Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
( 1341173404062 )
( 1341173404072 )
( 1341173404102 )
Kelas AKT 2
2015
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha
Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai
yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas Strategi & Metode
Pengendalian Modern.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai
Strategi & Metode Pengendalian Modern sekaligus untuk memaparkan apa
yang telah kami buat.
Dalam proses penyusunan makalah ini, tentunya kami mendapatkan
bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalamdalamnya kami sampaikan: Wirman,SE,.MM. selaku dosen mata kuliah
Controllership, rekan-rekan mahasiwa yang telah banyak memberikan masukan
untuk makalah ini.
Karawang, Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1.
Latar Belakang..........................................................................................1
1.2.
Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3.
Tujuan........................................................................................................2
2.1.1.
2.1.2.
2.1.3.
2.1.4.
2.1.5.
2.2.
2.2.1.
2.2.2.
2.2.3.
2)
Ada tiga observasi yang dibuat sehubugan dengan analisis industri :......6
3)
2.3.
2.3.1.
Pembelian JIT....................................................................................7
2.3.2.
Produksi JIT.......................................................................................8
2.3.3.
2.3.4.
2.3.5.
2.3.6.
JIT Tradisional...................................................................................9
2.3.7.
2.3.8.
2.3.9.
2.4.1.
Prinsip-Prinsip TQM........................................................................13
2.4.2.
2.4.3.
Manfaat TQM..................................................................................14
2.4.4.
2.4.5.
2.4.6.
Implementasi TQM..........................................................................16
2.5.
2.5.1.
2.5.2.
2.5.3.
2.5.4.
2.5.5.
2.6.
2.6.1.
Pengertian.........................................................................................21
2.6.2.
Karakteristik.....................................................................................21
2.6.3.
Perspektif Keuangan........................................................................22
2.6.4.
Perspektif Pelanggan........................................................................23
2.6.5.
2.6.6.
2.7.
Kesimpulan..............................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
1.2.
Rumusan Masalah
1.3.
Tujuan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
2.2.2.
2.2.3.
2)
Dalam pengertian luas, JIT adalah suatu filosofi tepat waktu yang
memusatkan pada aktivitas yang diperlukan oleh segmen-segmen internal lainnya
dalam suatu organisasi.
JIT mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut:
1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa
harus di eliminasi.Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan
biaya yang tidak perlu,misalnya persediaan sedapat mungkin nol.
2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih
tinggi.Sehingga produk rusak dan cacat sedapat mungkin nol,tidak
memerlukan waktu dan biaya untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan
kepuasan pembeli dapat meningkat.
3. Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous
Improvement)dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.
4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan
pemahaman terhadap aktivitas yang bernilai tambah.
JIT dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan seperti
misalnya pembelian, produksi, distribusi, administrasi dan sebagainya.
Pembelian JIT
Pembelian JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan
cara sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk
memenuhi permintaan atau penggunaan.
Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan
dengan aktivitas pembelian dengan cara:
1. Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi
sumber-sumber yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.
2. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan
pemasok.
3. Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.
4. Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai
tambah.
5. Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu.
2.3.1.
Produksi JIT
Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau
produk yang tepat waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan
oleh tahap produksi berikutnya atau sesuai dengan memenuhi permintaan
pelanggan.
Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara:
1. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap
workstation (stasiun kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep
persediaan nol).
2. Mengurangi atau meniadakan Lead Time (waktu tunggu) produksi
(konsep waktu tunggu nol).
3. Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk
mengurangi biaya setup mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan
produk (workstation).
4. Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga
aktivitas produksi yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.
Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan
efisiensi dalam bidang:Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan
1. Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai
2. Waktu perpindahan
3. Tenaga kerja langsung dan tidak langsung
4. Ruangan pabrik
5. Biaya mutu
6. Pembelian bahan
Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem
akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
1. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan
2. Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk
aktivitas tidak langsung
3. Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih
biaya tenaga kerja dan overhead pabrik secara individual
4. Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam work tickets
2.3.2.
3.
4.
5.
JIT Tradisional
Sistem Pull-through
Persediaan tidak signifikan
Sel-sel pemanufakturan
Tenaga kerja terinterdisipliner
Pengendalian mutu (TQC)
Desentralisasi jasa Sistem Push-through
Persediaan signifikan
Berstruktur departemen
Tenaga kerja terspesialisasi
Level mutu akseptabel (AQL)
Sentralisasi jasa
2.3.6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
10
2.4.
12
seorang pelanggan mungkin tidak sama bagi pelanggan lain. Tantangan TQM
adalah menyajikan kualitas bagi pelanggan.
3. Pengertian Manajemen
Mengandung arti bahwa TQM merupakan pendekatan manajemen, bukan
pendekatan teknis pengendalian kualitas yang sempit. Pendekatan TQM
sangat berorientasi pada manajemen orang. Implementasi TQM mensyaratkan
berbagai perubahan organisasional dan manajerial total dan fundamental, yang
mencakup misi, visi, orientasi strategic, dan berbagai praktek manajemen vital
lainnya.
2.4.1. Prinsip-Prinsip TQM
Prinsip-prinsip TQM harus bersumber dari atas ke bawah dan
beroperasi dari bawah ke atas, bila diinginkan berjalan secara efektif, ini bisa
dicapai bila organisasi menganut sistem Desentralisasi.
Skema Cakupan TQM Dalam Suatu Organisasi
Pendekatan Desentralisasi berbeda secara radikal dari pendekatan
sentralisasi, bahkan merupakan kebalikannya. Struktur Desentralisasi
berdasarkan tim, bukan fungsi. Fokus supervise dipusatkan pada output bukan
input. Kesadaran penyelesaian pekerjaan berada pada tim, bukan pada
pekerjaan masing-masing orang. Orientasi ini mempengaruhi setiap aspek
operasional dan interaksi sistem manajemen, bukan hanya struktur tetapi juga
aspek dari karakteristik organisasi, budaya, dan iklim kerja. Pendekatan ini
memperhitungkan sepenuhnya aspek semangat manusia dan sistem manusia.
Pada banyak perusahaan di Jepang, kegiatan pengendalian mutu ini
selalu dilaksanakan tidak saja dalam hal yang bersifat teknis ataupun pada
bidang menufaktur saja, akan tetapi juga dilaksanakan dalam bidang bisnis,
administrasi, pengendalian dan bidang lainnya.
Setiap anggota atau karyawan perusahaan, mulai dari pimpinan paling
atas hingga buruh pabrik dilibatkan dengan kegiatan-kegiatan mutu tersebut.
Para buruh tersebut melaksanakan kegiatan pengendalian mutu tersebut
secara berkelompok yang dikenal dengan nama Gugus Kendali Mutu
(GKM) atau Quality Control Cycle (QCC). Mereka berinteraksi secara aktif
baik dengan rekan-rekan dalam lingkungannya maupun dengan pihak-pihak
yang berada di luar perusahaan guna mencari manfaat bersama.
Dale H. Besterfield 1995, menyatakan bahwa untuk dapat berhasil
dengan baik, penerapan sistem TQM harus berpedoman pada enam prinsip
dasar yang menjadi acuannya. Keenam prinsip tersebut adalah :
1. Kesediaan manajemen dalam melibatkan seluruh pendukung organisasi
2. Fokus pada pelanggan internal dan eksternal
3. Melibatkan dan menggunakan secara efektif seluruh kekuatan organisasi
4. Perbaikan secara terus menerus atas bisnis dan proses produksi
5. Melakukan pemasok sebagai teman
6. Menetapkan keberhasilan kinerja proses
Bill Creech 1995, menyatakan bahwa program TQM harus
mempunyai empat prinsip bila ingin sukses dalam penerapannya, yaitu :
2.4.2.
13
1. Program
14
15
Implementasi TQM
Jika perusahaan telah memutuskan untuk mengimplementasikan
program TQM, maka perencanaanya harus dilakukan oleh manajemen puncak
dan informasikan kepada seluruh karyawan. Pimpinan puncak harus
menetapkan tujuan yang harus dicapai dari implementasi program TQM,
seperti, apa yang harus diubah? apakah tujuannya ingin berdayakan
karyawan? apakah ingin meningkatkan loyalitas pelanggan? Tujuan yang
diterapkan secara jelas, menunjukkan bahwa pimpinan mengetahui apa yang
dicari dan ini menjadi dasar untuk dapat mengorganisasikan program TQM
mencapai tujuannya.
Agar implementasi porgran TQM berjalan sesuai dengan apa yang
diharapkan, diperlukan persyaratan sebagai berikut :
1. Komitmen yang tinggi (dukungan penuh) dari manajemen puncak
2. Mengalokasikan waktu secara penuh untuk program TQM
3. Menyiapkan dana dan mempersiapkan sumberdaya manusia yang
berkualitas
4. Memilih coordinator (fasilitator) program TQM
5. Melakukan bechmarking pada perusahaan lain yang menerapkan
TQM
6. Merumuskan nilai (value), visi (vision), dan misi (mission)
7. Mempersiapkan mental untuk menghadapi berbagai bentuk
hambatan
8. Merencanakan investasi program TQM
9. Mengambil pelajaran dari kegagalan program TQM
Keberhasilan TQM dalam berbagai bentuk implementasinya telah
diakui oleh pelaku bisnis di dunia maupun oleh para akademisi terkemuka,
menunjukkan suatu bukti bahwa TQM merupakan salah satu sistem
manajemen kualitas yang dapat diandalkan untuk meningkatkan daya saing
sampai saat ini. Jepang sebagai contoh Negara yang berhasil memanfaatkan
TQM walaupun Jepang bukan yang menemukan gaya TQM. Keberhasilan
Jepang tersebut tentu saja dilandasi oleh komitmen dan keterlibatan secara
penuh dari seluruh karyawan dalam penerapannya, tidak setengah-setengah
dan bersifat kemanusiaan, yaitu mengikutsertakan, memberi inspirasi dan
memberlakukan karyawan secara manusiawi dalam mencapai kualitas.
Memang diakui bahwa tidak semua perusahaan maupun organisasi
yang menerapkan TQM sekarang ini dapat bekerja dengan baik dan bahkan
beberapa perusahaan sama sekali tidak dapat menghasilkan perbaikan kinerja
yang memadai, dengan kata lain telah gagal dalam penerapannya. Kegagalan
penerapan TQM ini telah membuat banyak kritik yang dilontarkan oreng
terhadap TQM.
Kegagalan TQM dalam penerapannya tidaklah berarti TQM salah
dalam konsep dan telah kehilangan kegunaanya. Penerapan TQM yang
menyimpang dari prinsip-prinsipnya dan tidak lengkap, mengakibatkan
perusahaan yang menerapkannya secara menyeluruh dan sesuai dengan
prinsip TQM. Untuk menghindari kegagalan dalam penerapan TQM,
2.4.6.
16
17
Perumusan Strategi
Keseluruhan upaya pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi
memerlukan strategi yang mantap dan jelas. Salah sat instrumen ilmiah yanng
umum digunakan dalam penentuan strategi organisasi ialah analisis SWOT,
yaitu Strengths (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunities (Peluang),
dan Threats (Ancaman). Agar analisis SWOT benar-benar ampuh sebagai
instrumen pembantu dalam penentuan dan pelaksanaan strategi organisasi,
2.
18
19
20
2.6.
Pengertian
It is a holistic methodology that converts an organizations vision and
strategy into a comprehensive set of linked performance and action measures
that provide the basis for successful strategic measurement and management.
(Voelker, Kathleen E., et all, 2001).
A multidimensional framework for describing, implementing, and
managing strategy at all levels of an enterprise by linking objectives,
initiatives, and measures to an organizations strategy. (Kaplan and Norton
1996).
The BSC is an integrated resultsoriented set of key-performance
measures, including financial and nonfinancial measures, which comprise
current performance and drivers of future performance. (Beard , Deborah
F.).
Dari pengertian BSC yang dikutip diatas, maka dapat disimpulkan,
BSC adalah sebuah kertas kerja yang digunakan untuk mengatur proyek yang
dikerjakan, mengukur kinerja dari staf maupun tim, dan memberikan hasil
kepada managerial dalam pengambilan keputusan yang nantinya keputusan
ini akan mempengaruhi visi dan misi serta objektif dari perusahaan.
2.6.1.
Karakteristik
Menurut John Sterling pada jurnalnya yang berjudul Using The
Balanced Scorecard In A Sophisticated Law Firm tahun 2007, terdapat 4
(empat) karakteristik dalam kertas kerja BSC ini, yaitu:
1. Pengukuran Finansial: pengukuran ini mendefinisikan kebutuhan dari
stakeholders dan ekspetasi dari perusahaan. Dalam beberapa kalangan,
BC dianggap sebagai reaksi berfokus terhadap nilai pemegang saham.
Itu adalah kesimpulan yang salah. Penulis hanya mendefinisikan
kebutuhan manajemen untuk mengukur unsur-unsur lain dari strategi
dan operasi jika hal itu dipandang akan memberikan hasil keuangan
yang lebih baik.
2. Pengukuran terhadap pelanggan: pengukuran ini lebih berfokus
bagaimana perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan dan mengukur tingkat kepuasan pelanggan. Beberapa yang
diukur adalah fleksibilitas, inovasi, tanggung jawab, dan lainnya yang
berkaitan dengan kepuasan pelanggan.
3. Pengukuran terhadap pengembangan dan pembelajaran: pengukuran
ini lebih berfokus pada bagaimana perusahaan menerapkan perubahan
dalam organisasi dan mengembangkan sektor-sektor yang masih perlu
peningkatan.
4. Pengukuran terhadap bisnis proses perusahaan: pengukuran ini
berfokus pada bagaimana perusahaan meningkatkan bisnis proses
terhadap strategi bisnis, sehingga bisnis perusahaan dapat berjalan
dengan baik dan meningkat.
2.6.2.
21
Perspektif Keuangan
BSC memakai tolak ukur kinerja keuangan seperti laba bersih dan
ROI, karena tolak ukur tersebut secara umum digunakan dalam perusahaan
untuk mengetahui laba. Tolak ukur keuangan saja tidak dapat
menggambarkan penyebab yang menjadikan perubahan kekayaan yang
diciptakan perusahaan atau organisasi (Mulyadi dan Johny Setyawan,
2000).
Balanced Scorecard adalah suatu metode pengukuran kinerja yang di
dalamnya ada keseimbangan antara keuangan dan non-keuangan untuk
mengarahkan kinerja perusahaan terhadap keberhasilan. BSC dapat
menjelaskan lebih lanjut tentang pencapaian visi yang berperan di dalam
mewujudkan pertambahan kekayaan tersebut (Mulyadi dan Johny
Setyawan, 2000) sebagai berikut:
a. Peningkatan customer 'yang puas sehingga meningkatkan laba
(melalui peningkatan revenue).
b. Peningkatan produktivitas dan komitmen karyawan sehingga
meningkatkanlaba (melalui peningkatan cost effectiveness).
c. Peningkatan kemampuan perasahaan untuk menghasilkan financial
returns dengan mengurangi modal yang digunakan atau melakukan
investasi daiam proyek yang menghasilkan return yang tinggi.
2.6.3.
22
23
24
CSR ke dalam tiga fokus: 3P, yang dapat artikan sebagai profit, planet dan people.
Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit)
melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan
kesejahteraan masyarakat (people).
Saat ini belum ada definisi CSR yang secara universal diterima oleh
berbagai lembaga. Beberapa definisi CSR di bawah ini menunjukkan keragaman
pengertian CSR menurut berbagai organisasi:
World Business Council for Sustainable Development:
Komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis
dan memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan
kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan
masyarakat luas pada umumnya.
International Finance Corporation:
Komitmen dunia bisnis untuk memberikan kontribusi terhadap
pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan,
keluarga mereka, komunitas lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan
kehidupan mereka melalui cara-cara yang baik bagi bisnis maupun
pembangunan.
Institute of Chartered Accountants, England and Wales:
Jaminan bahwa organisasi-organisasi pengelola bisnis mampu memberi
dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, seraya memaksimalkan nilai
bagi para pemegang saham (shareholders) mereka.
Canadian Government:
Kegiatan usaha yang mengintegrasikan ekonomi, lingkungan dan sosial ke
dalam nilai, budaya, pengambilan keputusan, strategi, dan operasi perusahaan
yang dilakukan secara transparan dan bertanggung jawab untuk menciptakan
masyarakat yang sehat dan berkembang.
European Commission:
Sebuah konsep dengan mana perusahaan mengintegrasikan perhatian
terhadap sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam
interaksinya dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan
prinsip kesukarelaan.
CSR Asia:
Komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan
prinsip ekonomi, sosial dan lingkungan, seraya menyeimbangkan beragam
kepentingan para stakeholders.
International Organization for Standardization, sebuah lembaga sertifikasi
internasional, saat ini sedang melakukan pengembangan standar internasional ISO
26000 mengenai Guidance on Social Responsibility yang juga memberikan
definisi CSR. Meskipun pedoman CSR standar internasional ini baru akan
ditetapkan tahun 2010, draft pedoman ini bisa dijadikan rujukan. Menurut ISO
26000, CSR adalah:
26
27
28
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di tarik dari materi diatas adalah sebagai berikut:
29
DAFTAR PUSTAKA
Robert N. Anthony & Vijay Govindarajan , Management Control System, 12th
Edition, McGraw-Hill, Boston, 2007.
Kaplan, Robert, dan David Norton. Balanced Scorecard. Boston: Harvard
Business School Press, 1996.
30