PENDAHULUAN
Adanya fracture pergelangan kaki yang menyembuh telah dideskripsikan
pada mumi dari Mesir kuno. Pada abad ke 5 sebelum Masehi, Hipokrates
menyatakan bahwa fracture tertutup direduksi dengan cara traksi (hiperekstensi)
dari kaki tapi fracture terbuka tidak disarankan untuk direduksi agar pasien tidak
meninggal karena inflamasi dan gangren dalam 7 hari. Vesalius kemudian
membahas tentang anatomi pergelangan kaki, dan Pare membahas tentang
fracture fibula sehingga pemahaman tentang fracture pergelangan kaki telah lebih
maju pada pertengahan abad ke 18. Tulisan dari zaman ini menyebutkan bahwa
fracture pergelangan kaki sering disebut luksasi berakibat pada insidensi yang
tinggi dari deformitas dan kehilangan fungsi.1
Beberapa orang bahkan beranggapan bahwa fractureluxatio hanya bisa
disembuhkan dengan amputasi primer. Petit menulis bahwa talus dapat mengalami
luxatio tapi selalu berhubungan dengan suatu fracture atau diastasis dari maleolus.
Dia kemudian merekomendasikan reduksi ke posisi anatomis dengan hati-hati
untuk meningkatkan prognosis. Pada tahun 1978, Percival Pott mendeskripsikan
suatu fracture fibula 2 atau 3 inchi di atas ujung distal dengan ruptur yang
berhubungan dari ligamentum medialis dan subluxatio lateral dari talus. Walaupun
deskripsi dan ilustrasinya tidak menunjukkan suatu cedera terhadap ligamentum
syndesmosis, dia menekankan pentingnya reduksi anatomis dalam pengobatan
fracture ankle. Dia merekomendasikan bahwa tungkai bawah diflexikan untuk
merelaksasi otot pergelangan kaki, sehingga dapat dilakukan
reduksi dengan
traksi minimal. Cedera pada pergelangan kaki adalah cedera yang sering terjadi
terutama pada populasi laki laki dan usia yang muda karena aktivitasnya yang
tinggi.3,4
Terutama sering terjadi pada olahragawan terutama pemain sepak bola,
ski, basket, dan olahraga lain yang memerlukan pergerakan aktif kaki. Pada usia
1
yang lebih tua angka kejadian fracture pergelangan kaki kebanyakan terjadi pada
wanita post menopause karena osteoporosis.2
Untuk menentukan terapi, sangat penting memahami mekanisme cedera
pergelangan kaki tersebut, yaitu arah cedera dari sumbu dan besarnya tekanan
yang dialami. Kemudian menentukan cedera pada komponen apa saja yang terjadi
dan resiko dari tindakan yang akan dilakukan.6,7
JeanPierre David, adalah orang pertama yang mencoba menjelaskan
mekanisme cedera pada fracture ankle. Dia menuliskan bahwa ligamentum yang
menahan fibula dengan kombinasi bersama pergerakan ke arah luar (exorotasi)
menghasilkan
fracture
fibula
distal.
Boyer,
dokter
pribadi
Napoleon
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
sisi,
mencegah
gerakan
penuh
pergeseran
lateral
yang
tetapi
kadang-kadang
memerlukan
pembedahan
untuk
menekan
atau
meringankannya.
Menariknya, mengingat pentingnya mereka dalam generasi cedera
olahraga, lampiran atau ekor dalam talus. Pada kaki menyentak kembali sebagai
kekuatan yang dihasilkan ketika mencolok dengan bola, ini miring lega tulang,
datang untuk memukul bagian belakang tibia dan rusak. Fraktur kadang-kadang
lumayan tapi yang lain memerlukan operasi, menghapus fragmen, untuk
memungkinkan atlet dapat terus mengalahkan bola tanpa rasa sakit. Tidak menjadi
bingung dengan varian anatomi, os trigonum dari talus, yang menawarkan gambar
radiografi dari antrian talus longgar, sering dibedakan dari fraktur.
Metatarsal adalah basis hampir datar dan kepala bulat untuk mengartikulasikan
dengan falang pertama jari-jari.
II.1
2. Deltoid ligamen.
Sebaliknya, ligamentum ini dari ujung medial dan malleolar memegang
bagian dalam pergelangan kaki.
4
kaki dan kaki. Meskipun mereka berada di kaki, pergelangan kaki olahraga
menarik traksi tulang mereka sisipan dan kaki. Mereka mendapatkan gerakan
dorsofleksi, inversi fleksi plantar, dan eversi kaki.
1. Otot-otot intrinsik jari-jari kaki berada di kaki yang sama,
mendapatkan gerakan jari: fleksi, ekstensi, penculikan dan adduksi.
2. Plantar fleksor. yang menarik kaki kembali. Oleh karena itu terletak di
bagian belakang kaki di betis. Mereka adalah soleus dan gastrocnemius
pada tendon Achilles, yang umum untuk keduanya.
plantar
fascia
merupakan
struktur
anatomi
yang
harus
Range of Motion), juga bertanggung jawab terhadap penentuan jenis trauma yang
terjadi. Kebanyakan patah tulang malleoli tidak disebabkan oleh trauma yang
langsung tetapi oleh trauma yang indirek berupa : (i) bending, (ii) twisting dan
(iii) tearing pada ligamentanya. Bentuk tulang-tulang sekitar sendi ini juga
memainkan peranan yang penting. Dulu ada dua persangkaan yang salah, yaitu :
1. Fibula/Malleolus lateralis tidak berperan dalam menahan daya (berat
badan) pada sendi ini.
2. Persendian fibula-tibia distal adalah sesuatu yang rigid/kaku.
Kalau diperhatikan perbedaan sumbu anatomik dan sumbu fungsionil
sendi talocrural yang cukup besar serta beda lebar os talus bagian depan dan
bagian belakang (1,5 -- 2 mm lebih lebar pada bagian depan), maka dengan
sendirinya pada waktu dorsifleksi tangkai garpu malleolar akan melebar serta
menyempit lagi waktu plantarfleksi. Dengan kata lain gerakan-gerakan melebarmenyempit oleh karena terdorong, terdapat pada sendi tibiofibular distal ini. Maka
dari itu mempertahankan hal ini juga penting pada pengobatan trauma sekitar
sendi pergelangan kaki ini. Tidak lengkap kiranya mempelajari anatomi sendi
pergelangan kaki tanpa menyebut bermacam-macam istilah yang terdapat pada
sendi ini seperti :
1.
2.
3.
4.
Definisi
Fraktur (patah tulang) pada ujung distal fibula dan tibia merupakan istilah
bidang tersebut, dapat menyebabkan fraktur atau fraktur dislokasi pada daerah
pergelangan kaki. Bagian-bagian yang sering menimbulkan fraktur dan fraktur
dislokasi yaitu gaya abduksi, adduksi, endorotasi atau eksorotasi.
III.2
Epidemiologi
Insidens sering terjadi pada :
1. Fraktur pergelangan kaki menduduki posisi kedua sebagai fraktur yang sering
ditemukan.
2. Fraktur pada anak-anak pada umunya melibatkan lempeng pertumbuhan.
3. Fraktur pada remaja (Fraktur Tillaux) memiliki pola khusus karena penutupan
parsial pada lempeng pertumbuhan.
4. Angka kejadian fraktur ini lebih tinggi pada kelompok dewasa muda.
III.3
Etiologi
1. Fraktur pergelangan kaki paling sering terjadi pada trauma akut, seperti jatuh,
salah langkah, atau cedera saat berolahraga
2. Lesi patologis jarang menyebabkan fraktur pergelangan kaki
Kondisi yang Berkaitan dengan Fraktur Pergelangan Kaki
1. Keseleo pergelangan kaki (sprain ankle)
2. Keseleo PTT (sprain PTT)
III.4
Klasifikasi
Lauge-Hansen (1950) mengklasifikasikan menurut patogenesis terjadinya
1. Weber type A
Fraktur fibula dibawah tibiofibular syndesmosis yang disebabkan adduksi
atau abduksi. Medial maleolus dapat fraktur atau deltoid ligamen robek.
2.
Weber type B
Fraktur oblique dari fibula yang menuju ke garis syndesmosis. Disebabkan
cedera dengan pedis external rotasi syndesmosisnya intak tapi biasanya
struktur dibagikan medial ruptur juga.
3.
Weber type C
Fibulanya patah diatas syndesmosis disebut C1 bila 1/3 distal dan C2 bila
lebih tinggi lagi. Disebabkan abduksi saja atau kombinasi abduksi dan
external rotasi. Syndsmosis & membrana interosseus robek juga.
III.5
Patofisiologi
Penyelidikan-penyelidikan mekanisme trauma pada sendi talocrural ini
telah dilakukan sejak lama sekali. Tapi baru setelah tahun 1942 oleh penemuanpenemuan berdasarkan penyelidikan eksperimentil pada preparat-preparat
anatomik, Lauge Hansen dari Denmark berhasil melakukan pembagian dari jenisjenis trauma serta berdasarkan pembagian ini hampir semua fraktur serta trauma
dapat dibagi dalam 5 dasar mekanismenya.
1.
2.
3.
4.
Trauma supinasi/Eversi
Dalam jenis ini termasuk lebih dari 60% dari fraktur sekitar sendi
talocrural.
Trauma Pronasi/Eversi
Tidak begitu sering, hanya kurang lebih 7 -- 8% fraktur sekitar sendi
talocrural.
Trauma Supinasi/Adduksi
Antara 9 -- 15% dari fraktur sendir talocrural termasuk golongan ini.
Trauma Pronasi/Abduksi
Sekitar 6 -- 17% fraktur sendi talocrural.
5.
Trauma Pronasi/Dorsifleksi
Sangat jarang terjadi tapi perlu disebutkan.
Fraktur maleolus dengan atau tanpa subluksasi dari talus, dapat terjadi
Trauma abduksi
Tauma abduksi akan menimbulkan fraktur pada maleolus lateralis yang
bersifat oblik, fraktur pada maleolus medialis yang bersifat avulsi atau
robekan pada ligamen bagian medial.
2.
Trauma adduksi
Trauma adduksi akan menimbulkan fraktur maleolus medialis yang
bersifat oblik atau avulsi maleolus lateralis atau keduanya. Trauma adduksi
juga bisa hanya menyebabkan strain atau robekan pada ligamen lateral,
tergantung dari beratnya trauma.
3.
11
mereka berdasarkan pembagian dari Lauge Hansen ini. Satu hal yang penting
yang dapat selalu ditarik dari dasar pembagian ini adalah kita dapat mengenal
mekanismenya dari trauma dan kemudian setelah melihat penemuan radiologik ,
menghubungkan trauma yang terdapat pada ligamen-ligamennya. Mengenai
trauma inversi juga telah dilakukan penyelidikan-penyelidikan eksperimentil dan
memang dapat dihasilkan secara eksperimentil tapi suatu trauma inversi hampir
tidak pernah akan ditemukan dalam kehidupan sehari- hari. Perlu ditekankan
kembali bahwa sprain , robekan ligamen serta patah tulang pada sendi talocrural
adalah suatu kesatuan etiologi. Kekuatan-kekuatan indirek yang sama, tergantung
dari kedudukan kaki pada saat itu serta arah rotasi sendi talocrural/yang bekerja
pada setiap jenis trauma. Kekuatan indirek ini sebenarnya kecil, dibanding dengan
panjang lever yang misalnya satu meter sudah dapat menimbulkan fraktur.
Lesis menemukan bahwa untuk fulcrum 1 m cukup kekuatan sebanyak 5 -8 kg saja. Sedangkan suatu kekuatan direk yang diperlukan untuk menyebabkan
kerusakan yang sama, harus kurang lebih 100 kali lebih kuat.
12
Pada gambar di atas, kaki dalam keadaan netral atau dorsifleksi. Bila
trauma menimbulkan rotasi eksternal yang hebat maka ligamentum tibiofibular
anterior akan teregang. Bila rotasi terjadi terus menerus maka kerusakan
ligamentum deltoid dapat terjadi.
13
Pada gambar di atas, kaki dalatn keadaan plantar fleksi maksimal. Bila
trauma menimbulkan rotasi eksterna yang hebat maka dapat terjadi ruptur dari
ligamentum talofibular, disertai luxasi anterior dari talus.
Diagnosa Klinis
Diagnosa pasti mengenai trauma pada sendi talocrural tidak dapat
didasarkan secara radiologik saja, karena pemeriksaan ini hanya akan memberikan
keterangan yang sedikit sekali mengenai kerusakan pada ligament. Diagnosa pada
sendi talocrural membutuhkan palpasi secara metodik oleh karena kebanyakan
struktur yang penting berada langsung dibawah permukaan kulit. Lakukanlah
palpasi pertama pada daerah yang paling tidak memberikan rasa nyeri, dan
singkirkan kemungkinan adanya kerusakan dengan tidak terdapatnya nyeri tekan
setempat serta tidak adanya pernbengkakan pada daerah tersebut. Misalnya kedua
malleoli dapat diraba, dan bilamana tidak memberi rasa nyeri pada penekanan
14
maka kemungkinan fraktur pada kedua nya kecil sekali. Ligamenta yang mudah
diperiksa antara lain adalah :
1. Medial ligamen. Komponen fibulocalcaneal serta talofibular anterior dari
ligamen lateral.
2. Ligamen tibiofibular inferior. Bilamana ligamenta ini tidak nyeri pada perabaan
dan dapat ditegangkan tanpa memberi rasa sakit, kemungkinan kerusakan adalah
kecil.
Pada setiap pemeriksaan, lingkup gerak sendi harus diperiksa secara teliti. Batasan
dari gerak atau adanya rasa nyeri harus diperhatikan. Untuk mengetahui stabilitas
sendi talocrural perlu hubungan talus dengan kedua tangkai garpu malleolar
diperiksa. Penting pula diingat bahwa nyeri daerah ini mungkin juga disebabkan
oleh karena terdapatnya fraktur pada os calcaneus atau pada basis os metatarsal ke
lima.
Anamnesis
Pasien biasanya dapat mengingat peristiwa cedera tapi sering juga tidak dapat
mendeskripsikan mekanisme terjadinya cedera secara tepat. Riwayat kejadian
dapat memberikan informasi tentang beratnya cedera dan kecenderungan
terjadinya cedera yang berhubungan. Titik beban vertikal dari kejadian jatuh atau
deselerasi dari kecepatan tinggi dapat mengakibatkan kompresi aksial dan cedera
pada kaki, pergelangan kaki, dan tulang belakang, sementara pemelintiran
biasanya mengakibatkan cedera exorotasi. Riwayat masalah pada pergelangan
kaki sebelumnya atau adanya cedera sebelumnya dapat merupakan informasi
penting.Cedera rekuren, khususnya ligamen yang terkilir sering terjadi dan sering
bersamaan dengan terjadinya kelemahan atau instabilitas, dan pada pemeriksaan
radiografik dapat terjadi abnormalitas yang sering disalah artikan sebagai cedera
akut.Riwayat penyakit pasien dapat dilihat ulang karena adanya masalah sistemik
seperti diabetes, penyakit vascular perifer, atau penyakit tulang metabolik dapat
mempengaruhi rencana tatalaksana.
15
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang teliti diperlukan untuk menentukan status struktural dari
kulit, jaringan lunak dan neurovascular yang menyertai tulang dan ligamentum.
Keseluruhan kaki bagian bawah termasuk fibula harus diperiksa.Kombinasi gejala
nyeri tekan, bengkak, atau adanya ekimosis pada tulang, ligamen, atau garis
persendian menandakan kemungkinan adanya cedera di daerah tersebut.
III.7
Gejala Klinis
Pada fraktur pergelangan kaki penderita akan mengeluh sakit sekali dan
Sering juga
Pemeriksaan Fisik
1. Perhatikan adanya deformitas.
(a) Secara khusus untuk eksorotasi dari kaki relatif dari tungkai bawah, bila
maleolus medialis mengalami fracture dan tergeser ke lateral, ujung distal tibia
dapat menjadi terlihat jelas di bawah kulit.
(b) Pergeseran posterior dari kaki.
(c) Merupakan penampakan yang sering ditemukan pada fracture maleolus
posterior.
2. Perhatikan adanya pembengkakan.
Bila ditemukan pembengkakan, adakah hematoma yang timbul bersamaan tempat
munculnya dan distribusinya.
(d) Edema yang difus muncul pada anterior dari maleolus lateralis. Merupakan
bentuk edema yang banyak terjadi pada cedera ankle.
(e) Edema berbentuk seperti telur (eggshaped edema) muncul pada maleolus
lateralis segera setelah robeknya ligamentum lateralis secara komplit.
(f) Edema gross dan hematoma ditemukan pada banyak fracture trimaleolar dan
fracture kompresi.
3. Bila ada nyeri tekan perhatikan lokasinya. Secara khusus periksalah maleolus
medialis dan ligamentum deltoidea, area anterior ligamentum tibiofibularis,
panjang keseluruhan dari fibula, basis dari metatarsal kelima (fracture avulsi dari
dasar metatarsal kelima yang mengikuti cedera inversisering disalah artikan
dengan fracture ankle).
Stabilitas dari sendi harus dinilai, khususnya ketika penemuan ini
berhubungan dengan ronsen yang normal.Stabilitas sendi ankle terutama
tergantung dari 4 kelompok struktur tulang dan ligamentum:
(1) Maleolus medialis dan ligamentum collateralis medialis
(2) Maleolus lateralis dan ligamentum collateralis lateralis
(3) Ligamentum syndesmosis anterior dan tempat perlekatannya pada tulang
tibia dan fibula
(4) Ligamentum syndesmosis posterior dan maleolus posterior.
Tile menekankan bahwa terdapat spektrum instabilitas, terutama pada derajat
jaringan lunak dan cedera skeletal.Jika hanya salah satu dari struktur di atas
mengalami cedera, stabilitas masih dapat dipertahankan. Jika ada lebih dari satu
struktur yang mengalami cedera, stabilitas sendi akan lebih sulit dipertahankan.
Pada tungkai bawah, 1/6 beban berat tubuh ditanggung oleh fibula dan
sisanya pada tibia. Fibula tertarik ke arah distal pada stance phase karena
17
yang
menekan
distal
tibia
ke
belakang.Gerakan inversi (supinasi) untuk uji tahanan ini dapat dilakukan dengan
posisi pergelangan kaki plantarflexi untuk menguji ligamentum talofibularis
anterior dan pada posisi netral atau sedikit dorsiflexiuntuk menguji ligamentum
calcaneofibularis.Pergelangan kaki terinversi dan dibandingkan dengan sisi
kontralateralnya.Suatu uji tahanan eversi dilakukan dengan pergelangan kaki pada
posisi netral dan uji ini dilakukan pertama pada kompleks ligamentum deltoidea
superfisialis.Suatu uji tahanan exorotasi mengevaluasi ligamentum syndesmosis
dan juga ligamentum deltoidea profunda.Tibia distabilisasi, pergelangan kaki
diposisikan pada posisi netral dan kaki diexorotasi.
Walaupun cedera pada struktur neurovascular tidak biasa pada cedera
pergelangan kaki, bengkak hebat, khususnya ketika berhubungan dengan cedera
remuk atau penetrasi, dislocasi pergelangan kaki, atau fracture pada tibia atau
tulang kaki dapat mengganggu aliran darah dan berakibat pada iskemia, dan
pemeriksaan tekanan kompartemen, pencitraan Doppler, dan pengukuran PO2
transkutaneus dapat digunakan untuk menilai klinis untuk mengetahui status
18
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi perlu dilakukan bila dicurigai adanya patah tulang
atau adanya suatu robekan ligamen. Biasanya pemotretan dari dua sudut,
anteroposterior dan lateral sudah akan memberikan jawaban adanya hal-hal
tersebut. Pandangan oblique tidak banyak dapat menambah keterangan lain.
Untuk mendapatkan pandangan yang lebih baik mengenai permukaan sendi
talocrural, suatu pandangan anteroposterior dengan kaki dalam inversi dapat
dilakukan. Suatu stress X-ray dapat dibuat untuk melihat berapa luas robekan dari
ligamen, hal ini terutama berguna untuk ligamenta lateral. Diastasis sendi
(syndesmosis) tibiofibular distal penting sekali untuk dikenali. Tapi tidak ada
suatu cara khusus untuk melihat luasnya diastasis ini. Suatu fraktur fibula diatas
permukaan sendi talocrural (dapat sampai setinggi 1/3 proksimal fibula) secara
tersendiri (tanpa fraktur tibia pada ketinggian yang sama), selalu harus
diperhatikan akan kemungkinan adanya suatu diastasis. Diastasis juga jelas bila
ada subluksasi talus menjauhi malleolus medialis. Tapi bila tidak terdapat
subluksasi ini, belum berarti tidak adanya suatu diastasis.
19
III.8
Penatalaksanaan
dengan imobilisasi gips di bawah lutut selama 8 minggu. Bila hasil reposisi jelek,
harus dipikirkan kemungkinan terjadinya interposisi periosteum antara kedua
fragmen. Untuk hal ini harus dilakukan tindakan operasi, dipasang internal fiksasi
dengan pemasangan screw.
3.
20
permukaan sendi pergelangan kaki dan fraktur avulsi maleolus medialis. Hal ini
dapat dicoba dengan melakukan reposisi tertutup. Kalau hasilnya jelek, dilakukan
tindakan operasi reposisi terbuka dengan pemasangan internal fiksasi pada kedua
maleolus.
III.8.2 Penatalaksanaan Fraktur Ankle
. Penatalaksanaan nonoperatif
a. Reduksi tertutup dan pemasangan cast
Reduksi akurat dari fragment intraartikular Pemasangan cast membuat
observasi pembengkakan dan keadaan kulit menjadi tidak memungkinkan, dan
tergeser kembalinya fragmen yang telah direduksi sering terjadi. Pengobatan
dengan cara ini diindikasikan untuk fracture tanpa pergeseran (undisplaced) atau
pada pasien yang tidak dapat banyak bergerak.
b. Traksi
Distraksi dari fracture menggunakan traksi calcaneus dapat menyebabkan
alignment yang memuaskan bila bagian sentral dari permukaan artikular tidak
remuk dan terimpaksi. Traksi membuat akses langsung dan elevasi kaki
memungkinkan dan dapat dikombinasikan dengan pergerakan awal dan
rehabilitasi sendi. Manajemen dengan traksi mempunyai syarat bahwa pasien
harus tetap di tempat tidur sampai terdapat bukti bahwa union sudah
terjadi.Biasanya minimum 6 minggu. Traksi juga dapat digunakan secara inisial
pada fracture fracture yang telah direncanakan untuk operasi namun harus ditunda
karena status jaringan lunaknya.Pada kasuskasus semacam ini efek ligamentoaxis
21
dari
traksi
calcaneus
dapat
menghasilkan
reduksi
yang
cukup
dan
22
dimulai.
Dapat
juga
dilakukan
kemudian,
terutama
bila
fixatorexternalakan diganti dengan plate. Variasi cara penggunaan fixator atau pin
sirkular kecil telah banyak dipakai. Manuver reduksi ditingkatkan dengan pin
kecil untuk mengembalikan permukaan sendi dan mempertahankan stabilitas
tulang. Teknik ini terutama berguna bila luka terbuka dikontraindikasikan dengan
23
penggunaan
fixatorinternal
apapun.Setiap
kali
fixatorexternal
digunakan,
perhatian khusus harus diberikan untuk pin calcaneus untuk distraksi dari sendi
tibiotalaris. Pada pasien yang pergerakan anklenya dikontraindikasikan, sendi
dapat didistraksi dan dipertahankan dengan pin calcaneus. Pin tersebut dapat
membantu mengurangi kekakuan sendi.
III.8. KOMPLIKASI
I. Komplikasi jangka pendek
Biasanya diakibatkan oleh status cedera jaringan lunak, juga penanganan jaringan
saat pembedahan. Hematoma, kulit yang rusak dan nekrosis jembatan jaringan
akan mempengaruhi penyembuhan luka. Terpaparnya jaringan lunak karena
jaringan yang menutupinya hilang dapat membuat masalah infeksi seperti
osteomielitis selain juga menghambat penyembuhan luka. Penggunaan penutupan
kulit sekunder ketika kehilangan jaringan lunak ataupun devascularisasi jaringan
lunak muncul bisa dipertimbangkan. Cedera terbuka, crush necrosis, degloving
injuries dapat mengakibatkan nekrosis jaringan lunak jangka panjang, infeksi, non
union, ataudelayed union.
II. Komplikasi jangka panjang
Termasuk osteomielitis,delayed union, malunion, dan non union dari fracture.
Walaupun angka kejadian non union telah berkurang dengan manajemen jaringan
lunak yang baik, transplantasi tulang, dan teknik fixasi yang baik, delayed union
masih sering ditemukan. Malunion sering terjadi terutama pada reduksi fracture
non anatomis atau hilangnya metafisis medial dengan teknik buttressing yang
inadekuat. Osteotomi untuk mengkoreksi malalignment dapat dilakukan kemudian
setelah union telah dicapai, tapi terapi inisial dari medial buttress selama
penyembuhan fracture dapat meminimalisasi malalignment. Artritis traumatik
sering terjadi ketika ada kerusakan artikular yang signifikan.Kerusakan kartilago
artikular tidak boleh diabaikan walaupun rekonstruksi anatomis telah dilakukan
karena artritis traumatik degeneratif dapat terjadi sebagai sekuelae.Arthrodesis
telah diterima secara umum sebagai pengobatan alternatif untuk masalah ini.
24
III.9
Prognosis
Pada umumnya fraktur pergelangan kaki dapat sembuh tanpa komplikasi
KESIMPULAN
Fraktur (patah tulang) pada ujung distal fibula dan tibia merupakan istilah
yang digunakan untuk menyatakan fraktur pergelangan kaki (ankle fracture).
Fraktur ini biasanya disebabkan oleh terpuntirnya tubuh ketika kaki sedang
25
bertumpu di tanah atau akibat salah langkah yang menyebabkan tekanan yang
berlebihan (overstressing) pada sendi pergelangan kaki.
Klasifikasi yang sering dipakai adalah klasifikasi dari DanisWeber yang
berdasarkan pada level fraktur fibula. , Lauge Hansen dari Denmark berhasil
melakukan pembagian dari jenis-jenis trauma serta berdasarkan pembagian ini
hampir semua fraktur serta trauma dapat dibagi dalam 5 dasar mekanismenya,
yaitu : trauma supinasi / eversi, trauma pronasi / eversi, trauma supinasi / adduksi,
trauma pronasi / abduksi, dan trauma pronasi / dorsifleksi.
Sebaiknya tindakan operatip dilakukan secepatnya. Penting diingat bahwa
tindakan operatip pada penderita, dimana harus dijelaskan bahwa tujuannya
adalah mendapatkan sendi yang sebaik mungkin dan kemauan penderita untuk
melatih setelah operasi akan memegang peranan terjadinya kekakuan atau tidak.
Dengan menekankan bahwa rehabilitasi setelah tindakan konservatip maupun
operatip adalah suatu keharusan, kiranya pengertian dasar mengenai trauma pada
persendian talocrural dalam karangan ini telah diuraikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat.R; De Jong.W, Editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi,
Cetakan Pertama, Penerbit EGC; Jakarta.1997. 1058-1064.
26
2. Sabiston. DC; alih bahasa: Andrianto.P; Editor Ronardy DH. Buku Ajar Bedah
Bagian 2. Penerbit EGC; Jakarta.
3. Schwartz.SI; Shires.GT; Spencer.FC; alih bahasa: Laniyati; Kartini.A;
Wijaya.C; Komala.S; Ronardy.DH; Editor Chandranata.L; Kumala.P.
Intisari Prinsip Prinsip Ilmu Bedah. Penerbit EGC; Jakarta.2000.
4. Reksoprojo.S: Editor; Pusponegoro.AD; Kartono.D; Hutagalung.EU;
Sumardi.R; Luthfia.C; Ramli.M; Rachmat. KB; Dachlan.M. Kumpulan
Kuliah Ilmu Bedah. Penerbit Bagian Ilmu Bedah FKUI/RSCM;
Jakarta.1995.
5. Apley A.G. et al: Apleys System of Orthopaedics and Fractures, 7th edition.
Butterworth Heinemann, 1993, p. 699-712
6. Bucholz et al: Orthopaedic Decisiton Making, BC Dekker Inc. 1984 p. 62-68
7. Fractures in Adults Charles A. Rockwood Jr. & David P. Green, 2nd ed, 1984
27