Anda di halaman 1dari 27

UNDANG- UNDANG TRASNPORTASI II (KERETA API

STASIUN KERETA API

OLEH:
FERDIANA ROSINTA (12.01.038)
3B

DOSEN PENGAMPU:
SAHAR ANDHIKA P, MH

JURUSAN DIV TRANSPORTASI DARAT

2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Masalah transportasi merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh
negara-negara yang telah maju dan juga oleh negara-negara yang sedang
berkembang. Seperti di negara Indonesia untuk bidang transportasi
perkotaan maupun transportasi antar kota dapat tercipta suatu sistem
transportasi yang menjamin pergerakan manusia/barang secara lancar,
aman, dan nyaman yang merupakan tujuan dari sektor perhubungan
(transportasi). Karena sistem transportasi yang efisien merupakan salah
satu prasyarat untuk kelangsungan pelaksanaan pembangunan. Prasarana
sistem jaringan transportasi adalah jaringan prasarana dasar yang dapat
menunjang pertumbuhan ekonomi. Sistem jaringan dan sistem pergerakan
inilah yang dapat dijadikan dasar peramalan kebutuhan. Tentu hal tersebut
tidak terlepas dari pengaruh antara sarana dan prasarana saling berkaitan
satu sama lain sehingga dapat menunjang kegiatan pergerakan antara
orang satu dengan yang lain, apalagi jika sarana sudah mendukung
namun prasarananya tidak, maka tetap saja akan menimbulkan masalah,
begitu pun sebaliknya.
Dalam hal ini jelas bahwa transportasi mempunyai peranan penting
dalam berbagai hal diantaranya mendukung pertumbuhan ekonomi,
pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dalam rangka mewujudkan Wawasan Nusantara termasuk salah
satu moda transportasi tersebut adalah perkeretaapian, yang dalam
sistem transportasi nasional mempunyai karakteristik pengangkutan
secara massal dan keunggulan tersendiri, yang tidak dapat dipisahkan dari
moda transportasi lain. Disini jelas bahwa perkeretapian ini perlu
dikembangkan
penghubung

potensinya
wilayah,

baik

dan

ditingkatkan

nasional

maupun

peranannya
internasional,

sebagai
untuk

menunjang, mendorong, serta menggerakkan pembangunan nasional


guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Identifikasi Masalah
Dalam penyelenggaraan suatu moda transportasi tentu tidak terlepas dari
prasarana serta sarana begitu saja, baik yang di jalan raya maupun dengan
penyelenggaraan moda transportasi Kereta Api (KA), dalam UU No.23 Tahun
2007 dijelaskan bahwa Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang
terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, serta norma,
kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi
kereta api. Sedangkan yang dimaksud dengan Kereta Api (KA) sendiri
adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri
maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan
ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta
api.

Dalam

Peraturan

Pemerintah

No.56

Tahun

2009

pada

pasal

menjelaskan bahwa Perkeretaapian diselenggarakan untuk memperlancar


perpindahan orang dan/atau barang secara masal dengan selamat, aman,
nyaman,

cepat,

tepat,

tertib,

teratur,

dan

efisien

(ayat

1).

Serta

penyelenggaraan perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


ditujukan untuk menunjang pemerataan pertumbuhan, stabilitas, pendorong,
dan penggerak pembangunan nasional. Disini dalam Bab IV UU No.23 Tahun
2007 Tentang Perkeretaapian pasal 35 ayat 1 berbunyi bahwa prasarana
perkeretaapian umum dan perkeretaapian khusus meliputi:
a. Jalur kereta api;
b. Stasiun kereta api; dan
c. Fasilitas operasi kereta api.
Disini saya akan menjelaskan lebih rinci mengenai stasiun kereta api
sebagai salah satu prasarana penting penunjang moda transportasi kereta
api. Dalam ayat 3 UU No.23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian berbunyi,
bahwa stasiun kereta api berfungsi sebagai tempat kereta api berangkat atau
berhenti untuk melayani:
1. Naik turun penumpang;
2. Bongkar muat barang; dan/atau
3. Keperluan operasi kereta api

BAB III

PEMBAHASAN
3.1

Penjelasan mengenai Stasiun Kereta api Menurut UU No.


23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian

Penyelenggara

prasarana

perkeretaapian

adalah

pihak

yang

menyelenggarakan prasarana perkeretaapian, dalam hal ini adalah


pemerintah. Dan stasiun merupakan salah satu wewenang dari pihak
PT KAI Indonesia dengan fungsi sebagai operator, stasiun kereta api
sendiri merupakan tempat pemberangkatan dan pemberhentian kereta
api ( PP No.56 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian).
Dalam UU No.23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian Bagian Ketiga
mengenai Stasiun Kereta Api pasal 54 berbunyi bahwa:
1. Stasiun kereta api untuk keperluan naik turun penumpang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (3) huruf a paling
rendah dilengkapi dengan fasilitas:
a. keselamatan;
b. keamanan;
c. kenyamanan;
d. naik turun penumpang;
e. penyandang cacat;
f. kesehatan; dan
g. fasilitas umum.
2. Stasiun kereta api untuk keperluan bongkar muat barang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (3) huruf b dilengkapi
dengan fasilitas:
a. keselamatan;
b. keamanan;
c. bongkar muat barang; dan
d. fasilitas umum.
3. Untuk kepentingan bongkar muat barang di luar stasiun dapat
dibangun jalan rel yang menghubungkan antara stasiun dan tempat
bongkar muat barang.
4. Stasiun kereta api untuk keperluan pengoperasian kereta api
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (3) huruf c harus

dilengkapi

dengan

fasilitas

keselamatan

dan

kepentingan

pengoperasian kereta api.


Lalu dijelaskan juga dalam beberapa pasal yang berbunyi sebagai berikut:
Di stasiun kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (3)
dapat dilakukan kegiatan usaha penunjang angkutan kereta api dengan
syarat tidak mengganggu fungsi stasiun. ( Pasal 55)
(1) Stasiun kereta api dikelompokkan dalam:
a. kelas besar;
b. kelas sedang; dan
c. kelas kecil.
(2) Pengelompokan kelas stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berdasarkan kriteria:
a. fasilitas operasi;
b. frekuensi lalu lintas;
c. jumlah penumpang;
d. jumlah barang;
e. jumlah jalur; dan
f. fasilitas penunjang. (Pasal 56)
(1) Stasiun kereta api dapat menyediakan jasa pelayanan khusus.
(2) Jasa pelayanan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa:
a. ruang tunggu penumpang;
b. bongkar muat barang;
c. pergudangan;
d. parkir kendaraan; dan/atau
e. penitipan barang.
(3) Pengguna jasa pelayanan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dikenai tarif jasa pelayanan tambahan. (Pasal 57)
Ketentuan lebih lanjut mengenai stasiun kereta api diatur dengan
Peraturan Pemerintah. (Pasal 58)

3.2

Penjelasan

mengenai

Stasiun

Kereta

api

Menurut

Peraturan Lain yakni PP No.56 Tahun 2009 Tentang


Penyelenggaraan Perkeretaapian
Selain pada Undang- Undang No.23 Tahun 2007 mengenai
Perkeretaapian, juga dijelaskan pada beberapa peraturan lain
yang berkaitan baik penyelenggaraan, pembinaan, maupun
yang lainnya diantaranya ada pada PP No.56 Tahun 2009
Tentang

Penyelenggaraan

Perkeretaapian.

Pada

peraturan

tersebut dijelaskan pula mengenai stasiun kereta api pada


Paragraf 3 Stasiun Kereta Api dari Pasal 85 sampai Pasal 101
dengan bunyi sebagai berikut;
Paragraf 3
Stasiun Kereta Api
Stasiun kereta api meliputi:
a. jenis stasiun kereta api;
b. kelas stasiun kereta api; dan
c. kegiatan di stasiun kereta api. (Pasal 85)

(1)

Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40

huruf b, menurut jenisnya terdiri atas:


a. stasiun penumpang;
b. stasiun barang; atau
c. stasiun operasi.
(2) Stasiun

kereta

api

berfungsi

sebagai

tempat

kereta

api

berangkat atau berhenti untuk melayani:


a. naik dan turun penumpang;
b. bongkar muat barang; dan/atau
c. keperluan operasi kereta api. ( Pasal 86)
Stasiun penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat
(1) huruf paling sedikit dilengkapi dengan fasilitas:
a. keselamatan;
b. keamanan;
c. kenyamanan;
d. naik turun penumpang;

e. penyandang cacat;
f.

kesehatan;

g. fasilitas umum;
h. fasilitas pembuangan sampah; dan
i.

fasilitas informasi. (Pasal 87)

(1) Stasiun penumpang terdiri atas:


a. emplasemen stasiun; dan
b. bangunan stasiun.
(2) Emplasemen stasiun penumpang paling sedikit meliputi:
a. jalan rel;
b. fasilitas pengoperasian kereta api; dan
c. drainase.
(3) Bangunan stasiun penumpang paling sedikit meliputi:
a. gedung;
b. instalasi pendukung; dan
c. peron. (Pasal 88)

Stasiun barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1) huruf b paling
sedikit dilengkapi dengan fasilitas:
a. keselamatan;
b. keamanan;
c. bongkar muat;
d. fasilitas umum; dan
e. pembuangan sampah. (Pasal 89)

(1) Stasiun barang terdiri atas:


a. emplasemen stasiun; dan
b. bangunan stasiun.
(2) Emplasemen stasiun barang paling sedikit meliputi:
a. jalan rel;
b. fasilitas pengoperasian kereta api; dan
c. drainase.
(3) Bangunan stasiun barang paling sedikit meliputi:

a. gedung; dan
b. instalasi pendukung. (Pasal 90)
(1) Untuk kepentingan bongkar muat barang di luar stasiun, dapat dibangun
jalan rel yang menghubungkan antara stasiun dan tempat bongkar muat barang.
(2) Pembangunan jalan rel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan persyaratan teknis jalan rel dan dilengkapi dengan fasilitas
operasi kereta api. (Pasal 91)
Stasiun operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1) huruf c harus
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan operasi kereta api. (Pasal 92)
(1) Stasiun operasi terdiri atas:
a. emplasemen stasiun; dan
b. bangunan stasiun.
(2) Emplasemen stasiun operasi paling sedikit meliputi:
a. jalan rel;
b. fasilitas pengoperasian kereta api; dan
c. drainase.
(3) Bangunan stasiun operasi paling sedikit meliputi:
a. gedung; dan
b. instalasi pendukung. (Pasal 93)
Kegiatan di stasiun kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 huruf c
meliputi:
a. kegiatan pokok;
b. kegiatan usaha penunjang; dan
c. kegiatan jasa pelayanan khusus. (Pasal 94)
Kegiatan pokok di stasiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 huruf a
meliputi:
a. melakukan pengaturan perjalanan kereta api;
b. memberikan pelayanan kepada pengguna jasa kereta api;
c. menjaga keamanan dan ketertiban; dan
d. menjaga kebersihan lingkungan. (Pasal 95)

(1) Kegiatan usaha penunjang penyelenggaraan stasiun sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 94 huruf b dilakukan untuk mendukung penyelenggaraan
perkeretaapian.
(2) Kegiatan usaha

penunjang

dapat

dilakukan

oleh

pihak

lain

dengan

persetujuan penyelenggara prasarana perkeretaapian. (Pasal 96)

(1)

Kegiatan usaha penunjang di stasiun dapat dilakukan oleh penyelenggara

prasarana perkeretaapian dengan ketentuan:


a. tidak mengganggu pergerakan kereta api;
b. tidak mengganggu pergerakan penumpang dan/atau barang;
c. menjaga ketertiban dan keamanan; dan
d. menjaga kebersihan lingkungan.
(2) Penyelenggara prasarana perkeretaapian dalam melaksanakan kegiatan
usaha

penunjang

harus

mengutamakan

pemanfaatan

ruang

untuk

keperluan kegiatan pokok stasiun. (Pasal 97)


(1) Kegiatan jasa pelayanan khusus di stasiun sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 94 huruf c dapat dilakukan oleh pihak lain dengan persetujuan
penyelenggara prasarana perkeretaapian yang berupa jasa pelayanan:
a. ruang tunggu penumpang;
b. bongkar muat barang;
c. pergudangan;
d. parkir kendaraan; dan/atau
e. penitipan barang.
(2) Penyelenggara prasarana perkeretaapian dapat mengenakan tarif kepada
pengguna jasa pelayanan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan oleh
penyelenggara

prasarana perkeretaapian apabila fasilitas sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 87 dan Pasal 89 telah terpenuhi. (Pasal 98)

(1) Stasiun penumpang dikelompokkan dalam:


a. kelas besar;
b. kelas sedang; dan
c. kelas kecil.
(2) Pengelompokan kelas stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan berdasarkan kriteria:

a. fasilitas operasi;
b. jumlah jalur;
c. fasilitas penunjang;
d. frekuensi lalu lintas;
e. jumlah penumpang; dan
f. jumlah barang.
(3) Kelas stasiun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan
perkalian bobot setiap kriteria dan nilai komponen. (Pasal 99)

(1)

Penetapan kelas stasiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99 dilakukan

oleh:
a. Menteri, untuk stasiun pada jaringan jalur kereta api nasional;
b. gubernur, untuk stasiun pada jaringan jalur kereta api provinsi; dan
c. bupati/walikota,

untuk

stasiun

pada

jaringan

jalur

kereta

api

kabupaten/kota.
(2) Penetapan kelas stasiun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri. (Pasal 100)
Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, kegiatan, dan kelas stasiun kereta api
diatur dengan peraturan Menteri. (Pasal 101)

3.3

Stasiun Kereta Api Indonesia


3.3.1 Sejarah Kereta Api di Indonesia
Stasiun-stasiun di Indonesia dibangun antara tahun 1880-1940 pada zaman

Hindia Belanda dengan arsitektur Eropa, misalnya stasiun Tugu Yogyakarta,


Stasiun Tanjung Priok dan Jakarta Kota, Stasiun Bogor, bahkan stasiun kecil
antara Semarang dan Solo dibangun sangat indah seperti Kedung Jati, Salem,
Gundih, Sumberlawang (perlu dilestarikan untuk pariwisata bersama Yogya dan
Solo

serta

Semarang:

Joglosemar).

Berita

teakhir

bahwa

di

Solo

akan

dioperasikan lagi lokomotif uap untuk pariwisata melalui Jl. Slamet Riyadi
(september 2009). Selain Baramex, maka (kalau jembatan Magelang telah
dibangun kembali), maka perlu dibuka lagi untuk pariwisata dengan lokomotif
uap

Wonogiri-Solo-Yogyakarta-Magelang-Borobudur

(buat

jalur

baru

ke

Borobudur). Mengingat lamanya bagunan stasiun tersebut, dapat kita telusuri


bagunan stasiun pertama yang ada di Indonesia, yang dimulai dari stasiun

Semarang Gudang di Tambaksari, Kemijen. Kota Semarang, Jawa Tengah


merupakan titik awal jalur kereta api penumpang dan barang, namun apabila
kita mencari posisi pasti kompleks dimana stasiun kereta api pertama di
Indonesia masih terjadi perbedaan pendapat, tapi hal ini justru malah menarik.
Stasiun yang ada di Semarang tersebut berawal dari informasi yang dihimpun
dari peta-peta kuno koleksi

Koninklijk Instituut voor de Tropen dan

foto-foto

koleksi Koninkjilk Instituut voor Tall, Land- en Volkenkinde (KITLV) yang kemudian
dipadupadankan dengan peta dari citra satelit melalui program Google Earth.
Dari rujukan buku yang diambil (buku Spoorwegstations op Java tulisan Michien
van Ballegoijen de Jong Amsterdam, 1993), pada tanggal 10 Agustus 1867, untuk
pertama kali resmi dioperasikan angkutan penumpang kereta api dari Stasiun
Samarang menuju Tangoeng (Tanggung) sepanjang 25 kilometer melintasi Halte
Allas-Toewa (Alas Tua) dan Broemboeng (Brumbung) Pembangunan stasiun dan
jalur relnya berlangsung tiga tahun. Pencangkulan pertama pada 17 Juni 1864
oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda LAJW Baron Sloet va Beele. NederlandschIndische Spooerweg Maatschappij, disingkat NIS, disebut sebagai perusahaan
swasta Belanda yang memiliki dan mengoperasikan kereta api angkutan
penumpang dan barang untuk jalur Samarang-Tangoeng. Dan berikut adalah
sepuluh stasiun tertua yang ada di Indonesia:
1. Stasiun Semarang Gudang / Tambaksari (1864)

Stasiun ini dibangun pada tanggal 16 Juni 1864 yang diresmikan


oleh Gubernur Jenderal Baron Sloet van de Beele. Untuk pengoperasian

rute ini, pemerintah Belanda menunjuk Nederlandsch Indische Spoorweg


Maatschappij (NIS), salah satu markas NIS yang sekarang dikenal sebagai
Gedung Lawang Sewu. Dan tepatnya pada 10 Agustus 1867 sebuah kereta
meluncur untuk pertama kalinya di stasiun ini.
2. Stasiun Semarang Tawang (1868)

Stasiun Semarang Tawang (kode SMT) adalah stasiun induk di


Tanjung Mas, Semarang Utara, Semarang yang melayani kereta api
eksekutif dan bisnis. Kereta api ekonomi tidak singgah di stasiun ini.
Stasiun ini merupakan stasiun kereta api besar tertua di Indonesia setelah
Semarang Gudang dan diresmikan pada tanggal 19 Juli 1868 untuk jalur
Semarang Tawang ke Tanggung. Jalur ini menggunakan lebar 1435 mm.
Pada tahun 1873 jalur ini diperpanjang hingga Stasiun Solo Balapan dan
melanjut hingga Stasiun Lempuyangan di Yogyakarta
3. Stasiun Lempuyangan (1872)

Stasiun Lempuyangan (kode: LPN, +114 m dpl) adalah stasiun


kereta api yang terletak di Kota Yogyakarta, berjarak sekitar 1 km di
sebelah timur dari stasiun utama di kota ini, yaitu Stasiun Yogyakarta.
Stasiun

yang

didirikan

pada

tanggal

Maret

1872

ini

melayani

pemberhentian semua KA ekonomi yang melintasi Yogyakarta. Stasiun


Lempuyangan beserta dengan rel yang membujur dari barat ke timur

merupakan perbatasan antara Kecamatan Gondokusuman di utara dan


Danurejan di selatan.
4. Stasiun Ambarawa (1873)

Museum Kereta Api Ambarawa adalah sebuah stasiun kereta api


yang sekarang dialihfungsikan menjadi sebuah museum di Ambarawa,
Jawa Tengah yang memiliki kelengkapan kereta api yang pernah berjaya
pada zamannya. Salah satu kereta api uap dengan lokomotif nomor B
2502 dan B 2503 buatan Maschinenfabriek Esslingen sampai sekarang
masih dapat menjalankan aktivitas sebagai kereta api wisata. Kereta api
uap bergerigi ini sangat unik dan merupakan salah satu dari tiga yang
masih tersisa di dunia. Dua di antaranya ada di Swiss dan India. Selain
koleksi-koleksi unik tadi, masih dapat disaksikan berbagai macam jenis
lokomotif uap dari seri B, C, D hingga jenis CC yang paling besar (CC 5029,
Schweizerische Lokomotiv und Maschinenfabrik) di halaman museum.
5. Stasiun Kedungjati (1873)

Stasiun Kedungjati (KEJ) merupakan stasiun kereta api yang terletak


di

Kedungjati,

Kedungjati,

Grobogan.

Stasiun

yang

terletak

pada

ketinggian +36 m dpl ini berada di Daerah Operasi 4 Semarang. Stasiun


Kedungjati diresmikan pada bulan 21 Mei 1873. Arsitektur stasiun ini
serupa dengan Stasiun Willem I di Ambarawa, bahkan dulu beroperasi

jalur KA dari Kedungjati ke Ambarawa, yang sudah tidak beroperasi pada


tahun 1976. Pada tahun 1907, Stasiun Kedungjati yang tadinya dibangun
dari kayu diubah ke bata berplester dengan peron berkonstruksi baja
dengan atap dari seng setinggi 14,65 cm.
6. Stasiun Solo Balapan (1873)

Stasiun
(kode:

SLO,

Solo
+93m)

Balapan
adalah

stasiun induk di Kestalan dan


Gilingan, Banjarsari, Surakarta
yang menghubungkan Kota Bandung, Jakarta, Surabaya, serta Semarang.
Stasiun ini didirikan oleh jaringan kereta api masa kolonial NIS pada abad
ke-19 (tepatnya 1873).
7. Stasiun Purwosari (1875)

Stasiun Purwosari (PWS) merupakan stasiun kereta api yang


terletak di Jl. Slamet Riyadi No. 502, Purwosari, Lawiyan, Surakarta.
Stasiun yang terletak pada ketinggian +98 m dpl ini berada di Daerah
Operasi 6 Yogyakarta. Stasiun Purwosari dibangun pada tahun 1875, dan
merupakan stasiun tertua di Surakarta. Pembangunannya ditangani oleh
NISM. Stasiun Purwosari berada di wilayah Mangkunegaran.

8. Stasiun Surabaya Kota (1878)

Stasiun Surabaya Kota (SB) yang populer dengan nama Stasiun


Semut terletak di Bongkaran, Pabean Cantikan, Surabaya. Letaknya
sebelah utara Stasiun Surabaya Gubeng dan juga merupakan stasiun
tujuan terakhir di kota Surabaya dari jalur kereta api selatan pulau Jawa
yang menghubungkan Surabaya dengan Yogyakarta dan Bandung serta
Jakarta. Stasiun lain yang juga penting di Surabaya adalah Stasiun Pasar
Turi yang menghubungkan Surabaya dengan Semarang. Baru dalam masa
kemerdekaan, Jawatan Kereta Api mengadakan layanan kereta api antara
Jakarta

dan

Surabaya

Pasar

Turi

melalui

Semarang.

Berdasarkan

sejarahnya, Stasiun Surabaya Kota dibangun ketika jalur kereta api


Surabaya-Malang

dan

Pasuruan

mulai

dirintis

sekitar

tahun

1870.

Tujuannya untuk mengangkut hasil bumi dan perkebunan dari daerah


pedalaman Jatim, khususnya dari Malang, ke Pelabuhan Tanjung Perak
yang juga mulai dibangun sekitar tahun itu. Gedung ini diresmikan pada
tanggal 16 Mei 1878. Dengan meningkatnya penggunaan kereta api, pada
tanggal 11 Nopember 1911, bangunan stasiun ini mengalami perluasan
hingga ke bentuknya yang sekarang ini.
9. Stasiun Malang Kotalama (1879)

Stasiun Malang Kotalama (MLK) merupakan stasiun kereta api yang


terletak di Kecamatan Sukun, Malang. Stasiun yang berada pada
ketinggian +429 m dpl ini berada di Daerah Operasi 8 Surabaya. Stasiun
ini merupakan stasiun KA paling selatan yang berada di Kota Malang, dan
tertua, dibangun pada tahun 1879. Penambahan nama Kotalama
dimaksudkan untuk membedakan dengan Stasiun Malang Kotabaru yang
dibangun

belakangan.

Dari

Stasiun

Malang

Kotalama

terdapat

percabangan rel yang menuju ke Dipo Pertamina.


10.

Stasiun Ijo (1880)

Stasiun Ijo (IJ) adalah stasiun kereta api yang terletak di sebelah
barat Stasiun Gombong. Secara administratif, stasiun ini berada di Desa
Bumiagung, Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen. Selain sebagai
stasiun persilangan, fungsi lainnya adalah sebagai pengontrol terowongan
jalur rel (disebut Terowongan Ijo) yang berada di sisi timur stasiun ini.
Pengelolaan stasiun yang terletak pada ketinggian +25 m dpl ini berada di
bawah Daerah Operasi 5 Purwokerto. Stasiun yang dibangun pada

pertengahan tahun 1880-an ini jarang disinggahi oleh kereta api. Stasiun
berperon sisi ini memiliki tiga jalur rel.
3.3.2 Fasilitas-Fasilitas Pendukung yang ada di Stasiun Kereta Api
Fasilitas-fasilitas yang ada di stasiun kereta api umumnya terdiri atas:

Pelataran parkir di muka stasiun;

Tempat penjualan tiket, dan loket informasi;

Peron (tempat naik-turun para penumpang di stasiun, jadi peron


adalah lantai pelataran tempat para penumpang naik-turun dan jalur
rel melintas di stasiun) atau ruang tunggu;

Ruang kepala stasiun, dan

Ruang PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api) beserta peralatannya,


seperti sinyal, wesel (alat pemindah jalur), telepon, telegraf, dan lain
sebagainya.
Stasiun besar biasanya diberi perlengkapan yang lebih banyak

daripada stasiun kecil untuk menunjang kenyamanan penumpang


maupun calon penumpang kereta api, seperti ruang tunggu (VIP ber AC),
restoran, toilet, mushola, area parkir, sarana keamanan (polisi khusus
kereta api), sarana komunikasi, dipo lokomotif, dan sarana pengisian
bahan bakar. Pada papan nama stasiun yang dibangun pada zaman
Belanda, umumnya dilengkapi dengan ukuran ketinggian rata-rata
wilayah itu dari permukaan laut, misalnya Stasiun Bandung di bawahnya
ada tulisan plus-minus 709 meter.
Perkembangan yang ada sekarang pada stasiun kereta api dudah
dilengkapi dengan akses parkir yang berbasis teknologi yakni denagn
parkir elektronik (e-parking) yang sudah diterapkan pada 23 stasiun
kereta api di Indonesia, yakni pada stasiun-stasiun berikut ini;
1) Bogor
2) Cilebut

3) Bojong Gede
4) Citayam
5) Depok
6) Pondok Cina
7) Tanjung Barat
8) Duren Kalibata
9) Bekasi
10) Kranji
11) Cakung
12) Klender Baru
13) Klender
14) Parung Panjang
15) Cisauk
16) Serpong
17) Rawa Buntu
18) Sudimara
19) Jurang Mangu
20) Pondok Ranji
21) Kebayoran
22) Tangerang
23) Poris

Dengan

parkir

elektronik

ini

bisa

menekan

kebocoran

pendapatan dan memberikan efisiensi serta kenyamanan sehingga


masyarakat bisa merasa aman saat memarkir kendaraannya. Hanya
butuh waktu empat detik untuk melakukan pembayaran. Kartukartu yang dapat digunakan untuk melakukan transaksi parkir
elektronik, yakni Flazz dari BCA, Brizzi (BRI), Tapcash (BNI), dan emoney (Bank

Mandiri).

Kartu

multitrip

yang

dikeluarkan

Commuterline pun bisa digunakan.

3.3.3 Perkembangan Stasiun Kereta Api di Dunia


Dengan semakin majunya perkembangan teknologi dan informasi
yang ada pada era sekarang, sedikit banyak telah memberikan warna
terhadap desain bangunan termasuk desain bangunan Stasiun Kereta
Api, yang sebelumya hanya merupakan tempat yang fungsinya
hampir sama dengan terminal, yakni menaikkan penumpang dan/
atau barang dan juga bongkar muat, namun sekarang lebih daripada
itu, fungsinya beralih menjadi suatu objek wisata yang terkadang
menjadi suatu icon dari negara atau kota tersebut. Untuk itu berikut
11 stasiun yang menarik dari berbagai belahan dunia;
1) Antwepen-Centraal, Belgia
Didesain oleh arsitek Louis Dela Censerie dan Clement van
Bogaert, bangunan utama dari stasiun ini, yaitu salah satu
katedral kereta api paling mengesankan di dunia, dibangun
antara

1895-1905 setelah

kubah dan platformnya.

menyelesaikan

pembangunan

2.) Chhatrapati Shivaji Terminus, India


Didesain oleh arsitek Frederik William Stevens, pintu gerbang stasiun ini
menampilkan patung singa dan harimau, yang melambangkan negara
Inggris dan India. Bangunan yang masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia
UNESCO pada 2004 ini selesai dibangun pada 1888 untuk memperingati
Golden Jubilee Ratu Victoria.

3.) Gare de Lige-Guillemins, Belgia


Dirancang oleh arsitek Santiago Calatrava, stasiun ini merupakan salah
satu stasiun tersibuk di Belgia dan digunakan oleh sekitar 15.000 orang
setiap harinya.

4.) Gare de Strasbourg, Prancis


Didesain oleh arsitek Johann Eduard Jacobsthal dan Jean Duthilleul, atap
kaca yang sangat besar dan menutupi bagian depan bangunan bersejarah
itu ditambahkan pada 2007 sebagai bagian dari proses pembaruan. Stasiun
ini menjadi stasiun kereta terbesar kedua di Prancis.

5.) Gare do Oriente, Portugal


Didesain oleh arsitek Santiago Calatrava, stasiun ini dibangun pada 1998
sebagai jalur transportasi untuk Lisbon World Exhibition.

6.) Grand Central Terminal, Amerika Serikat


Didesain oleh arsitek Warren & Wetmore, Grand Central lebih terlihat
seperti

terminal

ketimbang

sebuah

stasiun

karena

banyak

kereta

mengakhiri perjalanannya di sana. Pada 1968, Penn Central Corporation


mengusulkan pembangunan sebuah gedung perkantoran di atas bangunan
tersebut.

Hanya

ada

sedikit

harapan

saat

itu

untuk

bisa

menyel

amatkannya hingga akhirnya Jacqueline Kennedy Onassis berdiri di depan


bangunan

itu

dan

mendesak

agar

situs

bersejarah

tersebut

tetap

dilestarikan.

7.) Hundertwasser Bahnhof, Jerman


Dirancang oleh arsitek Hubert Stier dan Friedensreich Hundertwasser,
bangunan pertama stasiun yang dibangun pada 1887 ini diperbarui untuk acara

World Exposition dari 1998 hingga 2000 oleh Hundertwasser. Stasiun ini adalah
salah satu dari proyek terakhirnya sebelum dia meninggal pada 2000.

8.) Kings Cross Railway Station, Inggris


Didesain oleh arsitek Lewis Cubitt, William Cubitt dan John McAslan +
Partners, bangunan ini memiliki fungsi penting dalam novel Harry Potter
karya J.K. Rowling -- Platform 9 3/4, titik awal pemberangkatan Hogwarts
Express, berlokasi di stasiun tersebut.

9.) Rotterdam Centraal Station, Belanda


Didesain oleh arsitek Sybold of Ravesteyn, Benthem Crouwel, Meyer en
Van Schooten Architecten dan West 8 Landscape Architects BV, bangunan

ini secara resmi dibuka kembali pada 13 Maret 2014 oleh Raja WillemAlexander.

10.) Southern Cross Railway Station, Australia


Didesain oleh Grimshaw Architects dan Daryl Jackson, bentuk pertama dari
stasiun ini dibangun pada 1859 dan sebelumnya dikenal sebagai Spencer
Street Station. Proses pembangunan besar dari stasiun tersebut rampung
pada 2006, dengan menambahkan atap seperti gundukan yang menutupi
seluruh jalur rel di stasiun itu.

11.) WTC Transportation Hub (sedang dalam pembangunan), Amerika Serikat


Didesain oleh arsitek Santiago Calatrava, atap dari jalur tersebut berbentuk
seperti sayap yang terbuat dari kaca dan baja. Pembangunannya dijadwalkan
akan rampung pada 2015.(dh/nh).

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Penyelenggaraan
Perkeretaapian

haruslah

moda

transportasi,

mendapatkan

terutama

pelayanan

serta

transportasi
perhatian

di

khusus

mengingat bahwa kereta api ini merupakan moda yang jalurnya berbeda dengan
apa yang ada dijalan raya, kereta api ini mempunyai ciri khas sendiri dengan
jalur yang pasti dan dalam melakukan perjalanannya pun tidak boleh asal
berhenti, karena semua kereta api yang berjalan diatas rel kereta itu diatur oleh
PPKA (Petugas Pengatur Kereta Api), maka dari itu antara sarana dan prasarana
yang ada haruslah saling seimbang, baik dari segi perawatan maupun
pemanfaatannya.

Dan stasiun kereta api sendiri, merupakan prasarana yang

wajib ada, guna tercipta suatu moda transportasi nasional yang memadai agar
kereta api tersebut dapat dioperasikan. Stasiun kereta api ini peruntukan serta
fungsinya

hampir

sama

seperti

terminal,

yakni

guna

menaikkan

serta

menurunkan penumpang dengan selamat, aman, dan nyaman bagi siapapun


pengguna

jasanya

termasuk

harus

menyediakan

fasilitas

khusus

bagi

penyandang cacat dan ibu hamil. Maka dari itu, kita sebagai masyarakat yang
menjadi konsumen haruslah ikut serta dalam menjaga segala fasilitas yang telah
ada selain daripada peran serta dari pemerintah sebagai regulator maupun dari
pihak PT. KAI sebagai operator agar fasilitas yang telah ada dapat lebih
berkembang menjadi lebih baik lagi.

4.2 Saran
Dari penjelasan mengenai stasiun kereta api yang ada diatas, berikut
beberapa saran yang dapat diambil point-pointnya;

Pengaturan mengenai sistem parkir, dibeberapa stasiun masih terlihat


tidak rapi dan kurang pas dilihat, mungkin dengan meniru e-parking yang
telah diterapkan dibeberapa stasiun di Jakarta-Bogor dapat menjadi suatu
referensi tersendiri.

Membuat area khusus untuk penumpang dapat belanja, semisal toko yang
berbasis swalayan sehingga terlihat lebih tertib, indah, dan bersih. Tidak
seperti jika ada penjual asongan terlihat disekitar stasiun yang terlihat

kurang

tertib

juga

terkadang

penjual

tersebut

membahayakan

keselamatan dirinya sendiri.

Integrasi antar moda satu dengan yang lain, contonya seperti stasiun
Gambir

yang

terintegrasi

dengan

Busway

ke

airport

memudahkan penumpang dalam melakukan perpindahan.

sehingga

Anda mungkin juga menyukai