
* Persiapan Isthmolobektomi


Prognosis pada kasus ini ?
Quo ad vitam
: dubia ad
bonam
Quo ad functionam : dubia ad
bonam.

Tinjauan Pustaka

Anatomi
Kelenjar tiroid dewasa berwarna coklat terang dan konsistensi keras,
terletak posterior ke muskulus yang mengikatnya. Kelenjar tiroid yg normal
memiliki

berat

sekitar

20

gram,

namun berat kelenjar bervariasi tergantung berat badan dan asupan yodium.
Lobus tiroid terletak berdekatan dengan kartilago tiroid dan terhubung di
garis tengah oleh isthmus yg terletak di inferior kartilago krikoid. Lobus
tiroid meluas hingga ke tulang rawan midthyroid superior dan berdekatan
dengan selubung karotis dan muskulus sternokleidomastoid lateral.

Muskulus pengikat (strap muscle) yaitu


m. sternohyoid, m. sternothyroid, dan
m. omohyoid superior terletak di sebelah anterior dan
dipersarafi oleh cervicalis Ansa (Ansa hypoglossi).
Kelenjar tiroid dibungkus oleh fascia penghubung longgar
yang menghubungkan fasia yang terbentuk dari fascia
cervical penyekat ke divisi anterior dan posterior. Ukuran
kapsul tiroid normal berukuran tipis.

Perdarahan : suplai arteri


Arteri tiroid superior berasal dari arteri karotid ipsilateral eksternal
& membagi menjadi cabang-cabang anterior dan posterior di
sebelah apeks dari lobus tiroid.
Arteri tiroid inferior muncul dari trunkus thyrocervical tidak jauh
dari arteri subklavia. Arteri tiroid inferior berjalan ke atas pada
leher posterior ke selubung karotis lalu memasuki lobus tiroid di
titik tengah. Arteri tiroid inferior menyilang terhadap Recurrent
Laryngeus nerve (RLN).
Arteri thyroidea ima berasal langsung dari lalu masuk ke isthmus.

Suplai vena
Vena tiroid superior berjalan dengan arteri tiroid

superior bilateral. Vena superior dan vena medialis


mengalir langsung ke dalam vena jugularis
internal. Vena inferior sering membentuk pleksus,
yang mengalir ke vena brakiosefalika

Persarafan
Nervus laringeus rekuren sinistra muncul dari n. vagus di mana ia
melintasi lengkung aorta, melingkar sekitar ligamentum arteriosum,
dan berjalan naik di medial leher dalam alur trakeoesofageal.
Nervus laringeus rekuren dextra muncul dari n. vagus pada
persimpangan dengan arteri subklavia kanan. Nervus ini biasanya
melewati posterior dari arteri sebelum berjalan asenden di leher,
lebih oblik (miring) daripada n. Laringeus rekuren sinistra

Fisiologi
Hipotalamus

menghasilkan

peptida,

Thyrotropin-

Releasing Hormone (TRH), yg merangsang kelenjar


Pituitari

(Hipofisis)

untuk

melepaskan

TSH

atau

Thyrotropin.
TRH mencapai hipofisis melalui sirkulasi portovenous.

Sekresi TSH oleh hipofisis anterior juga diatur melalui


umpan balik negatif oleh T4 dan T3.
T3 juga menghambat pelepasan TRH.

Fungsi Hormon Tiroid


Hormon tiroid bertanggung jawab untuk menjaga hipoksia normal dan

hiperkapnia yang terjadi di pusat pernapasan otak.


Hormon Tiroid juga meningkatkan motilitas GI, yang mengakibatkan

diare pada hipertiroidisme dan sembelit pada hipotiroidisme.


Hormon tiroid juga meningkatkan turn-over tulang dan protein dan

kecepatan kontraksi otot dan relaksasi.


Hormon tiroid juga meningkatkan glikogenolisis, penyerapan glukosa

usus, dan sintesis kolesterol.

Struma Nodosa Non toksik


Adalah pembesaran kelenjar tiroid yg bukan
karena

proses

inflamasi

ataupun

karena

neoplasma & tidak disertai fungsi abnormal


dari Tiroid yaitu hipertioidisme ataupun
hipotiroidisme.

Epidemiologi
Lebih dari 2,2 miliar orang di seluruh dunia memiliki
beberapa bentuk gangguan kekurangan yodium.
29 % dari populasi dunia tinggal di wilayah yang
kekurangan yodium, terutama di Asia, Amerika Latin,
Afrika Tengah, dan wilayah Eropa. Dari mereka yang
berisiko, 655 juta diketahui menderita gondok.

Etiologi
1. Kekurangan yodium, yaitu kekurangan asupan yodium yang cukup kurang
dari 50 mcg/dl. Defisiensi yodium berat yang berhubungan dengan asupan
kurang dari 25 mcg/dl dikaitkan dengan hipotiroidisme dan kretinisme.
2. Goitrogens, diantaranya :
Obat

misalnya

Propylthiouracil,

lithium,

fenilbutazon,

aminoglutethimide, yodium yang mengandung ekspektoran


Makanan - Sayuran dari genus Brassica misalnya, kubis, lobak, rumput
laut, singkong.

Patogenesis
Struma dapat menyebar, uninodular, atau multinodular.
Kebanyakan struma non-toksik diperkirakan akibat dari
stimulasi TSH sekunder yang tidak adekuat dalam
mensintesis hormon tiroid.
Peningkatan kadar TSH menginduksi hiperplasia tiroid
difus, diikuti oleh hiperplasia fokal, menghasilkan nodul yg
mungkin mengandung atau tidak mengandung konsentrasi
iodium, nodul koloid, atau nodul microfollicular.

Manifestasi Klinis
Kebanyakan pasien dengan Struma Non-Toksik tidak
bergejala atau asimtomatis, walaupun pasien sering
mengeluhkan sensasi tekanan pada leher.
Dengan perjalanan struma yang terus membesar, gejala
sensasi penekanan seperti dispneu & disfagia terjadi. Pasien
juga dapat mengeluhkan pada tenggorokannya yaitu radang
selaput lendir hidung.
Disfonia jarang terjadi, kecuali bila terdapat keganasan

Pemeriksaan fisik dapat ditemukan benjolan


teraba lunak, kelenjar membesar difus (struma
simpel) atau nodul dari berbagai ukuran dan
konsistensi dalam kasus multinodular goiter.
Deviasi atau kompresi pada trakea dapat
ditemukan

Pemeriksaan fisik
Yang perlu dinilai dalam pemeriksaan fisik nodul
tiroid, diantaranya :
Lokasi, apakah di lobus kiri atau di lobus kanan
Ukuran
Jumlah nodul, apakah uni atau multinodosa
Konsistensi, apakah teraba lunak atau keras
Apakah terfiksir atau mobile
Apakah terdapat nyeri tekan atau tidak
Apakah terdapat pembesaran KGB di sekitarnya atau tidak

Pemeriksaan Penunjang
Pasien biasanya dengan Eutiroid, dengan TSH normal
atau rendah-normal atau dengan normal kadar T4-bebas
yang normal. Jika beberapa nodul meluas, kadar TSH
dapat menurun, atau dapat terjadi hipertiroid
CT scan dapat membantu untuk mengevaluasi sampai
sejauh mana perpanjangan retrosternal dan apakah
terjadi kompresi saluran napas atau tidak

Tatalaksana
Goiter non-toksik biasanya tumbuh sangat lambat selama
beberapa dekade tanpa menyebabkan gejala.
Tanpa bukti pertumbuhan yang cepat, gejala obstruktif
misalnya, disfagia, stridor, batuk, sesak napas, ataupun
tirotoksikosis, pengobatan tidak diperlukan.
Jika signifikan dalam ukuran, harus diangkat melalui
pembedahan.
Terapi yang tersedia saat ini misalnya terapi yodium
radioaktif, dan terapi Levothyroxine (L-tiroksin, atau T4)

Terapi Iodium Radioaktif


Terapi Goiter non-toksis, sering dilakukan di
Eropa. Ini adalah pilihan terapi yang wajar,
terutama pada pasien yang lebih tua atau
memiliki kontraindikasi untuk operasi.

Gejala

obstruktif

membaik

pada

kebanyakan pasien yang menerima yodium


radioaktif.

Indikasi operasi
Indikasi operasi pada struma, diantaranya :
Struma difusa toksik yang gagal terapi medikamentosa

Struma uni atau multinodosa dengan kemungkinan


keganasan

Struma dengan gangguan penekanan


Kosmetik

Kontraindikasi operasi
Kontraindikasi operasi pada struma :
Struma toksik yg belum dipersiapkan sebelumnya

Struma dengan dekompensasi kordis atau penyakit


sistemik yang belum terkontrol

Struma besar yg melekat erat ke jaringan leher


sehingga sulit digerakkan yg umumnya karena
karsinoma

Daftar Pustaka
1. Bernard M. Jaffe and David H.Berger. Brunicardi F. Charles et
all. Schwartzs: Principles of Surgery 9th Edition. 2010.
2. Sabiston Textbook of Surgery 17th edition.
3. Stephanie L. Lee and George T. Griffing. Goiter non toxic.
2010. http://emedicine.medscape.com

Anda mungkin juga menyukai