Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
proses
fermentasi
(pembusukan),
pengasaman,
atau
Asam Benzoat
Bahan pengawet buatan yang paling sering dipakai adalah asam benzoat. Asam
benzoat berfungsi untuk mengendalikan pertumbuhan jamur dan bakteri. Penggunaan
asam benzoat dengan kadar lebih dari 250 ppm dapat memberikan efek samping
berupa alergi. Adapun pada konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan iritasi pada
lambung dan saluran pencernaan.
Kalsium Benzoat
Bahan pengawet ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri penghasil toksin
(racun), bakteri spora, dan bakteri bukan pembusuk. Senyawa ini dapat memengaruhi
rasa. Bahan makanan atau minuman yang diberi benzoat dapat memberikan kesan
aroma fenol, yaitu seperti aroma obat cair. Kalsium benzoat digunakan untuk
mengawetkan minuman ringan, minuman anggur, saus sari buah, sirop, dan ikan asin.
Bahan ini bisa menyebabkan dampak negatif pada penderita asma dan bagi orang yang
peka terhadap aspirin. Kalsium benzoat bisa memicu terjadinya serangan asma.
Kalium Nitrit
Kalium nitrit berwarna putih atau kuning dan kelarutannya tinggi dalam air.
Bahan ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada daging dan ikan dalam waktu
yang singkat. Kalium nitrit sering digunakan pada daging yang telah dilayukan untuk
mempertahankan warna merah agar tampak selalu segar, semisal daging kornet.
Penggunaan yang berlebihan, bisa menyebabkan keracunan. Selain memengaruhi
kemampuan sel darah membawa oksigen ke berbagai organ tubuh, juga menyebabkan
kesulitan bernapas, sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan muntah-muntah.
Natrium Metasulfat
Sama dengan kalsium dan natrium propionat, natrium metasulfat juga sering
digunakan pada produk roti dan tepung. Bahan pengawet ini diduga bisa menyebabkan
alergi pada kulit.
Asam Sorbat
Beberapa produk beraroma jeruk, berbahan keju, salad, buah, dan produk
minuman kerap ditambahkan asam sorbat. Meskipun aman dalam konsentrasi tinggi,
asam ini bisa membuat perlukaan di kulit.
Natamysin
Bahan ini biasa digunakan pada produk daging dan keju. Bahan ini bisa
menyebabkan mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, dan perlukaan kulit.
Kalium Asetat
Makanan yang asam umumnya ditambahkan bahan pengawet ini. Padahal bahan
pengawet ini diduga bisa menyebabkan rusaknya fungsi ginjal.
Butil Hidroksi Anisol
Biasanya terdapat pada daging babi dan sosisnya, minyak sayur, shortening,
keripik kentang, pizza, dan teh instan. Bahan pengawet jenis ini diduga bisa
menyebabkan penyakit hati dan memicu kanker.
Aditif makanan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Daftar isi
1 Jenis
2 Efek samping
3 Undang-undang
4 Kehalalan
5 Referensi
6 Pranala luar
Jenis
Bahan aditif makanan dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok tertentu tergantung
kegunaanya, di antaranya:
Penguat rasa
Zat pemanis buatan biasanya digunakan untuk membantu mempertajam rasa manis.[1] Beberapa
jenis pemanis buatan yang digunakan adalah sakarin, siklamat, dulsin, sorbitol dan aspartam.[1]
Pemanis buatan ini juga dapat menurunkan risiko diabetes, namun siklamat merupakan zat yang
bersifat karsinogen.[1]
Pengawet
Bahan pengawet adalah zat kimia yang dapat menghambat kerusakan pada makanan, karena
serangan bakteri, ragi, cendawan.[2] Reaksi-reaksi kimia yang sering harus dikendalikan adalah
reaksi oksidasi, pencoklatan (browning) dan reaksi enzimatis lainnya.[2] Pengawetan makanan
sangat menguntungkan produsen karena dapat menyimpan kelebihan bahan makanan yang ada
dan dapat digunakan kembali saat musim paceklik tiba.[2] Contoh bahan pengawet adalah natrium
benzoat, natrium nitrat, asam sitrat, dan asam sorbat.[2]
Pewarna
Warna dapat memperbaiki dan memberikan daya tarik pada makanan.[2] Penggunaan pewarna
dalam bahan makanan dimulai pada akhir tahun 1800, yaitu pewarna tambahan berasal dari alam
seperti kunyit, daun pandan, angkak, daun suji, coklat, wortel, dan karamel.[2] Zat warna sintetik
ditemukan oleh William Henry Perkins tahun 1856, zat pewarna ini lebih stabil dan tersedia dari
berbagai warna.[2] Zat warna sintetis mulai digunakan sejak tahun 1956 dan saat ini ada kurang
lebih 90% zat warna buatan digunakan untuk industri makanan.[2] Salah satu contohnya adalah
tartrazin, yaitu pewarna makanan buatan yang mempunyai banyak macam pilihan warna, di
antaranya Tartrazin CI 19140.[2] Selain tartrazin ada pula pewarna buatan, seperti sunsetyellow
FCF (jingga), karmoisin (Merah), brilliant blue FCF (biru).[2]
Pengental
Pengental yaitu bahan tambahan yang digunakan untuk menstabilkan, memekatkan atau
mengentalkan makanan yang dicampurkan dengan air, sehingga membentuk kekentalan tertentu.
[2]
Contoh pengental adalah pati, gelatin, dan gum (agar, alginat, karagenan).[2]
Pengemulsi
Lain-lain
Selain itu terdapat pula macam-macam bahan tambahan makanan, seperti:[3]
1. antioksidan, seperti butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluena (BHT), tokoferol
(vitamin E),
2. pengikat logam,
3. pemutih, seperti hidrogen peroksida, oksida klor, benzoil peroksida, Natrium hipoklorit,
4. pengatur keasaman, seperti aluminium amonium sulfat, kalium sulfat, natrium sulfat,
asam laktat,
5. zat gizi,
6. anti gumpal, seperti aluminium silikat, kalsium silikat, magnesium karbonat, magnesium
oksida.
Efek samping
Bahan aditif juga bisa membuat penyakit jika tidak digunakan sesuai dosis, apalagi bahan aditif
buatan atau sintetis.[3] Penyakit yang biasa timbul dalam jangka waktu lama setelah
menggunakan suatu bahan aditif adalah kanker, kerusakan ginjal, dan lain-lain.[3] Maka dari itu
pemerintah mengatur penggunaan bahan aditif makanan secara ketat dan juga melarang
penggunaan bahan aditif makanan tertentu jika dapat menimbulkan masalah kesehatan yang
berbahaya.[3] Pemerintah juga melakukan berbagai penelitian guna menemukan bahan aditif
makanan yang aman dan murah.[3]
Undang-undang
Menurut undang-undang RI No 7 Tahun 1996 tentang Pangan, pada Bab II mengenai Keamanan
Pangan, pasal 10 tentang Bahan Tambahan Pangan dicantumkan:[4]
1. Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan
apa pun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan terlarang atau melampau
ambang batas maksimal yang telah ditetapkan.
2. Pemerintah menetapkan lebih lanjut bahan yang dilarang dan atau dapat digunakan
sebagai bahan tambahan pangan dalam kegiatan atau proses produksi pangan serta
ambang batas maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat 1.
Kehalalan
Daftar Bahan tambahan makanan yang termasuk kelompok diragukan kehalalannya:[5]
adlah dapat diproduksi dalam jumlah besar, lebih stabil, takaran penggunaannya lebih sedikit,
dan biasanya tahan lebih lama, sedangkan kelemahan zat adiktif sintesis adalah dapat
menimbulkan risiko penyakit kanker atau bersifat karsiogenetik.
1. Daun jerukDaun jenik memberikan aroma yang membangkitkan selera makan. Daun
menghilangkan bau amis pada ikan.
2.
Vanili
Vanili memberi rasa dan aroma yang harum. Vanili banyak digunakan pada pembuatan roti atau
pada pembuatan kolak.
3.
Serai
Serai biasanya digunakan sebagai penambah aroma pada pembuatan minuman penghangat tubuh
(minuman serai). Selain itu, serai juga digunakan untuk menambah aroma segar pada makananmakanan bersantan.
4.
Daun
pandan
Daun pandan biasa ditambahkan pada saat menanak nasi agar nasi berbau harum dan tidak cepat
basi. Selain itu, aroma harum dan daun pandan juga dimanfaatkan pada pembuatan kue, bubur,
atau es.
f. Bahan Pengasam
Bahan pengasam bertuj uan untuk menghilangkan rasa enek (mual) pada saat mengonsumsi
makanan. Bahan pengasam alami di antaranya adalah jeruk nipis pada soto dan minuman.
Sakarin, mempunyai tingkat kemanistn 300 kali lebih manis daripada gula.
Aspartam, mempunyai tingkat kemanisan 200 kali lebih manis daripada gula.
Asesulfam, mempunyai tingkat kemanisan 200 kali lebih manis daripada gula.
Sorbitol.
Dulsin.
Natrium benzoat dan asam benzoat digunakan sebagai pengawet minuman ringan, kecap,
margarin, saus, manisan, dan buah kalengan.
Natrium nitrit digunakan sebagai pengawet untuk mempertahankan warna daging dan
ikan.
Asam propionat digunakan sebagai pengawet roti, keju, margarin, dan mentega.
Asam sorbat digunakan dalam bentuk garam natrium atau kalium dan digunakan untuk
menghambat pertumbuhan kapang dan ragi, serta mengawetkan keju, roti, sari buah, dan
acar.
Beberapa zat pengawet yang sudah dilarang penggunaannya tetapi masih sering dipakai oleh
pihak pihak tak bertanggung jawab adalah formalin (sebagai pengawet ), boraks (sebagai
pengawet bakso), dan terusi (sebagai pengawet ayam potong).
d. Penyedap
Makanan yang kita konsumsi sehari-hari tak lepas dari penyedap atau bumbu masak, karena
memang zat tersebut menambah sedap dan menimbulkan selera makan. Penyedap yang paling
kita kenal adalah vetsin atau MSG (monosodium glutamat) yang dikenal dengan merck dagang
seperti Ajinomoto, Miwon, Royco, Sasa, Maggie, dan lainl ain. Dibalik kelezatannya, MSG
pernah diduga menjadi penyebab dan suatu penyakit yang disebut Chinese Restaurant Syndrome
(CRS). Gejala-gejala penyakit ini antara lain pusing kepala, wajah berkeringat, sesak dada
bagian bawah, kesemutan pada punggung leher, rahang bawah serta leher bagian bawah yang
kemudian terasa panas. Namun, peranan MSG sebagai penyebab penyakit tersebut tidak dapat
dibuktikan oleh para ahli, sehingga dugaan tersebut masih banyak diperdebatkan. Akan tetapi,
mengonsumsi sesuatu dengan berlebihan adalah tidak baik. Karena itulah, sebaiknya
menghindari konsumsi MSG terlalu banyak.
Penyedap sintetis selain MSG antara lain adalah nukleotida seperti guanosin monofosfat (GMP)
dan
jonosin monofosfat (IMP). Keduanya memberi rasa gurih pada makanan.
e. Antioksidan
Antioksidan berfungsi melindungi makanan yang mengandung lemak atau minyak dan
ketengikan. Ketengikan terjadi karena minyak atau lemak yang terkandung dalam makanan rusak
oleh suatu proses oksidasi. Secara sederhana, oksidasi dapat dikatakan merupakan suatu proses
peruraian minyak atau lemak. Antioksidan yang ditambahkan akan menghambat terjadinya
proses oksidasi tersebut.
Termasuk antioksidan adalah:
Butil hidroksi anisol (BRA) dan butil hidroksi toluena (BHT) ditambahkan pada makanan
yang mengandung lemak dan minyak goreng agar tidak cepat basi (tengik).
Asam askorbat (serta garam kaliumnya, garam kalsiumnya, dan garam natriumnya)
ditambahkan ke dalam daging olahan, makanan bayi, dan kaldu.
h. Pengatur Keasaman
Zat aditif ini berfungsi untuk mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat
keasaman makanan. Contoh pengatur keasaman sintetis antara lain asam asetat, asam sitrat, asam
laktat, asam tartrat, natrium bikarbonat, dan amonium bikarbonat.