Oleh :
Kelompok 7 JTD 4B
Nahar Fatchul Fikri
1241160035
Reza Aulia
1241160050
Rifki Hartikas N
1241160036
Yogi Agus W
1241160036
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur senantiasa saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkah, rahmat, dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan semua
pihak yang telah memberikan kritik dan saran sehingga saya bisa menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini ditulis guna memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam. Judul
yang dipilih untuk makalah ini adalah ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN.
Materi yang disajikan dalam makalah adalah tentang kaitan iptek dengan agama.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Seperti kata
pepatah, tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik
dan saran guna menyempurnakan makalah ini.
Demikianlah makalah ini dibuat, untuk kesalahan yang ada pada makalah
saya mohon maaf. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Kelompok 7
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................
1
C. Tujuan .......................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi .....................................................................................................
3
B. Kemajuan Iptek ........................................................................................
4
C. Hubungan Agama dengan Iptek ...............................................................
5
D. Dampak Iptek ...........................................................................................
8
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat seiring
perkembangan zaman. Perkembangan ini membawa berbagai dampak bagi
kehidupan manusia. Islam sangat memperhatikan pentingnya ilmu
pengetahuan. Karena, selain ditentukan oleh nilai-nilai peribadatan kepada
Allah, martabat manusia juga ditentukan oleh ilmu yang dimilikinya. Al-
Quran tidak hanya mengatur urusan masalah ubudiyah saja, tetapi juga
memuat ayat-ayat yang berhubungan dengan IPTEK.
Makalah ini akan membahas tentang Islam dan IPTEK.Bagaimanakah
hubungan IPTEK dengan Islam? Bagaimana pengaruh Islam terhadap
perkembangan IPTEK? Pertanyaan inilah yang melatarbelakangi penulisan
makalah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi ilmu dan pengetahuan?
2. Bagaimana kemajuan iptek pada saat Islam berjaya?
3. Bagaimana hubungan antara agama dengan iptek?
4. Apa saja dampak positif dan dampak negatif dari perkembangan iptek?
5. Bagaimana pandangan Islam terhadap perkembangan Iptek?
6. Bagaimana analisis kandungan ayat-ayat Al-Quran?
7. Bagaimana integrasi iptek dan imtaq?
8. Apa saja keutamaan orang berilmu?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi ilmu dan pengetahuan
2. Mengetahui perkembangan iptek saat Islam berjaya
3. Memahami hubungan agama dengan iptek
4. Memahami dampak yang timbul dari perkembangan iptek
5. Mengetahui pandangan Islam terhadap perkembangan iptek
6. Mengerti analisis dari ayat-ayat Al-Quran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui panca
indra, intuisi, dan firasat. Ilmu adalah pengetahuan yang sudah
diklasifikasikan, disistematisasi, dan diinterpretasi, sehingga menghasilkan
kebenaran objektif dan dapat diuji kebenarannya.
Dalam Islam, jelasnya, ada dua jenis ilmu, yaitu ilmu fardhu ain dan
fardhu kifayah. Yang masuk golongan ilmu fardhu ain adalah Al-Quran, hadis,
fikih, tauhid, akhlaq, syariah, dan cabang-cabangnya. Sedangkan yang masuk
ilmu fardhu kifayah adalah kedokteran, matematika, psikologi, dan cabang
sains lainnya.
Menurut pengertian Barat, ilmu merupakan hasil riset yang dilakukan
oleh manusia, berupa konsep, teori, dan penjelasan. Mereka menganggap
bahwa ilmu adalah murni ciptaan manusia, tanpa adanya campur tangan Allah.
Sedangkan menurut al-Quran, ilmu adalah rangkaian keterangan teratur dari
Allah (Q.S. Al-Rahman : 1-13).
Teknologi merupakan hasil dari ilmu pengetahuan. Orang Barat
menganggap bahwa teknologi merupakan objek yang terlahir atas kebudayaan
perilaku manusia. Menurut al-Quran, teknologi tercipta karena adanya
kesadaran untuk menciptakannya, bukan sebagai ambisi tiap individu.
Suatu pengetahuan dapat disebut ilmu bilamana telah memenuhi tiga
unsur pokok, yaitu ontologi, aksiologi, dan epistimologi. Ontologi yaitu suatu
bidang yang memiliki onjek studi yang jelas. Aksiologi yaitu suatu bidang studi
yang memiliki nilai guna / manfaat dan tidak terdapat kerancuan. Epistimologi
yaitu suatu bidang studi yang memiliki metode kerja yang jelas. Ilmu
pengetahuan (sains) merupakan gabungan pengetahuan manusia yang
dikumpulkan melalui pengkajian dan dapat diterima oleh rasio. Dalam
pemikiran sekuler, sains mempunyai tiga karakterisitik, yaitu objektif, netral,
dan bebas nilai. Sedangkan menurut Islam, sains tidak boleh lepas-lepas dari
nilai-nilai.
Dalam pemikiran Islam, ilmu bersumber dari wahyu dan akal. Ilmu yang
bersumber dari wahyu Allah, bersifat abadi dan kebenarannya mutlak.
Sedangkan ilmu yang bersumber dari akal manusia bersifat perolehan dan
kebenarannya nisbi (relatif). Pengembangan IPTEK dilakukan hanya untuk
menemukan bagaimana proses sunatullah terjadi di alam semesta, bukan
menciptakan hukum baru diluar sunatullah.
B. Kemajuan Iptek
Sebelum Islam datang, Dr Muhammad Luthfi, ketua Kajian Timur
Tengah Universitas Indonesia, mengatakan bahwa Eropa berada dalam abad
kegelapan. Tak satu pun bidang ilmu yang maju, bahkan lebih percaya tahyul.
Dalam bidang kedoteran, misalnya. Saat itu di Barat, jika ada orang gila,
surga. Disamping sebagai karya seni yang indah, kaligrafi juga memuat doa
dan harapan.
Sejarawan Barat beraliran konservatif, W Montgomery Watt,
menganalisa tentang rahasia kemajuan peradaban Islam. Ia mengatakan bahwa
Islam tidak mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan, etika,
dan ajaran agama. Satu dengan yang lain, dijalankan dalam satu tarikan nafas.
Pengamalan syariat Islam, sama pentingnya dan memiliki prioritas yang sama
dengan riset-riset ilmiah.
dan pura-pura tidak tahu bahwa ajaran agama Islam, Kristen, dan Katolik
menganut faham creationism (manusia diciptakan). Sebaliknya, Pendidikan
Agama Islam mengajarkan teori ciptaan dan menyalahkan teori evolusi tanpa
menjelaskan dimana letak kesalahan teori evolusi itu (padahal, sampai saat ini,
teori evolusi ini masih menjadi tulang punggung ilmu hayat (biologi). Secara
teoritis, keadaan seperti ini akan menghasilkan lulusan SMA yang bingung di
bidang asal usul manusia.
D. Dampak Iptek
Seperti juga pada bidang lain, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
mempunyai dampak positif dan negatif. Penilaian positif maupun negatif ini
bersifat subyektif, tergantung kepada siapa yang menilainya. Yang dinilai
negatif oleh bangsa Indonesia belum tentu juga dinilai negatif oleh bangsa
Amerika, misalnya.
Dampak positif kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
dirasakan, misalnya, dalam bidang teknologi komunikasi dan informasi.
Ditemukannya teknologi pesawat terbang telah membuat manusia dapat pergi
ke seluruh dunia dalam waktu singkat. Perjalanan haji yang dulu dilakukan
selama beberapa minggu melalui laut kini, dengan makin lancarnya
transportasi udara, dapat dilakukan hanya dalam waktu delapan jam saja.
Kemajuan di bidang televisi satelit telah memungkinkan kita melihat
Olimpiade Atlanta langsung tanpa harus keluar rumah. Penemuan telepon
genggam telah memungkinkan kita untuk menghubungi seseorang di mana saja
ia berada atau dari mana saja kita berada. Kemajuan di bidang penyimpanan
data telah memungkinkan kita memiliki seluruh jilid Ensiklopedia Britanica
dalam satu keping Compact Disk yang beratnya kurang dari satu ons.
Kemajuan di bidang komputer telah menciptakan jaringan internet yang
memungkinkan kita mendapatkan informasi dari perpustakaan di seluruh dunia
tanpa harus keluar dari kamar. Kemajuan di bidang komunikasi juga telah
membuat perdagangan internasional menjadi semakin mudah dan cepat.
Sekarang ini, lewat bursa saham, orang dapat dengan mudah memiliki
perusahaan di negara lain.
Singkat kata, kemajuan di bidang teknologi komunikasi dan informasi ini
telah membuat dunia terasa kecil dan batas antar negara menjadi hilang. Inilah
yang disebut sebagai globalisasi, suatu proses di mana orang tidak lagi berfikir
hanya sebagai warga kampung, kota, atau negara, melainkan juga sebagai
warga dunia.
Dari sisi positifnya, proses ini membuat orang tidak lagi hanya
berwawasan lokal. Dalam usahanya memecahkan persoalan, ia akan melihat
ke seluruh dunia guna menemukan solusi. Dalam mencari pekerjaan atau ilmu
pun, ia tidak lagi membatasi diri pada pekerjaan atau lembaga pendidikan di
kampungnya, kotanya, propinsinya, atau negaranya saja. Seluruh permukaan
bumi ini dapat menjadi kemungkinan tempat ia bekerja atau mencari ilmu.
Dari sudut jati diri bangsa, proses ini dapat dianggap membawa dampak
negatif. Hal ini karena inovasi-inovasi di bidang iptek itu kebanyakan terjadi
di negara lain yang mempunyai nilai-nilai sosial, politik, dan budaya yang
belum tentu sama dengan nilai bangsa kita. Kendati teknologinya itu sendiri
dapat dianggap sebagai netral atau bebas nilai, penerapan dan pembawa ilmu
pengetahuan dan teknologi itu tidak dapat dikatakan selalu bebas nilai.
Sebagai contoh, kemajuan teknologi parabola telah memungkinkan kita
melihat siaran televisi Perancis tanpa ada sensor. Adegan seks dan pamer dada
wanita, yang di RCTI tidak mungkin keluar, dapat dilihat anak-anak tanpa
terpotong sensor lewat parabola itu. Banjirnya film asing di TV nasional juga
dapat mempengaruhi nilai budaya para pemirsanya. Telenovela dan film Barat
yang amat populer di TV swasta kita, secara tidak terasa, dapat mempengaruhi
para pemirsanya bahwa perselingkuhan dalam kehidupan suami istri itu adalah
hal yang biasa, bahwa kekerasan merupakan salah satu pemecahan masalah.
Film detektif bahkan dapat menjadi 'guru' bagi para maling.
Globalisasi cara berfikir, yang menjadi salah satu dampak kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi, dapat membuat orang tidak lagi mengacu
pada nilai-nilai tradisional bangsanya belaka. Kemudahan memperoleh
informasi akan membuat ia dapat mempelajari nilai-nilai yang ada pada
masyarakat dan bangsa lain, baik yang menyangkut nilai sosial, ekonomi,
budaya, maupun politik. Sebagai bangsa yang sedang membangun jati-dirinya,
proses globalisasi ini jelas merupakan tantangan yang harus diatasi dalam
upaya pembentukan manusia Indonesia yang dicita-citakan.
Pada dasarnya sikap orang terhadap masalah globalisasi ini dapat
dikelompokkan menjadi tiga: (1) lari dari kenyataan dan bersembunyi atau
menutup diri dari arus globalisasi itu; (2) menghindar atau menganggap bahwa
globalisasi itu tidak ada; (3) menghadapi persoalan dengan berani. Pilihan
pertama dilakukan apabila orang tersebut merasa lemah dan tidak kuat untuk
menanggulangi dampak negatif globalisasi itu. Dalam mempertimbangkan
dampak positif dan negatif kemajuan iptek dan globalisasi, ia melihat bahwa
'mudharat' globalisasi tersebut lebih besar daripada 'manfaatnya'. Akibatnya, ia
menolak kehadiran kemajuan iptek tersebut dan tidak mau bersentuhan
lingkungan dan masyarakat Indonesia dipakai sebagai pagar atau ramburambu bagi penerapan iptek di Indonesia hingga tak berdampak negatif pada
masyarakat dan bangsa.
manusia yang memiliki iman dan ilmu (QS 58 : 11). Iman membawa
manusia pada ketinggian di akhirat, dan ilmu membawa manusia pada
ketinggian di dunia.
4. Syarat untuk menjadi pemimpin dalam Islam ada 2 hal, yaitu ilmu yang
tinggi dan fisik yang sehat (QS 2 : 247). Ini menunjukkan betapa tingginya
penghargaan Islam kepada nilai-nilai ilmu dan kesehatan.
dan arah yang jelas, serta mampu mengoptimalkan manfaat IPTEK dan
meminimalisir dampak negatif IPTEK bagi manusia dan alam.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
atau negaranya saja. Seluruh permukaan bumi ini dapat menjadi kemungkinan
tempat ia bekerja atau mencari ilmu. Dampak negatifnya adalah adanya
globalisasi cara berfikir, yang dapat membuat orang tidak lagi mengacu pada
nilai-nilai tradisional bangsanya. Kemudahan memperoleh informasi akan
membuat ia dapat mempelajari nilai-nilai yang ada pada masyarakat dan
bangsa lain, baik yang menyangkut nilai sosial, ekonomi, budaya, maupun
politik.
Kondisi Indonesia sekarang sudah mengikuti pada gaya Barat. Kenyataan
menyedihkan tersebut sudah selayaknya menjadi cambuk bagi kita bangsa
Indonesia yang mayoritas Muslim untuk gigih memperjuangkan kemandirian
politik, ekonomi dan moral bangsa dan umat. Kemandirian itu tidak bisa lain
kecuali dengan pembinaan mental-karakter dan moral (akhlak) bangsa-bangsa
Islam sekaligus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi
keimanan-taqwa kepada Allah SWT. Serta melawan pengaruh buruk budaya
sampah dari Barat yang Sekular, Matre dan hedonis (mempertuhankan
kenikmatan hawa nafsu).
Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan
Ipteknya hanya untuk kepentingan duniawi yang matre dan sekular, maka
Islam mementingkan pengembangan dan penguasaan Iptek untuk menjadi
sarana ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah SWT dan mengembang
amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat
kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil
Alamin).
Dalam perspektif Islam, antara iman, ilmu, amal, dan iptek tidak bisa
dipisahkan. Disana terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang
terintegrasi kedalam suatu sistem yang disebut Dinul Islam. Tauhid sebagai
kunci pokok Islam, tidak mengakui adanya pemisahan antara iman dan sains.
Segala sesuatu yang ada di alam merupakan bukti kehadiran Allah.
Pengetahuan tentang alam adalah suatu bentuk amal shaleh yang dapat
mendekatkan diri manusia kepada Allah.
Para ilmuwan muslim lebih menjadikan keimanan sebagai landasan
dalam menegembangkan teori-teori ilmiah. Bagi mereka, alam adalah objek
berfikir, manusia sebagai subjeknya, dan Allah merupakan tujuan akhirnya.
Inilah yang menjadi landasan utama para ilmuwan muslim dalam
mengembangkan sains.
B. SARAN
Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimanan tak akan bernilai ibadah
dan tak akan menghasilkan manfaat bagi manusia dan lingkungan. Sebaliknya,
pengembangan IPTEK yang didasari etika Islam akan memberikan orientasi
dan arah yang jelas, serta mampu mengoptimalkan manfaat IPTEK dan
meminimalisir dampak negatif IPTEK bagi manusia dan alam. Orang yang
melandaskan ilmunya dengan keimanan, pengembangan dan pemanfaatan
IPTEK tidaklah ditujukan sebagai tuntutan hidup semata, tetapi juga
merupakan refleksi dari ibadah kepada Allah. Ia menjadi sarana peningkatan
rasa syukur dan ketakwaan kepada Allah. Oleh karena itu, kita harus sebisa
mungkin menyeimbangkan antara iptek dan agama.
DAFTAR PUSTAKA
http://ahmadsamantho.wordpress.com
http://www.swaramuslim.net
http://al-islams.blogspot.com/2008/11/iptek-dan-peradaban-islam.html