FISIOLOGI
SISTEM TUBUH III
(KEGAWAT DARURATAN MEDIK DENTAL)
Disusun Oleh :
Eka Aprillia Devi (141610101078)
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD)
Pertolongan pertama gawat darurat merupakan pemberian pertolongan pertama pada
waktu terjadinya kecelakaan di tempat dan pada saat itu juga dengan cepat dan tepat
sebelum dokter atau ahli atau sebelum dibawa ke rumah sakit.
Tujuan dari PPGD :
a. Mencegah terjadinya bahaya cacat
b. Mencegah terjadinya kerusakan yang lebih luas
c. Mencegah terjadinya infeksi
d. Mengurangi rasa sakit dan memberi rasa nyaman kepada korban
Pokok pokok tindakan dalam memberikan pertolongan :
1. Jangan panik
2. Perhatikan pernafsan korban dengan cara :
a. L : Lihat : apakah dada/perut bergerak (tanda penderita bernafas)
b. D : Dengar : apakah terdengar bunyi aktivitas pernafasan
c. R : Rasakan : apakah ada hembusan udara yang keluar melalui hidung atau mulut
penderita selama 3-5 detik
Beberapa tanda-tanda pernafasan ;
A. Adekuat (mencukupi)
- Dada dan perut bergerak naik turun seirama dengan pernafasan
- Udara terdengar dan tersa saat keluar dari mulut/hidung
- Penderita tampak nyaman
- Frekuensinya cukup (12-30 kali/menit)
B. Tidak Adekuat (Kurang Mencukupi)
- Gerakan dada/perut kurang baik
- Ada suara tambahan
- Frekuensi pernafasan kurang atau lebih dari cukup
- Perubahan status mental
C. Tidak Bernafas
3. Perhatikan pendarahan
(sutoto, alim.scout book)
1.2 Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah istilah yang dipakai untuk menyebut terapi segera
untuk henti jantung dan nafas. RJP terdiri dari pemberian bantuan sirkulasi dan nafas dan
merupakan terapi umum yang biasa diterapkan pada hampir semua kasus henti jantung dan
nafas. Namun, tindakan ini tidak mengesampingkan perlunya menegakkan diagnosis akurat
sehingga terapi spesifik, bila tersedia, bisa diberikan sedini mungkin untuk bisa
menyelamatkan nyawa.
dilakukan.
Kecepatan : setelah kegagalan sirkulasi/nafas total terjadi hipoksia vena dalam waktu 34 menit (kecuali ada hipotermia berat). Selanjutnya segera terjadi anoksia jantung yang
Pembersihan jalan nafas ini juga dilakukan untuk mencegah aspirasi benda asing
(bolus). Obstruksi karena bolus dapat terjadi tiba-tiba pada saat makan. Asfiksia segera
timbul yang diikuti oleh gangguan kesadaran dan akan disertai henti jantung dalam beberapa
menit.
Jika jalan nafas mengalami obstruksi total, klien ini akan megap-megap dan
menggenggam lehernya dalam keadaan panik dan tak dapat bernafas. Jika klien masih sadar,
ia akan berusaha mengeluarkan benda asing tersebut dari tubuhnya, Jika tidak berhasil, maka
cara manuever heimlich (penekanan perut) dapat dilakukan, yang dapat diulang sampai bolus
tersebut keluar. Bahaya manuever heimlich antara lain dapat menimbulkan regurgitasi,
bahkan ruptur lambung, hepar, dan aorta. Manuever heimlich tidak boleh dilakukan pada
wanita hamil trimeter ketiga, klien yang terlalu gemuk, atau bayi yang usianya kurang dari 1
tahun.
5. Breathing (Ventilasi dan Oksigenasi)
Bentuk yang paling sederhana dari ventilasi buatan adalah bantuan nafas penolong yang
dapat diberikan pada semua keadaan tanpa alat tambahan. Cara mulut ke hidung lebih disukai
sebab :
Pada mulut yang tertutup jalan, nafas terbuka secara optimal
Lebih mudah dan aman bagi penolong untuk menempatkan mulutnya menutup hidung
klien
Tekanan insuflasi yang disebabkan oleh penolong berkurang, hal ini menurunkan
bahaya distensi gaster dan kemungkinan regurgitasi
Kompresi jantung eksternal merupakan teknik sederhana yang dilakukan dengan cara
berdiri pada salah satu sisi klien, menempatkan tumit salah satu tangan di atas setengah
bawah sternum, dan tumit tangan yang lain di atas tangan yang pertama. Kompresi kuat
diberikan secara langsung ke arah bawah, dan sternum ditekan dengan kedalaman 3,75-5 cm
kemudian dilepaskan dengan tiba-tiba. Irama ini dipertahankan pada frekuensi 80-100 kali
per menit.
Langkah-langkah penolong untuk melakukan kompresi jantung luar pada orang
dewasa :
processus xipoideus
Kompresi dilakukan dengan menekan sternum ke bawah (sendi siku ekstensi tegak
lurus 1800)
(Muttaqin,Arif.2009.Asuhan
Keperawatan
Klien
dengan
Gangguan
Sistem
Kardiovaskular.Jakarta:Salemba Medika)
BAB II
HASIL PERCOBAAN
Pertanyaan :
1. Jelaskan mengapa mahasiswa fakultas kedokteran gigi memerlukan pengetahuan
2.
3.
4.
5.
6.
tentang BLS?
Apa yang anda lakukan apabila anda temukan gigi tiruan pasien anda tertelan?
Apa gunanya metode back blow dibidang kedokteran gigi?
Apa gunanya metode heimlich manuever dibidang kedokteran gigi?
Apa gunanya metode chest thrust dibidang kedokteran gigi?
Apa yang anda lakukan pada saat anda jumpai pasien anda mengalami pingsan setelah
dilakukan anastesi? Jelaskan
Jawaban :
1. Mahasiswa fakultas kedokteran gigi meerlikan pengetahuan tentang BLS karena nanti
jika sudah menempuh pendidikan sebagai dokter gigi, maka ketika menghadapi
pasien yang tiba-tiba tidak sadarkan diri, maka kita dapat langsung memberikan
pertolonganpertama untuk menyelamatan jiwa pasien sebelum dilakukan perawatan
lanjutan. Selain itu karena BLS merupakan tindakan pertolongan pertama yang harus
dilakukan pada pasien yang mengalami keadaan yang mengancam nyawanya. Dan
karena salah satu ruang lingkup kerja dokter gigi adalah memberikan pelayanan
darurat, yang terdiri dari BLS. Kemampuan menanggulangi kegawat daruratan
dengan BLS sangat diperlukan baik diarea prehospital maupun intrahospital
2. Segera memberikan pertolongan pertama yaitu dengan cara melakukan pembebasan
jalan nafas dengan melakukan upaya pembukaan rongga mulut, kemudian melakukan
simulasi untuk mengeluarkan setiap benda asing yang terdapat dalam mulit penderita.
Dan melakukan pertolongan dengan teknik back-blow ataupun heimlich manuever
jika gigi tiruan sudah tertelan sampai di abdomen
3. Metode back blow berguna apabila ada benda asing yag tertelan dapat dikeluarkan
khususnya untuk pasien anak-anak agar tidak menjadi sumbatan pada jalan nafas
4. Heimlich manuever dilakukan jika metode back-blow tidak berhasil untuk
mengeluarkan benda asing yang telah tertelan. Dengan kata lain fungsinya sama,
namun bagian yang ditekan ialah ulu hati, sehingga dilakukan jika benda yang tertelan
sudah mencapai perut.
5. Sama seperti back-blow dan heimlich manuever, chest thrust juga dilakukan untuk
mengeluarkan benda asing yang tertelan. Namun teknik ini biasanya dilakukan khusus
untuk ibu hamil
6. Mencoba memberi PPGD dengan langkah awal yang harus dilakukan yaitu
memastikan kondisi umum pasien, memastikan tanda-tanda vital (meliputi
pemeriksaan denyut nadi dan frekuensi nafas), memeriksa kesadaran pasien dengan
metode AV-PU, bebaskan jalan nafas, meminta bantuan, periksa jalan nafas, bila
pasien masih tetap tidak sadarkan diri lakukan pijat jantung 30 kali disela dengan 2
kali nafas buatan
BAB III
PEMBAHASAN
Pertolongan pertama gawat darurat merupakan pemberian pertolongan pertama pada
waktu terjadinya kecelakaan di tempat dan pada saat itu juga dengan cepat dan tepat sebelum
dokter atau ahli atau sebelum dibawa ke rumah sakit.
Pembekalan mengenai tata cara PPGD sangat penting bagi seorang dokter gigi.
Karena kemampuan menanggulangi kegawat daruratan dengan BLS sangat diperlukan baik
diarea prehospital maupun intrahospital. Berguna juga untuk menangai pasien yang tiba-tiba
tidak sadarkan diri, sehingga apabila memiliki ilmu mengenai PPGD maka bisa langsung
memberikan pertolongan pertama kepada pasien sebelum diberikan perawatan lanjutan.
Basic Life Support (Bantuan Hidup Dasar) adalah Tindakan pertolongan pertama
yang harus dilakukan pada pasien yang mengalami keadaan yang mengancam nyawa (henti
jantung-paru). Perawat harus mempunyai ketrampilan tentang hal ini. Kemampuan
menanggulangi kegawat daruratan dan BLS ini sangat diperlukan baik di area pre hospital
maupun intra hospital. Tujuan dari BLS adalah :
1. Meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan yang profesional sehingga dapat
menangani kasus-kasus dengan kegawatdaruratan medik.
2. Menunjang pelaksanaan pengembangan sistem penanggulangan gawat darurat terpadu
(SPGDT) yang terkoordinasi antar berbagai sektor dan program terkait dari pra rumah
sakit / rumah sakit serta antar rumah sakit.
3. Mempercepat response time kegawatdaruratan untuk menghindari kematian dan
kecacatan yang seharusnya tidak perlu terjadi.
Pertolongan pertama dengan teknik back blow dilakukan apabila pada pasien terjadi
kasus tersedak atau tertelan benda asing. Misalnya, apabila ada pasien yang gigi tiruannya
tertelan yang harus kita lakukan sebagai seorang dokter gigi adalah memberikan PPGD yang
selanjutnya dilakukan pemeriksaan apakah gigi tiruan masih dapat diambil dengan cara cross
finger untuk membuka mulut (menggunakan dua jari yaitu ibu jari dan jari telunjuk yang
digunakan untuk chin lift, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, dan telunjuk menekan
rahang bawah kebawah) dan ambil gigi tiruan tersebut. Namun, jika gigi tiruan sudah tertelan
maka gunakan teknik back blow untuk mengeluarkan gigi tiruan yang tertelan sampai di
abdomen. Selain digunakan untuk mengeluarkan benda asing yang tertelan teknik back blow
juga berguna untuk membebaskan jalan nafas saat terjadi henti nafas pada pasien bayi atau
anak-anak.
BAB IV
KESIMPULAN
Didalam merawat pasien dokter gigi akan berhadapan dengan pasien dengan populasi
dan variasi status kesehatan pasien yang berbeda-beda, oleh karena itu persiapan dalam
menghadapi pasien-pasien dengan status kesehatan medically compromised patient
merupakan hal utama yang harus dilakukan. Seorang dokter gigi harus mampu mengetahui
dan memahami jenis-jenis kegawatdaruratan yang sering terjadi pada bidang kedokteran gigi,
juga mengetahui prinsip-prinsip di dalam pencegahan dan penanggulangan kegawatdaruratan
medis. Yang bertujuan untuk membantu apabila ada pasien yang tiba-tiba tidak sadarkan diri,
yaitu memberikan pertolongan pertama sebelum dilakukan perawatan lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Fisiologi 2001 Petunjuk Praktikum Psikologi Faal, Yogyakarta : Laboratorium Psikologi
Faal Fakultas Psikologi UGM
Sutoto, Alim.Scout Book
Davey, Patrick.2005.at Glance Medicine. Jakarta : Erlangga
Muttaqin, Arif.2009.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular.Jakarta : Salemba Medika