Anda di halaman 1dari 45

ASET TETAP TAK BERWUJUD

(Intangible Assets)
Nn

Pengertian Aset Tak Berwujud


PSAK 19
Aset Takberwujud adalah :
Asset tidak lancar (non current asset)
tidak berbentuk
Memberikan hak keekonomian dan hukum
kepada
pemiliknya
Aset nonmoneter tanpa wujud fisik

Contoh Aset tidak berwujud :


Hak Paten, Hak cipta, Merk
dagang, Franchise, Goodwill
Biaya Riset dan pengembangan,
Biaya Pra-operasi, Biaya pendirian

Karakteristiknya:
Tingkat ketidak
pastian nilai dan masa
manfaat dikemudian
hari

Cara untuk memperoleh aset tak berwujud ini dapat


dilakukan dengan membeli dari pihak luar.
Yang termasuk dalam Harga Aset takberwujud,yaitu :
Harga beli termasuk biaya tambahan untuk
mendapatkan aset tsb, misalnya : biaya yang dibayar
kepada pemerintah, notaris dan biaya administrasi
lainnya,
Biaya pengembangan yang dapat diidentifikasikan secara
khusus dan memenuhi persyaratan tertentu, boleh
dikapitalisasi dan dibebankan pada setiap periode melalui
amortisasi
Begitu pula dengan biaya yang dikeluarkan dalam jumlah
besar selama perusahaan belum menghasilkan produk
komersial atau yang disebut sebagai biaya praoperasional, termasuk biaya komisi dan biaya pendirian
juga dapat dikapitalisasi dan dibebankan per periode
melalui amortisasi

Penggolongan Aset Tak Berwujud dan


Perlakuan Akuntansinya
PSAK No.19 ini tidak diterapkan pada aset tak berwujud yang sudah
diatur dalam PSAK lainnya. Contohnya tidak diterapkan untuk :
a) Aset tak berwujud yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha
normal (PSAK No.14/Revisi 2008: Persediaan dan PSAK No. 34
tentang Akuntansi Kontrak Konstruksi.
b) Aset pajak tangguhan (PSAK No.46 : tentang akuntansi pajak
penghasilan)
c) Sewa dalam ruang lingkup PSAK No.30 tentang sewa
d) Aset yang timbul dari imbalan kerja (PSAK No. 24)
e) Aset Keuangan yang didefinikan dalam PSAK No.55 tentang
Instrumen Keuangan
f) Goodwill yang timbuldari kombinasi bisnis (PSAK No. 22)
g) Biaya akuisisi yang ditangguhkan dan aset takberwujud yang
timbul dari hak kontraktual penjamin berdasarkan kontrak asuransi
dalam PSAK No. 38 dan 36
h) Aset takberwujud tidak lancar yang diklasifikasikan sebagai
dimiliki untuk dijual atau termasuk dalam kelompok aset lapangan
yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual (PSAK No.58)

Kriteria definisi Aset tak


berwujud menurut PSAK No.19
1. Keteridentifikasian
Kemampuan untuk diidentifikasikan : dapat atau tidak dapat
diidentifikasikan secara khusus
Suatu aset dikatakan teridentifikasi apabila :
a) dapat dipisahkan ,yaitu : dapat dipisahkan atau dibedakan
entitas nya,dapat dijual, dialihkan , dilisensikan, disewakan
atau ditukarkan baik secara individual atau bersama
b) Timbul dari hak kontraktual atau hak legal lain

2.

Manfaat ekonomi masa depan


Misalnya pengetahuan atas pasar di masa depan. Entitas akan
mengendalikan manfaat ekonomi masa depan bila adanya
perlindungan hukum seperti hak cipta, atau perjanjian
hukum bagi pegawai

Termasuk Pengertian Aset


Takberwujud
Hak Paten

Merupakan suatu hak eksklusif


yang diberikan oleh negara yang
memungkinkan penemu (inventor)
untuk mengendalikan atau
mengawasi penemuannya selama
jangka waktu tertentu (umumnya
17 tahun).
Hak paten ini dapat digunakan
sendiri atau diserahkan kepada
pihak lain dengan suatu perjanjian.
Harga perolehan Paten, terdiri dari:
1. Biaya pendaftaran

Hak paten diamortisasikan selama masa


penggunaannya.
Contoh
jurnal :Akun
Tgl
Debit (Rp)
Amortisasi Hak Paten
Hak Paten

Kredit (Rp)

15.000.000
15.000.000

Pembebanan amortisasi dapat dialokasikan ke

biaya produksi atau biaya penjualan (apabila


digunakan pada kegiatan yang berhubungan
dengan penjualan.

Hak Cipta (Copyright)


Hak eksklusif yang diberikan oleh negara yang
memperbolehkan pengarang atau penulis (author)
untuk menerbitkan, menjual dan mengendalikan
hasil tulisan (literatur), artistik, atau karangan
(gubahan)musik atau pementasan , yang diberikan
untuk jangka waktu tertentu (umumnya ditetapkan
28 tahun), kemungkinan dapat diperpanjang
masanya dan dapat juga kurang dari yang
ditetapkan.
Pencatatan hak cipta di neraca sesuai dengan harga
perolehan, yang terdiri dari semua biaya yang
berhubungan dengan pekerjaan tersebut.
Hak Cipta juga dapat dibeli dari pihak lain.
Amortisasi terhadap hak cipta ini sesuai masa yang
ditetapkan atau diamortisasi sekaligus apabila
masanya kurang dari yang ditetapkan dan taksiran
masanya sesuai jumlah yang akan terjual.

Merek Dagang (Trademark)


Adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara yang
mengijinkan penggunaan simbol (lambang logo), label (nama)
atau slogan dan pola atau bentuk ( design) tertentu , yang
dapat membedakan sebuah produk/jasa dari produk/jasa
lainnya yang serupa. Contohnya : Coke, Windows, Aqua,
Mc Donald

Pada bentuk merek dagang didaftarkan terlebih dahulu dan


dilindungi oleh undang-undang yang penggunaannya tidak
terbatas.
Cara memperoleh merek dagang ini dapat :
1. Dengan pembelian
2. Dibuat sendiri

Merek dagang Coca Cola merupakan aset tak berwujud yang


dihasilkan atau terbentuk secara internal (bukan dibeli dari
pihak luar), oleh sebab itu merek dagang ini tidak
dilaporkan dalam neraca perusahaan.
Merek dagang Coca Cola tercipta selama bertahun-tahun oleh
perusahaan melalui kegiatan bisnis dan pemasarannya yang
berhasil, akan tetapi perusahaan Coca Cola juga telah
membeli merek dagang lainnya dari perusahaan lain,
seperti : Minute Maid dengan total harga perolehan
sebedar $ 2 juta.
Merek dagang yang dibeli dari pihak eksternal inilah yang
akan dilaporkan dalam neraca perusahaan Coca Cola.
Merek dagang meskipun memiliki batasan waktu, tetapi pada
prinsipnya dapat diperpanjang secara rutin. Maka masa
kegunaan dari merek dagang ini akan menjadi tidak
terbatas, maka merek dagang tidak diamortisasi.
Mengingat timbulnya yang tidak terbatas inilah maka tidak
dilakukan amortisasi untuk merek dagang yang
dihasilkan atau terbentuk secara internal

Waralaba (Franchise)

Adalah hak eksklusif yang diterima oleh


perusahaan atau perorangan
(franchisee) untuk menjalankan fungsi
tertentu atau menjual produk/jasa
tertentu, dengan membayar royalti dan
biaya lainnya yang dipersyaratkan
kepada pemilik usaha (franchisor)
Haraga Perolehan untuk Waralaba yang
dibeli dari pihak lain (bukan dihasilkan
sendiri): harga beli, biaya pengurusan
surat , dan biaya lainnya, namun yang
dicatat hanya sebatas pada jumlah uang
yang benar-benar dikeluarkan untuk
membeli hak atau ijin operasi tersebut.

Contoh Waralaba :
PT. Cita Rasa tgl 7 Jan 2012 membayar uang sebesar Rp.3M (belum
termasuk PPN dan PPh Ps 26) untuk memperoleh waralaba atas bisnis
restoran Sizzler (WP luar negeri) yang berkantor pusat di California
USA, selama 4 tahun.Metode yang digunakan metode garis lurus
Amortisasi per tahun = 3.000.000.000 : 4 = Rp. 750.000.000
PPh Psl 26 = 3.000.000.000 X 20% = Rp. 600.000.000
Jurnalnya :
Tgl
7 Jan 2012

Akun
Waralaba
PPN Masukan
Utang PPh Psl.26
Kas

Debit (Rp)
3.000.000.000
300.000.000

10 Feb 2012

Utang PPh Psl 26


Kas

600.000.000

31 Des 2012

Beban amortisasi
Waralaba

750.000.000

Kredit (Rp)
600.000.000
2.700.000.000

600.000.000
750.000.000

Apabila PT. Cita Rasa membeli waralaba Es Teler 77dari WP


Dalam negeri, maka pihak pembeli (selaku pihak yang
membayarkan) berkewajiban untuk melakukan pemotongan
PPh 23 dengan tarif sebesar 15% dari jumlah bruto. PT. Cita
Rasa membayar Rp.1 M (belum termasuk PPN dan PPh Pasal
23). Metode Garis lurus selama 4 tahun
Amortisasi = 1.000.000.000 : 4 = Rp. 250.000.000
PPh 23
= 1.000.000.000 X 15% = Rp. 150.000.000
Jurnalnya :
Tgl
7 Jan 2012

Akun
Waralaba
PPN Masukan
Utang PPh Psl.26
Kas

Debit (Rp)
1.000.000.000
100.000.000

10 Feb 2012

Utang PPh Psl 26


Kas

150.000.000

31 Des 2012

Beban amortisasi
Waralaba

250.000.000

Kredit (Rp)
150.000.000
950.000.000

150.000.000
250.000.000

Leasehold

Leasehold ini merupakan hak dari penyewa untuk


menggunakan aset tetap dalam perjanjian sewa menyewa.
Sewa yang dibayar setiap periode dibebankan pada periode
terjadinya atau dikapitalisasi sebagai aset tetap berwujud
tergantung perjanjian sewa sebagai operating atau capital
lease.
Apabila pembayaran sewa dilakukan dimuka, maka perlakuan
akuntansinya adalah sebagai berikut :
1. Dicatat pada aset lancar dengan akun sewa dibayar dimuka
2. Dicatat sebagai aset takberwujud (pembayaran dimuka
dlam beberapa periode yang relatif sama)

Keduanya diamortisasikan
pada setiap masa
selama jangka waktu
sewa.

Goodwill

PSAK No.19 (Revisi 2010) Paragraf 47 : menyatakan bahwa


Goodwill yang dihasilkan secara internal tidak diakui sebagai
aset .(misalnya letak perusahaan yang strategis, nama yang
dikenal di masyarakat.
Goodwill dicatat ketika :
1. Pembelian
2. Merger, reorganisasi, perubahan bentuk usaha dan perubahan
kepemilikan.
Variabel yang menentukan dalam perhitungan Goodwill antara
lain :
3. Rate of return atau pryeksi laba yang fapat dihasilkan di masa
yang akan datang
4. Nilai aset di luar goodwill
Penetapan besarnya goodwill dapat digunakan dua cara, yaitu :
5. Kapitalisasi penghasilan bersih rata-rata (Capitalization of
average income)
6. Kapitalisasi kelebihan penghasilan rata-rata( Capitalization of
average excess income)

Contoh :
PT Yudha memperoleh laba bersih dari tahun 2010 sampai dengan

tahun 2014 :
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Jumlah Bersih

Laba Rp. 115.000.000,Laba Rp. 103.000.000,Laba Rp. 103.000.000,Laba Rp. 140.000.000,Laba Rp. 126.000.000,Rp. 587.000.000,-

Hitunglah Penghasilan bersih rata-rata per tahun: 1/5 X Rp.587 juta

= Rp. 117.400.000 per tahun. Estimasi penghasilan setiap tahun


Rp. 120.000.000,Pada tanggal 1 Januari 2015 aset perusahaan (Tidak termasuk
goodwill) sebesar Rp. 1.050.000.000,- dan hutang Rp.
110.000.000,Hitunglah Goodwill dengan metode kapitalisasi penghasilan bersih
rata-rata, tarif atas hasil yang diharapkan dari investasi10% . Dan
kelebihan penghasilan yang akan dikapitalisasi 25%

1. Metode Kapitalisasi Penghasilan Bersih Rata-

Rata:
Jumlah yang dibayar (Rp.120.000.000 X 100/10)
= Rp. 1.200.000.000
Nilai bersih aset (Rp.1.050.000.000- Rp.110.000.000) = Rp.
940.000.000 (-)
GOODWILL
Rp.
260.000.000
============

2.

Kapitalisasi kelebihan Penghasilan rata-rata

Estimasi penghasilan yang akan datang Rp. 1.200.000.000


Nilai bersih aset Rp.

940.000.000 (-)

Kelebihan penghasilan Rp.

260.000.000

Proyeksi hasil investasi : 10% x260.000.000Rp.


Goodwill = 100/25 X Rp. 26.000.000 = Rp.
=============

26.000.000

104.000.000

Biaya yang ditangguhkan (Deffered Cost)

Dikategorikan sebagai aset takberwujud, jika aset


takberwujud lainnya mempunyai nilai berupa hak, maka
pada biaya yang ditangguhkan ini memperoleh nilai
karena adanya pembayaran di muka yang biasanya
menyangkut masa yang lama, maka setiap tahun harus
dilakukan amortisasi, contohnya : biaya pendirian.
1. Jika biaya pendirian memberikan manfaat selama
perusahaan berdiri , maka biaya pendirian setelah
dikapitalisasi tidak diamortisasikan sehingga tampak
terus menerus di neraca
2. Jika sebaliknya biaya pendirian tidak memberi manfaat
langsung akan diamortisasikan tergantung kebijakan
perusahaan.

DEPLESI
Pembebanan biaya per periode atas hak pengelolaan sumber alam
berupa penggalian atau pemanfaatannya disebut Deplesi.
Deplesi pada prinsipnya dapat disamakan dengan penyusutan .
Contoh penghitungan deplesi;
PT. Makmur membayar tunai sebesar Rp. 1 M untuk mendapatkan
hak pengelolaan sumber alam (Hak Penguasaan Hutan HPH).
Total cadangan kayu yang berada pada lahan HPH tersebut 500
juta meter kubik.
Selama tahun 2012 dapat dihasilkan 60 juta meter kubik.
Tarif deplesi dihitung = 60 juta X 100% = 12%
500 juta
Biaya deplesi tahun 2012 = 12% X Rp. 1 M = Rp.120 juta
Dalam akuntansi komersial alokasi biaya
peralihan sumber alam disebut deplesi,
tetapi di perundang-undangan pajak tidak
mengenal deplesi, jadi dimasukan sebagai
amortisasi. Dengan demikian amortisasi
setara dengan deplesi

Jurnal :
Tgl

Akun
Biaya Deplesi
Akumul
asi
Deplesi

Debit (Rp)
120.000.000

Kredit (Rp)
120.000.000

AMORTISASI
Sesuai PSAK 19 (Revisi 2010) Amortisasi yaitu
:alokasi sistematis jumlah tersusutkan aset tak
berwujud selama umur manfaatnya.
Pada saat tertentu nilai aset tak berwujud akan
habis.
Oleh karena itu harga perolehan aset takberwujud
harus diamortisasikan secara sistematis selama
taksiran masa manfaat dan tidak boleh dibebankan
seluruhnya pada periode perolehan

Faktor2 yang dipertimbangkan menaksir masa manfaat :


1. Ketentuan hukum, peraturan, perjanjian yang membatasi masa manfaat
maksimum
2. Kemungkinan dapat diperbaharui/diperpanjang masa manfaat
maksimum
3 Pengaruh keusangan, permintaan, persaingan, perubahan ekonomi
dan teknologi yg mempengaruhi masa manfaat
4. Prakiraan tidakan pesaing, pelaksana hukum yang membatasi
keunggulan daya saing
5. Masa manfaat yg tyidak terbatas dan tidak dapat ditaksir secara wajar
6. Kemungkinan aktiva tdk berwujut terdiri dari beberapa jenis/faktor yg
mempunyai masa manfaat berbeda

Rumus Amortisasi (umumnya metode garis


lurus) :
Biaya Amortisasi = % Tarif X Harga
Perolehan Aset takberwujud

Namun ada pengecualian apabila terdapat metode lain yang


lebih sesuai dengan kondisi perusahaan

Contoh :
PT Aman mengeluarkan seluruh biaya Rp300.000.000,00
untuk memperoleh hak paten yang dibayarnya tunai
untuk masa manfaat 5 (lima) tahun. Dengan
menggunakan metode garis lurus.
Besarnya amortisasi setiap tahun = 1/5 x Rp 300 juta
= Rp 60 juta.
Berdasarkan data di atas, ayatjurnal yang disusun adalah
sebagai berikut.
1.Pada saat pembayaran.
Tgl

Akun

Hak Paten
Kas dan
Bank

Debit (Rp)

Kredit (Rp)

300.000.000
300.000.000

2. Pada saat pembebanan


Tgl

Akun
Beban Amortisasi
Hak Paten

Debit (Rp)

Kredit (Rp)

60.000.000
60.000.000

AMORTISASI DALAM AKUNTANSI PAJAK


Seperti yang telah dilakukan pada asset tetap berwujud, bahwa
nilai asset tetap berwujud dilakukan penyusutan. Sedangkan untuk
aset tak berwujud dilakukan amortisasi. Pengertian asset
takberwujud PSAK No.19 (Revisi 2010) adalah asset nonmoneter
teridentifikasi tanpa wujud fisik. Aset tersebut sebagai asset tidak
lancar (noncurret asset) dan tidak berbentuk ini memberikan hak
keekonomian dan hukum kepada pemiliknya. Termasuk dalam asset
takberwujud seperti hak paten, hak merek, goodwill biaya
pendirian, dan lain-lain.

Perlakuan akuntansi asset tak berwujud menyangkut

masalah yang tidak berbeda dengan perlakuan akuntansi


terhadap aset tetap. Kesulitan yang dihadapi dalam
pemecahan masalah perlakuan akuntansi asset
takberwujud pada umumnya karena sifat asset yang
tidak ada wujud fisik berakibat bukti keberadaan kabur,
termasuk kesulitan dalam penentuan nilai perolehan
serta masa manfaat keekonomian.
Nilai asset takberwujud pada akhirnya akan habis pada

saat tertentu, sehingga harga perolehan asset


takberwujud harus diamortisasi secara sistematis selama
taksiran masa manfaat dan tidak boleh dibebankan
sekaligus pada periode perolehan.

PERIODE DAN METODE AMORTISASI


Klasifikasi aset tak berwujud berdasarkan periode amortisasi
1. Aset tak berwujud dengan umur manfaat terbatas

Amortisasi nya dialokasikan secara sistematis selama umur manfaat.


Dimulai saat tersedia untuk digunakan dan akan berhenti pada waktu
manakah yang lebih dahulu antara saat aset digolongkan sebagai yang
dimiliki untuk dijual atau operasi yang dihentikan pengakuannya.

2. Aset tak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas

Terhadap aset tak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas


tidak diamortisasikan

Metode yang digunakan dalam amortisasi


aset takberwujud menurut akuntansi pajak
adalah :
1. Metode garis lurus
2. Metode saldo menurun

PENGELOMPOKAN ASET TAKBERWUJUD DAN


TARIF AMORTISASI
Kelompok Aset Tak berwujud
dan Tarif Penyusutan (Pasal 11 A ayat (2) PPh
Kelompok
Harta TidakBerwujud

Masa
Manfaat

Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4

4 tahun
8 tahun
16 tahun
20 tahun

Tarif Penyusutan
Garis Lurus
Saldo
menurun
25%
50%
12,5%
25%
6,25%
12,5%
5%
10%

Contoh : asset takberwujud masa manfaatnya sebenarnya 6 (enam)


tahun, dapat menggunakan kelompok masa manfaat 4 (empat) tahun
atau 8 (delapan) tahun. Demikian halnya apabila masa manfaat
sebenarnya 5 (lima) tahun, maka menggunakan kelompok masa
manfaat 4 (empat) tahun.

Contoh:
Untuk memperoleh hak paten perusahaan telah mengeluarkan, uang
tunai sebesar Rp150.000.000,00. Masa manfaat hak paten tersebut 4
(empat) tahun.
Penghitungan amortisasi setiap tahun dengan menggunakan
metode garis lurus

Pengelompokan aktiva dan masa manfaat dipilih oleh WP sesuai masa


manfaat sebenarnya
Jika masa manfaat tidak tercantum dalam kelompok masa manfaat yg ada,
menggunakan masa manfaat yang terdekat
Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal perusahaan
dapat dibebankan pada tahun terjadinya pengeluaran atau diamortisasi
tergantung pada lamanya masa manfaat.
Pengeluaran yang dilakukan sebelum operasi komersial yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun akan dikapitalisasi dan
kemudian diamortisasi sesuai dengan masa manfaat dan tarif diatas.
Contohnya : Biaya studi kelayakan , biaya produksi percobaan., biaya ijin
pendirian perusahaan
Sedangkan untuk pengeluaran biaya pendirian yang memiliki masa
manfaat kurang dari 1 tahun harus dibebankan sekaligus pada tahun
berjalan dimana pengeluaran tersebut terjadi, contohnya biaya sebelum
operasional yang sifatnya rutin seperti : biaya gaji, biaya rekening listrik,
telepon
tidak boleh dikapitalisasi tetapi harus dibebankan sekaligus
pada tahun pengeluaran.

Saat Amortisasi dan Amortisasi pada


akhir masa manfaat
Sesuai akuntansi pajak
bahwa Khusus untuk
amortisasi aset
takberwujud yang
menggunakan metode
amortisasinya metode
saldo menurun, pada
akhir masa manfaat,
aset takberwujud akan
diamortisasi sekaligus.

Ketentuan Khusus
Aset TakBerwujud
1. Biaya pendirian dan perluasan modal

Metode Amortisasi
Dibebankan pada tahun
terjadinya pengeluaran
Atau diamortisasi
sesuai ps 11 A ayat
(2)
2. Hak dibidang penambangan minyak dan gas bumi, Metode satuan produksi
yg mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun
3. Hak penambangan selain yang dimaksud
Metode satuan produksi
paling tinggi 20% setahun
penambangan migas, hak pengusahaan hutan, dan
hak pengusahaan sumber alam serta hasil alam
lainnya, yg mempunyai masa manfaat lebih dari 1
tahun
4. Biaya Pra operasi yang mempunyai masa manfaat amortisasi sesuai ps 11 A
ayat (2)
lebih dari 1 tahun
5. Goodwill yang mempunyai masa manfaat lebih
amortisasi sesuai ps 11 A
dari 1 tahun
ayat (2)

Selain disebut di atas, amortisasi dihitung


Sesuai ketentuan pasal 11 A ayat (2) UU PPh

Contoh 1. Biaya Pendirian


PT. Baruna yang baru berdiri tahun 2015 telah mengeluarkan biaya izin
pengurusan pendirian perusahaan sebesar Rp. 50 juta, biaya
tersebut diperlakukan sebagai aset lainnya dan masa manfaat biaya
tsb diperkirakan selama 4 tahun dan diamortisasi dengan metode
garis lurus,maka :
Amortisasi per tahun = 50.000.000 : 4 = Rp. 12.500.000
Jurnalnya :

Tgl

Akun

Aset Lainnya
Kas
Beban Amortisasi
Aset
Lainnya

Debit (Rp)
50.000.000

Kredit (Rp)

50.000.000
12.500.000

12.500.000

Contoh 2. Amortisasi terhadap pengeluaran untuk memperoleh


hak dan pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 (satu) tahun di bidang penambangan minyak dan gas
bumi dilakukan dengan mengunakan Metode Satuan Produksi
PT Abadi mengeluarkan biaya untuk memperoleh hak
penambangan minyak dan gas bumi di suatu lokasi sebesar
Rp800.000.000,00. Taksiran jumlah kandungan minyak sebesar
200.000.000 barel dan produksi sebenarnya adalah 50.000.000
barel.
Tarif amortisasi = (50.000.000/1200.000.000) x 100% = 25%
Amortisasi tahun l = 25% x Rp800.000.000,00 =
Rp200.000.000,00
Asumsi Produksi sebenarnya tahun II sebesar 75.000.000 barel
Tarif amortisasi = (75.000.000/200.000.000) x 100% = 37,5%
Tarif amortisasi Thn II = 37,5% x Rp800.000.000,00 =
Rp300.000.000,00

Contoh 3.
Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak
penambangan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
(satu) tahun selain minyak dan gas bumi, hak penguasaan
hutan dan hak penguasaan sumber alam, serta hasil alam
lainnya, seperti hak pengusahaan hasil laut, satuanproduksi
dengan jumlah paling tinggi 20% (dua puluh persen) setahun.
Contoh:
Pengeluaranuntuk memperoleh hak penguasaan hutan sebesar
Rp800.000.000,00. Potensi hutan tersebut 10.000.000 ton
kayu.
Produksi sebenarnya Tahun I = 1.000.000 ton
Tarif amortisasi = (1.000.000/10.000.000) x 100%= 10%
Amortisasi = 10% x Rp800.000.000,00 = Rp80.000.000,00
Apabila produksi sebenarnya Tahun II sebesar3.000.000 ton
atau 30% potensi tersedia maka :
Amortisasi tahun tersebut 20% x Rp800.000.000,00 =
Rp160.000.000,00

Contoh 4.
Amortisasi atas pengeluaran yang dilakukan operasi komersial mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun. Terhadap pengeluaran tersebut
harus dikapitalisasi terlebih dahulu. Pengertian biaya-biaya adalah yang
dikeluarkan sebelum operasi komersial, sebagai contoh biaya studi
kelayakan dan biaya produksi percobaan tetapi tidak termasuk biaya
operasional rutin (gaji pegawai, rekening listrik, dan sebagainya).
Biaya rutin ini akan dibebankan sekaligus pada tahun pengeluaran.

Contoh
PT. UMB berdiri pada tahun 2015 dan telah mengeluarkan biaya
pra-operasi sebesar Rp.40 juta
Oleh perusahaan biaya pra operasi ini dikapitalisasi dan dicatat
sebagai aset lainnya dengan estimasi masa manfaat 10 tahun,
dengan metode garis lurus, maka :
amortisasi pertahun = 40.000.000 : 10 = Rp. 4.000.000,Tgl :
Akun
Debit (Rp)
Kredit (Rp)
Jurnal
Aset Lainnya
Kas
Beban Amortisasi
Aset
Lainnya

40.000.000

40.000.000
4.000.000

4.000.000

Menurut Pajak, biaya pra-operasi tersebut akan


diamortisasikan dengan menggunakan masa
manfaat 8 tahun (masa manfaat yang terdekat
dengan 10 tahun) sesuai aset tak berwujud
Kelompok 2.
Jumlah amortisasi = 40.000.000 : 8 = Rp.5.000.000

Perbedaan pencatatan
amortisasi menurut
komersial dan fiskal
sebesar Rp.1 juta akan
dilakukan koreksi negatif
pada laporan
rekonsiliasi fiskal akhir
tahun.

Apabila terjadi pengalihan hak aset takberwujud


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11A ayat 1, ayat 4,
ayat 5 UU Pajak Penghasilan, yaitu sbb :
1. Pengeluaran untuk memperoleh aset takberwujud dan
pengeluaran lainnya termasuk biaya pepanjangan hak guna
bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 tahun yang digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.
2. Pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun di bidang
penambangan minyak dan gas bumi.
3. Pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain
yang dimaksud pada butir 2, hak penguasaan hutan dan hak
penguasaan sumber alam, serta hasol alam lainnya yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun.

Pengalihan Hak Aset Tak Berwujud

Jika terjadi pengalihan hak aset tak berwujud , maka :


1. Nilai sisa buku harta atau hak-hak tersebut dibebankan
sebagai kerugian
2. Jumlah yang diterima sebagai penggantian merupakan
penghasilan pada tahun terjadinya pengalihan
tersebut

Contoh
PT.Daya
mengeluarkan
biaya
untuk
memperoleh
hak
penambangan minyak dan gas bumi di suatu lokasi sebesar
Rp.600.000.000. Taksiran jumlah kandungan minyak di daerah
tersebut adalah sebanyak 200.000.000 (dua ratus juta) barel.
Setelah produksi minyak dan gas bumi mencapai 100.000.000
(seratus juta) barel, PT. Daya menjual hak penambangan
tersebut kepada pihak lain dengan harga Rp. 400.000.000.
Penghitungan dan kerugian dari penjualan hak tersebut adalah sbb:
Harga Perolehan
Amortisasi yang telah dilakukan
100.000.000 X 100% X
Rp.600.000.000 =
200.000.000
Nilai Sisa Buku
Harga Jual

Rp. 600.000.0
00
Rp.
300.000.0
00
Rp. 300.000.0
00
Rp. 400.000.0
00

Dengan demikian
jumlah nilai sisa buku sebesar Rp.300.000.000 dibebankan
sebagai kerugian
dan jumlah sebesar Rp.400.000.000 dibukukan sebagai
penghasilan pada tahun terjadinya pengalihan tersebut.

Identifikasi Kegiatan Riset dan Pengembangan


Biaya Riset dan Pengembangan (Research dan
development cost) PSAK Np. 19,
Menjadi 2 tahapan, yaitu :
Tahapan penelitian atau tahap riset
I.I. Tahapan
penelitian atau tahap riset
yaitu : penelitian asli terencana yang dilaksanakan dengan
II. Tahap
pengembangan
harapan memperoleh pembaruan pengetahuan dan

pemahaman teknis atas ilmu yang baru


Pada tahap penelitian ini entitas tidak mengakui aset
takberwujud yang timbul.
Pengeluaran untuk penelitian diakui sebagai beban saat
terjadinya
Contoh tahap penelitian :
1. Kegiatan yang ditujukan untuk memperoleh
pengetahuan baru
2. Pencarian, evaluasi dan seleksi final untuk penerapan
atas penemuan penelitian.
3. Pencarian alternatif bahan baku, peralatan, produk,
proses, sistem atau jasa
4. Perumusan, desain, evaluasi dan seleksi final berbagai
kemungkinan alternatif bahan baku, peralatan, produk,
proses, sistem atau jasa yang baru atau yang diperbaiki.

II. Tahap pengembangan


yaitu penerapan temuan penelitian atau pengetahuan lain pada
suatu rencana atau rancangan produksi bahan baku, alat, produk,
proses, sistem atau jasa baru yang mengalami perbaikan substansial
sebelum dimulainya produksi komersial atau pemakaian`
Diakui sebagai aset takberwujud, jika dan hanya jika, entitas dapat
menunjukan (paragraf 56 PSAK 19) yaitu :
1. kelayakan teknis penyelesaian aset tak berwujud sehingga
aset tersebut dapat digunakan atau dijual
2. Niat untuk menyelesaikan aset takberwujud tersebut dan
menggunakannya atau menjualnya
3. Kemampuan untuk menggunakan atau menjual aset
takberwujud tsb.
4. Bagaimana aset takberwujud akan menghasilkan
kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan.
5. Tersedianya kecukupan sumber daya teknis, keuangan dan
sumber daya lain untuk menyelesaikan pengembangan aset
tak berwujud dan untuk menggunakan atau menjual aset tsb.
6. Kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang
terkait dengan aset takberwujud selama pengembangannya.

Contoh-contoh pengembangan :
1. desain, konstruksi, serta pengujian
purwarupa dan model sebelum produksi
atau sebelum digunakan
2. Desain, konstruksi dan pengujian
alternatif bahan baku, peralatan, produk,
proses, sistem atau jasa yang baru atau
diperbaiki,
3. Desain peralatan, konstruksi, jig, cetakan
dan pewarnaan yang melibatkan
teknologi baru
4. Desain, konstruksi dan operasi pabrik
percontohan yang skalanya tidak
ekonomis untuk produksi komersial.

PENGUKURAN SETELAH PENGAKUAN :


Entitas harus memilih pengukuran, sebagai
kebijakan
akuntansinya, yaitu antara:
1. Model biaya atau
2. Model revaluasi .

1. Model Biaya

Setelah dilakukan pengakuan awal, suatu


aset takberwujud harus dicatat pada biaya
perolehannya dikurangi akumulasi amortisasi
dan akumulasi rugi penurunan nilai.

2. Model Revaluasi
Setelah pengakuan awal, suatu aset tak berwujud harus
dicatat pada jumlah revaluasinya, yaitu nilai wajar pada
tanggal revaluasi dikurangi akumulasi amortisasi selanjutnya
dan akumulasi rugi penurunan nilai aset selanjutnya.
Untuk tujuan revaluasi sesuai PSAK No.19,bahwa nilai wajar
harus ditentukan dengan menggunakan referensi dari pasar
aktif.
Pasar aktif, yaitu :

a. asetyang diperdagangkan bersifat homogen


b. pembeli dan penjual yang bertransaksi biasanya dapat
ditemui setiap saat.
c. harga tesedia untuk publik.
Revaluasi harus dilakukan secara rutin pada setiap akhir

periode pelaporan sehingga jumlah tercatat tsb tidak memiliki


perbedaan yang material dengan nilai wajarnya.

Saat Amortisasi
Banyak fakor yang dipertimbangkan dalam menetapkan umur manfaat
aset takberwujud sebagaimana diatur paragraph 90 yang menyatakan
termasuk:
1. harapan secara efisien oleh tim manajemen lain;
2. tipe siklus hidup produk untuk aset dan informasi umum mengenai
estimasi umur manfaat dari aset serupa yang digunakan untuk
keperluan yang serupa.
3. jenis teknis, teknologi, komersial, atau jenis lain dari keusangan.
4. stabilitas industri di mana aset beroperasi dan perubahan permintaan
pasar atau produk atau jasa yang dihasilkan aset tersebut;
5. perkiraan atas tindakan kompetitor atau kompetitor potensial;
6. tingkat pengeluaran perawatan yang dibutuhkan untuk menghasilkan
manfaat ekonomi masa depan aset serta kemampuan dan maksud
entitas untuk mencapai tingkat tersebut;
7. periode pengendalian aset dan batasan hukum atau batasan serupa
dalam pemanfaatan aset, seperti masa berlaku sewa yang terkait; dan
8. apakah umur manfaat aset bergantung pada umur manfaat aset lain
entitas.

Saat Amortisasi

Umur
Manfaat
Aset Tak
berwujud

KOMERSIAL

PAJAK

Metode amortisasi
menggambarkan pola
konsumsi entitas atas
manfaat ekonomi masa
depan yang diharapkan
Amortisasi dimulai saat
produk atau proses
tersedia
Saat
amortisasi
untuk dijual atau
digunakan
pengaturannya
sesuai
ketentuan Pasal 11 A ayat
(1a) bahwa:
Amortisasi dimulai pada
bulan dilakukannya
pengeluaran, kecuali untuk
bidang usaha tertentu yang
diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri

Akuntansi Pajak Biaya


Penelitian dan Pengembangan
Secara khusus akuntansi pajak tidak
mengatur pencatatan biaya penelitian dan
pengembangan.
Mengacu pada Pasal 6 ayat 1 huruf f UU PPH
bahwa :
Biaya penelitian dan pengembangan
perusahaan yang dilakukan di Indonesia
dapat dibebankan sebagai biaya dalam
rangka menghitung besarnya Penghasilan
Kena Pajak, dalam jumlah yang wajar.

SELESAI
DAN TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai