Anda di halaman 1dari 29

PEMBERANTASAN KORUPSI

Universitas Airlangga, 15 Maret 2007

sjahruddin.rasul@kpk.go.id
Wakil Ketua
Jl. Veteran III No. 2 - Jakarta Pusat
Telp: 021- 3500248, 3857579 Fax: 021-3846122
Jl.Juanda No.36 Jakarta Pusat
Telp : 021- 3522550 Fax: 021-3522551
1

www.kpk.go.id

PERC Annual Graft Ranking,


skor Indonesia 2006 = 8,16.
2004, 2005, dan 2006 terkorup
se-Asia.

PERC Ltd.

Skor IPK 2006 Ind 2,4, di


ASEAN hanya sedikit lebih baik
dari Myanmar dan Kamboja.
Persepsi Korupsi menurut
pebisnis gambaran
pelayanan publik
Barometer Korupsi Global
Korupsi sudah terjadi di semua
sektor.

Growth Competitiveness
Index Indonesia ranking
50 dengan skor 4,26.

Jumlah hari
mendapatkan ijin di
Indonesia contoh waktu
yang diperlukan untuk
mengurus ijin-ijin tertentu
di Indonesia.

Kor
Ind upsi
one di
sia

The World
Competitiveness Index
2006: Indonesia ranking
60; Malaysia 23, Thai
32; Philipina 49;
Singapura 3.
Institute of
Management
Development
(IMD) Geneva

Indikator Kemudahan
Melakukan Bisnis
waktu menunggu
persetujuan ijin-ijin relatif
lebih lama dibanding
negara Asia lain.

IPK
Mutu
Pelayanan
Publik ?

Indikator Kemudahan
Melakukan Bisnis

Country
Risk ?

Daya
saing ?

PERC Ltd.

Bgmn sudut
pandang
orang lain thd
korupsi?

Jumlah Hari Mendapatkan


Izin di Indonesia

PERC Annual Graft


Ranking
Global
Corruption
Barometer

Institute of
Management
Development
(IMD) Geneva

The World
Competitiveness
Scoreboard

Growth Competitiveness Index


(GCI) rankings, dalam
Global Competitiveness Reports

Wajah Pelayanan Publik Kebersihan Birokrasi

Indeks Persepsi
Korupsi
mencerminkan
persepsi
masyarakat,
khususnya pebisnis
tentang tingkat korupsi
suatu negara
diturunkan dari
bagaimana layanan
publik mereka
rasakan.

Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dalam


melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun (pasal 3)

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (ps. 1 butir 3)


adalah
serangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas TPK melalui
upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan-penyidikanpenuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan dengan
peran serta masyarakat.
Koordinasi
(Pasal 7)

Supervisi
(Pasal 8)

1. networking
counterpartner

Monitoring
(Pasal 14)

TUGAS
KPK
Pencegahan
(Pasal 13)

Penyelidikan,
Penyidikan &
Penuntutan
(Pasal 11)

2. tidak memonopoli

tugas dan wewenang


lid-dik-tut;

3. trigger mechanism
5

Tugas Koordinasi

(Pasal 7)

Dalam melaksanakan tugas koordinasi, KPK berwenang:


a. Mengkoordinasikan penyelidikan,
penyidikan, dan penuntutan TPK
b. Menetapkan sistem pelaporan dlm
kegiatan pemberantasan TPK

Kejaksaan
BPK

c. Meminta informasi tentang


kegiatan pemberantasan TPK kepada
instansi terkait
d. Melaksanakan dengar pendapat &
pertemuan dg instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan TPK
e. Meminta laporan instansi terkait
ttg pencegahan TPK

Kepolisian

BPKP
Inspektorat
LPND
Itjen Dep

Bawasda
6

Tugas Supervisi

(Pasal 8)

Dalam melaksanakan tugas supervisi, KPK berwenang:


Kepolisian

Melakukan pengawasan, penelitian, atau


penelaahan thd instansi yg menjalankan tugas
dan wewenang berkaitan dg pemberantasan
tpk, dan instansi yg melaksanakan pelayanan
publik

Mengambil alih penyidikan atau penuntutan


thd pelaku tpk yang sedang dilakukan oleh
kepolisian atau kejaksaan

BPK
Itjen Dep

Kejaksaan
BPKP
Bawasda

Departemen, LPND,
Kementerian
(pelayanan publik)

Kepolisian
Kejaksaan
Pasal
9, 10

(1)

Alasan Pengambilalihan Penyidikan & Penuntutan


(Pasal 9, 10)
UU No. 30 Tahun 2002

Laporan masyarakat ttg TPK tidak ditindaklanjuti


Proses penanganan TPK berlarut-larut /
tertunda tunda tanpa alasan yg dapat
dipertanggungjawabkan
Penanganan TPK ditujukan untuk melindungi
pelaku TPK yg sesungguhnya
Penanganan TPK mengandung unsur korupsi
Hambatan penanganan TPK karena campur
tangan dari eksekutif, yudikatif, atau legislatif
Keadaan lain yg menurut kepolisian/kejaksaan,
penanganan TPK sulit dilaksanakan dg baik
dan dapat dipertanggungjawabkan

KPK
memberit
ahukan
kpd
penyidik/
penuntut
umum

(2)

Tugas Penyelidikan,
Penyidikan, & Penuntutan
Kewenangan KPK dalam Lid-Dik-Tut meliputi
Tindak Pidana Korupsi yang:
- melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara
negara, dan orang lain yang ada kaitannya dengan
tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat
penegak hukum atau penyelenggara negara;
- mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat;
dan/atau
- menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
9

Tugas Pencegahan

(Pasal 13)
UU No. 30 Tahun
2002

KPK berwenang melakukan tugas dan langkah pencegahan sbb:


Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan thd laporan
harta kekayaan penyelenggara negara
Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi
pada setiap jenjang pendidikan
Merancang dan mendorong terlaksananya program
sosialisasi pemberantasan TPK
Melakukan kampanye antikorupsi kpd masyarakat
umum
Melakukan kerja sama bilateral atau multilateral
dalam pemberantasan TPK

Depdiknas &
semua Lemb.
pendidikan lain
Media
Massa, LSM,
Lemb keagamaan
Masy umum

Luar
negeri
10

Tugas Monitoring

(Pasal 14)

KPK berwenang melakukan tugas dan langkah pencegahan sbb:


Melakukan pengkajian thd sistem
pengelolaan administrasi

di semua lembaga negara


& pemerintah

Memberi saran perubahan jika


berdasarkan hasil pengkajian,
sistem pengelolaan administrasi
tersebut berpotensi korupsi

Kepada semua pimpinan


lembaga negara &
pemerintah

Melaporkan jika saran KPK


mengenai usulan perubahan
tersebut tidak diindahkan

Kepada :
Presiden, DPR, & BPK
11

PERSPEKTIF PERTUMPERSPEKTIF
STAKEHOLDER BUHAN & PEMBELAJARAN

Berkurangnya
Korupsi

Preventif

Membangun
Budaya Anti
Korupsi
Sosialisasi,
komunikasi,
pendidikan

Mendapatkan
Kepercayaan
Publik

Mendorong
Reformasi
Sektor Publik

Perbaikan
peraturan
per-UUan

Represif

Pengkajian/
reviu sistem,
rekomendasi

Lid Dik yang


kuat &
proaktif

Catching
Big Fish

Operasi/ke
rjasama dg
instansi
lain

Mendorong
penegakan
hukum

Supervisi &
Koordinasi

Dumas, penelaahan, dan


pemeriksaan

PERSPEKTIF
INTERNAL

Transparansi

Terciptanya
Budaya KPK
yang Unik

Tim
Kerja
Multi
Disiplin
Ilmu

Rekrutme
n

SDM
yang
Tepat

Training

Dukunga
n Infrastruktur &
Teknologi

Tingkat
Produktivitas
yang
tepat

Produktivitas

Collective
leadershi
p

PERSPEKTIF
KEUANGAN

Anggara
n yg
Efisien &
Efektif

12

Pendidikan Antikorupsi
pendidikan seumur hidup

3 tahun
pertama, masa
terpenting
pertumbuhan
otak manusia

12 th

3 th
Pra
kehamila
n

Dasar

Dalam
kandunga
n

Doa
makanan
bacaan
yang didengar,
dilihat

0 th

6 th
Pendidikan
norma &
perilaku dasar

18 th
Menengah

15 th

Tinggi

Dunia
kerja

23 th

Baligh

4 bulan dalam kandungan:


Primordial Covenant
13

Multiplier Effect MoU Kerjasama Pendidikan Antikorupsi

MoU KPK - Univ

Training of the
Trainers (TOT)
mahasiswa

Liputan di majalah remaja

Wawancara Radio, TV

Mahasiswa
dapat
membantu
kampanye &
pendidikan
antikorupsi
KPK

Penayangan PSA
Pelatihan SMP/SMU

Peliputan koran lokal

MoU KPK Perguruan Tinggi ditindaklanjuti


dengan tindakan nyata pendidikan dan kampanye
antikorupsi

14

C = corruption; P = power; A = accountability;


BG = bad governance; GG = good governance

C = P - A = BG
GG = P + A

Spiritual
Accountability

Memiliki Visi & Misi


yang amanah

Public
Accountability
Performance
(kinerja) yang baik
dan akuntabel

Kalbu yang telah


mendapatkan Nur
Ilahi

Ukuran &
pengukuran kinerja
yang amanah

Memiliki tujuan dan


sasaran yang
amanah

Kinerja akan optimal jika yang diberi amanah memegang


prinsip nilai, sikap, & perilaku yang baik, serta selalu
berusaha memuaskan pemberi amanah (stakeholders). Untuk
itu suatu lingkungan organisasi harus senantiasa belajar dan
berkembang.

15

Good Governance sebagai Upaya


Pencegahan Korupsi
Terkait dengan tugas Pencegahan, KPK mendorong
pelaksanaan prinsip2 good governance pada tataran administrasi
Pemerintahan dari mulai Pusat sampai ke Daerah, dalam
program pencegahan korupsi yang disebut Island of integrity
meliputi :
1. Pelaksanaan penerapan manajemen berbasis kinerja
2. Pelaksanaan pemberantasan korupsi pada proses pengadaan
melalui penerapan Pakta Integritas
3. Pelaksanaan mekanisme pengaduan masyarakat
4. Pelaksanaan peningkatan kapasitas pemerintah daerah
5. Pelaksanaan reformasi pelayanan sektor publik
6. Pemberian akses informasi
7. Pelaksanaan mobilisasi publik melalui pendidikan dan
peningkatan kesadaran anti korupsi
8. Pelaksanaan pelatihan dan bantuan teknis
9. Pelaksanaan pertukaran informasi korupsi.

16

Contoh Pelaksanaan menuju


Island of Integrity

Kabupaten Solok
Pos

Pelayanan Satu Pintu


Tunjangan Daerah
Pakta Integritas

17

Kota Pekanbaru
Kantor

Pelayanan Terpadu (KPT)


Tunjangan Daerah
Pakta Integritas

Pelaksanaan good governance didukung oleh komitmen pimpinan (GG di Kota


Pekanbaru paling maju seProv. Riau).
Tunjangan Daerah meningkatkan pendapatan guru dan staf fungsional, namun
menurunkan pendapatan Gol 4b sampai Gubernur (distribusi lebih merata).
Kantor Pelayanan Terpadu relatif memuaskan masyarakat.

18

PELAYANAN TERPADU
(Perijinan dan Non Perijinan)

Pekanbaru
Nama: Kantor Pelayanan Terpadu (KPT):32 perijinan dan non
perijinan
Lokasi Layanan menempati gedung yang megah dan nyaman
(ber AC)
Petugas Layanan merupakan pegawai Kantor.
KPT merupakan pelayanan 1 atap, seluruh proses dilakukan
dalam 1 lokasi, tapi belum 1 pintu. Artinya, masyarakat
masih ada peluang untuk bertemu dengan unit kerja teknis
di KPT
Secara rutin up-grade terhadap kualitas pelayanan melalui
pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

Tunjangan Daerah
Proses pemberian tunjangan kesejahteraan dikaitkan dengan absensi

Tidak hadir 1 hari tanpa keterangan, tunjangan dipotong 4%


Batas maksimum ketidakhadiran 10 kali (40%)/tahun tunjangan
kesejahteraan masih bisa dibayarkan
tidak hadir lebih dari 10 sepuluh) kali atau 40 % tanpa
keterangan dalam 1 (satu) bulan TPPK yang bersangkutan tidak
dibayarkan dengan penjatuhan hukuman disiplin sesuai PP No.
30 Tahun 1980.

Contoh nilai tunjangan sebagian pegawai di lingkungan Pemko. Pekanbaru

Uraian

Walikota
Eselon II a
Eselon III a
Eselon IV a
Staf Non Fungsional
Guru/Staf Fungsional

Jumlah diterima/bulan
Jumlah
2006
2005
Pegawai
(Rp)
(Rp)
8.174
1 20.000.000 42.000.000
1 10.000.000 22.500.000
144 2.000.000 7.000.000
592 1.250.000 2.000.000
2.312
750.000
500.000
5.124
750.000
250.000

Selisih Penerimaan
Keterangan
(Rp)

(%)

-22.000.000
-12.500.000
-5.000.000
-750.000
250.000
500.000

-110,00%
-125,00%
-250,00%
-60,00%
33,33%
66,67%

Turun
Turun
Turun
Turun
Naik
Naik

Di Provinsi Kalimantan Tengah, sudah banyak


Kota/Kab yang menerapkan Pelayanan Terpadu atau
Pos Pelayanan 1 Pintu, yaitu : Kab. Kapuas,
Katingan, Kota Waringin Barat, Kota Waringin Timur,
Sukanara, Gunung Mas, Pulau Pisau, dan Kota
Palangkaraya.

Kabupaten Katingan, Kalteng

Pembuatan KTP gratis dalam waktu 10 menit, di 3 kecamatan.


Akta Kelahiran dan Akta/keterangan kematian gratis, dalam 1
hari.

Kabupaten Pulang Pisau, Kalteng

Pendidikan gratis dari SD sampai SLTA.

21

Di Provinsi Kalimantan Selatan, sudah banyak


Kota/Kab yang menerapkan Pelayanan Terpadu atau
Pos Pelayanan 1 Pintu, yaitu : Kota Banjarmasin,
Kota Banjarbaru, Kab. Tapin, Ulu Sungai Utara, Ulu
Sungai Tengah, Ulu Sungai Selatan, Kandangan, Tanah
Bumbu, dan Banjar.

Kabupaten Amuntai, Kalsel

Pemda menjual kupon premi asuransi kepada orang yang mampu,


kemudian kupon tersebut diberikan kepada orang miskin untuk ditukarkan
ke Rumah Sakit untuk berobat gratis.

Kota Denpasar

Kota Denpasar memiliki data base orang miskin yang baik di


sekolah untuk pendidikan gratis, dan untuk berobat gratis ke
22
Puskesmas dan Rumah Sakit.

Apa yang dimaksud dengan KORUPSI ?


Definisi Korupsi secara gamblang dijelaskan dalam 13 buah
pasal dalam UU 31/ 1999 jo UU 20/2001
30 Bentuk / jenis TPK, dengan pengelompokan sbb:
1.

2.

Kerugian Keuangan Negara


- Pasal 2
- Pasal 3
Suap Menyuap
- Pasal 5 ayat (1) huruf a - Pasal 11
- Pasal 5 ayat (1) huruf b - Pasal 6 ayat (1) huruf a
- Pasal 13 - Pasal 6 ayat (1) huruf b
- Pasal 5 ayat (2) - Pasal 6 ayat (2)
- Pasal 12 huruf a - Pasal 12 huruf c
- Pasal 12 huruf b - Pasal 12 huruf d
23

3.

4.

5.

6.
7.

Penggelapan dalam jabatan


- Pasal 8
- Pasal 9
- Pasal 10 huruf a
- Pasal 10 huruf b
- Pasal 10 huruf c
Pemerasan
- Pasal 12 huruf e
- Pasal 12 huruf g
- Pasal 12 huruf h
Perbuatan curang
- Pasal 7 ayat (1) huruf a
- Pasal 7 ayat (1)huruf b
- Pasal 7 ayat (1) huruf c
- Pasal 7 ayat (1) huruf d
- Pasal 7 ayat 2
- Pasal 12 huruf h
Benturan kepentingan dalam pengadaan
- Pasal 12 huruf I
Gratifikasi
- Pasal 12 B jo. Pasal 12 C

24

Tindak Pidana Lain


yang berkaitan dengan TPK :
1.

Merintangi Proses pemeriksaan perkara Korupsi :


- Pasal 21

2.

Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan tidak


benar :
- Pasal 22 jo. Pasal 28

3.

Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka:


- Pasal 22 jo. Pasal 29

4.

Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi


keterangan palsu :
- Pasal 22 jo.Pasal 35

5.

Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan


keterangan atau memberi keterangan palsu

6.

Saksi yang membuka identitas pelapor :


- Pasal 24 jo. Pasal 31
25

Pasal 12 B UU 20/2001
(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan
dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban
atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih,
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap
dilakukan oleh penerima gratifikasi;
b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah),
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut
umum.

(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara


sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan
pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).

26

Pasal 12 C
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B ayat (1)
tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang
diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
wajib dilakukan oleh penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga
puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut
diterima.
(3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal menerima laporan
wajib menetapkan gratifikasi dapat menjadi milik penerima atau
milik negara.
(4) Ketentuan mengenai tata cara penyampaian laporan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan penentuan status
gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur dalam
Undang-undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.

27

Pengertian Gratifikasi menurut penjelasan


pasal 12 B UU No. 20 Tahun 2001
pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian
uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa
bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan
wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.
Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri
maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan
menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana
elektronik .

Pengecualian :Undang-Undang No. 20 Tahun 2001


Pasal 12 C ayat (1):
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B
ayat (1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan
gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

28

Pelaporan dan
Penentuan Status
Gratifikasi
Penerima
Gratifikasi

Pasal
12C
UU
20/
2001

Laporan Tertulis
kepada KPK

Waktu 30 hari
kerja
sejak diterima

Pasal 16, 17, 18


UU 30/2002

Proses
Penetapan Status

Dapat
memanggil
Penerima
Gratifikasi

30
hari

Menteri
Keuangan

Penerima
Gratifikasi

7 Hari Kerja sejak


ditetapkan statusnya

kerja
penelitian

SK Pimpinan
KPK ttg
Status Gratifikasi
29

Anda mungkin juga menyukai