Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SEJARAH LUKISAN
Seni tampak atau seni visual telah lama berkembang di Malaysia. Adalah dipercayai
lebih dari 200 tahun dulu. Namun kewujudan seni ini hanya menjadi satu
kepentingan pada negara mulai tahun 1930-an saja.
Lukisan Tamadun Islam
Dalam budaya islam, penghasilan hasil seni yang bermotifkan haiwan atau sebarang
motif lain adalah dibenarkan. Tetapi hasil seni yang bermotifkan agama adalah amat
dilarang. Gambaran yang melibatkan penghasilan lakaran berunsur geometri yang
abstrak atau motif bunga-bungaan sering digunakan. Penghasilan motif ini
digunakan dalam bidang pembinaan dan kaligrafi yang terdapat pada binaan masjid
dan buku-buku agama termasuk kitab suci al-Quran. Lakaran-lakaran abstrak ini
bukanlah suatu yang dianggap baru, tetapi ianya sudah lama digunapakai sejak
zaman Pra-Klasik dan juga zaman Barbarian. Seorang illustrator, M. C. Escher telah
memperkenalkan lukisan geogmetri islam ini ke dalam dunia barat yang bermotifkan
bunga-bungaan.
Seni lukis pada zaman ini turut dikenali sebagai seni halus. Seni lukis bermula pada
zaman Khalifah Muawiyah di Damsyik dan ia biasanya tertera pada helaian safhah
al-Quran ygn dihisai dgn corak lukisan bunga dan gambar berbentuk Arabesque dgn
pilihan warna emas. Dalam seni islam, pelukis diharamkan membentuk dan melukis
makhluk yang bernyawa, namun lukisan ini dibolehkan hanya dengan bertujuan
kerana keperluan yang diiktiraf seperti untuk kegunaan pendidikan. Seni lukis Islam
biasanya terhad kepada lukisan keindahan alam dan tidak termasuk benda-benda
bernyawa yang boleh menjadi pujaan seperti haiwan, dewa atau patung.
Di tengah pro dan kontra itu seni lukis berkembang di dunia Islam. Meskipun begitu,
para arkeolog dan sejarawan tak menemukan adanya bukti adanya sisa peninggalan
lukisan Islam asli di atas kanvas serta panel kayu. Hasil penggalian yang dilakukan
arkeolog justru menemukan adanya lukisan dinding, lukisan kecil di atas kertas yang
berfungsi sebagai gambar ilustrasi pada buku.
Salah satu bukti bahwa umat Islam mulai terbiasa dengan gambar makhluk hidup
paling tidak terjadi pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah (661 M -750 M) di
Damaskus, Suriah. Hal itu dapat disaksikan dalam lukisan yang terdapat pada Istana
kecil Qusair Amrah yang dibangun pada 724 M hingga 748 M.
Selain itu, serambi istana Musyatta yang dibangun penguasa Umayyah di akhir
kekuasaannya tahun 750 M, juga dipenuhi lukisan manusia dan binatang. Pada era
kekuasaan Abbasiyah, penggunaan gambar makhluk hidup dalam lukisan dinding
juga digunakan pada istana Juasaq Al-Kharqani yang dibangun oleh Khalifah AlMu'tasim pada 836 M-839 M.
Makhluk hidup juga menjadi objek lukisan di istana Dinasti Abbasiyah di era
pemerintahan Al-Muqtadir (908 M-932 M). Dalam dinding istana itu,
tergambar lima belas penunggang kuda. Lukisan ini dipengaruhi gaya Mesopotamia.
Lukisan manusia juga terdapat dalam dinding istana Sultan Mahmud Gazna (wafat
1030 M).
Gambar prajurit serta perburuan gajah yang terlukis di dinding istana Sultan itu lebih
banyak dipengaruhi seni dari India. Lukisan manusia dan makhluk hidup mulai
berkembang pesat di era Dinasti Fatimiyah dan Seljuk antara abad ke-12 dan 13 M.
Seabad kemudian, seni lukis miniatur berkembang pesat di era kekuasaan Dinasti IlKhans dinasti keturunan Hulagu Khan yang sudah masuk Islam.
Penguasa Il-Khans, seperti Mahmud Ghazan (1295 M-1304 M), Muhammad
Khodabandeh (1304 M-1316 M), dan Abu Sa'id Bahadur (1316 M-1335 M) sangat
menaruh perhatian pada perkembangan seni. Mereka memperbaiki kerosakankerosakan yang diakibatkan oleh invasi yang dilakukan leluhurnya terhadap dunia
Islam.
Dinasti ini pun memperkenalkan gaya lukis Cina terhadap seni lukis
miniatur Persia di zaman itu. Seni lukis miniatur Persia berkembang makin pesat di
era kekuasaan Dinasti Timurid di wilayah Iran. Dipengaruhi gaya lukis Cina
dan India, seni lukis miniatur Persia itu tampil dengan gaya yang unik. Seni lukis
tradisi berkualiti tinggi juga berlangsung di era kekuasaan Dinasti Safawiyah.
Lantaran negara-negara Islam saat itu berbentuk monarki, seni lukis di
setiap kota Islam sangat ditentukan pemimpinnya. Para penguasa Dinasti Safawiyah
sebenarnya sangat mendukung para seniman. Salah seorang pemimpin Safawiyah
yang mendukung kegiatan para seniman itu adalah Shah Ismail I Safav. Bahkan, dia
mengangkat Kamaludin Behzad--pelukis kenamaan Persia--sebagai direktur studio
lukis istana.
Lukisan Persia memiliki ciri khas tersendiri. Kebanyakan berisi sanjungan kepada
raja dan penguasa. Selain itu, ada pula lukisan keagamaan yang menggambarkan
interpretasi orang Persia terhadap Islam-- agama yang mereka anut.
Lukisan Persia pun sangat termasyhur dengan penggunaan geometri dan warnawarna penuh semangat.
Yang lebih penting lagi, lukisan Persia dikenal mata ilustratif. Lukisannya mampu
memadukan antara puisi dengan seni lukis. Bila kita melihat lukisan Persia, seakan-
akan kita diajak untuk membaca sebuah kisah puitis yang mampu menumbuhkan
rasa kepahlawanan. Hal itu terjadi, karana lukisan-lukisan itu diciptakan dan
terinspirasi oleh syair-syair yang begitu luar biasa.
Penguasa Safawiyah mulai mencabut dukungannya kepada para seniman di era
kekuasaan Shah Tahmasp I tahun 1540-an. Akibatnya, para seniman yang bekerja
di istana Shah pergi meninggalkan Tabriz, Iran. Mereka ada yang hijrah
ke Bukhara kawasan utara India. Tak heran, jika seni lukis berkembang
di Kesultanan Mughal, India. Di wilayah ini, seni lukis dikembangkan oleh para
seniman imigran.
Salah satu ciri khas seni lukis Mughal adalah lebih bernilai humanistik dibandingkan
hiasan. Gambar yang dilukiskan lebih ke dalam bentuk realistik, dibandingkan dalam
bentuk fantasi. Pada era kekuasaan Turki Usmani, seni lukis juga berkembang pesat
dengan sokongan dari istana Sultan. Para penguasa Usmani memerintahkan para
senimannya menggambar beragam bentuk peristiwa tentang kiprah Sultan, seperti
pertempuran dan festival.
Di era kepemimpinan Sultan Sulaeman Al-Qanuni ada pelukis miniatur terkemuka
bernama Nasuh Al-Matraki. Hampir semua karya lukis pada zaman ini tersimpan di
Perpustakaan Istana di Istanbul. Begitulah seni lukis berkembang dari masa ke
masa di era kejayaan Islam. Seni lukis yang khas dari setiap dinasti membuktikan
bahwa umat Islam pada waktu itu mampu mencapai peradaban yang sangat tinggi di
dunia.
Lukisan Tamadun China
Fahaman Daoisme mempunyai pengaruh kuat terhadap bentuk-bentuk seni Cina
terutama seni catan dan kaligrafi dan ia menentukan sifat-sifat yang dianggap
penting dalam kesenian tersebut.Ini jelas kerana seorang seniman Cina bertujuan
menyelaraskan kegiatan penghasilan sesebuah hasil seni catan dengan prinsipprinsip atau proses alam semesta.
Menurut fahaman ini, manusia boleh melakukan perbuatan dan kegiatan yang
bersifat semulajadi dan spontan melalui proses pelukisan gambar kerana ianya satu
cara bagi mengharmonikan diri dengan proses alam semesta.
Dalam catan lanskap Cina tradisional, elemen-elemen yang dilukis untuk mewakili
alam semesta seperti gunung tinggi yang dipenuhi pokok-pokok , bukit-bukit dan air
terjun, pokok-pokok kecil yang rimbun ,air sungai dan tasik dan lain-lain lagi.
Manusia boleh timbul dalam catan lanskap tersebut tetapi merupakan bentuk-bentuk
yang kecil kerana menurut Daoisme, manusia cuma sebagai elemen yang kecil
dalam dunia alam semesta yang amat luas dan besar ini.
Manakala kemahiran-kemahiran yang digunakan dalam tulisan kaligrafi atau huruf
Hiroshige yang terlahir bernama Ando Juemon adalah dari keluarga biasa yang
hidup dalam bersederhana. Namun pada umur 13 tahun, ia bersama kedua adiknya
telah menjadi yatim-piatu dan harus menghadapi dunia fana yang tiada menentu.
Setelah mengalami kegagalan akhirnya ia diterima disebuah sanggar seni seorang
seniman ternama bernama Toyohiro, waktu itu ia berumur 15 tahun. Gurunya dapat
mengetahui bakat si anak yang luar biasa dan wataknya yang lurus, sehingga ia
diberi gelaran sebuah nama iaitu Hiroshige. Hiroshige yang terdiri dari dua huruf
Kanji (aksara Han Tiongkok), huruf pertamanya diambil dari namanya sendiri dan
yang kedua dari nama si anak. Tak lama kemudian, si anak menerbitkan hasil karya
seni perdananya. Waktu itu ia baru berumur 16 tahun.
Dari tahun 1780 sampai dengan tahun 1800 merupakan zaman keemasan kesenian
Ukiyo-e dimana banyak seniman terkenal seperti Hokusai, Utamaro dan gurunya
sendiri saling bersaing menyempurnakan seni aliran ini. Seni lukisan Ukiyo-e (genre
paintings) adalah lukisan berdasarkan kejadian sehari-hari. Namun seperti yang
terjadi di negara Eropah, seni hanya disajikan untuk dan dinikmati oleh kalangan elit
dari masyarakat Edo. Oleh kerana itu, tema lukisan berkisar kehidupan para
bangsawan atau figure wanita selebriti sedangkan lukisan pemandangan dengan
kehidupan rakyat kurang diminati.
Namun di zaman Edo berikutnya yang disebut zaman kemunduran terjadi
populerisasi-an seni ke masyarakat luas sehingga terjadi lonjakan permintaan atas
barang seni. zaman kemunduran yang berkaitan dengan kejatuhan ekonomi
menyebabkan segala percetakan harus dilakukan dalam jumlah besar untuk
mencapai "economic of scale". Sehingga satu-satunya cara adalah memasarkan
hasil seni kepada masyarakat luas dengan harga tinggi.
Hiroshige yang berkarya di zaman ini mendapat keuntungan tambahan kerana
bukan saja ia berbakat lebih dari itu tema lukisannya mengenai rakyatt. Dalam
lukisan-lukisan 53-Tahapan Tokaido misalnya ia menggambarkan aktiviti
masyarakat Edo yang gemar mengembara mengunjungi tempat-tempat termasyhur
dan tempat suci untuk beribadah walaupun harus menempuh perjalanan yang jauh.
Oleh karena itu, Hiroshige juga dikenang sebagai seniman yang banyak berpenat
lelah dalam merakyatkan seni ke masyarakat Jepun.
Menurut perputaran kehidupan kosmik yang menggariskan kehidupan manusia atas
dasar perputaran 60 tahun (sexagenary cycle), mencapai umur 60 tahun adalah
waktu bagi seseorang memikirkan apa yang telah ia capai dan menatap kehidupan
berikutnya. Dan kiranya itupun yang mungkin terlewat dalam benak si anak genius.
Setelah berkarya seni sepenuhnya, Hiroshige meninggal dengan tenang di umur 62.
Ia dikebumikan di vihara Togakuji yang terkenal di kota Edo (sekarang Tokyo).