OLEH:
FERDIANA ROSINTA (12.01.038)
3B
DOSEN PENGAMPU:
SAHAR ANDHIKA P, MH
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masalah transportasi merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh
negara-negara yang telah maju dan juga oleh negara-negara yang sedang
berkembang. Seperti di negara Indonesia untuk bidang transportasi
perkotaan maupun transportasi antar kota dapat tercipta suatu sistem
transportasi yang menjamin pergerakan manusia/barang secara lancar,
aman, dan nyaman yang merupakan tujuan dari sektor perhubungan
(transportasi). Karena sistem transportasi yang efisien merupakan salah
satu prasyarat untuk kelangsungan pelaksanaan pembangunan. Prasarana
sistem jaringan transportasi adalah jaringan prasarana dasar yang dapat
menunjang pertumbuhan ekonomi. Sistem jaringan dan sistem pergerakan
inilah yang dapat dijadikan dasar peramalan kebutuhan. Tentu hal tersebut
tidak terlepas dari pengaruh antara sarana dan prasarana saling berkaitan
satu sama lain sehingga dapat menunjang kegiatan pergerakan antara
orang satu dengan yang lain, apalagi jika sarana sudah mendukung
namun prasarananya tidak, maka tetap saja akan menimbulkan masalah,
begitu pun sebaliknya.
Dalam hal ini jelas bahwa transportasi mempunyai peranan penting
dalam berbagai hal diantaranya mendukung pertumbuhan ekonomi,
pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dalam rangka mewujudkan Wawasan Nusantara termasuk salah
satu moda transportasi tersebut adalah perkeretaapian, yang dalam
sistem transportasi nasional mempunyai karakteristik pengangkutan
secara massal dan keunggulan tersendiri, yang tidak dapat dipisahkan dari
moda transportasi lain. Disini jelas bahwa perkeretapian ini perlu
dikembangkan
penghubung
potensinya
wilayah,
baik
dan
ditingkatkan
nasional
maupun
peranannya
internasional,
sebagai
untuk
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Identifikasi Masalah
Dalam penyelenggaraan suatu moda transportasi tentu tidak terlepas dari
prasarana serta sarana begitu saja, baik yang di jalan raya maupun dengan
penyelenggaraan moda transportasi Kereta Api (KA), dalam UU No.23 Tahun
2007 dijelaskan bahwa Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang
terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, serta norma,
kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi
kereta api. Sedangkan yang dimaksud dengan Kereta Api (KA) sendiri
adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri
maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan
ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta
api.
Dalam
Peraturan
Pemerintah
No.56
Tahun
2009
pada
pasal
cepat,
tepat,
tertib,
teratur,
dan
efisien
(ayat
1).
Serta
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Penyelenggara
prasarana
perkeretaapian
adalah
pihak
yang
dilengkapi
dengan
fasilitas
keselamatan
dan
kepentingan
3.2
Penjelasan
mengenai
Stasiun
Kereta
api
Menurut
Penyelenggaraan
Perkeretaapian.
Pada
peraturan
(1)
kereta
api
berfungsi
sebagai
tempat
kereta
api
e. penyandang cacat;
f.
kesehatan;
g. fasilitas umum;
h. fasilitas pembuangan sampah; dan
i.
Stasiun barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1) huruf b paling
sedikit dilengkapi dengan fasilitas:
a. keselamatan;
b. keamanan;
c. bongkar muat;
d. fasilitas umum; dan
e. pembuangan sampah. (Pasal 89)
a. gedung; dan
b. instalasi pendukung. (Pasal 90)
(1) Untuk kepentingan bongkar muat barang di luar stasiun, dapat dibangun
jalan rel yang menghubungkan antara stasiun dan tempat bongkar muat barang.
(2) Pembangunan jalan rel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan persyaratan teknis jalan rel dan dilengkapi dengan fasilitas
operasi kereta api. (Pasal 91)
Stasiun operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1) huruf c harus
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan operasi kereta api. (Pasal 92)
(1) Stasiun operasi terdiri atas:
a. emplasemen stasiun; dan
b. bangunan stasiun.
(2) Emplasemen stasiun operasi paling sedikit meliputi:
a. jalan rel;
b. fasilitas pengoperasian kereta api; dan
c. drainase.
(3) Bangunan stasiun operasi paling sedikit meliputi:
a. gedung; dan
b. instalasi pendukung. (Pasal 93)
Kegiatan di stasiun kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 huruf c
meliputi:
a. kegiatan pokok;
b. kegiatan usaha penunjang; dan
c. kegiatan jasa pelayanan khusus. (Pasal 94)
Kegiatan pokok di stasiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 huruf a
meliputi:
a. melakukan pengaturan perjalanan kereta api;
b. memberikan pelayanan kepada pengguna jasa kereta api;
c. menjaga keamanan dan ketertiban; dan
d. menjaga kebersihan lingkungan. (Pasal 95)
penunjang
dapat
dilakukan
oleh
pihak
lain
dengan
(1)
penunjang
harus
mengutamakan
pemanfaatan
ruang
untuk
a. fasilitas operasi;
b. jumlah jalur;
c. fasilitas penunjang;
d. frekuensi lalu lintas;
e. jumlah penumpang; dan
f. jumlah barang.
(3) Kelas stasiun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan
perkalian bobot setiap kriteria dan nilai komponen. (Pasal 99)
(1)
oleh:
a. Menteri, untuk stasiun pada jaringan jalur kereta api nasional;
b. gubernur, untuk stasiun pada jaringan jalur kereta api provinsi; dan
c. bupati/walikota,
untuk
stasiun
pada
jaringan
jalur
kereta
api
kabupaten/kota.
(2) Penetapan kelas stasiun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri. (Pasal 100)
Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, kegiatan, dan kelas stasiun kereta api
diatur dengan peraturan Menteri. (Pasal 101)
3.3
serta
Semarang:
Joglosemar).
Berita
teakhir
bahwa
di
Solo
akan
dioperasikan lagi lokomotif uap untuk pariwisata melalui Jl. Slamet Riyadi
(september 2009). Selain Baramex, maka (kalau jembatan Magelang telah
dibangun kembali), maka perlu dibuka lagi untuk pariwisata dengan lokomotif
uap
Wonogiri-Solo-Yogyakarta-Magelang-Borobudur
(buat
jalur
baru
ke
foto-foto
koleksi Koninkjilk Instituut voor Tall, Land- en Volkenkinde (KITLV) yang kemudian
dipadupadankan dengan peta dari citra satelit melalui program Google Earth.
Dari rujukan buku yang diambil (buku Spoorwegstations op Java tulisan Michien
van Ballegoijen de Jong Amsterdam, 1993), pada tanggal 10 Agustus 1867, untuk
pertama kali resmi dioperasikan angkutan penumpang kereta api dari Stasiun
Samarang menuju Tangoeng (Tanggung) sepanjang 25 kilometer melintasi Halte
Allas-Toewa (Alas Tua) dan Broemboeng (Brumbung) Pembangunan stasiun dan
jalur relnya berlangsung tiga tahun. Pencangkulan pertama pada 17 Juni 1864
oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda LAJW Baron Sloet va Beele. NederlandschIndische Spooerweg Maatschappij, disingkat NIS, disebut sebagai perusahaan
swasta Belanda yang memiliki dan mengoperasikan kereta api angkutan
penumpang dan barang untuk jalur Samarang-Tangoeng. Dan berikut adalah
sepuluh stasiun tertua yang ada di Indonesia:
1. Stasiun Semarang Gudang / Tambaksari (1864)
yang
didirikan
pada
tanggal
Maret
1872
ini
melayani
Kedungjati,
Kedungjati,
Grobogan.
Stasiun
yang
terletak
pada
Stasiun
(kode:
SLO,
Solo
+93m)
Balapan
adalah
dan
Surabaya
Pasar
Turi
melalui
Semarang.
Berdasarkan
dan
Pasuruan
mulai
dirintis
sekitar
tahun
1870.
belakangan.
Dari
Stasiun
Malang
Kotalama
terdapat
Stasiun Ijo (IJ) adalah stasiun kereta api yang terletak di sebelah
barat Stasiun Gombong. Secara administratif, stasiun ini berada di Desa
Bumiagung, Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen. Selain sebagai
stasiun persilangan, fungsi lainnya adalah sebagai pengontrol terowongan
jalur rel (disebut Terowongan Ijo) yang berada di sisi timur stasiun ini.
Pengelolaan stasiun yang terletak pada ketinggian +25 m dpl ini berada di
bawah Daerah Operasi 5 Purwokerto. Stasiun yang dibangun pada
pertengahan tahun 1880-an ini jarang disinggahi oleh kereta api. Stasiun
berperon sisi ini memiliki tiga jalur rel.
3.3.2 Fasilitas-Fasilitas Pendukung yang ada di Stasiun Kereta Api
Fasilitas-fasilitas yang ada di stasiun kereta api umumnya terdiri atas:
3) Bojong Gede
4) Citayam
5) Depok
6) Pondok Cina
7) Tanjung Barat
8) Duren Kalibata
9) Bekasi
10) Kranji
11) Cakung
12) Klender Baru
13) Klender
14) Parung Panjang
15) Cisauk
16) Serpong
17) Rawa Buntu
18) Sudimara
19) Jurang Mangu
20) Pondok Ranji
21) Kebayoran
22) Tangerang
23) Poris
Dengan
parkir
elektronik
ini
bisa
menekan
kebocoran
Mandiri).
Kartu
multitrip
yang
dikeluarkan
1895-1905 setelah
menyelesaikan
pembangunan
terminal
ketimbang
sebuah
stasiun
karena
banyak
kereta
Hanya
ada
sedikit
harapan
saat
itu
untuk
bisa
menyel
itu
dan
mendesak
agar
situs
bersejarah
tersebut
tetap
dilestarikan.
World Exposition dari 1998 hingga 2000 oleh Hundertwasser. Stasiun ini adalah
salah satu dari proyek terakhirnya sebelum dia meninggal pada 2000.
ini secara resmi dibuka kembali pada 13 Maret 2014 oleh Raja WillemAlexander.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Penyelenggaraan
Perkeretaapian
haruslah
moda
transportasi,
mendapatkan
terutama
pelayanan
serta
transportasi
perhatian
di
khusus
mengingat bahwa kereta api ini merupakan moda yang jalurnya berbeda dengan
apa yang ada dijalan raya, kereta api ini mempunyai ciri khas sendiri dengan
jalur yang pasti dan dalam melakukan perjalanannya pun tidak boleh asal
berhenti, karena semua kereta api yang berjalan diatas rel kereta itu diatur oleh
PPKA (Petugas Pengatur Kereta Api), maka dari itu antara sarana dan prasarana
yang ada haruslah saling seimbang, baik dari segi perawatan maupun
pemanfaatannya.
wajib ada, guna tercipta suatu moda transportasi nasional yang memadai agar
kereta api tersebut dapat dioperasikan. Stasiun kereta api ini peruntukan serta
fungsinya
hampir
sama
seperti
terminal,
yakni
guna
menaikkan
serta
jasanya
termasuk
harus
menyediakan
fasilitas
khusus
bagi
penyandang cacat dan ibu hamil. Maka dari itu, kita sebagai masyarakat yang
menjadi konsumen haruslah ikut serta dalam menjaga segala fasilitas yang telah
ada selain daripada peran serta dari pemerintah sebagai regulator maupun dari
pihak PT. KAI sebagai operator agar fasilitas yang telah ada dapat lebih
berkembang menjadi lebih baik lagi.
4.2 Saran
Dari penjelasan mengenai stasiun kereta api yang ada diatas, berikut
beberapa saran yang dapat diambil point-pointnya;
Membuat area khusus untuk penumpang dapat belanja, semisal toko yang
berbasis swalayan sehingga terlihat lebih tertib, indah, dan bersih. Tidak
seperti jika ada penjual asongan terlihat disekitar stasiun yang terlihat
kurang
tertib
juga
terkadang
penjual
tersebut
membahayakan
Integrasi antar moda satu dengan yang lain, contonya seperti stasiun
Gambir
yang
terintegrasi
dengan
Busway
ke
airport
sehingga