Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS KINERJA BANK UMUM SYARIAH DAN BANK

KONVENSIONAL DENGAN PRESPEKTIF BALANCED SCORECARD


(STUDI PADA BANK MANDIRI DAN BANK SYARIAH MANDIRI)

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh:
ANNISA STELLATA A.W.
B 200 090 027

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

1
ANALISIS KINERJA BANK UMUM SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL
DENGAN PERSPEKTIF BALANCED SCORECARD
(Studi pada Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri)
Annisa Stellata A.W.
B 200 090 027
ABSTRAK
Pembangunan ekonomi di Indonesia diwujudkan dengan adanya badan usaha,
lembaga keuangan, dan perbankan. Persaingan antar lembaga keuangan semakin kompetitif
dalam perkembangan ekonomi global. Kebijakan perbankan di Indonesia untuk
mengembangkan layanan syariah mulai berkembang, Unit Usaha Syariah (UUS) melakukan
pemisahan (spin off) dari bank umum menjadi Bank Umum Syariah (BUS). Dalam
menyikapi persaingan ini perlu diupayakan peningkatan kinerja organisasi, keselarasan tujuan
organisasi dan tujuan tiap individu dalam organisasi. Diperlukan sistem penilaian kinerja
dengan hasil data yang akurat agar lebih tepat dalam penyusunan strategi organisasi.
Balanced Scorecard adalah salah satu alat pengukur kinerja yang menggunakan aspek
finansial dan non-finansial. Pengukuran tersebut diukur dari empat perspektif yaitu:
perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, perspektif pertumbuhan
dan pembelajaran.
Data primer dan data sekunder digunakan dalam metode penelitian ini. Data primer
diperoleh dari kuesioner teknik convinience sampling dengan responden nasabah dan
karyawan Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri. Data sekunder diperoleh dari annual
report Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri periode 2010 s.d. 2011. Hasil kuesioner
diukur menggunakan formula dan tidak menggunakan pengolahan data statistik. Dalam
menentukan skor tingkat kepuasan nasabah dan karyawan digunakan ukuran skala likert.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perbandingan kinerja Bank Konvensional dan
Bank Umum Syariah.
Hasil penelitian ini diperoleh dari masing-masing perspektif adalah perspektif
keuangan dengan ukuran rasio CAR, NPL/NPF, ROA, ROE, BOPO, LDR/FDR.
Menunjukkan bahwa kinerja kedua bank baik dilihat dari peningkatan profitabilitas dari
tahun sebelumnya. Perspektif pelanggan menunjukkan peningkatan marketshare dan
profitabilitas konsumen yang mempengaruhi kepuasan nasabah dengan hasil yang baik/puas.
Perspektif bisnis internal digunakan rasio NGR dan AETR yang menunjukkan peningkatan
jaringan kantor dan tingkat efisiensi biaya yang baik. Pada perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran menunjukkan peningkatan produktifitas karyawan dan presentase pelatihan
karyawan pada tahun berikutnya. Hal ini mempengaruhi tingkat kepuasan karyawan yang
menghasilkan ketegori cukup baik/puas.
Kata kunci: Kinerja, Balanced Scorecard, Bank Umum Syariah, Bank Konfensional, Spin off.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pembangunan ekonomi di Indonesia merupakan pusat dari seluruh pembangunan
pemerintah. Secara umum pembangunan bertujuan untuk peningkatkan kesejahteraan rakyat.
Pihak swasta lebih berperan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi dalam
pembangunan pemerintah. Sehingga adanya badan usaha, lembaga keuangan dan perbankan
menjadi sangat penting dalam mewujudkan cita-cita pembangunan tersebut.

2
Peranan bank dalam perekonomian suatu negara bersifat strategis. Berperan menjadi
lembaga intermediasi, bank sebagai alat memobilisasi dana masyarakat digunakan sebagai
biaya kegiatan investasi dan memberikan fasilitas pelayanan dalam lalu lintas pembayaran
bagi nasabahnya. Dalam perkembangan perbankan di Indonesia, pemerintah memberikan
kebijakan untuk perkembangan bank syariah dalam meningkatkan restrukturisasi perbankan
nasional dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998, tentang Perubahan atas Undang-Undang
No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Undang-undang ini memungkinkan bank beroperasi
sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah (Sharing Edisi 34,
2009). Lahirnya undang-undang ini merupakan kebijakan perbankan di Indonesia sebagai
program restrukturisasi perbankan untuk melanjutkan pemulihan fungsi perbankan sebagai
intermediasi dan pemantapan kepatuhan kesehatan perbankan yang merupakan bagian dari
kinerja perbankan di Indonesia.
Kebijakan perbankan syariah yang digunakan di Indonesia sesuai dalam Peraturan
Bank Indonesia menjadi dua macam bentuk yaitu dengan office channeling dan spin off. Office
channeling diijinkan regulator melalui PBI No. 8/3/PBI/2006 yang berisi tentang perubahan
kegiatan usaha bank umum konvensional menjadi bank umum yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah oleh bank umum konvensional. Spin off merupakan
kebijakan pemisahan Unit Usaha Syariah dengan Bank Umum yang diintrodusir dalam PBI
Nomor 11/10/2009.
Dengan kemajuan teknologi dan informasi dalam sistem pengendalian manajemen
untuk mengukur suatu kinerja perusahaan yang efektif yang bertujuan untuk menunjang
proses manajemen yang lebih baik maka digunakan alat analisis yang disebut dengan
Balanced Scorecard yang dikembangkan oleh Norton dan Kaplan pada tahun 1990.
Balanced scorecard merupakan alat ukur kinerja perusahaan yang komprehensif dengan
mengukur kinerja keuangan dan nonkeuangan untuk mencapai tujuan perusahaan yang
bersifat jangka panjang, sehingga perusahaan dapat menjalankan bisnis dengan lebih baik
dan terstruktur. Kerangka Balanced scorecard memasukkan strategi, target, dan inisiatif
yang diperlukan. Pengukuran kinerja dengan balanced scorecard pada umumnya diukur
dengan melihat dalam empat perspektif: keuangan, konsumen, proses bisnis internal,
pembelajaran dan pertumbuhan.
Sejalan dengan kemajuan perbankan saat ini memaksa Bank Umum Syariah harus
mampu bersaing dengan bank konvensional yang lebih dulu berkembang di Indonesia.
Persaingan ini mengharuskan inovasi manajemen yang baik untuk bertahan dalam industri
perbankan. Salah satu faktor yang terpenting adalah kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian
di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Kinerja Bank
Umum Syariah dan Bank Konvensional dengan Perspektif Balanced Scorecard (Studi pada
Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri).
1.2.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mencari bukti empiris penilaian kinerja bank konvensional
dengan bank syariah dengan konsep balanced scorecard bahwa:
1. Terdapat perbedaan antara kinerja keuangan Bank Umum Syariah dan Bank
Konvensional.
2. Terdapat perbedaan antara kinerja Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional dilihat
dari aspek pelanggan.
3. Terdapat perbedaan antara kinerja Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional dilihat
dari aspek bisnis internal.
4. Terdapat perbedaan antara kinerja Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional dilihat
dari aspek pertumbuhan dan pembelajaran.
II. LANDASAN TEORI

3
2.1. Teori Bank
Di dalam UU Perbankan No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No.7 Tahun
1992 tentang perbankan, mendefinisikan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat berbentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Di Indonesia struktur perbankan
berdasarkan kegiatan usahanya terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
2.2.Tujuan Bank
1. Jangka Pendek (Tactical Planning).
Bank bertujuan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas wajib minimum bank (reserve
requirement) yang harus dilaporkan secara mingguan kepada Bank Indonesia.
2. Jangka Panjang (Strategic Planning).
Dalam jangka panjang bank bertujuan memperoleh laba maksimum dan memaksimalkan
nilai perusahaan.
2.3.Kegiatan Bank
1. Menghimpun dana dari masyarakat (funding).
2. Menyalurkan dana kepada masyarakat (lending).
3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (services).
2.4.Teori Bank Konvensional
Bank konvensional adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana
maupun dalam rangka penyaluran dananya, memberikan dan mengenakan imbalan berupa
bunga atau sejumlah imbalan dalam presentase tertentu dari dana untuk sesuatu periode
tertentu. Presentase tertentu ini biasanya ditetapkan per tahun (Budisantoso dan Triandaru,
2006).
2.5.Teori Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan sistem bunga,
sehingga bank syariah juga sering disebut dengan interest free bank atau bank tanpa bunga.
Bank syariah merupakan lembaga keuangan atau perbankan yang beroperasi dengan sistem
operasional dan produk dikembangkan berdasarkan pada Al Quran dan hadist Nabi
Muhammad SAW (Muhammad, 2005).
2.6.Kebijakan Perbankan Syariah
1.Kebijakan Office Channeling
Office channeling adalah istilah yang digunakan BI untuk menggambarkan
penggunaan kantor bank umum (konvensional) dalam melayani transaksi-transaksi dengan
skim syariah dengan syarat bank bersangkutan telah memiliki UUS (Rohaya, 2008). Dalam
Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 8/3/PBI/2006 yang mengatur mengenai pembukaan
layanan syariah di kantor bank konvensional (office channeling).
2.Kebijakan Spin Off
Spin off merupakan kebijakan pemisahan bank syariah dari perbankan konvensional
menjadi bank yang berdiri sendiri. Bank-bank yang selama ini memiliki Unit Usaha Syariah
(UUS) harus mengubahnya menjadi anak perusahaan dengan badan hukum sendiri. Penerapan
spin off bagi UUS akan mendorong perkembangan industri perbankan syariah karena sejumlah
alasan salah satunya adalah dengan menggunakan kebijakan spin off, bank syariah baru
tersebut lebih leluasa mengembangkan bisnis syariahnya dibandingkan saat masih berupa
UUS (Rohaya, 2008). Terdapat tiga pendekatan dalam pendirian perbankan dengan
menggunakan kebijakan spin off antara lain:
a) Bank konvensional yang telah memiliki UUS, mengakuisisi bank yang relatif kecil,
mengkonversinya menjadi syariah, dan melepaskan serta menggabungkan UUS-nya
dengan bank yang baru dikonversi tersebut.
b) Bank umum konvensional yang belum memiliki UUS, mengakuisisi bank yang relatif
kecil, mengkonversinya menjadi syariah.

4
c) Unit Usaha Syariah melakukan spin off (pelepasan) untuk menjadi Bank Umum Syariah.
2.7.Penilaian Kinerja
Kinerja (performance) dalam kamus istilah akuntansi adalah kuantifikasi dari
keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode tertentu (Kusumo, 2008). Kinerja
bank secara umum merupakan gambaran hasil prestasi yang dicapai oleh bank dalam
kegiatan operasionalnya. Kinerja menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan kekuatan
serta kelemahan suatu perusahaan. Kekuatan tersebut dipahami agar dapat dimanfaatkan dan
kelemahan juga harus diketahui agar dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan (Lestari dan
Sugiharto, 2007 dalam Kusumo, 2008).
2.8. Teori Balanced Scorecard
Balanced scorecard terdiri dari dua suku kata yaitu scorecard (kartu nilai) dan
balanced (berimbang). Yang dimaksud scorecard adalah kartu nilai untuk mengukur kinerja
personil yang dibandingkan dengan kinerja yang direncanakan, serta dapat digunakan sebagai
evaluasi. Serta balanced (berimbang) artinya kinerja personil diukur secara berimbang dari
dua aspek: keuangan dan nonkeuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan
ekstern. Karena itu jika kartu skor personil digunakan untuk merencanakan skor yang hendak
diwujudkan di masa depan, personil tersebut harus memperhitungkan keseimbangan antara
pencapaian kinerja keuangan dan nonkeuangan, kinerja jangka pendek dan jangka panjang,
serta antara kinerja bersifat internal dan kinerja yang bersifat ekstern (Mulyadi, 2001).
1. Manfaat Balanced Scorecard
Kaplan dan Norton (2000) mengemukakan beberapa manfaat dari konsep
pengukuran kinerja balance scorecard, yaitu:
a. Mengklarifikasi dan mengahasilkan konsensus mengenai strategi.
b. Mengkomunikasikan strategi ke seluruh perusahaan.
c. Menyelaraskan berbagai tujuan departemen dan pribadi dengan strategi perusahaan.
d. Mengkaitkan berbagai tujuan strategis dengan sasaran jangka panjang dan anggaran
tahunan.
e. Mengidentifikasikan dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis.
f. Melaksanakan peninjauan ulang strategis secara periodik dan sistematis.
g. Mendapatkan umpan balik yang dibutuhkan untuk mempelajari dan memperbaiki strategi.
2. Empat Prespektif dalam Balanced Scorecard
a. Perspektif Keuangan
Tujuan finansial menjadi fokus tujuan dan ukuran di semua perspektif lainnya. Setiap
ukuran terpilih harus merupakan hubungan sebab akibat yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan kinerja keuangan. Tujuan dan ukuran finansial harus memainkan peran ganda,
yakni: menentukan kinerja finansial yang diharapkan dari strategi dan menjadi sasaran akhir
tujuan dan ukuran perspektif balanced scorecard lainnya.
b. Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, para manajer mengidentifikasi pelanggan dan segmen
pasar dimana unit bisnis tersebut bersaing. Perspektif pelanggan memfokuskan pada
bagaimana organisasi memperhatikan pelanggannya agar berhasil. Menurut Kaplan dan
Norton (2000), kelompok pengukuran pada perspektif pelanggan pada umumnya sama untuk
semua jenis perusahaan, yaitu: pangsa pasar, retensi pelanggan, akuisisi pelanggan,
kepuasan dan profitabilitas pelanggan.
c. Prespektif Proses Bisnis Internal
Proses bisnis internal adalah serangkaian aktivitas yang ada dalam bisnis kita secara
internal yang kerap disebut dengan rantai nilai (value chain). Pada umumnya rantai nilai
terdiri dari pengembangan produk baru, produksi, penjualan dan marketing, distribusi
(product delivery), layanan purna jual (after sales service) serta keamanan dan kesehatan
lingkungan (enviroment safety and health) (Luis, 2009 dalam Zudia, 2010).

5
d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan memfokuskan ketrampilan sumberdaya
manusia. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dilakukan untuk mendukung tiga aspek
lain. Balanced scorecard menekankan upaya investasi untuk kepentingan masa mendatang,
meliputi investasi pada manusia, sistem, dan prosedur.
3. Keunggulan Balanced Scorecard
Menurut Moeheriono (2009) dalam Ikhwan (2011), Penggunaan sistem pengukuran
kinerja pada balanced scorecard yang dipakai banyak perusahaan dapat memberikan
beberapa keuntungan, yaitu:
a. Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi organisasi.
b. Mengkomunikasikan dan menghubungkan sasaran strategik dengan indikator.
c. Merencanakan, menyiapkan target dan menyesuaikan inisiatif strategik.
d. Meningkatkan umpan balik untuk pengambilan keputusan strategik.
III. METODE PENELITIAN
3.1.Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang menggambarkan keadaan
sebenarnya dari obyek penelitian. Studi ini dimaksudkan untuk memperoleh data-data
perusahaan khususnya hal-hal yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dengan konsep
Balanced Scorecard.
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009: 115). Populasi dalam penelitian ini
adalah nasabah dan karyawan Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri yang berada di
wilayah Surakarta.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2009: 116). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan metode convenience sampling, yang bersifat tidak terbatas pada setiap elemen
populasi yang secara kebetulan untuk dipilih sebagai sampel. Menurut Sugiyono (2009)
convenience sampling adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel
bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data dengan kriteria utamanya
adalah orang tersebut merupakan nasabah dan karyawan Bank Mandiri dan Bank Syariah
Mandiri.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer.
Data primer secara khusus dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner untuk
mengukur tingkat kepuasan nasabah serta tingkat kepuasan karyawan. Data diperoleh
dari nasabah dan karyawan Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri.
b. Data sekunder.
Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan adalah laporan tahunan Bank
Mandiri dan Bank Syariah Mandiri tahun 2010 dan 2011 yang dipublikasikan dalam
website Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri. Dari laporan keuangan diperoleh
informasi rasio-rasio keuangan utama yang digunakan untuk membandingkan antara
kedua bank. Rasio keuangan yang digunakan pada perspektif keuangan antara lain:
CAR, NPL/NPF, ROA, ROE, BOPO, dan LDR/FDR. Selain itu digunakan literatur,
majalah, dan dokumen yang berkaitan dengan kinerja balanced scorecard.
3.3 Metode Pengumpulan Data

6
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Metode pengumpulan data primer menggunakan data kuesioner yang dibagikan kepada
karyawan dan nasabah Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri. Sedangkan
perhitungan bobot penilaian kuesioner karyawan dan nasabah menggunakan skala likert
yang menyatakan hubungan dengan pernyataan tentang sikap, persepsi, dan pendapat
seseorang terhadap sesuatu.
b. Pengumpulan data sekunder dengan menggunakan laporan ataupun data yang sudah
tersedia/ tersaji, dan mempelajari beberapa literatur yang relevan untuk memperoleh
gambaran teoritis tentang konsep penilaian kinerja balanced scorecard. Data dalam
penelitian ini dapat berupa informasi terkait dari internet, majalah, dokumen tambahan
dari modul tentang Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri, untuk dapat mengetahui
profil perusahaan, gambaran umum perusahaan dan mendapatkan laporan keuangan
dari Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri tahun 2010 dan 2011 yang dapat di
download dari website www.bankmadiri.co.id dan www.syariahmandiri.co.id.
3.4 Metode Analisis Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dan
kualitatif. Dengan teknik analisis kuantitatif akan dianalisis terlebih dahulu kinerja bank
syariah dan bank konvensional dengan pengukuran menggunakan empat perspektif balanced
scorecard (finansial, konsumen, internal bisnis, pertumbuhan dan pembelajaran). Untuk
menentukan skor tingkat kepuasan nasabah dan karyawan menggunakan analisis faktor dari
hasil data penyebaran kuesioner dengan nilai rata-rata diberikan skor menggunakan acuan
skala likert. Dalam pengujian data tidak digunakan pengolahan data statistik sehingga hasil
pengolahan data bersifat diskriptif.Selanjutnya teknik analisis kualitatif menggunakan data
laporan manajemen kedua bank dari data sekunder. Menggunakan metode deskriptif yang
bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematik, faktual dan akurat.
3.5 Alat Analisis
3.5.1 Kinerja Perspektif Keuangan
1. Permodalan

=
100%

Rasio ini mencakup mengenai permodalan bank. Perhitungan rasio CAR (Capital
Adequancy Ratio)sesuai dengan ketentuan PBI No. 10/15/PBI/2008 tentang kewajiban
penyediaan modal minimum bank umum. CAR ideal adalah 10% namun Bank
Indonesia (2011) menentukan CAR minimum yang harus dicapai yaitu 8%. CAR yang
kecil akan meningkatkan risiko kegagalan bank tersebut dan sebaliknya. Semakin tinggi
rasio CAR, semakin kecil risiko bank tersebut.
2. Aktiva Produktif

=
100%

Rasio Non Performing Loan/ Non Performing Financning (NPL/NPF) digunakan untuk
menganalisis kredit bermasalah terhadap total kredit. Kredit yang akan macet dibuatkan
cadangan kredit macet. Jika nilai rasio ini meningkat, maka analisis harus semakin
waspada karena bank tersebut bisa mengalami kesulitan. Standar terbaik NPL/ NPF
menurut Bank Indonesia (2011) adalah bila NPL/ NPF berada dibawah 5%.
3. Rentabilitas Ekonomi

=
100%

Rasio ini mengukur kemampuan bank menghasilkan keuntungan. Standar Return On
Asset (ROA) terbaik menurut Bank Indonesia (2011) untuk perbankan adalah 1,5%.

7
Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dalam segi penggunaan aset.
4. Rentabilitas Modal Saham

=
100%

ROE (Return on Equity) adalah perbandingan laba bersih bank dengan modal sendiri.
Rasio ini merupakan indikator untuk para pemegang saham dan calon investor untuk
mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba yang dikaitkan dengan pembayaran
deviden. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia (2011), standar minimum ROE adalah
12%.
5. Efisiensi

=
100%

Rasio BOPO merupakan perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan
operasional. Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Standar terbaik BOPO menurut Bank
Indonesia (2011) adalah 92%.
6. Likuiditas

=
100%

Loan to Deposit Ratio/ Financing Deposit Ratio adalah rasio antara seluruh jumlah
kredit yang diberikan kepada pihak ketiga oleh bank dengan dana yang diterima bank.
LDR/FDR menggambarkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya. Standar terbaik LDR/FDR menurut Bank Indonesia (2011)
adalah 85%-110%.
3.5.2 Kinerja Perspektif Konsumen
1. Pangsa Pasar (Market Share)
Pangsa pasar untuk menganalisis seberapa besar penguasaan segmen pasar antara Bank
Umum Syariah dan Bank Konvensional. Semakin tinggi nilai market share, berarti
semakin baik penguasaan segmen pasarnya. Rumus market share dari Bank Indonesia
(2011) yang dikutip dari www.infobank.co.id :

=
100%

2. Profitabilitas konsumen
Profitabilitas konsumen digunakan untuk mengukur seberapa besar keuntungan yang
berhasil dicapai dari pendapatan jasa yang ditawarkan kepada konsumen. Profitabilitas
konsumen diukur dengan menggunakan rumus (Zudia, 2010):

=
100%

3. Tingkat kepuasan nasabah (Customer Satisfaction)
Kepuasan nasabah merupakan faktor utama penggerak roda perusahaan. Untuk
mengetahui tingkat kepuasan nasabah dilakukan survei dengan menggunakan kuesioner.
Hasil survei kemudian dihitung dengan menggunakan rumum. Rumus untuk menghitung
kepuasan nasabah dengan pengukuran skala likert adalah sebagai berikut (Zudia, 2010):

=
100%

3.5.3 Kinerja Perspektif Proses Bisnis Internal
1. NGR (Network Growth Ratio)

8
Rasio ini mengukur peningkatan jaringan unit kerja dengan cara membandingkan
peningkatan jaringan unit kerja terhadap total unit kerja pada periode tertentu (Henry,
2004 dalam Zudia, 2010). NGR bertujuan untuk mengetahui tingkat inovasi produk dan
jasa yang ditawarkan perusahaan guna memenuhi kebutuhan masyarakat kususnya
kepada nasabah bank. NGR dihitung dengan rumus:

=
100%

2. AETR (Administrative Expense to Total Revenue)
Rasio AETR yaitu rasio untuk mengukur biaya administrasi yang dikeluarkan suatu bank
yang diukur dengan membandingkan dengan total pendapatan yang diterima dalam suatu
periode (Kemalasari,2010). Rasio ini menunjukkan bagaimana perusahaan
mengendalikan biaya administrasinya terhadap pendapatan yang diperoleh. Perhitungan
AETR sebagai berikut:

=
100%

3.5.4 Kinerja Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
1. Tingkat Produktifitas Karyawan
Tingkat produktifitas karyawan berpengaruh dalam pengukuran perspektif pertumbuhan
dan pembelajaran untuk mengetahui seberapa besar kemampuan karyawan untuk
berproduktif dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Produktifitas karyawan
diukur dalam periode tertentu pada Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional,
menggunakan rumus (Henry, 2004 dalam Zudia, 2010):

=
100%

2. Tingkat Presentase Pelatihan Karyawan
Rasio ini digunakan mengukur seberapa besar presentase karyawan yang terampil untuk
menambah tingkat pertumbuhan dan pembelajaran perusahaan. Semakin banyak jumlah
karyawan yang ditraining akan meningkatkan pertumbuhan dan pembelajaran bagi
perusahaan. Tingkat presentase pelatihan karyawan dihitung dengan menggunakan
rumus (Henry, 2004 dalam Zudia, 2010):

=
100%

3. Tingkat Kepuasan Karyawan
Kepuasan karyawan dalam bekerja sangat mempengaruhi bagaimana pertumbuhan
perusahaan. Kepuasan karyawan mencakup kenyamanan dalam bekerja yang baik
menghasilkan kinerja yang baik pula. Untuk mengukur seberapa jauh karyawan merasa
puas terhadap perusahaan adalah dengan menggunakan survei kepuasan karyawan
dengan ukuran skala likert, kemudian hasil survei dihitung dengan menggunakan rumus
(Zudia, 2010):

=
100%

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Ratio Balanced Scorecard dan Pembahasan Hasil Penelitian
1. Perspektif Keuangan
Tabel 4.1. Perbandingan Rasio Keuangan Bank Mandiri dan Bank Syariah
Mandiri
RASIO KEUANGAN
Bank Mandiri
Bank Syariah Mandiri

9
2010
2011
2010
2011
14,7%
17,2%
6,9%
8,8%
CAR
2,4%
2,2%
0,74%
0,70%
NPL / NPF
3,1%
3,0%
1,8%
1,5%
ROA
22,3%
20,3%
20,7%
17,9%
ROE
70,6%
71,9%
45,6%
44,7%
BOPO
153,1%
167,7%
111,2%
71,2%
LDR / FDR
Sumber: Laporan Keuangan Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri tahun 2010 dan
2011
Dalam perspektif keuangan, beberapa rasio keuangan yang digunakan dalam
mengukur kinerja keuangan Bank Mandiri lebih baik dibandingkan rasio keuangan Bank
Syariah Mandiri. Dilihat dari kecukupan modal, rentabilitas ekonomi dan modal saham.
Namun pada rasio aktiva produktif, efisiensi operasional dan tingkat likuiditas Bank
Syariah Mandiri lebih baik dibandingkan Bank Mandiri. Hal ini dikarenakan Bank Syariah
Mandiri menggunakan metode pelaksanaan kegiatan perbankan antara pihak bank kepada
pihak lain dengan prinsip hukum Islam, didasarkan pada prinsip bagi hasil, jual beli, atau
sewa. Penentuan harga dan pelaksanaan kegiatan bank dengan sistem syariah bersumber
pada Al Quran dan Al-Hadits. Sedangkan Bank Mandiri lebih fokus pada profit oriented
dengan sistem bunga dalam kegiatannya.
2. Perspektif Nasabah
Tabel 4.2. Perbandingan Market Share dan Profitabilitas Konsumen Bank Mandiri
dan Bank Syariah Mandiri
PERSPEKTIF KONSUMEN
Bank Mandiri
Bank Syariah Mandiri
2010
2011
2010
2011
14,95%
15,11%
1,08%
1,33%
Market Share
19,87%
1448,2%
1275,3%
Profitabilitas Konsumen 15,82%
Sumber: Laporan Keuangan Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri tahun 20102011.
Tabel 4.3. Perbandingan Tingkat Kepuasan Nasabah Bank Mandiri dan Bank
Syariah Mandiri
PERSPEKTIF KONSUMEN
Tingkat Kepuasan
Bank Mandiri
Bank Syariah Mandiri
Nasabah
81,6%
80,5%
Sumber: Data primer yang diolah
Dalam perspektif pelanggan, menunjukkan bahwa Bank Mandiri lebih unggul pada
market share terhadap pertumbuhan aset perbankan nasional dan kepuasan nasabah. Tetapi
profitabilitas Bank Syariah Mandiri lebih unggul karena jumlah pelayanan syariah yang
beragam dan jumlah pembiayaan konsumen yang besar dengan konsep Bank Syariah
Mandiri bagi hasil, sehingga pendapatan yang diperoleh sedikit dibandingkan Bank Mandiri
yang menggunakan sistem bunga yang lebih profit pada perusahaan dengan pembatasan
biaya konsumen.
3. Perspektif Bisnis Internal
Tabel 4.4. Perbandingan Rasio Bisnis Internal Bank Mandiri dan Bank Syariah
Mandiri
RASIO BISNIS INTERNAL
Bank Mandiri
Bank Syariah Mandiri
2010
2011
2010
2011

10
62,22%
37,78%
47,06%
52,94%
NGR
12,55%
12,06%
15,06%
15,80%
AETR
Sumber : Laporan Keuangan Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri tahun 2010 dan
2011 yang diolah.
Perspektif proses bisnis internal dalam pengukuran kinerja menunjukkan pada
perkembangan perluasan jaringan kantor Bank Syariah Mandiri semakin meningkat dan
meningkatkan inovasi dalam produk. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan layanan purna
jual dan memberikan tambahan manfaat untuk nasabah agar mendapatkan loyalitas terhadap
Bank Syariah Mandiri. Rasio AETR menunjukkan Bank Mandiri lebih rendah dalam
penggunaan biaya administrasi terhadap pendapatannya, sehingga kesuksesan efisiensi,
efektivitas, dan ketepatan proses transaksi yang dilakukan Bank Mandiri lebih baik
dibandingkan Bank Syariah Mandiri.
4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Tabel 4.5. Perbandingan Produktifitas Karyawan dan Pelatihan Karyawan
Terampil Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri
PERSPEKTIF PERTUMBUHAN DAN PEMBELAJARAN
Bank Mandiri
Bank Syariah Mandiri
2010
2011
2010
2011
0,0040% 0,0036%
0,013%
0,0085%
Produktifitas Karyawan
14,92%
53,06%
5,96%
6,23%
Pelatihan Karyawan Terampil
Sumber: Laporan Keuangan Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri tahun 2010 dan
2011 yang diolah.
Tabel 4.6. Perbandingan Tingkat Kepuasan Karyawan Bank Mandiri dan Bank
Syariah Mandiri
PERSPEKTIF PERTUMBUHAN DAN PEMBELAJARAN
Tingkat Kepuasan
Bank Mandiri
Bank Syariah Mandiri
Karyawan
85,33%
83,78%
Sumber: Data primer yang diolah
Dalam perspektif pertumbuhan dan pembelajaran menunjukkan Bank Mandiri lebih
unggul dibandingkan Bank Syariah Mandiri pada presentase karyawan terampil dan tingkat
kepuasan karyawan. Namun dalam produktifitas karyawan Bank Syariah Mandiri lebih
unggul, karena Bank Syariah Mandiri yang tidak berprinsip prinsip profit oriented sehingga
laba usaha yang diperoleh tidak sebanyak Bank Mandiri dengan jumlah karyawan yang
semakin meningkat.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dalam perspektif keuangan, beberapa rasio keuangan yang digunakan dalam mengukur
kinerja keuangan Bank Mandiri lebih baik dibandingkan rasio keuangan Bank Syariah
Mandiri. Dilihat dari kecukupan modal, rentabilitas ekonomi dan modal saham. Namun
pada rasio aktiva produktif, efisiensi operasional dan tingkat likuiditas Bank Syariah
Mandiri lebih baik dibandingkan Bank Mandiri.
2. Dalam perspektif pelanggan, menunjukkan bahwa Bank Mandiri lebih unggul pada
market share terhadap pertumbuhan aset perbankan nasional. Bank Mandiri dan Bank
Syariah Mandiri tetap bertahan dalam persaingan perbankan dan meningkatkan
penguasaan segmen pasar untuk memenuhi kebutuhan nasabah. Profitabilitas Bank
Syariah Mandiri lebih unggul karena jumlah pelayanan syariah yang beragam dan jumlah
pembiayaan konsumen yang besar dengan konsep bagi hasil, sehingga pendapatan yang
diperoleh sedikit dibandingkan Bank Mandiri yang menggunakan sistem bunga yang

11
lebih profit pada perusahaan dengan pembatasan biaya konsumen. Hasil penilaian tentang
tingkat kepuasan nasabah diperoleh dari survei dengan kuesioner. Hasil penelitian dan
preferensi masyarakat terhadap Bank Syariah Mandiri menunjukkan minat masyarakat
terhadap bank syariah, namun minat masyarakat terhadap Bank Mandiri masih konsisten.
Kedua bank mencapai kategori kepuasan nasabah yang cukup baik/puas dengan
presentase tingkat kepuasan diatas 80%.
3. Perspektif proses bisnis internal dalam pengukuran kinerja menunjukkan pada
perkembangan perluasan jaringan kantor Bank Syariah Mandiri semakin meningkat dan
meningkatkan inovasi dalam produk. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan layanan
purna jual dan memberikan tambahan manfaat untuk nasabah agar mendapatkan loyalitas
terhadap Bank Syariah Mandiri. Rasio AETR menunjukkan Bank Mandiri lebih rendah
dalam penggunaan biaya administrasi terhadap pendapatannya, sehingga kesuksesan
efisiensi, efektivitas, dan ketepatan proses transaksi yang dilakukan Bank Mandiri lebih
baik dibandingkan Bank Syariah Mandiri.
4. Dalam perspektif pertumbuhan dan pembelajaran menunjukkan Bank Syariah Mandiri
lebih unggul dalam produktifitas karyawan, sedangkan presentase karyawan terampil
Bank Mandiri lebih unggul. Berdasarkan tingkat kepuasan karyawan Bank Mandiri dan
Bank Syariah Mandiri yang diperoleh dari kegiatan survei menunjukkan kepuasan yang
baik/puas oleh karyawan.
5.2 Keterbatasan Penelitian
1. Sampel yang digunakan dalam penelitian hanya satu bank saja yang melakukan
pemisahan (spin off) terhadap Unit Usaha Syariah-nya. Oleh karena itu, selanjutnya perlu
dilakukan penelitian dengan penggunaan sampel yang lebih banyak untuk menghasilkan
penelitian yang lebih mendetail.
2. Jangka waktu penelitian selama 2 tahun yaitu dari tahun 2010 hingga tahun 2011,
menyebabkan keterkaitan antar tiap perspektif dalam penilaian kinerja tidak dapat
dilakukan secara maksimal. Sehingga penelitian berikutnya diharapkan dapat menambah
waktu pengamatan sehingga dapat dilakukan evaluasi kinerja yang lebih optimal tiap
perspektif dalam konsep Balanced Scorecard.
3. Hasil penelitian ini belum dapat menunjukkan kinerja secara keseluruhan yang dapat
menyimpulkan manakah diantara kedua perusahaan tersebut yang kinerjanya lebih baik.
Sehingga penelitian berikutnya diharapkan lebih dapat membedakan kinerja antar
perusahaan secara keseluruhan pada perspektif Balanced Scorecard.
5.3 Saran
a. Bagi Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri
1. Upaya- upaya pemulihan dan perbaikan pembiayaan pada Bank Mandiri dan Bank
Syariah Mandiri perlu diintensifkan sehingga tidak membebani di masa mendatang.
2. Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri perlu meningkatkan kualitas pelayanan dan
inovasi produk dipengaruhi perubahan selera pasar (market driven), kemajuan teknologi
(technology driven) dan kondisi ekonomi (economic driven). Hal ini untuk meningkatkan
pangsa pasar dan memenuhi kebutuhan perbankan rakyat Indonesia. Selain itu Bank
Syariah Mandiri perlu meningkatkan penerimaan masyarakat tentang perbankan syariah
untuk meningkatkan market share, karena pemahaman masyarakat tentang perbankan
syariah masih kurang.
3. Pertumbuhan jaringan kantor dan meminimalisir jumlah biaya administrasi pada Bank
Syariah Mandiri perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja perspektif proses bisnis
internal agar dapat bersaing dengan Bank Mandiri sebagai bank konvensional. Bank
Mandiri harus konsisten dengan penggunaan biaya administrasi pada pendapatannya agar
lebih optimal dalam menjalankan proses transaksinya, selain itu Bank Mandiri juga perlu

12

4.

1.

2.
3.

mengembangkan pelayanannya dengan menambah jumlah jaringan kantor atau pelayanan


nasabah yang lainnya.
Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri perlu peningkatkan pelatihan dan pendidikan
untuk menghasilkan human capital yang berkompeten dan profesional, peningkatan
teknologi informasi yang canggih dan mengoptimalkan pelayanan yang prima bagi
nasabah.
b. Bagi peneliti yang akan datang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perspektif keuangan menggunakan beberapa
tolok ukur enam rasio keuangan: CAR, NPL/NPF, ROA, ROE, BOPO, dan LDR/FDR.
Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menggunakan pengukuran rasio keuangan yang
lebih lengkap.
Pada perspektif nonkeuangan diharapkan dapat mengembangkan pengukuran yang lebih
kompleks.
Sampel yang digunakan diharapkan lebih diperbanyak dan penambahan waktu
pengamatan agar hasilnya lebih tergeneralisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Amirillah, Muhammad A. 2010. Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2005-2009.


Tesis Program Pascasarjana UNDIP
Antinio, Syafii. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press
Budisantoso, Totok dan Sigit Triandaru. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi
Dua, Jakarta: Salemba Empat
Hernanto, Yuli. 2009. Pengukuran Kinerja dengan Pendekatan Balanced Scorecard pada PT
Bank Syariah Mandiri Cabang Bogor. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen
ITB
Ikhwan, Awan. 2011.Pengukuran Kinerja Dengan Pendekatan Balanced Scorecard pada PT
Bank Muamalat Indonesia Tbk Cabang Bogor. Skripsi Fakultas Ekonomi dan
Manajemen ITB
Irawan, Dessy A. 2009. Pengukuran Kinerja Perbankan Berdasarkan Analisis Balanced
Scorecard pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Artikel Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadharma
Istiqlal, Cahyo Halim. 2009.Penilaian Kinerja Perbankan Syariah Dengan Metode Balanced
Scorecard. La Riba Vol.III, No. 2
Kaplan, Robert S. dan David P. Norton. 2000. Balanced Scorecard Menerapkan Strategi
Menjadi Aksi, Terjemahan: Pasla Yosi Peter R. Jakarta: Erlangga
Kemalasari, Yuanisa D. 2010. Evaluasi Terhadap Kinerja Unit Usaha Syariah pada Bank
Konvensional dengan Perspektif Balanced Scorecard (Studi Kasus pada Bank
Jateng). Skripsi Fakultas Ekonomi UNDIP
Kusumo, Yunanto A. 2008. Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 20022007. Jurnal Ekonomi Islam La Riba. Vol.II, No.1, Juli 2008

13
Makhijani, Naresh dan James Creelman. 2012. Menciptakan Balanced Scorecard untuk
Organisasi Jasa Keuangan, Terjemahan: Gina Gania. Jakarta: Esensi Erlangga
Group
Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat, dan Rekayasa, Edisi 3. Jakarta:
Salemba Empat
______. 2005. Sistem Manajemen Strategik Berbasis Balanced Scorecard. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN
Putri, Dhika P. 2008. Analisis Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan Konsep Balanced
Scorecard (Studi Kasus PT Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo). Skripsi
Fakultas Ekonomi UMS
Rohaya, Hairienisa. 2008. Perkembangan Skala Usaha Perbankan Syariah di Indonesia Pra
dan Pasca Kebijakan Office Chanelling. Jurnal Ekonomi Islam La Riba.Vol.II,
No.2, Desember 2008
Sharing Edisi 34 TahunIII Oktober 2009. Majalah Ekonomi dan Bisnis Syariah. Jakarta
Selatan
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
Sukirman, Yudhi A. 2008. Evaluasi Kinerja Berdasarkan Metode Balanced Scorecard pada
Segmen UKM, Segmen Korporasi dan PT BNI Tbk, Agregat. Skripsi Fakultas
Pertanian ITB
Susestu, Alina Widya dan Bambang Tjahjadi. 2009. Model Sistem Manajemen Kinerja
Berbasis Strategi pada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (Bank Jatim):
Studi Kasus dengan Rerangka Balanced Scorecard. Ventura Vol.11 No. 2
Umam, Khotibul. 2010. Peningkatan Ketaatan Syariah Melalui Pemisahan (Spin Off) Unit
Usaha Syariah Bank Umum Konvensional. Mimbar Hukum. Vol.22, No.3, Oktober
2010
www.bankmandiri.co.id
www.bi.go.id
www.infobank.co.id
www.syariahmandiri.co.id
Zudia, Meirdania. 2010. Analisis Penilaian Kinerja Organisasi dengan Menggunakan
Konsep Balanced Scorecard pada PT Bank Jateng Semarang. Skripsi Fakultas
Ekonomi UNDIP

Anda mungkin juga menyukai