Anda di halaman 1dari 16

19

BAB III
STRATIGRAFI
III.1. Stratigrafi Regional
Berdasarkan stratigrafi regional yang di susun oleh Kadar dan Sudijono,
1994, zona Rembang dibagi menjadi 10 formasi yang urutan dari tua ke muda
adalah sebagai berikut :
1. Formasi Tawun
Secara umum formasi ini tersusun oleh perselingan antara
batulempung pasiran dengan batupasir dan batugamping yang kaya akan
foraminifera

golongan

orbitoid

(Lepidocyclina,

Cycloclypeus).

Batulempung pasiran berwarna abu-abu hingga abu-abu kecoklatan,


semakin ke atas cenderung berubah menjadi batulanau dengan konkresi
oksida besi. Batupasirnya biasanya cukup keras berwarna kemerahan,
sebagian bersifat gampingan dan sebagian tidak. Batugampingnya
berwarna coklat muda hingga abu-abu muda, berbutir halus sampai
sedang. Penyusun utamanya adalah fosil foraminifera besar dengan sedikit
pencampur batupasir kuarsa. Ketebalan batugamping ini mencapai 30 m.
Pada

formasi

ini

ditemukan

Globigerinoides

siakensis,

Gdes.

subquadratus, Globorotalia obessa dan G. praemenardii. Disamping itu


juga

dijumpai

Lepidocyclina

atuberculata,

L.

aphippioides,

L.

sumatrensis, L. nipponica dan Cycloclypeus sp. Berdasar pada asosiasi


fosil tersebut ditafsirkan bahwa Formasi Tawun diendapkan pada Awal
hingga Miosen Tengah, pada lingkungan lingkungan paparan yang agak
dalam (outer shelf) dari suatu laut terbuka.
2. Formasi Ngrayong
Satuan stratigrafi ini pada bagian

bawah

tersusun

oleh

batugamping Orbitoid (Cycloclypeus) dan batulempung, sedangkan bagian


atas tersusun oleh batupasir dengan sisipan batugamping orbitoid. Diantara
perlapisan batulempung dijumpai struktur sedimen yang khas yaitu
gelembur (ripple mark) dan keping-keping gipsum. Batupasirnya berwarna
merah

kekuningan,

sering

menunjukkan

struktur

soft

sediment

deformation, disertai fosil jejak berupa lubang vertikal (memotong

20

perlapisan) dari kelompok Ophiomorpha. Dari kenampakan tersebut dapat


ditafsirkan bahwa bagian bawah dari satuan ini pada awalnya diendapkan
pada dataran pasang-surut (intertidal area) yang kemudian mengalami
transgresi menjadi gosong lepas pantai (offshore bar) atau shoreface yang
tercirikan oleh batupasir merah, yang selanjutnya semakin mendalam
menjadi lingkungan paparan tengah hingga paparan luar (middle to outer
shelf) yang menghasilkan batugamping yang kaya akan Cycloclypeus.
Kenampakan stratigrafi tersebut dapat dilihat di daerah Polaman (Gambar
3.2). Batupasir Ngrayong merupakan reservoir utama pada lapanganlapangan minyak di daerah sekitar Cepu. Ketebalan rata-rata mencapai 300
m tetapi menipis ke arah selatan dan juga ke arah timur, karena terjadi
perubahan fasies menjadi batulempung.
3. Formasi Bulu
Formasi Bulu terletak di atas batupasir Ngrayong, mempunyai
penyebaranyang luas di Antiklinorium Rembang Utara. Formasi ini
tersusun oleh kalkarenit berlempeng (platty sandstones) dengan sisipan
napal pasiran. Di beberapa tempat di jumpai kumpulan Cycloclypeus
(Katacycloclypeus) annulatus yang sangat melimpah. Kalkarenitnya
tersusun oleh litoklas karbonat, foraminifera kecil maupun besar, serta
butir-butir kuarsa, feldspar dan glaukonit. Ke arah barat, formasi ini
menjadi semakin tebal. Di bagian timur ketebalan hanya 80 m tetapi ke
arah barat ketebalannya mencapai 300 m. Formasi ini diendapkan pada
kala Miosen Tengah pada lingkungan laut dangkal yang berhubungan
dengan laut terbuka.
4. Formasi Wonocolo
Formasi Wonocolo tersusun oleh napal dan batulempung tidak
berlapis. Bagian bawahnya tersusun oleh batugamping pasiran dan
batupasir

gampingan,

yang

secara

umum

menunjukkan

gejala

pengendapan transgresif. Total ketebalan dari formasi ini lebih kurang 500
m, menunjukkan peningkatan ketebalan ke arah selatan. Pengendapannya
terjadi pada Miosen Tengah Atas, pada lingkungan paparan luar.
5. Formasi Ledok
Formasi Ledok mempunyai lokasi tipe di kawasan antiklin Ledok,
10 km di utara kota Cepu. Penyusun utamanya terdiri atas perselang-

21

selingan antara batupasir glaukonitik dengan kalkarenit yang berlempenglempeng, dengan beberapa sisipan napal. Batupasirnya berwarna kehijauan
hingga kecoklatan, berbutir halus hingga sedang, dengan komposisi
mineral kuarsa, fragmen kalsit serta glaukonit yang secara keseluruhan
terpilah sedang. Ketebalan setiap perlapisan berkisar antara 10 hingga 60
cm. Bagian bawah berbutir lebih halus dari bagian atas. Ketebalan Formasi
Ledok secara keseluruhan mencapai 230 m di lokasi tipenya. Ke arah
utara, formasi ini berangsur-angsur berubah menjadi Formasi Paciran.
Dari contoh yang diambil di sungai Gunem (sebelah timur Sulang,
Rembang) dijumpai kumpulan foraminifera bentonik berupa Siphonina
pulchra, Uvigerina peregrina peregrina, and U. hispidocostata. Kumpulan
ini menunjukkan pengendapan di lingkungan lereng atas (upper slope).
Foraminifera

plangtonik

terwakili

oleh

asosiasi

Globorotalia

plesiotumida, G. miocenica, G. pseudoopima dan Pulleniatina primalis


menunjukkan bahwa Formasi Ledok diendapkan pada zona N17 N18
atau Akhir Miosen.
6. Formasi Mundu
Formasi Mundu memiliki ciri litologi yang khas, tersusun oleh
napal massif berwarna abu-abu muda hingga putih kekuning-kuningan,
dengan kandungan foraminifera plangtonik yang sangat melimpah.
Disamping itu juga didapatkan kandungan glaukonit tetapi hanya dalam
jumlah sedikit. Di beberapa tempat, bagian atas dari formasi ini secara
berangsur berubah menjadi batugamping pasiran. Ketebalan dari formasi
ini cenderung bertambah ke arah selatan hingga mencapai 700 m. Formasi
Mundu terbentuk sebagai hasil pengendapan laut dalam yang terjadi pada
zona N17 N20 (Miosen Akhir Pleiosen).
7. Formasi Selorejo
Satuan ini tersusun oleh perselang-selingan antara foraminiferal
grainstone / packstone yang sebagian bersifat glaukonitan dengan
batugamping napalan hingga batugamping pasiran, dengan lokasi tipe di
desa Selorejo dekat Cepu. Ketebalan satuan ini mencapai 100 m. Selorejo
kadang dianggap sebagai anggota dari Formasi Mundu. Penyebarannya
relatif sempit, hanya di sekitar Blora hingga selatan Pati. Ke arah timur,
formasi ini melampar hingga ke Bukit Pegat di selatan Kota Babad.

22

Singkapan bagus dari Formasi Selorejo dijumpai di sepanjang dasar sungai


Gadu, Sambong di utara Cepu (Gambar 3.3). Di lokasi ini batugamping
yang berupa packstone hampir sepenuhnya tersusun oleh foraminifera
plangtonik. Pada permukaan batugamping ini dijumpai banyak fosil jejak
tipe Thalassinoides. Kandungan fosil yang dijumpai di lokasi ini berupa
Globoquadrina altispira, Globorotalia tumida, Pulleniatina praecursor
dan Spharoidinella dehiscens yang menunjukkan zona N20 N21 (Pliosen
Tengah Akhir) . Kumpulan foraminifera tersebut menunjukkan bahwa
pengendapan terjadi di laut dalam, kemudian terangkut kembali oleh arus
turbid yang terjadi pada masa muka laut rendah (low sea-level stand).
Batugamping foraminifera yang relatif bersih tersebut terjadi sebagai
akibat penampian dari arus dasar (bottom current), sehingga bagian yang
halus

terbawa

ketempat

lain

dalam

bentuk

apungan

dan

test

foraminiferanya teronggok dengan tanpa matriks dalam bentuk grainstone


dan packestones, dengan porositas bisa mencapai 50%, baik dalam bentuk
vugs, inter maupun intra particles. Anggota Selorejo merupakan reservoir
gas yang terdapat tepat di bawah kota Cepu (Balun reservoir).
8. Formasi Lidah
Formasi ini tersusun oleh batulempung yang berwarna kebiruan
dan napal berlapis yang diselingi oleh batupasir dan lensa-lensa
fossiliferous grainstone/rudstone (coquina). Pada bagian bawah masih
merupakan endapan laut, tercirikan akan kandungan Pseudorotalia sp. dan
Asterorotalia sp. yang melimpah. Kumpulan fosil ini mencirikan
pengendapan di dasar laut pada paparan tengah hingga luar. Di atas satuan
ini batuannya menunjukkan produk pengendapan dari lingkungan yang
semakin mendangkal. Akhirnya bagian teratas berupa lempung hasil
pengendapan air tawar.
9. Formasi Paciran
Formasi Paciran tersusun oleh batugamping masif, umumnya
merupakan batugamping terumbu yang lapuk dan membentuk permukaan
yang khas akibat pelarutan (karren surface). Gejala permukaan
menunjukkan bahwa batuan penyusunnya telah berubah menjadi kapur
(chalky limestone). Formasi ini tersebar terutama di bagian utara dari Zona
Rembang, dengan masa pembentukan dari Pliosen hingga Awal Pleistosen.

23

Di beberapa tempat batuan ini telah terbentuk pada umur yang lebih tua,
semasa dengan pembentukan Formasi Ledok dan Wonocolo di bagian
utara, serta semasa dengan Formasi Mundu dan Lidah di selatan.
10. Aluvium
Merupakan endapan kuarter yang termuda pada stratigrafi zona
Rembang yan tersusun oleh endapan sungai dan endapan pantai yang
tersusun oleh material material lepas.

Gambar 3.1. Kolom Stratigrafi Umum Peta Geologi Lembar Rembang (modifikasi dari Kadar dan
Sudijono, 1994)

III.2. Stratigrafi Daerah Pemetaan


Daerah pemetaan termasuk ke dalam Peta Geologi Lembar Rembang
(Kadar, D. dan Sudijono, 1993). Berdasarkan penamaan litostratigrafi resmi pada
Peta Geologi Lembar Rembang (Kadar, D. dan Sudijono, 1993) daerah pemetaan
termasuk kedalam 4 formasi yaitu Formasi Tawun, Formasi Ngrayong, Formasi
Bulu dan Formasi Wonocolo. Terdapat 4 satuan litostratigrafi tidak resmi

24

berdasarkan hasil pemetaan dilapangan. Dalam penentuan umur dan lingkungan


pengendapan, tiap satuan batuan didasarkan dari hasil analisis paleontologi
(foraminifera planktonik, bentonik, foraminifera besar), struktur sedimen dan
komposisi batuan, serta korelasi dengan stratigrafi regional.
Urut-urutan satuan litostratigrafi dari yang paling tua sampai yang paling
muda adalah sebagai berikut : satuan batugamping formanifera, kemudian di
atasnya secara selaras terbentuk satuan batugamping pasiran, kemudian di atasnya
secara selaras terbentuk satuan batugamping foraminifera, kemudian di atasnya
secara selaras terbentuk satuan batugamping berlapis.

Gambar 3.2. Peta Geologi Desa Sendang dan sekitarnya. (skala tidak sebenarnya)

III.2.1. Satuan batugamping foraminifera putih


Dasar Penamaan Batuan
Satuan batugamping foraminifera putih merupakan satuan yang pertama
kali diendapkan di daerah pemetaan berdasarkan hukum superposisi dengan

25

ketebalan lapisan berkisar antara 320 342 m. Satuan ini tersusun oleh
batugamping formanifera putih, batupasir,dan batulanau pada bagian atas. Satuan
ini tersebar pada Desa Bicak di bagian bawah dari daerah pemetaan.
T

Foto 3.1. Singkapan batugamping foraminifera putih di lapangan pada Desa Bicak dari STA 8.2
dengan kamera menghadap selatan.

Berdasarkan deskripsi lapangan, batugamping formanifera putih berwarna


putih, ukuran butir <0.2 - 5 mm, sortasi baik, kemas tertutup, struktur sedimen
berlapis. Komposisi fosil foraminifera, material bioklas, material karbonat. Secara
petrografi mempunyai nama rudstone (lihat lampiran II.1). Juga dilapangan
terdapat batugamping formanifera putih berwarna putih kecoklatan, ukuran butir
<0.2 - 3 mm, sortasi baik, kemas tertutup, struktur sedimen berlapis. Komposisi
fosil foraminifera, material bioklas, material karbonat. Secara petrografi
mempunyai nama grainstone (lihat lampiran II.2).
Berdasarkan deskripsi lapangan, batupasir berwarna putih kecoklatan,
ukuran butir 1/4 - 1/8 mm, sortasi baik, bentuk butir subrounded, kemas tertutup,
struktur sedimen berlapis, komposisi : feldspar (80%), litik (15%), dan kuarsa
(5%). Batuan telah mengalami pelapukan sehingga tidak ada pengamatan
mikroskopik. Batuan merupakan arkose (Pettijohn, 1975)

26

Berdasarkan deskripsi lapangan, batulanau berwarna abu-abu, ukuran butir


1/16 1/256 mm, sortasi baik, bentuk butir subrounded, kemas tertutup, struktur
sedimen berlapis, komposisi : feldspar dan mud. Batuan telah mengalami
pelapukan sehingga tidak ada pengamatan mikroskopik. Batuan ini merupakan
feldspar greywacke (Pettijohn, 1975)
Dasar Penentuan Umur dan Lingkungan Pengendapan
Penentuan umur dilakukan berdasarkan kandungan foraminifera besar
yaitu Cycloclypeus (radiocycloclypeus) sp, Amphystegina sp, Austrotrilina sp.
Berdasarkan data fosil tersebut maka umur dari satuan batugamping foraminifera
putih ini adalah Miosen Awal (N5 N11) atau lower te upper tf1.
Pada batugamping di dominasi banyaknya kandungan foraminifera besar,
dimana foraminifera besar ini penyebarannya berada pada neritik dengan
kedalaman maksimal sampai 200 m, karena jumlah formaninfera yang sangat
melimpah maka pembentukan satuan batuan ini berada dekat dengan carbonat
factory, di samping itu foraminifera membutuhkan nutrien untuk hidup maka
satuan ini terbentuk pada reef front, karena pada bagian reef front terjadi
upwelling yang membawa banyak nutrien, dan satuan ini diendapkan pada
kedalaman neritik tengah, karena cahaya matahari masih cukup banyak dijumpai
pada kedalaman ini sehingga reef dapat berkembang dengan baik. Mekanisme
sedimentasi adalah dengan arus traksi yang biasa terjadi pada laut dengan energi
yang tinggi karena masih didominasi ukuran butir besar.
Perubahan litologi dari batugamping menjadi batulanau dan batupasir ini
menandakan perbedaan lingkungan pengendapan dimana pada akhir kala Miosen
Akhir terjadi proses pengangkatan, menunjukkan lingkungan yang mendangkal.
Mekanisme sedimentasi batulanau adalah arus suspensi dengan energi yang kecil
atau tenang kemudian mekanisme sedimentasi berubah menjadi arus traksi dengan
energy yang semakin meningkat sehingga diendapkan batupasir. Tetapi secara
dinamika sedimentasi satuan ini menunjukkan proses transgresi dimana suplai
sedimen semakin sedikit dan ruang akomodasi semakin besar, sehingga
menunjukkan pola menghalus ke atas.
Korelasi dengan startigrafi regional

27

Pada stratigrafi regional yang bahwa pada Formasi Tawun terbentuk


batugamping, batupasir halus, batulanau, dan batulempung. Kandungan fosil yang
dijumpai adalah Lepydocyclina, Myogypsina, Myogypsinoide, dan Cycloclypeus.
Juga dijumpai foraminifera kecil seperti Globigerinoides siakensis, Gdes.
subquadratus, Globorotalia obesa dan G. praemenardii. Berdasarkan pada
asosiasi fosil tersebut ditafsirkan bahwa Formasi Tawun diendapkan pada Awal
hingga Miosen Tengah, pada lingkungan paparan yang agak dalam (outer shelf)
dari suatu laut terbuka. Maka penentuan lingkungan pengendapan dan umur
seperti dengan geologi regional yaitu masuk ke dalam Formasi Tawun.
III.2.2. Satuan Batugamping Pasiran
Dasar Penamaan Batuan
Satuan batugamping pasiran merupakan satuan yang diendapkan secara
selaras di atas satuan batugamping foraminifera putih dengan ketebalan lapisan
berkisar antara 360 396 m. Satuan ini tersusun oleh batugamping pasiran,
batupasir, dan batulanau pada bagian atas. Persebaran satuan ini melingkupi
sebagian Desa Bicak, Sendang, dan Guyangan.

Foto 3.2. Singkapan batugamping pasiran di lapangan pada Desa Sendang dari STA 30
dengan kamera menghadap selatan.

28

Berdasarkan deskripsi lapangan, batugamping formanifera putih berwarna


putih, ukuran butir <0.003 - 3 mm, sortasi baik, kemas tertutup, struktur sedimen
berlapis. Komposisi fosil foraminifera, material bioklas, kuarsa, material
karbonat. Secara petrografi batuan ini mempunyai nama grainstone (lihat lampiran
II.3). juga terdapat batugamping formanifera putih berwarna putih, ukuran butir
<0.003 - 2 mm, sortasi baik, kemas terbuka, struktur sedimen berlapis. Komposisi
fosil foraminifera, material bioklas, kuarsa, material karbonat. Secara petrografi
batuan ini mempunyai nama packstone (lihat lampiran II.4).
Berdasarkan deskripsi lapangan, batupasir berwarna coklat kemerahan,
ukuran butir 1/4 - 1/8 mm, sortasi baik, bentuk butir subangular, kemas tertutup,
struktur sedimen berlapis, komposisi : feldspar (85%), litik (5%), dan kuarsa
(10%). Batuan telah mengalami pelapukan sehingga tidak ada pengamatan
mikroskopik.
Berdasarkan deskripsi lapangan, napal berwarna abu-abu, ukuran butir
1/16 1/256 mm, sortasi baik, bentuk butir subrounded, kemas tertutup, struktur
sedimen berlapis, komposisi : cangkang, mikrit dan mud.. Secara petrografi
batuan ini merupakan muddy micrite (lihat lampiran II.5)
Dasar Penentuan Umur dan Lingkungan Pengendapan
Penentuan umur satuan batugamping pasiran ini di dasarkan kandungan
fosil foraminifera plantonik yang terkandung dalam sampel batuan. Kandungan
foraminifera plantonik di antara Orbulina universa, Globigerina venezuelana,
Globorotalia mayeri,

Globigerina praebuloides, Globigerinoides ruber,

Globorotalia praefohsi. Berdasarkan data fosil tersebut di dapatkan zonasi umur


N11 N12 (lihat lampiran IV.2) pada bagian awal dari Kala Miosen Tengah
Penentuan lingkungan pengendapan berdasarkan fosil bentonik dan pola
litologinya. Fosil bentonik yang dijumpai pada satuan batugamping pasiran ini
adalah Haynesina germanica, Amphicoryna scalaris yang menunjukkan
kedalaman lingkungan pengendapan pada neritik luar (lihat lampiran IV.2).
Kandungan fosil foraminifera besar yang sedikit dan banyak mengandung mikrit,
menandakan bahwa lingkungan pengendapan sangat sedikit nutrien sehingga
organisme sedikit yang hidup di lingkungan tersebut. Maka dapat disimpulkan
lingkungan pengendapan berada pada backreef.

29

Perubahan

litologi

dari

batugamping

menjadi

napal,

kemudian

berkembang menjadi batugamping dan terbentuk batupasir menandakan terjadi


perubahan energi pengendapan. Mekanisme sedimentasi mula-mula adalah arus
traksi yang membentuk batugamping yang berukuran halus. Kemudian terjadi
penurunan suplai sedimen sehingga mekanisme sedimentasi berubah menjadi arus
suspensi dimana lingkungan sangat tenang, kemudian suplai sedimen laut
bertambah sehingga terbentuk batugamping dengan mekanisme arus traksi,
kemudian suplai sedimen berkurang sehingga terbentuk batupasir dengan
mekanisme arus traksi. Secara umum dinamika sedimentasinya adalah regresi
yaitu ruang akomodasi semakin kecil.
Korelasi dengan startigrafi regional
Pada stratigrafi regional yang bahwa pada Formasi Ngrayong terbentuk
batupasir, serpih, batulempung, lanau, napal, dan batugamping. Umur Formasi
Ngrayong adalah N11 N12 pada awal Kala Miosen Tengah. Hal itu di dasarkan
pada kandungan fosil Globorotalia fohsi, Globorotalia praefohsi, Globorotalia
diminitus,Globigerinoides rubber,

dan kandungan foraminifera besar seperti

Lepydocyclina, Myogypsina, Nodosaria, Nonion, Asterorotalia yabei. Satuan ini


pada awalnya diendapkan pada dataran pasang-surut (intertidal area) yang
kemudian mengalami transgresi menjadi gosong lepas pantai (offshore bar) atau
shoreface yang tercirikan oleh batupasir merah, yang selanjutnya semakin
mendalam menjadi lingkungan paparan tengah hingga paparan luar (middle to
outer shelf) yang menghasilkan batugamping yang kaya akan Cycloclypeus. Maka
Lingkungan pengendapan dan umur dari satuan batugamping pasiran masuk ke
dalam Formasi Ngrayong.
III.2.3. Satuan Batugamping Foraminifera
Satuan batugamping foraminifera merupakan satuan yang diendapkan
secara selaras di atas satuan batugamping pasiran dengan ketebalan lapisan
berkisar antara 252 359 m. Satuan ini tersusun oleh batugamping formanifera,
batupasir dibagian bawah dan sisipan napal di bagian tengah. Persebaran satuan
ini melingkupi sebagian Desa Wateshaji, Sendang, dan Guyangan.

30

Foto 3.3. Singkapan batugamping foraminifera di lapangan pada Desa Wateshaji dari
STA 73 dengan kamera menghadap utara.

Berdasarkan deskripsi lapangan, batugamping formanifera berwarna


coklat, ukuran butir <0.003 - 3 mm, sortasi baik, kemas tertutup, struktur sedimen
berlapis. Komposisi fosil foraminifera, material bioklas, kuarsa, material
karbonat. Secara petrografi bernama grainstone (lihat lampiran II.6). Juga terdapat
batugamping formanifera berwarna abu-abu, ukuran butir <0.003 - 6 mm, sortasi
baik, kemas tertutup, struktur sedimen berlapis. Komposisi fosil foraminifera,
material bioklas, material karbonat. Secara petrografi bernama rudstone (lihat
lampiran II.7).
Berdasarkan deskripsi lapangan, batupasir berwarna coklat kemerahan,
ukuran butir 1/4 - 1/8 mm, sortasi baik, bentuk butir subangular, kemas tertutup,
struktur sedimen berlapis tipis, komposisi : feldspar (75%), litik (15%), dan
kuarsa (10%). Batuan telah mengalami pelapukan sehingga tidak ada pengamatan
mikroskopik.
Berdasarkan deskripsi lapangan, batulanau berwarna abu-abu, ukuran butir
1/16 1/256 mm, sortasi baik, bentuk butir subrounded, kemas tertutup, struktur
sedimen berlapis, komposisi : cangkang, (20%) mikrit (55%), dan mud (25%).
Batuan telah mengalami pelapukan sehingga ketika di buat sayatan tipis tidak
memperlihatkan kenampakan yang ideal.

31

Dasar Penentuan Umur dan Lingkungan Pengendapan


Penentuan umur satuan batugamping foraminifera ini di dasarkan
kandungan fosil foraminifera plantonik yang terkandung dalam sampel batuan.
Kandungan foraminifera plantonik di antara Orbulina universa, Globigerina
venezuelana, Globorotalia menardi, Globigerinoides ruber. Berdasarkan data
fosil tersebut di dapatkan zonasi umur N12 N13 (lihat lampiran IV.3) pada
bagian tengah dari Kala Miosen Tengah
Penentuan lingkungan pengendapan berdasarkan fosil bentonik dan pola
litologinya. Fosil bentonik yang dijumpai pada satuan batugamping pasiran ini
adalah Haynesina germanica, Siphogerina dimorpha menunjukkan kedalam pada
neritik tengah (lihat lampiran IV.3). Kandungan fosil foraminifera besar yang
banyak, menandakan bahwa lingkungan pengendapan banyak pasokan nutrien
sehingga organisme banyak yang hidup di lingkungan tersebut. Maka dapat
disimpulkan lingkungan pengendapan berada pada forereef.
Perubahan litologi dari batupasir menjadi batugamping dengan sisipan
napal

menandakan

terjadi

perubahan

energi

pengendapan.

Mekanisme

sedimentasi mula-mula adalah arus traksi yang membentuk batugamping yang


berukuran halus dengan suplai sedimen darat sangat dominan. Kemudian terjadi
penurunan suplai sedimen darat kemudian mulai banyak tumbuh reef , mekanisme
sedimentasi tetap berupa arus traksi. Kemudian terdapat sisipan napal, hal ini
menandakan penurunan suplai sedimen menyebabkan lingkungan menjadi tenang
dan berkembang mekanisme sedimentasi secara arus suspensi. Secara umum
dinamika sedimentasi adalah transgresi dimana ruang akomodasi semakin besar.
Korelasi dengan startigrafi regional
Pada startigrafi regional yang bahwa pada Formasi Bulu terbentuk
batugamping pasiran, batugamping berlapis, dan batugamping dengan sisipan
napal. Kandungan fosil yang melimpah berupa foram besar yang didominasi oleh
Cycloclypeus annulatus, Formasi ini diendapkan pada kala Miosen Tengah (N13)
pada lingkungan laut dangkal yang berhubungan dengan laut terbuka. Maka
berdasarkan lingkungan pengendapan dan umur dari satuan batugamping
foraminifera, maka satuan ini masuk ke dalam Formasi Bulu.

32

III.2.3. Satuan Batugamping Berlapis


Satuan batugamping berlapis merupakan satuan yeng terbentuk selaras
dengan satuan batugamping foraminifera dengan ketebalan lapisan berkisar antara
156 253 m. Satuan ini tersusun oleh batugamping berlapis, dan napal pada
bagian atas. Persebaran satuan ini melingkupi sebagian Desa Bicak, Sendang, dan
Guyangan.

Foto 3.4. Singkapan batugamping berlapis di lapangan pada Desa Wateshaji dari STA 78 dengan
kamera menghadap selatan.

Berdasarkan deskripsi lapangan, batugamping formanifera berwarna


coklat, ukuran butir <0.003 - 4 mm, sortasi baik, kemas tertutup, struktur sedimen
berlapis. Komposisi fosil foraminifera, material bioklas, material karbonat. Secara
petrografi batuan ini bernama grainstone (lihat lampiran II.8)
Berdasarkan deskripsi lapangan, batulanau berwarna abu-abu, ukuran butir
1/16 1/256 mm, sortasi baik, bentuk butir subrounded, kemas tertutup, struktur
sedimen berlapis, komposisi : cangkang, (5%) mikrit (70%), dan mud (25%).
Batuan telah mengalami pelapukan sehingga ketika di buat sayatan tipis tidak
memperlihatkan kenampakan yang ideal.

33

Dasar Penentuan Umur dan Lingkungan Pengendapan


Penentuan umur satuan batugamping berlapis ini di dasarkan kandungan
fosil foraminifera plantonik yang terkandung dalam sampel batuan. Kandungan
foraminifera plantonik di antara Orbulina universa, Globigerina venezuelana,
Globorotalia mayeri, Globigerina nephentes. Berdasarkan data fosil tersebut di
dapatkan zonasi umur N14 (lihat lampiran IV.4) pada bagian akhir dari Kala
Miosen Tengah
Penentuan lingkungan pengendapan berdasarkan fosil bentonik dan pola
litologinya. Fosil bentonik yang dijumpai pada satuan batugamping berlapis ini
adalah Amphicoryna scalaris, Crysalidinella dimorpha yang menunjukkan
lingkungan berada pada neritik bawah batial atas (lihat lampiran IV.4).
Kandungan fosil foraminifera besar yang sedikit tetapi banyak mengandung
material bioklastik menunjukkan bahwa proses transportasi sedimen yang telah
cukup jauh dari carbonate factory, tetapi pada lingkungan pengendapan terdapat
banyak nutrien hasil proses upwelling. Maka dapat disimpulkan lingkungan
pengendapan berada pada forereef.
Perubahan litologi dari batugamping berlapis menjadi napal. Mekanisme
sedimentasi mula-mula adalah arus traksi yang membentuk batugamping yang
berukuran sedang. Kemudian terjadi penurunan suplai sedimen sehingga kondisi
lingkungan pengendapan menjadi lebih tenang, sehingga dapat terendapkan
material halus dengan mekanisme sedimentasi arus suspensi membentuk napal.
Secara umum stacking pattern yang terbentuk transgresi dimana ditunjukkan
perlapisan batuan yang semakin menghalus ke atas.
Korelasi dengan startigrafi regional
Pada startigrafi regional yang bahwa pada Formasi Wonocolo terbentuk
oleh napal dan batulempung tidak berlapis. Pada bagian bawah tersusun oleh
batugamping pasiran dan batupasir gampingan, yang secara umum menunjukkan
gejala pengendapan transgresif. Umur Formasi Ngrayong adalah N14 pada akhir
Kala Miosen Tengah. Lingkungan pengendapan berada pada paparan luar yang
kontak

langsung

dengan

open

marine.

Maka

berdasarkan

lingkungan

pengendapan dan umur dari satuan batugamping pasiran masuk ke dalam Formasi
Wonocolo.

34

Anda mungkin juga menyukai