Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Gagal hati fulminan atau gagal hati akut dapat didefinisikan sebagai sindroma klinik
akibat nekrosis masif sel hati atau gangguan fungsi hati secara mendadak dan parah.
Sebelumnya tidak ada penyakit hati dan dalam kasus hepatitis virus, sindroma
berkembang dalam delapan minggu semenjak dimulainya gejala. Sering disertai
komplikasi ensefalopati dalam 1 atau beberapa minggu setelah munculnya gejala pertama
kelainan hepar atau timbulnya ikterus.
INSIDENSI
-
Anak yang terpapar HBV (pada negara berkembang gagal hati fulminan lebih
banyak disebabkan oleh karena infeksi HBV).
5 30 % pada anak yang lahir dari ibu yang HCV dan HIV +.
ETIOLOGI
Sebab tersering adalah hepatitis virus baik A, B, maupun non-A dan non-B. Pada
sekitar 50% pasien positif hepatitis B, perjalanan fulminan dicetuskan oleh faktor lain,
biasanya akut atau superinfeksi dengan virus hepatitis D. Pada pasien positif hepatitis B
yang menerima kemoterapi untuk keganasan bersamaan, hepatitis B bisa direaktivasi dan
menjadi fulminan.
Virus
lain
juga
dapat
menyebabkan
nekrosis
hati
fatal
pada
individu
Yang sering juga adalah reaksi obat hepatotoksis, yang tersering meliputi obat
anestesi, AINS, antidepresan dan isoniazid yang diberikan bersama rifampicin, juga
overdosis acetaminofen dan karbon tetraklorida (CCl4).
Pada wanita hamil cukup bulan bisa timbul nekrosis hati fulminan karena eklampsi
atau perlemakan hati.
Sebab vaskular mencakup episode curah jantung rendah pada pasien penyakit
jantung, sindroma Budd-Chiari secara akut dan syok bedah.
Infiltrasi masif hati dengan sel blast, seperti pada histiositosis maligna, dapat
menyebabkan gagal hati fulminan.
PATOFISIOLOGI
Patogenesis gagal hati fulminan dimulai dengan terpaparnya individu yang rentan
pada agen yang dapat menimbulkan kerusakan hati berat, meskipun etiologi yang
sebenarnya sulit untuk diidentifikasi (pada sebagian besar kasus).
Virus dapat menyebabkan kerusakan pada hepatosit baik langsung (melalui efek
sitotoksik) atau sebagai hasil dari respon imun yang berlebihan. Interaksi antara agen dan
host menentukan insidensi gagal hati fulminan.
Mekanisme patofisiologi yang berlanjut ke arah ensefalopati pada anak-anak
dengan gagal hati fulminan masih belum diketahui sepenuhnya. Meski demikian,
peningkatan tekanan intraserebral akibat edema serebral serta hipoglikemi merupakan
salah satu penyebab timbulnya defisit neurologis.
Salah satu teori menekankan efek dari akumulasi substansi neurotoksik atau
neuroaktif yang timbul akibat kegagalan hepar. Substansi ini meliputi neurotransmitter,
amonia, peningkatan aktivitas reseptor GABA, dan peningkatan kadar substansi endogen
yang menyerupai benzodiazepine pada sirkulasi.
Metabolit hepatotoksik, yang terakumulasi akibat gangguan metabolisme atau
mengkonsumsi obat-obat hepatotoksik, dapat menimbulkan kerusakan pada hepatosit.
Kadar amonia dalam serum dapat normal atau sedikit meningkat, bahkan pada pasien
koma.
PREDISPOSISI
1. Infeksi virus hepatitis
Gagal hati fulminan yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A mortalitasnya
tidak terlalu tinggi ( kurang dari 40%). Di Eropa gagal hati fulminan banyak
disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B. Superinfeksi virus hepatitis B oleh virus
hepatitis D juga dapat menyebabkan gagal hati fulminan. Gagal hati fulminan yang
disebabkan infeksi virus hepatitis E banyak terjadi pada wanita hamil dan turis yang
berwisata ke daerah endemik.
2. Usia
Gagal hati fulminan yang terjadi pada pasien berusia kurang dari 10 tahun atau
lebih dari 40 tahun mempunyai prognosis yang lebih buruk.
3. Peminum alkohol
Alkohol dapat menyebabkan gagal hati fulminan melalui proses perlemakan hati
4. Kehamilan
Gagal hati fulminan yang terjadi pada wanita hamil prognosisnya buruk.
5. Tidak ada data yang menunjukkan pengaruh ras dalam perjalanan penyakit gagal
hati fulminan
GAMBARAN KLINIK
Gambaran neuropsikiatri adalah rangsangan sistem retikularis otak yang diikuti
oleh depresi akhir fungsi batang otak. Pasien bisa memperlihatkan tingkah laku anti
sosial atau gangguan karakter. Mimpi buruk, nyeri kepala, dan dizziness merupakan
gejala tak spesifik lainnya. Delirium, mania, dan kejang menunjukkan rangsangan sistem
retikularis. Perilaku tak kooperatif sering berlanjut, sementara kesadaran berkabut.
Deliriumnya dari jenis mania, diawali gelisah, dan serangan spontan atau diinduksi
rangsangan cahaya. Flapping tremor bisa sepintas dan terlewatkan. Biasanya ada foetor
hepaticus.
Dalam stadium dini, ikterus menunjukkan hubungan kecil ke perubahan
neuropsikiatri yang kemudian bisa berkembang sebelum ikterus. Kemudian ikterus hebat.
Biasanya ukuran hati mengecil.
TERAPI
Intensive care unit (ICU) dan pediatric hepatology setting dengan fasilitas
untuk transplantasi hati tersedia untuk diagnosis dan penanganan yang
tepat.
Perawatan khusus
perawatan FHF.
transplant dilaksanakan untuk menghindari anak dengan FHF dari bahaya rapidly
progressive liver necrosis.
Diet: Pasien dengan kalori tinggi, karbohidrat tinggi dan lemak berlebih. Total parenteral
nutrition (TPN) diperlukan untuk mencukupi nutrisi, terutama bila nutrisi parenteral tidak
dapat dilakukan. Monitoring glukosa dan menghindari volume overload.
PROGNOSIS
Prognosis jauh lebih buruk daripada gagal hati kronika, tetapi lesi hati mungkin
reversibel dan biasanya yang bertahan hidup lesi sembuh sempurna. Hal ini membuat
perawatan intensif dan sokongan hati sementara amat penting.
Gagal hati fulminan sering pula dikaitkan dengan angka kematian yang tinggi,
dimana lebih dari setengah jumlah pasien yang menderita gagal hati fulminan meninggal
apabila tidak segera dilakukan transplantasi hati.
Usia lebih dari 30 tahun dan adanya penyakit lain bersamaan memperburuk
prognosis. Hasilnya terbaik dalam anak-anak. Jika pencetus apapun dapat dikenali, maka
prognosisnya lebih baik.
Prognosis tergantung atas sebab gagal hati fulminan. Jika pasien tingkat 3 dan yang
lebih buruk dipertimbangkan, maka yang 40% yang dengan virus A, 15% dengan virus B,
10% dengan non-A, non-B, serta 5% dengan penyakit yang berhubungan dengan obat
akan bertahan hidup. Prognosis terbaik untuk kelompok kelebihan dosis asetaminofen.
Prognosis dapat dihubungkan ke waktu antara mulainya penyakit dan koma. Hasilnya
buruk jika ini kurang dari tiga minggu. Dengan peningkatan lama koma, maka
kesempatan pemulihan menjadi kurang. Jika pemulihan mengikuti perjalanan kurang dari
empat minggu, maka normalitas klinik akhirnya dapat diharapkan. Prognosis tergantung
atas kapasitas hati untuk beregenerasi. Yang bertahan hidup tidak menderita sirosis.
Rigiditas deserebrasi, dengan kehilangan reflek okulo-vestibularis dan gagal
pernafasan merupakan gambaran yang didapatkan jika mereka bertahan hidup dengan
sisa lesi cortex cerebri dan batang otak.
Perdarahan menghalangi biopsi hati. Tetapi jika penting, ia bisa dilakukan dengan
jalur transjugularis. Histologi menunjukkan bahwa luas nekrosis sel hati dan nekrosis
konfluens interlobularis kritis dalam menentukan hasilnya. Tidak ada gambaran histologi
tunggal yang memungkinkan ramalan tertentu.
Sebab kematian adalah perdarahan, gagal pernapasan dan sirkulasi, edema cerebrum,
gagal ginjal, infeksi, hipoglikemia, dan pankreatitis.
PENCEGAHAN
Gagal hati fulminan merupakan sindrom yang menyebabkan kerusakan multi
organ. Oleh karena itu perlu dilakukan metode-metode pencegahan untuk menghindari
terjadinya oedem cerebri, hepatik ensefalopati, dan gagal ginjal. Dapat dilakukan
monitoring tekanan intrakranial menggunakan elektroda intrakranial, dan juga
mempertahankan volume sirkulasi dengan koloid atau dengan fresh frozen plasma.
Terapi suportif hepar dengan menggunakan porcrine hepatocytes atau hepatoma
cell lines telah terbukti memperbaiki koagulopati dan mengurangi ensefalopati baik pada
dewasa dan anak-anak.Penggunaan obat seperti paracetamol, sodium valproat, dan obat
anti konvulsi dapat merupakan suatu penyebab terjadinya kerusakan hati fulminan pada
anak-anak. Toksisitas dapat terjadi apabila menggunakan dosis parasetamol lebih dari
150mg/kg berat badan. Proses kerusakan hati dapat terjadi 2-4 hari setelah mengonsumsi
obat dengan dosis berlebih, yang ditandai dengan terjadinya metabolik asidosis dan gagal
ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
Doering C. B., Josephson C. D., Craddock H. N., Lollar P., 2002, Factor VIII
_expression in azoxymethane-induced murine fulminant hepatic failure,
http://www.bloodjournal.org/cgi/content/full/100/1/143, 27 September 2004
Sherlock S., Dooley J. 1993. Diseases of the Liver and Biliary System. 9th edition.
USA: Blackwell Scientific Publications. P. 102-113.
http://pgmj.bmjjournals.com/cgi/content/full/78/925/660. D A Kelly
http://www.emedicine.com/PED/topic808.htm#section~treatment
http://www.hepatitis_central.com
http://www.hmc.psu.edu/childrens/healthinfo/f/fulminanthepaticfailure.htm
http://www.md.ucl.ac.be/pedihepa/ALF.htm#management
http://www.psic.info/www/fulminant_viral_hepatitis.htm
http://www.reutershealth.com