Anda di halaman 1dari 4

GIZI OLAHRAGA

Materi : Clinical Assessment in Athlete


Edisi ke:
Dosen : dr. Alfan Nur Asyhar
Very, Ipeh, Lala, Ayul, Sarah, Maya, Macil, Deden, Nia, Hana, Farah, Choiri

Sesuai dengan job description dari AFC/FIFA, medical team mempunyai kewajiban terhadap
pemain, tim pelatih, official team yang meliputi :
Football injuries
Penentuan jenis cedera akut dan pemeriksaan akurat saat latihan maupun pertandinan

serta tindakan dan manajemen saat dan pasca cedera akut.


Injuries from non football activities
Penanganan penyakit yang menjangkit pada pemain, tim pelatih, maupun official team

dalam keseharian (bukan keadaan emergency). Contohnya : tersengat lebah


Medical illness /conditions
Penanganan kondisi akut dan emergency yang menyangkut kelangsungan hidup
pemain, tim pelatih, dan official team. Contoh : anafilaksis, acute cardiac arrest

Screening yang pertama (First screening) dilakukan pada atlet diantaranya adalah
Blood : complete hematology, hepatitis, wydal, SGOT, SGPT, urin, cholesterol , uric acid
Cek hepatitis menular tidak diperbolehkan untuk bermain
Cek wydal antisipasi thypus jika postif (+) harus bed rest
Cek urin mengetahui ada atau tidaknya tanda-tanda kerusakan ginjal
Kadar SGOT dan SGPT yang meningkat menandakan adanya kelelahan pada atlet.
Screening jantung sudden cardiac arrest

Injury report
Report yang dibuat, harus ada keterangan pada menit keberapa terjadinya injury
(cedera)

Illness report
Vital sign (Tension, pulse, breath, temperature)
Physic
Phsycological

Assessment of a Collapsed Player


Pemain yang secara tiba-tiba terjatuh/pingsan tanpa kontak dengan
pemain lain atau sebuah objek dan berbaring tak sadar diasumsikan mendapat

serangan jantung (cardiac arrest).


Jika keadaan tersebut terjadi sebaiknya

segera

mendapat

cardiopulmonary

resuscitation (CPR) dan idealnya automatic external defibrillator (AED) seharusnya


tersedia. Defibrillation yang diatur selama kurang dari 2-3 menit dapat memberikan
survival outcomes sekitar 50%, tetapi selanjutnya lajunya akan menurun drastis tiap

menitnya. Penggunaan AED yang berlebihan (over used) dapat menyebabkan dislokasi.
Pemain yang terjatuh dengan kemungkinan cedera gegar otak (concusive brain injury)
harus segera mendapat neuropsychological examination.

Musculoskeletal Injury Fractures & Dislocation

Jika terjadi fraktur dan lokasinya telah diprediksi dimananya, penanganan harus
dilakukan supaya lokasi fraktur aman dan tidak ada kerusakan struktur lain di area
tulang yang patah. Kemudian menilai (assess) status neurovascular di sekitar lokasi

fraktur.
Dislokasi yang terus menerus (recurrent dislocation) sering terjadi dengan mudah
menetap, terkadang oleh pemainnya sendiri. Sehingga seringkali sulit untuk mengurangi
dislokasi secara manual karena sakit dan kejang otot. Dalam kasus tersebut, pemain
harus diberikan analgesia (usually intramuscularly) dan selanjutnya dirujuk ke rumah
sakit.

Jenis-jenis cedera musculoskeletal

Muscle strain (kebanyakan terjadi pada hamstring )


Muscle contusions (kebanyakan terjadi pada quadriceps)
Muscle cramps (kebanyakan terjadi pada hamstring)
Muscle cramp/keram otot disebabkan karena meningkatnya asam laktat. Untuk
menghilangkan keram otot dapat dilakukan dengan memberikan elektrolit

Cryotheraphy : Berendam di air es (air hangat air dingin air biasa) atau juga dapat
dikompres dengan air es untuk mencegah cedera berkelanjutan.
Cryotherapy berguna untuk mengurangi asam laktat sehingga tidak timbul kelelahan setelah
latihan serta jika ada cedera pada atlet tidak membuat menyebar ke tempat lain (antiinflamasi).
Karena ketika berendam air es, otot akan berkontraksi sehingga asam laktat akan terurai.

Kinesiotaping untuk fiksasi sendi

Anda mungkin juga menyukai